Anda di halaman 1dari 22

APHTAE

EPIZOOTICA
Mata Kuliah Zoonosis
Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Synonym: Penyakit Mulut & Kuku (PMK), Foot and Mouth
Disease (FMD), Aphthosis, Aftosa, Hoof & mouth
disease, Aphthous fever
Etiology:
Virus RNA genus : Aphthovirus
Family : Picornaviridae
 Terdapat 7 serotype : Tipe A
(allemagne), O (oise), C, SAT1
(south african type), SAT2, SAT3,
dan tipe ASIA.
 Mudah mengalami mutasi shg
terbentuk subtype berpengaruh
thd kegagalan proteksi dari vaccine.
 Berdasarkan pemeriksaan serologis FMD dapat
dibedakan menjadi 7 serotipe
 Serotipe O and A ditemukan oleh Valle dan Carre. Ternak
sapi di Perancis yang telah sembuh menjadi terinfeksi
kembali setelah dicampur dengan ternak sakit yang berasal
dari Jerman. Pemberian nama serotipe O dan A disesuaikan
dengan lokasi penemuan penyakit, tipe O untuk Oise di
Perancis sedangkan A untuk Allemagne (Jerman)
 Serotipe C, SAT1, SAT2 dan SAT3. Waldmann and
Trautwein berhasil menemukan serotipe C. Penelitian
berikutnya berhasil mengidentifikasi tiga serotipe berbeda
yang berasal dari afrika selatan. Ketiga serotipe tersebut
diberi nama Southern African Territories 1, 2 dan 3 (SAT1,
SAT2, SAT3)
 Serotipe Asia pada mulanya dideteksi pada kerbau air di
Okara, Punjab, Pakistan pada tahun 1954.

Hingga saat ini masih terus dilakukan pemeriksaan di


seluruh dunia tetapi hanya ditemukan subtipe baru
yang berbeda antar masing-masing strain tetapi tidak
ditemukan serotipe yang baru
SUBTIPE
 TIPE O 11 SUBTIPE, TIPE A 32 SUBTIPE, TIPE C 5
SUBTIPE, TIPE SAT1 7 SUBTIPE, TIPE SAT2 3
SUBTIPE, TIPE SAT3 4 SUBTIPE, TIPE ASIA 3 SUBTIPE.
 MASING-MASING ADA PERBEDAAN IMUNOLOGIS.
 SEROTIPE DAPAT DIBEDAKAN DENGAN CFT DAN
ELISA.
 TIPE O PALING LUAS PENYEBARANNYA
 TIPE SAT3 PALING SEDIKIT
Type A, C & O menyebabkan epizootic di daerah
Amerika selatan, Eropa, Asia dan
Afrika
Type SAT1 terdapat di Timur Tengah, Turki, Junani
Type Asia 1 terdapat di benua Asia, Timur Tengah,
Turki, Junani, Israel.
 Distribusi geografis tujuh pool virus penyakit FMD
 Serotipe O merupakan serotipe paling banyak tersebar di
seluruh dunia (ditemukan dalam 6 dari 7 pool virus) sedangkan
SAT3 hanya ditemukan dalam pool pool 6 (Africa Selatan).
 Ditemukan lebih dari satu serotipe di dalam suatu
negara sehingga perlu ditetapkan serotipe mana yang
mengakibatkan outbreak dan vaksin yang diperlukan.
Negara bebas penyakit tetap beresiko.
Foot-and-Mouth Disease
Distribution and Recent Activity

Free
Present
Recent Activity
1999 2000 2001 (Rev. 3-27-01)
Penyakit pada hewan : Merupakan penyakit
pada hewan berkuku belah (cloven hoof animal)
seperti sapi, babi, domba dan kambing.
Masa inkubasi 2 – 4 hari.
Virus mudah beradaptasi pada satu jenis hewan,
contoh strain yang menyerang sapi, jarang
menimbulkan penyakit pada jenis yang lain
(babi, kambing, domba) kecuali setelah
beberapa tahun setelah mengadaptasikan diri
pada host yang baru.
Penyakit ini penting dari segi ekonomis sebab
cepat menyebar luas, angka morbiditas tinggi,
hilangnya produksi, ternak tidak dapat
dieksport.
Penyakit pd manusia : AE pd manusia ringan.
Masa inkubasi 2-4 hari dpt sampai 8 hari.
Tanda klinis: anorexia, tachycardia. Timbul
visicle pada kulit dan mukosa mulut lalu virus
menyebar keseluruh tubuh  lepuh baru 
sembuh 1-2 mgg.
Manusia bertindak sebagai carrier bagi hewan
PATHOGENESIS
AE dapat menginfeksi hewan-hewan berkuku
belah, namun penelitian pathogenesis
utamanya dilakukan pada ternak dan babi.

TERNAK
 Virus dapat dijumpai pada cairan lepuh (titer
virus tertinggi), air liur, susu, semen, urin,
feses
 Infeksi utamanya melalui rute respirasi.
Selain itu juga dapat melalui luka pada kulit
atau mukosa -> kurang efisien (dibutuhkan
hampir 10.000 kali jumlah virus)
PATHOGENESIS
 Virus kemudian akan bereplikasi
utamanya pada faring dan paru-paru
 virus akan disebarkan menuju epitel
mulut dan kaki diperantarai oleh
monosit/makrofag
 24 jam : virus ditemukan pada epitel
bronkus, subepitel dan interstitial paru-paru
 72 jam : epitel lidah soft palate, kaki, tonsil,
tracheobronchial lymph node
Hewan penderita AE menyebarkan virus melalui
sekresi dan ekskresi-nya. Penyebaran virus
terjadi sejak timbulnya lepuh hingga lepuhnya
kering (sembuh) ± 8 – 10 hari
Control : Untuk daerah bebas AE - larangan
pemasukan hewan peka AE, produk
hewan, produk lain yang terkontaminasi yg
berasal dari negara tertular.
 Melakukan surveillance epidemiologi pada pos
pemeriksaan hewan, karantinayang dilengkapi
dgn laboratorium diagnostik.
 Negara2 yg bebas AE yang berbatasan dgn
negara tertular mengadakan perjanjian untuk
menutup perbatasannya dan mengkarantina
semua produk hewan dari negara terular tsb.
Bila ditemukan hewan penderita atau yang
dicurigai tertular AE maka hewan tsb harus
disembelih.
 Pada daerah tertular harus dilakukan vaksinasi
masal secara teratur sampai angka kejadian
penyakit = 0 ( biasanya vaksinasi dilakukan
setiap 4 bulan.
FMD CANNOT BE DIFFERENTIATED
CLINICALLY FROM OTHER
VESICULAR DISEASES, INCLUDING
SWINE VESICULAR DISEASE,
VESICULAR STOMATITIS AND
VESICULAR EXANTHEMA.

LABORATORY DIAGNOSIS OF ANY


SUSPECTED FMD CASE IS
THEREFORE A MATTER OF
URGENCY.
Clinical Comparisons
 Swine Vesicular  Foot and Mouth
Disease Disease

 Vesicular Stomatitis  Vesicular Exanthema


Clinical Susceptibility
Foot and Swine Vesicular
Vesicular
Mouth Vesicular Exanthem
Stomatitis
Disease Disease a
Cattle Yes Yes No No
Pigs Yes Yes Yes Yes
Sheep Yes No ? No No
Horses No Yes No No
Human
Yes Some Could No
s
Wildlife Many ??? Swine Marine
SIFAT PERTUMBUHAN

 BINATANG PERCOBAAN:
 MARMUT, INTRADERMAL TAPAK KAKI : LEPUH-
LEPUH
 MENCIT 5-7 HARI, INTRAPERITONEAL:
PARALISA KAKI
 SAPI, INTRADERMO LINGUAL : LEPUH-LEPUH

 KULTUR SEL:
 BHK 21, BEK : CPE {CYTOPATHOGENIC EFFECT)
Diagnostic Tests
 Complement fixation (CF) merupakan metode
pemeriksaan yang umum digunakan, tetapi telah
banyak digantikan dengan enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) karena tingkat spesifitas
dan sensitivitas yang lebih tinggi
 Jika jumlah sampel kurang maka dapat ditanam pada
kultur sel atau mencit usia 2-7 hari. Ketika cytopathic
effect (CPE) muncul maka dapat dipanen dan dilakukan
uji CF atau ELISA.
 Uji identifikasi nukleotida seperti polymerase chain
reaction (PCR) semakin banyak digunakan karena cepat
dan sangat sensitif meskipun dengan jumlah sampel
yang sedikit
 Mikroskop elektron dapat digunakan untuk membedakan
lesi yang disebabkan oleh FMD atau pox atau virus lain

Anda mungkin juga menyukai