Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘makalah penyakit kuku dan mulut dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kelas x. Selain itu, penyusunan makalah
ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang penyakit kuku dan mulut di
masyarakat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta
saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penulis
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit mulut dan kuku, atau sering disebut PMK, adalah salah satu penyakit
menular pada hewan dan sangat ditakuti oleh hampir semua negara di dunia, terutama
negara-negara pengekspor ternak dan produk ternak. Indonesia pertama kali tertular PMK
pada tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur. Upaya pemberantasan dan pembebasan
PMK di Indonesia terus dilakukan sejak tahun 1974 hingga 1986. Pada tahun 1990,
penyakit tersebut benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui
bebas PMK oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office International des
Epizooties (OIE). Keberhasilan Indonesia bebas dari PMK merupakan hasil kerja keras
berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta didukung oleh kondisi geografis
Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam melokalisasi penyakit ini.
Apabila PMK masuk kembali ke Indonesia, penyakit tersebut akan menyebabkan
kerugian ekonomi yang sangat besar, bukan hanya karena mengancam kelestarian populasi
ternak di dalam negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan
hasil ternak. Oleh karena itu, peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mewaspadai
kemungkinan masuknya kembali penyakit tersebut ke Indonesia melalui pengetahuan yang
cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil.
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau yang secara internasional dikenal
sebagai foot and mouth disease merupakan penyakit hewan yang paling ditakuti oleh
semua negara di dunia, karena sangat cepat menular dan menimbulkan kerugian ekonomi
yang luar biasa besarnya. Seluruhnya ada 15 jenis penyakit hewan menular berbahaya,
yang secara ekonomis sangat merugikan, yang dimasukkan dalam daftar A oleh Organisasi
Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties). Salah satu penyakit tersebut
adalah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Ledakan wabah PMK pertama kali diketahui di
Indonesia tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur, kemudian penyakit menyebar ke
berbagai daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Kampanye vaksinasi massal
memberantas PMK dimulai tahun 1974 sehingga pada periode 1980 - 1982 tidak tercatat
lagi kasus PMK. Pada tahun 1983 tiba-tiba muncul lagi kasus di Jawa Tengah dan menular
kemana-mana. Melalui program vaksinasi secara teratur setiap tahun, wabah dapat
dikendalikan dan kasus PMK tidak muncul lagi. Pada tahun 1986 Indonesia menyatakan
bebas PMK. Hal ini diakui di lingkungan ASEAN sejak 1987 dan diakui secara
internasional oleh organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des
Epizooties – OIE) tahun 1990. Pada tahun 2001 hanya ada 5 negara di dunia yang bebas
dari PMK yaitu Kanada, Australia, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Indonesia.
B. PEMBAHASAN
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah salah satu penyakit menular pada sapi,
kerbau, babi, kambing, rusa ,domba dan hewan berkuku genap lainnya seperti gajah,
mencit, tikus, dan babi hutan. Kasus yang menyerang manusia sangat jarang. PMK atau
yang secara internasional dikenal sebagai foot-and-mouth disease merupakan penyakit
hewan yang paling ditakuti oleh semua negara di dunia, terutama negara-negara
pengekspor ternak dan produksi ternak, karena sangat cepat menular dan menimbulkan
kerugian ekonomi yang sangat luar biasa besarnya. Seluruhnya ada 15 jenis penyakit
hewan menular berbahaya, yang secara ekonomis sangat merugikan, yang dimasukkan
dalam daftar A oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des
Epizooties). Salah satu penyakit tersebut adalah PMK.
Meskipun persoalan PMK sampai dengan saat ini dianggap hanyalah merupakan
masalah kesehatan hewan dan tidak menyentuh kesehatan manusia, akan tetapi dampak
PMK menjadi sangat luas mengingat keterkaitannya dengan aspek penting yang
mempengaruhi kehidupan manusia yaitu aspek ekonomi dan perdagangan.
1. Penyakit ini dapat menyebar dengan sangat cepat mengikuti arus transportasi daging
dan ternak terinfeksi.
2. Menimbulkan kerugian ekonomi yg sangat besar (penurunan berat badan permanen)
3. Pengendaliannya sulit dan kompleks karena membutuhkan biaya vaksinasi yang
sangat besar serta pengawasan lalu lintas hewan yang ketat.
4. Negara Indonesia terdiri dari puluhan ribu pulau dan ratusan pelabuhan besar dan kecil,
sehingga rawan penyelundupan ternak dan bahan asal hewan (daging, kulit, dll.) dari
negara Endemis PMK seperti India, Brasil, Malaysia, Thailand, Filipina dan sekitarnya.
Penyebab
1. Virus tipe A dari family Picornaviridae, genus Apthovirus.
2. Masa inkubasi 2-14 hari (masa sejak hewan tertular penyakit sampai timbul gejala
penyakit)
Cara Penularan
1. Kontak langsung maupun tidak langsung dengan hewan penderita (droplet, leleran
hidung, serpihan kulit).
2. Vektor hidup (terbawa manusia, dll)
3. Bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dll.)
4. Tersebar melalui angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km
di laut).
GEJALA KLINIS
Pada Sapi
1. Pyrexia (demam) mencapai 41°C, anorexia (tidak nafsu makan), menggigil, penurunan
produksi susu yang drastis pada sapi perah untuk 2-3 hari, kemudian:
a. Menggosokkan bibir, menggeretakkan gigi, leleran mulut, suka menendangkan kaki:
disebabkan oleh vesikula (lepuh) pada membrane mukosa hidung dan bukal serta antara
kuku.
b. Setelah 24 jam: vesikula tersebut rupture/pecah setelah terjadi erosi.
c. Vesikula bisa juga terjadi pada kelenjar susu.
2. Proses penyembuhan umumnya terjadi antara 8 – 15 hari.
3. Komplikasi: erosi di lidah, superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu
permanen, myocarditis, abotus kematian pada hewan muda, kehilangan berat badan
permanen, kehilangan kontrol panas.
Pada Babi
Kemungkinan bisa timbul beberapa lesi kaki ketika dikandangkan pada alas permukaan
yang keras. Kematian yang sering terjadi pada anak babi.
Lesi/ kerusakan jaringan berupa:
• Vesikula atau lepuh pada lidah, sela gigi, gusi, pipi, pallatum molle dan pallatum durum
(langit-langit mulut), bibir, nostril, moncong, cincin koroner, puting, ambing, moncong,
ujung kuku, sela antar kuku.
• Lesi yang ditemukan setelah hewan mati pada dinding rumen, lesi di miokardium,
sebagian hewan muda (disebut juga tiger heart).
DIAGNOSA LABORATORIUM
A. Identifikasi agen penyakit:
• ELISA
• Complement fixation test
• Isolasi virus: inokulasi dari kelenjar tyroid bangsa sapi, babi dan sel ginjal domba:
inokulasi BHK-21 dan sel 1B-RS: inokulasi pada tikus.
B. Test serologi
• ELISA
• Tes netralisasi virus
C. Sampel
• 1 gram jaringan dari kelupasan (bukan) vesikula. Sampel epitel dapat ditempatkan di
media transport dengan pH 7.2 – 7.4 dan jaga tetap dingin.
• Kumpulkan cairan esophagus – pharynk sebagai sampel bisa pada suhu beku < 40?C.
PENCEGAHAN
A. Pencegahan Dengan Cara Biosekuriti:
1. Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu
lintas dan pelaksanaan surveilans.
2. Pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan - hewan yang
kemungkinan kontak dengan agen PMK.
3. Desinfeksi asset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang, mobil,
baju, dll.)
4. Musnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi.
5. Tindakan karantina.
PENUTUP
Penyakit mulut dan kuku, atau sering disebut PMK, adalah salah satu penyakit
menular pada hewan dan sangat ditakuti oleh hampir semua negara di dunia, terutama
negara-negara pengekspor ternak dan produk ternak. Indonesia pertama kali tertular PMK
pada tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur. Upaya pemberantasan dan pembebasan
PMK di Indonesia terus dilakukan sejak tahun 1974 hingga 1986. Pada tahun 1990,
penyakit tersebut benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui
bebas PMK oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office International des
Epizooties (OIE). Keberhasilan Indonesia bebas dari PMK merupakan hasil kerja keras
berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta didukung oleh kondisi geografis
Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam melokalisasi penyakit ini.