Penyakit dapat mengganggu pertumbuhan kambing dan jika dibiarkan dapat membunuh
kambing. Para peternak sebagian besar masih memiliki pengetahuan yang rendah tentang
pengendalian penyakit sedangkan agen penyakit kambing berkembang subur di daerah yang
beriklim tropis seperti Indonesia. Jenis penyakit pada ternak kambing antara lain: kembung,
cacingan, diare, scabies, orf, pink eyes, masitis, keracunan, kutu, dan penyakit kuku, Brucellosis
1. Brucellosis (Keluron Menular)
Merupakan penyakit bacterial pada hewan yang disebbakan oleh genus Brucella dan
bersifat zoonosis (Alton et al., 1988). Penyakit ini menyerang multispesies antara lain
sapi, kambing, domba, babi dan juga manusia. Spesies yang umum menyerang kambing
adalah Brucella melitensis merupakan spesies yang sangat ganas pada manusia dan
merupakan zoonosis paling serius di seluruh dunia (OIE, 2012). World Health
Organization (WHO) laboratory biosafety manual mengklasifikasikan Brucella ke dalam
mikroorganisme kelompok resiko (Risk group) III. Zoonosis yang disebabkan oleh genus
Brucella menjadi masalah besar di negara berkembang seperti di Asia dan Afrika. Pada
ternak kerugian dapat berupa kluron, anak ternak yang dilahirkan lemah, kemudian mati,
terjadi gangguan pada alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran temporer atau
permanen.
Pencegahan
Vaksinasi dan manajeman pada sanitasi kandangnya.
Penularannya
melalui kontak langsung, melalui serangga, melalui luka, perkawinan alami, kawin
suntik, melalui pakan, air minum, atau peralatan kandang yang tercemar (Bakri dan
Saparinto, 2015) dan eksudat alat kelamin, selaput lendir mata.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang tampak antara lain selaput fetus yang diaborsikan terlihat oedema,
hemorhagi, nekrotik, adanya eksudat kental, retensi placenta, mastitis, dan keluar kotoran
dari vagina (Rianto dan Purbowati, 2010).
4. Penyakit Cacing
Salah satu penyakit parasitic yang menjadi permasalahan pada seluran pencernaan pada
kambing dan sering diabaikan oleh peternak adalah penyakit cacingan yang disebabkan
oleh cacing saluran pencernaan (gastrointestinal) (Hanafiah et al., 2002). Parasit cacing
saluran pencernaan merupakan masalah utama yang menyebabkan gangguan kesehatan
pada ternak khususnya ruminansia kecil. Kambing dan domba merupakan ternak yang
mudah terinfestasi oleh parasit cacing saluran pencernaan baik secara klinis maupun
subklinis di negara berkembang (Zeryehun, 2012) dibandingkan dengan ternak yang lain
karena kebiasaannya merumput (Schoenian, 2003).
Kerugian yang ditimbulkan akibat infestasi cacing saluran pencernaan diantaranya adalah
menurunkan performa produksi dan reproduksi (Ayaz et al., 2013) disamping juga
menurunkan feed intake dan feed conversion efficiency (Kanyari et al., 2009), terutama
pada kondisi penyerapan nutrien yang tidak baik akan menghambat pertumbuhan (Terefe
et al 2012) akan memicu terjadinya anemia dan bahkan kematian pada infestasi parasit
cacing yang berat (Hassan et al., 2011). Di samping itu, infestasi parasit cacing akan
menimbulkan lemahnya kekebalan tubuh, sehingga ternak lebih rentan terhadap infeksi
penyakit pathogen lain dan akhirnya akan menyebabkan kerugian ekonomi (Garedaghi et
al., 2011).
5. Penyakit Scabies
penyakit parasitik yang sering ditemukan yakni scabies atau sering dikenal dengan
penyakit kudis. Scabies pada kambing disebabkan karena adanya infestasi tungau
Sarcoptes scabiei var. caprae. Kambing yang menderita scabies memperlihatkan gejala
gatal-gatal pada kulit, kemudian kulit akan melepuh terutama di daerah muka dan
punggung, akhirnya cepat meluas ke seluruh tubuh.
Penularan
Penularan scabies terutama terjadi secara kontak langsung antar ternak sakit dan ternak
sehat, baik antara hewan piaraan maupun antara hewan piaraan dan hewan liar.
Gejala
Tungau Sarcoptes mengisap cairan limfa dengan jalan melakukan perobekan lapisan
epidermis, dan memakan sel-sel jaringan epidermis muda. Hal ini menyebabkan
timbulnya rasa gatal yang terus menerus, sebagai akibatnya penderita akan menggosok-
gosokkan tubuhnya sehingga mengakibatkan luka, yang pada akhirnya memperburuk
kondisi tubuh penderita. Pada awalnya kulit mengalami erithema, kemudian berlanjut
berbentuk papula, vesikula dan akhirnya terjadi peradangan yang diikuti oleh
pembentukan eksudat. Eksudat mengendap pada permukaan kulit sehingga terbentuk
keropeng/kerak. Proses selanjutnya, akan terjadi keratinisasi dan proliferasi yang
berlebihan dari jaringan ikat sehingga menyebabkan bertambah tebalnya kulit serta
terjadi pengeriputan. Selanjutnya akan diikuti oleh kerontokan bulu yang dapat terjadi
pada seluruh permukaan tubuh