Anda di halaman 1dari 9

I.

Anatomi dan Fisologi Ternak Ruminansia Besar

Anatomi (berasal dari bahasa Yunani yaitu anatomia, dari anatemnein, yang berarti
memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi dari
makhluk hidup. Terdapat juga anatomi hewan atau zootomi dan anatomi tumbuhan atau
fitotomi. Beberapa cabang ilmu anatomi adalah anatomi perbandingan,histologi, dan anatomi
manusia. Anatomi hewan juga disebut sebagai anatomi perbandingan atau morfologi hewan
jika mempelajari struktur berbagai hewan, dan disebut anatomi khusus jika hanya mempelajari
satu jenis hewan saja. Respon kondisi fisiologi ternak dapat diukur melalui laju pernafasan dan
suhu rektal, suhu permukaan tubuh, suhu tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
fisiologi ternak adalah suhu, kelembaban, konsumsi pakan, umur, aktivitas otot, kebuntingan
dan stress (Purwanto et.al 1995).

Pada prinsipnya fungsi saluran pencernaan hewan dimaksudkan untuk mencerna dan
mengabsorsi zat-zat nutrisi dan mengekskresikan sisanya menjadi kotoran. Jadi dapat berfungsi
untuk beberapa spesies. Dalam beberapa hewan ternak karnivora dan omnivore lambung
relative sederhana yang disebut lambung monogastrik. Pada kebanyakan hewan struktur
kantong lambung ini sangat esensial karena di dalamnya terdapat kelenjar-kelenjar yang
mengekresikan asam hidroklorat (HCl) dan pepsinogen sebagai precursor pepsin. Renin
sebagai factor koagulasi susu dan lipase gastrik yang menghidrolisis lemak disekresikan pada
ternak muda.

Dalam perkambangan lambung atau intestine pada ternak herbivore megalami


modifikasi karena bisa mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan selulosa dan polisakarida
tanaman. Selulosa adalah struktur karbohidrat yang berperan sebagai kerangka pada ssemua
taaman dan merupakan salah satu bahan organik yang ketersediaanya sangat berlimpah bagi
kehidupan ternak herbivore. Hanya ternak ruminansia yang mampu mendegradasi selulosa
tanaman menjadi suatu komonen yang bermanfaat untuk membentuk produk-produk baik
untuk kepentingan pokok hidup maupun produksi. Kemampuan memanfaatkan selulosa/
polisakarida tanaman tersebut untuk mengingat enzim selulotik yang dapat menghidrolisis
menjadi selubiosa dan glukosa.

Lambung ternka ruminansia terdiri dari 4 kompartemen yaitu, reticulum (perut jala),
rumen (perut beludru), omasum (perut buku) , dan abomasum (perut sejati). Retikulum dan
omasum merupakan fore stomach sedangkan abomasum merupakan true stomach.
Ruminansia berasal dari bahasa latin yaitu ruminae yang berarti mengunyah berulang-
ulang. Dalam mekanisme ini disebut proses ruminasi yaitu suatu proses pencernaan yang
dimulai dari masuknya pakan dalam rongga mulut masuk ke rumen dan setelah menjadi bolus
dimuntahkan kembali (regurgitasi atau dalam kehidupan sehari-hari disebut “nggayemi”) lalu
dikunyah kembali (remastikasi) dan selanjutnya ditelan kembali (redeglutisi). Proses ruminasi
berjalan kira-kira 15 kali sehari dimana dalam setipa ruminasi berlangsung selama 1 menit
samapi 2 jam. Selain terjadi proses ruminasi pada ternka ruminansia juga terjadi proses eruktasi
yang berasal dari kontraksi dorsal saccus rumen ke depan yang membawa gas keluar setelah
kardia membuka. Contohnya ternak ruminansia besar yaitu sapi, kerbau, unta, jerapah.

Keunggulan ternak ruminansia dari non ruminansia adalah dengan adanya tempat
pencernaan yang komptek pada ternak ruminansia yang disebut rumen. Rumen adalah suatu
ekosistim yang komplek yang dihuni oeh beraneka ragam mikroba yang anaerob yang
keberadaannya sangat banyak tergantung pada pakan (Preston dan Leng, 1987). Rumen
mempunyai empat ruangan, yaitu Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum. Rumen dan
retikulum dihubungkan dengan lapisan dari jaringan yang disebut reticulo-rumen fold yang
memungkinkan ingesta dapat berpindah dengan leluasa dari rumen (perut besar) ke retikulum
(perut jala) ataupun sebaliknya.

a. Retikulum

Merupakan lambung bagian terdepan (cranial) dan merupakan bagian rumen


dimana dinding reticulum mempunyai bentuk kotak seperti sarang lebah atau jala sehingga
reticulum disebut sebagai perut jala atau honeycomb. Permukaanya yang kasar
menyebabkan reticulum dapat menahan pakan kasar. Pakan kasar ditolak oleh reticulum
kembali ke dalam mulut untuk dikunyah lagi atau ditolak ke dalam rumen untuk dicerna
oleh mikrobia. Retikulum membantu proses ruminasi dimana bolus diregurgitasi ke dalam
mulut.
Didalam reticulum sering dijumpai bahan-bahan bukan berupa pakan yang tanpa
sengaja dimakan oleh ternak ruminansia seperti batu, sekop, baud, paku dll biasanya sering
dijumpai dalam kantong bawah retikulum. Oleh karena itu petani di Amerika Serikat
menamakan reikulum sebagai hardware stomach.

a. Letak : rumen terletak di sebelah kiri rongga perut

b. Anatomi : permukaannya dilapisi oleh papilai untuk memperluas permukaan sehingga


dapat meningkatkan penyerapan (Absorpsi)

c. Terdiri dari 4 kantong (saccus)

d. Terbagi menjadi 4 zona.

e. Kondisi : - Kandungan Bahan Kering Isi Rumen 10-15%


- pH 6.0 – 7,0. - Suhu 38 – 42 oC
- Berat Jenis/BJ 1,022 – 1,055.
- Gas CO2, H2, CH4, N2, O2 , H2S.
- Mikroba (Bakteri, Protozoa, Fungi) - An aerob.

Retikulum berfungsi :

1. Menyebarluaskan pakan untuk dicerna


2. Membantu dalam proses ruminansi
3. Mengatur arus bahan pakan dari retikulo-rumen melalui reticular-omasal
4. Tempat terjadinya fermantasi mikroba rumen
5. Tempat terkumpulnya “junk” high density material
6. Absorbsi dari hasil akhir proses fermentasi (VFA, ammonia, air dll)
Bagian dalam dari reticulo-rumen dibagi dalam bentuk kantong-kantong (sacs) oleh
reticulo-ruminal fold (sekat) dan oleh pillars (tonjolan) yang dibagi menjadi 5 sacs (kantong),
yaitu :

1. Dorsal sac (terbesar)


2. Ventral sac
3. Eramil ventral sac
4. Ventral caudal blind sac
5. Dorsal caudal blind sac
Pillar adalah jaringan otot yang dapat berkontraksi, yang dapat menyebabkan
perpindahan isi reticulo-rumen dari atas ke bawah atau sebaliknya. Permukaan dalam rumen
sendiri tidak halus, tetapi strukturnya ada tonjolan halus, yang lazim disebut papillae, yang
telah banyak dibahas pada bab sebelumnya. Disepanjang pillar makin jarang terdapat papillae,
karena fungsinya berkontraksi sehingga jika banyak papillae, maka pillar sulit untuk
berkontraksi. Selain itu, isi rumen dibagi dalam 4 zone/phase yaitu :

1. Gas zone : CO2, CH4, bila lebih besar dari gas akan terjadi bloat, tetapi tergantung rumen
ekologi dan keseimbangan fermentasi, umumnya CO2 : 2 – 3 x CH4.
2. Pad zone : daerah dimana ingesta mengandung kurang cairan, disebut juga floating fiber.

3. Fluid phase : sangat penting, papillae panjang/banyak, bakteria mengandung cellulase


yang menimbulkan gas.

4. High density phase : daerah dimana umumnya terkumpul bendabenda yang berat seperti
metal (paku), rock (batu-batuan), kawat dan lain-lain. Terkadang daerah ini bertambah
luas tergantung jenis pakan yang diberikan.

b. Rumen

Suatu kantung muscular yang besar yang terbentang dari diafragma menuju pelvis.
Rumen dibagi lag menjadi kantong-kantong oleh pilar-pilar muscular yang dapat dikenali
bila dipandang dari diafragma menuju ke pelvis. Rumen dibagi-bagi menjadi kantong-
kantong oleh pilar maskular yang dapat dikenali bila dipandang dari luar rumen.
Gambar 1. Lambung Ruminansia dari sebelah Kanan

Rumen melebar di tengah-tengah ringga perut (dari atas ke bawah) dan memanjang
dari ujung bawah rusuk 7 atau 8 ke belakang menuju ke tulang punggung (pelvis).
Permukaan rumen sebelah kiri (parietal surface) menempel pada diafragma, dada sebelah
kiri dari rongga perut dan limpa (spleen) sedangkan permukaan sebelah kanan (visceral
surface) lebih tidak teratur dan berhubungan denga omasum dan abomasum, usus, hati,
pancreas, buah pinggang kiri, aorta dan vena cava posterior. Permukaan sebelah atas
mengikuti lengkungan dari diafragma dan otot sub lumbal yang melekat pada perantaraan
peristenum dan jaringan sampai ke vertebra lumbalis keempat.

Permukaan mukosa rumen berpapillae dan berwarna hitam sehingga Nampak seperti
kain bludru kasar maka disebut perut bludru. Rumen dan reticulum dihuni oleh mikrobia
yaitu bakteri yang konsentrasinya mencapai 109/cc dan protozoa yang konsentrasinya
mencapai 105/cc cairan rumen. Karen pemisahya hanya merupakan lipatan, isi rumen dan
reticulum dapat tercampur dengan mudah. Oleh karena itu reticulum dan rumen dicampur
aduk dengan kontraksi berirama dari otot dinding dari reticulum-rumen. Retikulum dan
rumen merupakan alat pencernaan fermentative. Isi rumen dibagi menjadi 4 zone yaitu :

1. Gas zone. Tempat akumulasi gas


2. Pad zone (floating fiber)
3. Fluid phase
4. High density phase

Besar kecilnya zona tersebut tergantung pada macam pakan yang dikonsumsi ternak
ruminansia.

Kontraksi Pada Rumen


Terdapat 2 macam kontraksi dasar pada rumen, yaitu rumen kontraksi tipe A (sequence)
dan kontraksi tipe B (B sequence).
1. Kontraksi tipe A (sequence) yang dimulai dari
1) Kontraksi double reticulum.
2) Disusul kontraksi dorsal rumen.
3) Dimulai dari muke ke belakang kemudian kontraksi saccus ventralis.
4) Bagian dari dorsal rumen mengalami relaksasi dan akhirnya disusul dengan
kontraksi saccus caudalis. Pada kontraksi ini rumen menjadi teraduk.
Frekuansi kontraksi tipe A pada waktu ternak dipuasakan sebanyak 0,9 kali per menit
pada waktu ruminasi 1,1 kali per menit dan 1,4 kali permenit pda waktu ternak sedang
makan.
Gambar. Kontraksi Tipe A dan Tipe B pada rumen

Tujuan Kontraksi tipe A adalah :


1. Mengaduk pakan di dalam rumen
2. Inokulasi oleh mikrobia sehingga aktivitas mikrobia rumen bertambah
3. Laju arus ingesta bertambah
4. Penyerapan oleh mukosa rumen
2. Kontraksi Tipe B (B sequence) yang dimulai secara sporadis. Arahnya berlawanan
dengan kontraksi tipe A tetapi retikulum tidak ikut berkontraksi.
1) Dimulai dari posterior ventral blind sacs.
2) Kemudian disusul dengan kontraksi posterior dorsal sacs.
3) Lalu ke anterior sehingga lapisan gas berpindah dari cranial dorsal yang diakhiri
atau diteruskan oleh kontraksi saccus ventralis.
4) Tujuan dari kontraksi tipe B untuk mengeluarkan gas (eruktasi).
Gerak kontraksi rumen-retikulum ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1. Distensi (derajat ketegangan) sekitar reticulo-ruminal fold (RFF) dan ventro cranial
sacs. Derajat ini antara 4-20 mmHg merangsang konraksi sedang diluar kisaran
dapat menghambat konraksi.
2. Derajat keasaman (pH). Jika pH abomasum < 2 maka kontraksi rimen akan
bertambah frekuensinya.
3. Kadar glukosa darah. Peristiwa hipoglisemia dapat merangsang kontraksi rumen.
Fungsi dari rumen ;
1. Menyimpan bahan pakan untuk sterusnya mengalami proses digesti (dicerna)
2. Lokasi proses fermentasi
3. Proses absorbs hasil akhir fermentasi
4. Proses percampuran (mixing) dan pencernaan ingesta.
Beberapa hal penting yang erat hubungannya dengan aktivitas rumen :
1. Prehensi. Suatu proses gerakan untuk memperoleh makan dan memasukkanya ke
dalam mulut. Bagian tubuh yang terlibat yaitu gigi, bibir dan lidah berfungsi sebagai
organ untuk Prehensi.
2. Mastikasi (chewing). Proses mengunyah pada ternak dan kelanjutan dari prehensi.
Pakan dalam mulut seolah-olah digerus antara geraham atas dan bawah dengan
sangat cepat. Ternak muda mengunyah pakan lebih baik daripada ternak tua.
Gerakan geraham pada sapi yang mengunyah pakan konsentrat sebesar 95 kali
untuk hijaun 78 kali. Tujuannya untuk mengurangi partikel pakan dan sekresi
saliva.
3. Ensalivasi. Peristiwa keluarnya ludah dari kelenjar ludh dan masuk ke dalam mulut.
ada 2 kelompok kelenjar ludah, yaitu :
a. Alcaligenic Glands. Ludah disekresikan banyak mengandung bikarbonat tetapi
sedkit mengandung muko protein atau bersifat cair (low viscous) missal
kelenjar parotid, inferior molar,buccal dan pallatin.
b. Mucogenic Glands. Ludah yang mengandung muko protein atau bersiat kental
(viscous) missal kelenjar sub maxillar, sub lingual, labial dan pharyngeal.
4. Deglutisi. Proses penelanan pakan. Di bagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase meninggalkan mulut
2. Fase dalam pharynx
3. Fase dalam esophagus masuk ke dalam retikulo-rumen
5. Eruktasi. Proses keluarnya gas dari rumen ke mulut atau yang disebut bleching.
6. Ruminasi. Ada 4 aktivitas yaitu, regurtasi, remastikasi, reensalivasi, redeglutasi.
7. Aktivitas Lambung. Mobilitas retikulo-rumen dipengaruhi oleh nervus vagus (para
sympahtic) yang dibedakan menjadi 2 tipe yaitu Tipe A dan Tipe B.

c. Omasum
Merupakan lambung ruminansia yang ditaburi oleh lamina pada permukaanya sehingga
menambah luas permukaannya. Permukaan omasum terdiri atas lipatan (fold) sehingga
Nampak berlapis-lapis tersusun seperti halaman buku maka disebut perut buku atau
manyplies. Omasum dihubungkan dengan reticulum oleh sebuah lubang yang dinamakan
retikulo-omasal. Mulai dari retikulo-omasal membentang sampai ke lubang esophagus ke
dalam omasum terdapat sebuah lekukan yang berbentuk seperti selokan atau saluran air.
Saluran ini dinamakan sulcus oesophagii menyebabkan digesta cair dapat masuk ke dalam
omasum. Keberadaan sulcus oesophagii menyebabkan digesta cair dapat masuk secara
langsung dari esophagus ke dalam imasum tanpa singgah dalam rumen. Pada saat ini
dilahirkan dan periode menyusu, sulcus oesophagii tidak dapat membentuk sebuah tabung
sehingga air susu yang diminum tidak tercecer ke dalam rumen dan reticulum dan menjadi
pakan mikrobia.
Omasum dihubungkan dengan reticulum oleh saluran yang sempit dan pendek terletak
disebelahn kanan garis median dibelakang rusuk ketujuh sampai kesebelah dan berbentuk
spheris. Fungi Omasum untuk :
1. Mengatur arus ingesta ke abomasum melalui omasal-abomasal rificie
2. Penggilingan dengan laminae
3. Menyaring partikel besar
4. Lokasi fermantasi
5. Absorbsi material pakan dan air sehingga banyak mengandung material pakan menjadi
lebih kering diomasum.

d. Abomasum
Tempat terjadinya pencernaan pakan secara kimiawi Karen adanya sekresi getah lambung.
Abomasum sama dengan perut manusia. Mukosa abomasum terdiri atas sel-sel kelenjar
yang menghasilkan HCl dan pepsinogen seperti pada mamalia lain. Maka dari itu disebut
perut sejati (true stomach) atau perut kelenjar (gland stomach). Dalam abomasum terdapat
3 tipe kelenjar (galnds) yaitu :
1. Cardiac gland (mucous)
2. Fundle gland. Dengan tipe sel yaitu body chief cell (enzymes), neck chief (mucous) dan
parietal cell (HCl).
3. Pyloric gland (mucous)
Fungsi daroi abomasum yaitu :
1. Mengatur arus ingesta ke usu kecil yang dibantu oleh adanya folds atau ridges yang
membantu pergerakan material
2. Permulaan dari enzymatic dan chemical digestive processes.

II. Rumen Sebagai Alat Pencernaan Fermentatif


Permukaan luar rumen ditandai dengan adanya celah yang sesuai dengan batas yang
menonjol di permukaan sebelah dalam rumen yang disebut pillar, sehingga rumen seolah-olah
dibagi menjadi kantong-kantong. Selain itu permukaan dalam rumen juga tidak halus, tetapi
terdiri dari tonjolan halus yang disebut pappilae, yang berfungsi untuk memperbesar luas
permukaan dinding rumen sehingga absorpsi produk fermentasi (VFA, NH3, CH4, CO2) akan
menjadi lebih besar. Secara anatomis-fisilogis, rumen diciptakan sedemikian rupa untuk dapat
menampung bahan pakan yang berasal dari tanaman dalam jumlah yang relatif banyak dan
memiliki kondisi yang cocok untuk kehidupan populasi mikroba sehingga mempunyai
spesialisasi yang tinggi untuk memproses bahan-bahan pakan dari tanaman yang dikonsumsi
ternak ruminansia. Semua reaksi fermentasi terjadi di dalam rumen, karena semua hasil-hasil
fermentasi seperti; VFA, NH3, CH4 dan CO2 terbentuk di dalam rumen. Fungsi rumen antara
lain sebagai fermentasi, absorpsi, pencampuran ingesta, membentuk vitamin B komplek dan K,
tempat pembentukan protein mikrobial yang merupakan sumber nutrien bagi induk semang.
Konsentrasi asam laktat dalam rumen adalah tinggi, bila diberi makanan yang banyak
mengandung butiran atau yang kaya akan gula. Asam asetat dan asam butirat adalah ketogenik,
sedang asam propionat adalah anti ketogenik. Proses pencernaan pada ternak ruminansia lebih
banyak ditentukan oleh pencernaan fermentatif di dalam rumen dalam kondisi anaerob, suhu
berkisar antara 380 – 420C dan pH 6 – 7. Kondisi seperti itu dapat memacu pertumbuhan dan
perkembangan mikroba rumen, sehingga dapat melakukan aktifitas fisiologinya terutama dalam
hubungannya dengan fermentasi rumen. Selain kapasitas rumen paling tinggi yakni kurang lebih
70% dari kapasitas saluran pencernaan secara keseluruhan (Colin dalam Lewis dan Hill, 1983)
juga ekosistem dalam rumen itu sendiri (Orskov dan Ryle, 1990), menyebabkan pencernaan
ternak ruminansia lebih banyak ditentukan oleh pencernaan

Anda mungkin juga menyukai