Anda di halaman 1dari 3

Nama:Rhaditya Yufianata

Nim:05041282328034
Kelas:B

SISTEM PENCERNAAN PADA TERNAK RUMINANSIA


Ternak ruminansia terdiri dari ruminansia besar diantaranya sapi dan kerbau dan
ruminansia kecil diantaranya kambing dan domba. Ruminansia memiliki sistim
pencernaan yang berbeda dengan ternak yang lain. Sistim pencernaan ruminansia
memiliki beberapa tahapan dalam mencerna makanan. Mengetahui sistim pencernaan
ternak yang dipelihara oleh peternak sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana
cara kerja saluran pencernaan sehingga memudahkan dalam penanganan jika terjadi
kasus-kasus pada pencernaan. Pencernaan adalah tempat dimana makanan diperoses di
dalam tubuh. Pencernaan ternak ruminansia berbeda dengan ternak yang lain, ternak

ruminansia memiliki lambung ganda. Proses pencernaan ternak ruminansia terjadi


secara mekanis (didalam mulut), secara fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan)
(Sutardi, 1979). Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, rumen,
retikulum, omasum, abomasum, usus halus, sekum, kolon dan rektum. Rumen memiliki
ukuran yang paling besar yaitu 80 %, retikulum 5 %, omasum 7 % dan abomasum 8 %
(Church, 1988).

A. Pencernaan Secara Mekanis


Pencernaan secara mekanis dilakukan di dalam mulut, HPT yang telah direnggut
dikunyah didalam mulut kemudian di telan, setelah istirahat dikeluarin kembali dan
dikunyah lebih halus, hal ini disebut memamah biak. Pengunyahan di dalam mulut
bercampur dengan saliva (air liur) untuk membantu proses pengunyahan dan menelan
makanan. Saliva memiliki pH sekitar 8,2 dan dengan kandungan sodium bikarbonat yang
tinggi. Saliva berfunsi sebagai buffer yang membantu menetralkan pengaruh asam dari
pakan yang dikonsumsi ternak setelah masuk ke dalam rumen.

B. Pencernaan pada Rumen


Rumen disebut juga perut besar karena merupakan bagian lambung terbesar di dalam
sistem pencernaan ternak ruminansia. Permukaan rumen dilapisi oleh papilia. Rumen
berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, tempat absorbsi VFA dan tempat
pencampuran pakan. Rumen sapi memiliki berbagai jenis bakteri yang berbeda dengan
jumlah yang sangat

berbeda dengan jumlah yang sangat banyak dan beberapa tipe protozoa yang membantu
memanfaatkan serat dari bahan pakan dan sumber Nitrogen non protein. Rumen pada
ternak ruminansia memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan dengan lambung
yang lainnya. pH ideal dalam rumen adalah 6-7, pada pH tersebut mikroorganisme akan
tumbuh dengan baik. Jika pH rumen sering terjadi perubahan diluar pH 6-7 maka
sebagian dari jenis mikroorganisme akan mati sehingga mengurangi pemanfaatan pakan
yang di proses di dalam rumen. Pemberian konsentrat dengan persentase yang tinggi
dapat meningkatkan performa ternak dalam jangka waktu yang pendek namun pemberian
konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat menyebabkan asidosis. Jika produksi
VFA dan asam laktat tinggi dan melebihi kapasitas absorbsinya dan kemampuan menuju
gastro intestinal maka akan terjadi asidosis.
Bakteri menghasilkan enzim untuk menguraikan makanan sehingga membantu ternak
memanfaatkan nutrisi yang ada di dalam pakan. Lingkungan bakteri harus memiliki
kondisi pH maupun suhu yang sesuai dengan pertumbuhannya. Fermentasi dalam rumen
terjadi konversi karbohidrat menjadi volatile fatty acids (VFA) dan gas serta
menkonversi selulosa menjadi energi. Produksi gas di dalam rumen terdiri dari
methan dan karbondioksida yang berjumlah 20-40% (DeLaval, 2002). Jika gas menumpuk
dalam rumen
akan dikeluarkan melalui sendawa.
C. Pencernaan pada Retikulum
Retikulum disebut juga perut jala karena permukaan bagian dalamnya mirip dengan
jala atau sarang lebah. Rumen dengan retikulum hampir tidak berjarak. Retikulum
juga membantu regurgitasi (ruminasi). Retikulum berfungsi sebagai tempat fermentasi
pakan oleh mikroorganisme. Hasil fermentasi retikulum diantaranya adalah VFA,
amonia dan air. Bahan pakan yang difermentasi terutama VFA, amonia dan air pada
retikulum mulai diabsorbsi.

D. Pencernaan pada Omasum


Omasum adalah lambung ketiga dari ternak ruminansia. Omasum disebut perut buku
karena memiliki lipatan- lipatan seperti buku berupa lipatan- lipatan logitudinal.
Pencernaan pada omasum masih terjadi fermentasi mikroorganisme. Omasum berfungsi
sebagai pengatur arus ingesta ke abomasum dan menyaring partikel yang besar.
Terjadi penyerapan air yang terkandung di dalam hijauan pakan ternak oleh dinding
omasum, di dalam omasum enzim bekerja menghaluskan hijauan.

E. Pencernaan pada Abomasum


Abomasum terbagi atas tiga bagian yaitu : florika yang merupakan sekresi mukus,
fundika (sekresi pepsinogen, renin dan mukus) dan Kardia yang merupakan sekresi
mukus. Abomasum tempat permulaan pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari
abomasum ke duodenum. Pakan di abomasum akan dicerna kembali dengan

bantuan asam klorida dan berbagai enzim. Asam klorida membantu mengaktifkan enzim
pepsinogen melakukan pencernaan.

F. Pencernaan pada Usus Halus


Setelah selesai pencernakan pakan di abomasum maka akan dilanjutkan ke usus halus.
Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum. Dodenum kondisinya asam
sehingga bakteri dari lambung tidak bisa hidup di duodenum. Kondisi asam akibat
dari percampuran asam dari abomasum, getah pankereas, hati, kantung empedu dan
kelenjar dari usus halus. kemudian makanan akan mengalami pencernaan dengan bantuan
enzim yang dihasilkan dari dinding usus. Makanan pada tahap ini partikelnya lebih
halus. Setelah itu makanan berlanjut pada ileum, ileum memiliki banyak vili yang
berfungsi memperluas bagian penyerapan sehingga penyerapan akan lebih optimal.

G. Pencernaan pada Usus Besar


Usus besar kususnya caecum dan kolon, Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya didorong
dengan peristaltik usus ke usus besar. Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya masih
mengandung mineral dan air. Penyerapan mineral dan air paling banyak di usus besar,
penyerapan terjadi melalui dinding usus. Zat-zat yang diserap akan didistribusikan
ke seluruh tubuh yang membutuhkan, sedangkan sisa atau ampas dari penyerapan akan
dikeluarkan melalui rektum.

DAFTAR PUSTAKA :

Church, D. C. , (1988) The Ruminan Animal. Digestive Physiology and nutrition.


Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey
DeLaval (2002) Digestive Physiology of the cow
Hutjens, M. (201) The Digestive Physiology Ruminant. University of Illionois
Sutradi, T. (1979) Ketahanan Protein Bahan Makanan Terhadap Degradasi oleh Mikroba
Rumen dan Manfaatnya bagi Produksi Ternak . Proseding seminar
penelitian
dan Penunjang Peternakan.
LPP. Bogor.
Fisiologi Sistem Pencernaan Unggas
Sistem pencernaan bekerja dalam menyerap nutrisi dalam pakan sehingga
mampu memenuhi kebutuhan ayam, terdiri atas saluran
cerna utama, yaitu mulut, oesofagus, ingluvies, proventrikulus, ventrikulus,
intestinum
tenue (duodenum, jejunum, illeum), coecum, intestinum crassum, dan cloaca,
dilengkapi dengan kelenjar tambahan, yaitu hati, pankreas dan kantung empedu

1. Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan ayam memiliki panjang berkisar 245-255 cm, tergantung
pada umur dan jenis unggas, terdiri atas tiga macam jenis pencernaan, yaitu (1)
pencernaan secara mekanik/ fisik, merupakan pencernaan yang dilakukan oleh serabut
otot, terutama terjadi di gizzard yang dibantu oleh bebatuan, (2) pencernaan secara
kim…
Hati ayam terletak dekat dengan ventriculus, terdiri atas dua lobus dengan berat
sekitar 1,7-2,8 persen dari bobot hidup, tergantung bangsa, umur dan kesehatan
individu ayam. Warna hati menentukan status kesehatan ayam, hati yang normal
berwarna coklat kemerahan, hati yang berlemak berwarna kekuningan. Hati
merupakan pusat metabolisme tubuh, baik metabolisme karbohidrat, protein, lemak
maupun vitamin, tempat pembentukan dan destruksi eritrosit, sekresi empedu,
sintesis
besi, serta pusat detoksifikasi

Garam-garam empedu berperan dalam proses emulsi asam lemak rantai


panjang, monogliserida, digliserida dan kolestrol yaitu glikokholat dan taurokholat
yang terbuat dari kolestrol ditambah glisin atau taurin. Empedu mengandung
garamgaram empedu yang berfungsi membantu enzim lipase dalam mencerna lemak dan
absorbsi vitamin A, D, E dan K, yang larut dalam lemak

Daftar Pustaka
Jacob dan Pescatore, 2013)
(Zainuddin et al., 2015)
(Porter, 2012)
(Svihus, 2014; Yasin, 2010
(Svihus, 2014; Jacob dan Pescatore, 2013)
(Jacob dan Pescatore, 2013; Soeharsono, 2010; Sari dan (Ginting, 2012)
(Sari dan Ginting, 2012)
(Murwani, 2010; Porter, 2012; Jacob dan Pescatore, 2013)
(Svihus,
2014)
(Porter, 2012)
(Has et al., 2014)
(Mirnawati et al., 2013).
(Emma et al, 2013)
(Porter, 2012; Jacob dan Pescatore, 2013)

Anda mungkin juga menyukai