NIM: B1D022149
KELAS: 4 B1
MATAKULIAH: ILMU NUTRISI TERNAK RUMINANSIA
Contoh dari hewan ruminansia ini sebagian besar adalah hewan ternak yakni sapi, domba,
kambing, kerbau, kijang, bison, banteng, anoa rusa, dan jerapah. Untuk enam hewan
terakhir tersebut bukanlah hewan ternak tetapi masih termasuk dalam hewan pemamah
biak.
diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral. Komposisi
dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik, air sebagai penyusun
utamanya. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai
kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya), sedangkan komponen organik
pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin,
asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan
beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Saliva juga mengandung gas
(CO2, O2, dan N2), immunoglobin (seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-
rata 9,4 dan 0,32 mg%)/. Fungsi saliva: membantu penelanan, buffer (ph 8,4 –
8,5) dan suplai nutrien mikroba. Sekresi saliva pada sapi 150 liter hari-1, pada domba
10 liter hari-1.
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh
mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis.
B. Rongga mulut
Sama halnya proses pencernaan hewan lain yang bukan termasuk hewan ruminansia,
pencernaan pertama kali dilakukan pada mulut. Didalam mulut pada hewan
ruminansia terdiri atas gigi, lidah, kelenjar lidah(saliva). Bagian kelenjar lidah(Saliva)
ini merupakan cairan kompleks yang memiliki yang memiliki kompenen organik dan
kompenen anorganik. Saliva ini memiliki banyak fungsi, untuk membantu penelanan
dan suplai nutrien mikroba.
Makanan yang masuk kedalam mulut, secara mekanik akan dihancurkan dengan gigi
dan campuran saliva. Pada hewan sapi, saliva yang dimilikinya ada 3 pasang glandula
saliva, yakini:
Glandula parotis, yang terletak didepan telinga.
Glandula sumandibularis, yang terletak di rahang bawah.
Glandula sublingualis, yang terletak dibawah lidah.
Saliva hewan sapi tidak memiliki kandungan enzim amilase sehingga proses
pencernaannya hanya berlangsung secara mekanik saja.
C. Gigi
Susunan gigi (sapi) :
M3 P3 C0 I0 I0 C0 P3 M3
M3 P3 C0 I4 I4 C0 P3 M3
Geraham depan dan geraham belakang berbentuk leber dan datar. Gigi seri berfungsi
khusus untuk menjepit makanan berupa tubmbuhan.
D. Esofagus
Dapat disebut bahwa esopagus ini adalah krongkongan, yang mana merupakan saluan
untuk menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran
esofagus ini, terdapat daerah yang disebut faring. Didalam faring tersebut terdapat
klep, Yakini epiglottis yang mengatur supaya makanan tidak masuk ke bagian
trakea(tenggorokan). Fungsi utama dari esofagus ini adalah untuk menyalurkan
makanan menuju ke lambung dengan Gerakan peristalik.
E. Lambung
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah kembali dan pada lambung juga terjadi proses fermentasi. Struktur lambung
ternak ruminansia memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen (fermentor), Retikulum,
Omasum dan Abomasum (lambung sejati, dimana proses pencernaan berlangsung
secara enzimatis), seperti terlihat pada gambar di bawah.
1. rumen (perut besar) : tempat penccernaan protein dan polisakarida, juga tempat
fermentasi selulosa oleh bacteri yang menghasilkan selulose
2. retikulum (perut jala) : tempat pembentukan bolus (gumpalan-gumpalan makanan yang
masih kasar)
3. omasum (perut kitab) : tempat bolus bercampur enzim
4. abomasum (perut masam) : tempat pencernaan oleh enzim.
Jalannya makanan :
5. Dari mulut makanan ditelan masuk ke omasum dan bercampur dengan enzim.
6. Selanjutnya bolus menuju ke abomasum dan terjadi pencernaan secara kimia oleh
enzim.
7. Selanjutnya makanan menuju ke usus untuk diserap sari-sarinya dan sisa-sisa makanan
berupa feses dikeluarkan melalui anus.
1) Rumen
Pakan yang telah melewati mulut maka akan melewati pharynx dan
melalui oesophagus menuju rumen.
Rumen merupakan bagian perut yang paling depan dengan kapasitas paling
besar. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-
8%. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga
dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat
papilla dan papillae. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang
dikonsumsi untuk sementara waktu. Temperatur dalam rumen 39-400C dengan
pH = 6,7 – 7,0. Di dalam rumen terdapat bakteri, jamur dan protozoa, dan gas:
CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S. Kondisi dalam rumen anaerob.
Saluran pencernaan sapi tidak menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa yang
merupakan bagian terbesar dari pakan serat, yaitu sekitar 30-60% dari total bahan
kering. Karena enzim yang digunakan dalam pencernaan serat berasal dari
mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely (1994), rumen volumenya dapat
mencapai 200 liter, rumen mengandung mikroorganisme, bakteri, dan protozoa
yang akan menghancurkan bahan-bahan berserat, mencerna bahan-bahan itu
untuk kepentingan mikroba itu sendiri, membentuk asam-asam lemak mudah
terbang, serta mensintesis vitamin B serta asam-asam amino.
2) Reticulum
Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna
pula karbohidrat.
- Cairan usus
Sekum dan Kolon, kondisinya hampir sama dengan rumen. Di dalam sekum
berlangsung absorbsi VFA dan air. Konsentrasi VFA pada sekum 7 mM, pada
kolon: 60 mM, pada rumen = 100 – 150 mM.
6) Usus Besar
Menurut Rianto (2011), ada tiga pokok yang terdpat dalam kelompok usus
besar, yaitu colon, caecum, dan rectum. Pada saat digesta masuk ke dalam colon,
sebagian besar digesta yang mengalami hidrolisis sudah terserap sehingga materi
yang masuk ke dalam colon adalah materi yang tidak dicerna.
7) Rektum Dan Anus
Rektum adalah bagian lubang tempat pembuangan feses dari tubuh hewan sapi.
Sebelum dibuang melalui anus, feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian
rektrum. Nah, apabila feses sudah siap dibuang, maka otot spinkter rektum akan
mengatur pembukaan dan penutupan pada anus. Otot spinkter pada bagian rektrum
ini adalah 2 yakni otot polos dan otot lurik. Sementara pada bagian anus yang
sebagai lubang pembuangan kotoran, dikendalikan oleh otot sphincter yang juga
membantu melindungi pembukaan anus.
A. Mulut
Dalam mulut, bahan makanan dikunyah sehingga ukurannya menjadi lebih
kecil. Paruh berperan sebagai alat pencernaan mekanik. Dalam perut dan usus,
bahan makanan diuraikan menjadi molekul kecil oleh enzim pencernaan yang
dihasilkan oleh ternak. Pati (polisakarida) terurai menjadi oligosakarida,
disakarida, dan glukosa. Protein (polipeptida) diuraikan menjadi oligopeptida,
dipeptida, dan asam amino, yang kesemuanya disebut dengan pencernaan
hidrolitik. Dalam mulut, terdapat beberapa kelenjar air liur (saliva). Kelenjar
saliva utama pada berbagai jenis ternak umumnya adalah kelenjar parotid yang
terletak di depan telinga, kelenjar mandibularis (submaksilaris) terdapat pada
rahang bawah, dan kelenjar sublingualis terdapat di bawah lidah.
B. Tekak (pharing)
Tekak (Fharing) adalah organ yang berada pada bagian tengah leher.
Letaknya diapit oleh saluran rongga hidung dan laring yang merupakan bagian
dari saluran pernapasan atas. Di mana, laring merupakan ruangan kecil yang
menghubungkan faring dan trakea.
C. Ventrikulus
Ventrikulus ayam mempunyai serabut otot yang sangat tebal dan kuat.
Organ ini berkontraksi secara teratur. Butir-butir batu kecil yang terdapat di
dalamnya dan kontraksi urat daging ventrikulus menggerus makanan menjadi
pasta yang halus. Adanya grit dalam ventrikulus tidaklah essensial. Namun,
penambahan grit dalam ransum, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
ransum sekitar 10%.
D. Sekum
Pencernaan fermentatif pada unggas sebenarnya juga terjadi, yaitu pada
bagian sekum dan kolon. Pada organ ini, karbohidrat dirombak menjadi asam
lemak terbang (volatile fatty acid). Sekum pada unggas analog dengan usus
buntu (appendix) pada manusia. Pada unggas, alat pencernaan ini lebih besar
serta fungsinya tidak jelas. Ayam mempunyai dua sekum yang berfungsi juga
sebagai alat penyerapan produk fermentasi dari mikroba yang ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D., 1992. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono Dan Praseno).
Rianto, E dan Endang Purbowati . 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Bogor : Penebar
Swadaya.