Anda di halaman 1dari 11

NAMA: NADIYA WULANDARI

NIM: B1D022149
KELAS: 4 B1
MATAKULIAH: ILMU NUTRISI TERNAK RUMINANSIA

ANATOMI DAN FISIOLOGI PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA


1. Pengertian Hewan Ruminansia
Secara etimologi, kata “ruminansia” berasal dari bahasa Latin, yakni “Ruminae”
yang berarti mengunyah kembali. Dalam ilmu peternakan dan ilmu hewan, hewan
ruminansia adalah hewan pemamah biak, yang mana merupakan hewan pemakan
tumbuhan (herbivora) dengan sistem pencernaan dalam dua langkah. Meskipun
demikian, semua hewan herbivora itu tidak termasuk pada kelompok ruminansia ini. Hal
tersebut karena ciri utama dari hewan ruminansia adalah memiliki dua fase mengunyah
sebelum makanannya dapat dicerna di perut.

Contoh dari hewan ruminansia ini sebagian besar adalah hewan ternak yakni sapi, domba,
kambing, kerbau, kijang, bison, banteng, anoa rusa, dan jerapah. Untuk enam hewan
terakhir tersebut bukanlah hewan ternak tetapi masih termasuk dalam hewan pemamah
biak.

2. Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia


Pencernaan adalah peroses penguraian atau pemecahan bahan makanan yang telah
dikunyah sebelumnya kedalam bentuk” zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh mahluk
hidup. Pada hewan ruminansia, sistem pencernaan disebut unik sebab didalam perut
mereka memiliki lambung ganda, sehingga prosesnya lebih panjang dan kompleks.
Perbedaan yang mendasar antara sistem pencernaan hewan ruminansia dengan hewan
lain adalah kelompok hewan ini memiliki struktur gigi yakini pada gerham belakang
(molar) berukuran besar dan berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna.
Lambung ganda yang dimaksud adalah bukan berjumlah dua, tapi empat bagiian yakini
rumen(perut besar), retikulum(perut jala), omasum(perut kitab), dan abomasum(perut
masam). Tidak hanya itu saja, didalam perut hewan ruminansia terdapat bakteri selulotik
yang menghasilkan vitamin B, asam amino dan gas metan(CH4) yang mana dapat
digunakan dalam proses pembuatan biogas sebagai sumber energi alternatif. Pada
dasarnya proses pencernaan pada hewan ruminansia ini dimulai dari rumput yang
dimakan, dikunyah dan ditelan menuju ke kerongkongan. Setelah itu, makanan akan
masuk kebagian perut pertama yakini rumen sebagai ”gudang sementara” dari makanan
yang telah tertelan. Dirumen tersebut nantinya akan terjadi pencernaan protein, lalu
diteruskan kebagian perut kedua yakini reticulum. Di reticulum, makanan akan dibentuk
menjadi gumpalan-gumpalan kasar yang disebut dengan bolus. Biasanya ketika hewan
ruminansia ini tengah bersantai, bolus yang ada di reticulum tadi akan dimuntahkan
kembali ke mulut, yang kemudian dimamah kedua kalinya setelah proses pemamahan
kedua kalinya itu, makanan akan ditelan kembali dan diteruskan kebagian perut ketiga
yakini omasum. Di omasum, akan terdapat produksi enzim yang bercampur dengan bolus.
Setelah makanan hancur maka solulosa juga akan ikut hancur, yang kemudian diteruskan
ke usus halus, lalu ke usus besar, hingga berakhirlah ke anus.
3. Anatomi Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia Sapi Dan Fungsinya
A. Mulut
Di dalam mulut terdapat saliva dan gigi. Saliva adalah cairan kompleks yang

diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral. Komposisi
dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik, air sebagai penyusun
utamanya. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai
kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya), sedangkan komponen organik
pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin,
asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan
beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Saliva juga mengandung gas
(CO2, O2, dan N2), immunoglobin (seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-
rata 9,4 dan 0,32 mg%)/. Fungsi saliva: membantu penelanan, buffer (ph 8,4 –
8,5) dan suplai nutrien mikroba. Sekresi saliva pada sapi 150 liter hari-1, pada domba
10 liter hari-1.
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh
mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis.
B. Rongga mulut
Sama halnya proses pencernaan hewan lain yang bukan termasuk hewan ruminansia,
pencernaan pertama kali dilakukan pada mulut. Didalam mulut pada hewan
ruminansia terdiri atas gigi, lidah, kelenjar lidah(saliva). Bagian kelenjar lidah(Saliva)
ini merupakan cairan kompleks yang memiliki yang memiliki kompenen organik dan
kompenen anorganik. Saliva ini memiliki banyak fungsi, untuk membantu penelanan
dan suplai nutrien mikroba.
Makanan yang masuk kedalam mulut, secara mekanik akan dihancurkan dengan gigi
dan campuran saliva. Pada hewan sapi, saliva yang dimilikinya ada 3 pasang glandula
saliva, yakini:
 Glandula parotis, yang terletak didepan telinga.
 Glandula sumandibularis, yang terletak di rahang bawah.
 Glandula sublingualis, yang terletak dibawah lidah.
Saliva hewan sapi tidak memiliki kandungan enzim amilase sehingga proses
pencernaannya hanya berlangsung secara mekanik saja.
C. Gigi
Susunan gigi (sapi) :

M3 P3 C0 I0 I0 C0 P3 M3

M3 P3 C0 I4 I4 C0 P3 M3

M: molare (geraham belakang) P : prae molare (geraham depan) C : caninus (gigi


taring)

I: dens insisivus (gigi seri)

Geraham depan dan geraham belakang berbentuk leber dan datar. Gigi seri berfungsi
khusus untuk menjepit makanan berupa tubmbuhan.

D. Esofagus
Dapat disebut bahwa esopagus ini adalah krongkongan, yang mana merupakan saluan
untuk menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran
esofagus ini, terdapat daerah yang disebut faring. Didalam faring tersebut terdapat
klep, Yakini epiglottis yang mengatur supaya makanan tidak masuk ke bagian
trakea(tenggorokan). Fungsi utama dari esofagus ini adalah untuk menyalurkan
makanan menuju ke lambung dengan Gerakan peristalik.
E. Lambung
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah kembali dan pada lambung juga terjadi proses fermentasi. Struktur lambung
ternak ruminansia memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen (fermentor), Retikulum,
Omasum dan Abomasum (lambung sejati, dimana proses pencernaan berlangsung
secara enzimatis), seperti terlihat pada gambar di bawah.

Pada hewan memamah biak lambung terdiri dari 4 bagian :

1. rumen (perut besar) : tempat penccernaan protein dan polisakarida, juga tempat
fermentasi selulosa oleh bacteri yang menghasilkan selulose
2. retikulum (perut jala) : tempat pembentukan bolus (gumpalan-gumpalan makanan yang
masih kasar)
3. omasum (perut kitab) : tempat bolus bercampur enzim
4. abomasum (perut masam) : tempat pencernaan oleh enzim.

Jalannya makanan :

1. Makanan dikunyah di mulut masuk ke oesofagus selanjutnya ke rumen yang berfungsi


sebagai tempat sementara bagi makanan yang tertelan.
2. Di rumen terjadi pencernaan protein dan polisakarida serta fermentasi selulosa oleh
enzim selulosa yang dihasilkan bacteri.
3. Dari rumen makanan masuk ke retikulum dan makanan dibentuk menjadi bolus.
4. Bolus dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah kembali.

5. Dari mulut makanan ditelan masuk ke omasum dan bercampur dengan enzim.
6. Selanjutnya bolus menuju ke abomasum dan terjadi pencernaan secara kimia oleh
enzim.

7. Selanjutnya makanan menuju ke usus untuk diserap sari-sarinya dan sisa-sisa makanan
berupa feses dikeluarkan melalui anus.

1) Rumen
Pakan yang telah melewati mulut maka akan melewati pharynx dan
melalui oesophagus menuju rumen.

Rumen merupakan bagian perut yang paling depan dengan kapasitas paling
besar. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-
8%. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga
dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat
papilla dan papillae. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang
dikonsumsi untuk sementara waktu. Temperatur dalam rumen 39-400C dengan
pH = 6,7 – 7,0. Di dalam rumen terdapat bakteri, jamur dan protozoa, dan gas:
CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S. Kondisi dalam rumen anaerob.
Saluran pencernaan sapi tidak menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa yang
merupakan bagian terbesar dari pakan serat, yaitu sekitar 30-60% dari total bahan
kering. Karena enzim yang digunakan dalam pencernaan serat berasal dari
mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely (1994), rumen volumenya dapat
mencapai 200 liter, rumen mengandung mikroorganisme, bakteri, dan protozoa
yang akan menghancurkan bahan-bahan berserat, mencerna bahan-bahan itu
untuk kepentingan mikroba itu sendiri, membentuk asam-asam lemak mudah
terbang, serta mensintesis vitamin B serta asam-asam amino.

2) Reticulum

Reticulum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan


menyerupai sarang tawon dengan struktur yang halus dan licin serta
berhubungan langsung dengan rumen. Retikulum sering disebut sebagai perut
jala atau hardware stomach. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan
tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara
retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan
menjadi tercampur. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan
pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi, membantu proses ruminasi dan
mengatur arus ingesta ke omasum, serta absorpsi hasil fermentasi.
3) Omasum
Omasum adalah bagian perut setelah retikulum yang mempunyai bentuk
permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk fisik ini dengan
gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling makanan yang melewatinya dan
juga berperan menyerap sebagian besar air. Omasum sering juga disebut dengan
perut buku/kitab, karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar
antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang yang
disebut omaso abomasal orifice. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk
mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Omasum terletak
disebelah kanan kanan(retikulum) garis media (disebelah rusuk 7-11), Bentuk :
ellips, permukaan dalam berbentuk laminae → perut buku (pada lamina
terdapat papila untuk absorpsi). Oomasum berfungsi sebagai : grinder, filtering,
fermentasi, dn absorpsi).
4) Abomasum
Abomasum merupakan bagian perut yang terakhir. Sebetulnya bagian
inilah yang sebenarnya merupakan perut ternak ruminansia. Abomasum sering
juga disebut dengan perut sejati. Pada anak sapi (pedet) abomasum mempunyai
ukuran lebih besar dibanding ketiga bagian lambung yang lain. Ph pada
abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian
kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum
dapat berpindah kesebelah kiri. Abomasum berbentuk memanjang, terdiri dari 3
bagian yaitu; kardia (sekresi mucus), fundika (mucus, pepsinogen, renin dan
HCl) dan pilorika (sekresi mucus). Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa
dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang
dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel
parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk
pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik. Pada
abomasum merupakan tempat permulaan pencernaan secara enzimatis, mengatur
arus digesta dari abomasum ke duodenum.

5) Intestine (usus halus)


Menurut Rianto (2011), intestine terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum,
jedunum, dan ileum. Panjang intestine pada sapi adalah 22-30 kali panjang
tubuhnya. Kelenjar duodenum menghasilkan cairan alkalin yang berguna sebagai
pelumas dan melindungi dinding duodenum dari asam hidroklorat yang masuk
dari abomasum. Pada ujung duodenum terdapat kelenjar empedu dan pancreas,
kelenjar empedu menghasilkan cairan yang berisi garama sodium dan potassium
dari asam empedu. Garam-garam ini berfungsi mengaktifkan enzim lipase yang
dihasilkan pancreas dan mengemulsikan lemak digesta sehingga mudah diserap
lewat dinding usus.

 Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus


(duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi
dekstrin sederhana dan maltosa.

 Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna
pula karbohidrat.

Enzim-enzim tersebut adalah

1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan


fruktosa.

2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa

3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.


Kedalam usus halus masuk 4 sekresi:

- Cairan duodenum: alkalis, fosfor, buffer

- Cairan empedu: dihasilkan hati, K dan Na (mengemulsikan lemak),


mengaktifkan lipase pankreas, zat warna
- Cairan pankreas: ion bikarbinat untuk menetralisir asam lambung

- Cairan usus

Pankreas terletak pada lengkungan duodenum, berfungsi mensekresikan


enzim amilase (alfa amilase, maltase, sukrase), Potease (tripsinogen,
kemotripsinogen, prokarboksi, peptidase), lipase ( lipase, lesitinase,
fosfolapase, kolesterol, esterase) dan nuklease (ribonuklease, deoksi
ribonuklease)

Sekum dan Kolon, kondisinya hampir sama dengan rumen. Di dalam sekum
berlangsung absorbsi VFA dan air. Konsentrasi VFA pada sekum 7 mM, pada
kolon: 60 mM, pada rumen = 100 – 150 mM.

6) Usus Besar
Menurut Rianto (2011), ada tiga pokok yang terdpat dalam kelompok usus
besar, yaitu colon, caecum, dan rectum. Pada saat digesta masuk ke dalam colon,
sebagian besar digesta yang mengalami hidrolisis sudah terserap sehingga materi
yang masuk ke dalam colon adalah materi yang tidak dicerna.
7) Rektum Dan Anus
Rektum adalah bagian lubang tempat pembuangan feses dari tubuh hewan sapi.
Sebelum dibuang melalui anus, feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian
rektrum. Nah, apabila feses sudah siap dibuang, maka otot spinkter rektum akan
mengatur pembukaan dan penutupan pada anus. Otot spinkter pada bagian rektrum
ini adalah 2 yakni otot polos dan otot lurik. Sementara pada bagian anus yang
sebagai lubang pembuangan kotoran, dikendalikan oleh otot sphincter yang juga
membantu melindungi pembukaan anus.

ANATOMI DAN FISIOLOGI PENCERNAAN TERNAK NON RUMINANSIA

1. Pengertian Hewan Non Ruminansiaa

Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut


tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung didalam crop kemudian
empedal/gizzard melakukan penggilingan sempurna hingga halus, makanaan yang
tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karna itu sisa pencernaan pada
unggas berbentuk cair, Zat kima dari hasil-hasil sekresi kelenjar pencernaan
memiliki peranan penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogistrik
lainnya.

2. Pencernaan Hewan Non Ruminansia


Saluran pencernaan non ruminansia, pada ternak non ruminansia atau hewan
yang mempunyai lambung tunggal alat pencernaannya terdiri dari:

A. Mulut
Dalam mulut, bahan makanan dikunyah sehingga ukurannya menjadi lebih
kecil. Paruh berperan sebagai alat pencernaan mekanik. Dalam perut dan usus,
bahan makanan diuraikan menjadi molekul kecil oleh enzim pencernaan yang
dihasilkan oleh ternak. Pati (polisakarida) terurai menjadi oligosakarida,
disakarida, dan glukosa. Protein (polipeptida) diuraikan menjadi oligopeptida,
dipeptida, dan asam amino, yang kesemuanya disebut dengan pencernaan
hidrolitik. Dalam mulut, terdapat beberapa kelenjar air liur (saliva). Kelenjar
saliva utama pada berbagai jenis ternak umumnya adalah kelenjar parotid yang
terletak di depan telinga, kelenjar mandibularis (submaksilaris) terdapat pada
rahang bawah, dan kelenjar sublingualis terdapat di bawah lidah.
B. Tekak (pharing)
Tekak (Fharing) adalah organ yang berada pada bagian tengah leher.
Letaknya diapit oleh saluran rongga hidung dan laring yang merupakan bagian
dari saluran pernapasan atas. Di mana, laring merupakan ruangan kecil yang
menghubungkan faring dan trakea.
C. Ventrikulus
Ventrikulus ayam mempunyai serabut otot yang sangat tebal dan kuat.
Organ ini berkontraksi secara teratur. Butir-butir batu kecil yang terdapat di
dalamnya dan kontraksi urat daging ventrikulus menggerus makanan menjadi
pasta yang halus. Adanya grit dalam ventrikulus tidaklah essensial. Namun,
penambahan grit dalam ransum, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
ransum sekitar 10%.
D. Sekum
Pencernaan fermentatif pada unggas sebenarnya juga terjadi, yaitu pada
bagian sekum dan kolon. Pada organ ini, karbohidrat dirombak menjadi asam
lemak terbang (volatile fatty acid). Sekum pada unggas analog dengan usus
buntu (appendix) pada manusia. Pada unggas, alat pencernaan ini lebih besar
serta fungsinya tidak jelas. Ayam mempunyai dua sekum yang berfungsi juga
sebagai alat penyerapan produk fermentasi dari mikroba yang ada di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R.D., 1992. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono Dan Praseno).

Laboratorium Nutrisii Ruminansia, 2013. Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Padang.

Rianto, E dan Endang Purbowati . 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Bogor : Penebar
Swadaya.

Hewan Ruminansia: Ciri-Ciri, Sistem Pencernaan dan Anatominya (gramedia.com).

Anda mungkin juga menyukai