Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh makhluk hidup. Hewan
ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang dikenal sebagai hewan pemamah biak
karena mengeluarkan kembali makanan dari perut ke mulut untuk dikunyah kembali. Hewan
ruminansia dikenal sebagai hewan yang memiliki lambung jamak atau lebih dari satu dan
memiliki empat bilik perut yaitu, rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Contoh hewan
ruminansia yaitu: sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, dan lain-lain. Hewan non-ruminansia
adalah hewan yang tidak tergolong dalam ruminansia yang hanya memiliki satu lambung
(monogastric). Contoh hewan non-ruminansia adalah unggas, babi, kuda, anjing dan kucing.
Hewan pseudoruminansia adalah hewan yang mengonsumsi serat dalam jumlah yang besar
sehingga memiliki sekum yang besar dan pencernaannya hanya memiliki tiga kompartemen
dimana tidak memiliki rumen. Contoh hewan pseudoruminansia adalah tikus, kelinci,
marmut, alpaca, unta. Dalam praktikum ini, akan dibahas mengenai organ pencernaan, organ
pernapasan dan organ reproduksi dari ruminansia, non-ruminansia dan pseudoruminansia.
A. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau Gastro Intestinal Tract merupakan saluran yang dilewati
makanan mulai dari mulut sampai anus, dimana di dalamnya terjadi proses pencernaan
berbagai makanan. Proses dari pencernaan yaitu makanan dipecah menjadi bagian lebih kecil
agar mudah larut dan diserap untuk kemudian dibuang menjadi feses. Proses pencernaan
melibatkan berbagai organ, kelenjar dan struktur lain yang berkaitan dengan dengan
pengunyahan, penelanan, pencernaan, absorpsi sampai ekskresi. Saluran pencernaan
merupakan tempat terjadinya proses pencernaan dan disusun oleh berbagai organ meliputi
mulut beserta aksesorisnya, kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus, usus besar
(sekum, kolon, rektum) dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan berdasarkan strukturnya
dibedakan menjadi dua yaitu glandula digestoria yang bersifat uniseluler dan multiseluler. Sel
goblet, sel mukus dan sel parietalis merupakan sel glanduler yang berperan dalam proses
digesti.
Pada proses pencernaan, terdapat proses secara mekanis dan kimiawi dimana
pencernaan secara mekanis terdiri atas proses pemasukkan, penggilingan, pemotongan,
pengunyahan, sedangkan secara kimiawi melalui bantuan enzim-enzim dan bakteri yang ada
di organ pencernaan. Dalam sistem pencernaan, terdapat beberapa istilah yang harus
diketahui.
• Prehensi : Pengambilan pakan dan minuman
• Mastikasi : Proses pelembutan pakan biasanya berupa pengunyahan
• Deglutisi : Penelanan makanan yang telah dikunyah sebelumnya
• Regurgitasi : Pemuntahan kembali pakan yang sudah ditelan ke mulut
• Digesti : Pelembutan (pemecahan) pakan menjadi bagian yang lebih kecil hingga
dapat dilakukan absorbsi
• Absorbsi : pemindahan substansi dari GIT ke pembuluh darah atau sistem limfa
• Anabolisme : Proses pembentukan senyawa komplek dari elemen atau dari molekul
sederhana
• Katabolisme : Proses pemecahan senyawa komplek menjadi sederhana
• Metabolisme : Kombinasi reaksi anabolisme dan katabolisme dalam tubuh dengan
menghasilkan energi
• Ekskresi : Proses pengeluaran sisa makanan dan metabolisme.
Otot berperan penting dalam organ pencernaan terutama secara mekanis. Otot
membantu organ pencernaan untuk menghancurkan makanan dalam tubuh ternak sehingga
menjadi lebih halus. Di organ pencernaan terdapat otot halus. Otot halus atau otot viseral
bekerja di luar kesadaran hewan. Otot viseral bekerja secara otomatis dan tidak dapat
dikendalikan oleh hewan.
Hewan ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang dikenal sebagai hewan
pemamah biak karena mengeluarkan kembali makanan dari perut ke mulut untuk dikunyah
kembali dengan bantuan mikroba. Hewan ruminansia dikenal sebagai hewan yang memiliki
lambung jamak atau lebih dari satu dan memiliki empat bilik perut yaitu, rumen, retikulum,
omasum, dan abomasum. Sekresi hormon oleh sel-sel endokrin di traktus digestivus terjadi
akibat stimulus tertentu, dan sekresi hormon akan berhenti bila stimuli tersebut lenyap.
Sebagai contoh bila ada pakan (kaya protein) memasuki gastrik, maka regangan pada gastrik
akan mengaktifkan pleksus Mienterikus, aktivasi pleksus Mienterikus merangsang sel G (sel
endokrin) untuk mensekresikan gastrin. Selanjutnya gastrin akan merangsang pengeluaran
HCl lambung yang pada gilirannya akan menyebabkan aktivasi enzim pepsinogen menjadi
bentuk aktifnya yaitu pepsin, sehingga pepsin dapat mencerna protein.
Berikut merupakan organ-organ pencernaannya:
1. Mulut
Pada ternak ruminansia tidak memiliki gigi seri atas dan hanya memiliki gigi
seri bawah. Berdasarkan letaknya dentes dapat dibedakan menjadi dentes superior dan
dentes inferior. Berdasarkan morfologinya dentes dibagi menjadi empat jenis yaitu
dentes insisivus (I), dentes caninus (C), dentes premolare (P), dan dentes molare (M).
Dentes pada hewan ternak umumnya yaitu dapat mengikuti rumus sebagai berikut: (Ip
Cq Pr Ms)/(Ik Cl Pm Mn). Pada sapi dapat dihasilkan saliva hingga 12 galon per hari,
sedangkan domba 2 galon per hari. Kandungan yang terdapat pada saliva yaitu N
(Urea), P (Fosfor), dan Na yang berguna untuk mikrobia rumen. Pada ruminansia
terjadi proses ruminasi yang terdiri dari
2. Esophagus (Kerongkongan)
Esofagus merupakan saluran penyalur antara mulut dengan rumen dan
berfungsi juga sebaliknya dimana sebagai penyalur antara rumen dengan mulut
(proses remastikasi). Saluran esofagus berpangkal pada faring yang merupakan area
persimpangan antara saluran udara dan saluran pakan. Persimpangan jalan udara dan
jalan pakan dilengkapi dengan klep khusus yang disebut dengan epiglotis. Hasil
mastikasi berupa bolus-bolus pakan akan melalui esofagus menuju ventrikulus.
● Rumen
● Retikulum
● Omasum
● Abomasum
4. Usus Halus
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Usus halus berfungsi
untuk menyerap sari-sari makanan yang telah diproses di dalam lambung. Sari-sari
makanan yang diserap kemudian diedarkan ke seluruh tubuh dan diubah menjadi
energi. Setelah sari-sari makanan diserap oleh usus halus, sisa proses penyerapan akan
dibawa menuju anus. Proses digesti dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum
tenue. Kemudian intestinum tenue ini bermuara di duktus ekskretorius beberapa
glandula, seperti duktus hepatikus (saluran yang menghubungkan hati dan
duodenum), duktus pankreatikus (saluran yang menghubungkan pankreas dan
duodenum) dan duktus sistikus (saluran yang menghubungkan kantung empedu dan
duodenum).
5. Usus Besar
Usus besar berfungsi untuk menyerap sisa-sisa proses pencernaan sebelumnya
apabila masih memiliki mineral dan air, sedangkan sisa pencernaan yang sudah tidak
dapat diserap akan dikeluarkan melalui rektum.
6. Anus
Anus adalah saluran akhir dari proses pencernaan. Setelah sari-sari makanan
diserap oleh usus halus, maka sisa proses penyerapan akan dibawa menuju anus.
Aliran pendek pada ujung rectum sebagai jalur untuk keluarnya feses.
Hewan non-ruminansia adalah hewan yang tidak tergolong dalam ruminansia yang
hanya memiliki satu lambung (monogastric). Hewan non-ruminansia memiliki batas dalam
mencerna pakan yang berserat, kecuali kuda karena kuda mampu mencerna pakan secara
mikrobial di sekum dan usus besar.
1. Babi
Organ pencernaan pada babi dimulai dari mulut sampai anus.
Gambar 8 : Skema Pencernaan Babi
1. Mulut
Bagian awal sistem pencernaan yang terdapat lidah yang berperan untuk
proses prehensi, pencampuran dan deglutisi, Gigi untuk prehensi dan mastikasi,
dan kelenjar saliva (air, musin, garam bikarbonat sebagai buffer, amilase
pemecahan amilum)
2. Esofagus
Esofagus merupakan saluran muskuler yang berperan dalam deglutisi
melalui gerak peristaltic dimana menghubungkan mulut dengan lambung.
3. Lambung
Lambung berfungsi untuk penyimpanan pakan yang ditelan, terjadi
pergerakan muskuler penyebab pemecahan pakan secara fisik, penghasil cairan
digesti seperti asam HCl, pepsin dan renin.
4. Usus halus
Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum (bagian usus yang aktif,
menerima sekresi pankreas, empedu dari hati dan dinding usus), jejunum (bagian
tengah yang berperan dalam absorbsi), dan ileum (terhubung langsung dengan
usus besar dan berperan sebagai absorbsi nutrisi ke aliran darah). Pada dinding
usus kecil bagian dalam (lumen) terdapat tonjolan-tonjolan kecil (villi) yang
berguna untuk memperluas area absorbsi. Pada setiap villus terdapat arteri, vena
dan sistem limfa.
5. Usus besar
Usus besar berfungsi untuk menyerap sisa-sisa proses pencernaan
sebelumnya apabila masih memiliki mineral dan air, sedangkan sisa pencernaan
yang sudah tidak dapat diserap akan dikeluarkan melalui rektum.
6. Anus
Saluran pembuangan feses pada hewan dan manusia.
2. Kuda
1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal pencernaan dimana prehensi menggunakan
gigi, lidah dan bibir. Rahang bergerak ke arah lateral dan vertikal. Kuda
menghasilkan saliva sebanyak 10 galon per hari, namun dalam salivanya tersebut
tidak mengandung enzim.
2. Esofagus
Saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung dimana terjadi
gerakan peristaltic.
3. Lambung
Pada kuda, lambungnya memiliki kapasitas yang relatif kecil sehingga
kuda harus makan beberapa kali. Selain itu, lambung kuda tidak mempunyai gerak
muskular seperti hewan lain
4. Usus halus
Usus kecil pada kuda terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum atau sama
dengan babi, tetapi kuda tidak mempunyai kantung empedu sehingga empedu
langsung disekresikan ke duodenum.
5. Usus besar
Usus besar memiliki ukuran berkapasitas lebih dari 60% yang terdiri dari
sekum, usus besar, kolon besar, kolon kecil, dan rektum. Sekum dan kolon besar
berisi bakteri yang berperan sebagai pemecah selulosa menjadi Volatile Fatty Acid
(VFA) seperti asetat, propionat dan butirat, lalu mensintesis vitamin larut air dan
mensintesis protein. Sekum akan mengabsorbsi VFA, sedangkan kolon kecil
sebagai tempat absorbsi air.
6. Anus
Tempat keluarnya feses
3. Unggas
1. Paruh
Paruh itu merupakan bagian dari mulut yang tidak memiliki gigi dan
terdiri dari rahang atas dan bawah, terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan
amilase. Paruh berfungsi untuk mengecilkan pakan agar bisa ditelan, dan untuk
mematuk makanan. Pakan ternak unggas ini berbentuk biji-bijian.
2. Esofagus
Saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung. Bagian pada
esofagus ada yang membesar tempat untuk menyimpan pakan yang ditelan disebut
krop (tembolok) dengan fungsi untuk menyimpan pakan dan membasahi agar
basah, tempat bekerjanya amilase, tempat fermentasi pakan bagi beberapa spesies
unggas tertentu.
3. Proventrikulus
Proventrikulus yaitu lambung kelenjar yang terletak di antara lambung
dengan ampela dan memiliki fungsi sebagai tempat penghasil HCl dan pepsin.
Proventrikulus ini merupakan proses pencernaan secara kimiawi yang melibatkan
enzim.
4. Gizzard (ampela atau ventrikulus)
Gizzard berada di antara proventrikulus dan bagian atas usus kecil.
Gizzard tersusun dari dinding muskular sangat tebal. Gizzard disebut juga dengan
perut otot karena sebagai tempat pemecahan pakan secara fisik dengan kontraksi
setiap 20-30 detik. Biasanya gizzard berisi grid (batuan atau partikel kecil yang
keras) yang berfungsi menggiling pakan yang melaluinya. Gizzard tidak
menghasilkan enzim, tetapi HCl dan pepsin dari proventrikulus masih bekerja
disini.
5. Usus halus
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Usus kecil memiliki
pH agak asam, absorbsi sama dengan mamalia, tetapi usus unggas tidak
menghasilkan hormon enterogastron yang berperan dalam absorbsi lemak.
6. Usus Besar
Usus besar berukuran lebih besar dua kali daripada usus halus yang
memiliki fungsi untuk menyerap kembali mineral dan air yang masih dibutuhkan
oleh tubuh dan mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkan tubuh menuju kloaka.
Unggas memiliki sepasang sekum. Sekum yaitu membantu pencernaan bahan
makanan yang mengandung serat dengan bantuan mikroorganisme. Sekum ayam
juga sering menerima aliran balik urine yang sebenarnya berfungsi memelihara
jumlah mikroba dalam sekum, tetapi berpotensi membawa kuman patogen. Sekum
pada unggas memiliki bentuk yang kecil sehingga unggas tidak tahan dengan
pakan yang memiliki serat kasar tinggi. Sekum berfungsi untuk absorbsi air dan
pencernaan karbohidrat dan protein.
7. Kloaka
Kloaka yaitu saluran akhir sebagai tempat pembuangan feses.
Peredaran makanan ke seluruh tubuh ternak dibantu oleh sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi adalah sistem yang berada di tubuh ternak dengan tujuannya pendistribusian ataupun
pengedaran bahan yang nantinya dipakai di dalam proses metabolisme seluler ataupun bahan
hasil dari metabolisme. Bahannya adalah gas yang terdiri dari oksigen, karbon dioksida,
amonia, dan lainnya. Sistem sirkulasinya didukung dengan adanya sistem kardiovaskular
serta sistem vasa limfatika. Makanan akan diedarkan ke tubuh melalui darah, dan
hubungannya sangat erat dengan sistem pencernaan. Penyerapan zat makanan dan sirkulasi
akan dimulai ketika di usus halus.
Dalam proses pencernaan pula terjadi proses ekskresi di dalam tubuh ternak. Proses
pencernaan selain menghasilkan sari-sari makanan sebagai substrat metabolisme juga
menghasilkan zat sisa, yaitu bagian dari makanan yang tidak tercerna oleh sistem pencernaan
hewan. Zat-zat yang tidak tercerna tersebut selanjutnya dibentuk menjadi feses untuk
diekskresikan keluar tubuh. Dengan demikian, sistem pencernaan juga bertanggung jawab
untuk mengekskresikan limbah dari dalam tubuh hewan dalam bentuk feses. Selain itu,
sistem pencernaan juga bertanggung jawab terhadap regulasi ion dan air karena organ
pencernaan terutama usus besar juga berfungsi dalam reabsorbsi air.
Proses digesti
Absorpsi
Absorpsi merupakan proses lanjutan dari proses digesti, sehingga pakan dapat
dimanfaatkan oleh tubuh hewan untuk proses metabolisme (energi). Hasil proses digesti
adalah monomer senyawa makromolekul penyusun pakan, meliputi glukosa, fruktosa,
galaktosa, asam amino, asam lemak dan gliserol.
Dalam pencernaan, hati dikenal sebagai bagian dari sistem pencernaan (berfungsi
sebagai kelenjar pencernaan). Hati mengekskresikan berbagai substansi yang sudah tidak
bermanfaat dari dalam tubuh, utamanya adalah empedu. Berkaitan dengan fungsi ekskresi,
hati utamanya mengeliminasi produk limbah tertentu dengan mengubah atau mengkonversi
limbah tersebut menjadi senyawa yang dapat dikeluarkan melalui ginjal.
Fungsi hati sebagai organ ekskresi dalam pencernaan adalah :
▪ Hati berfungsi merombak sel darah merah yang telah rusak menjadi pigmen empedu,
yaitu bilirubin dan biliverdin. Pigmen-pigmen tersebut selanjutnya dikeluarkan dari dalam
tubuh bersama dengan feses atau urin.
▪ Hati berfungsi mengeluarkan kolesterol, hormon steroid, beberapa vitamin dan
obat-obatan bersama dengan empedu.
▪ Hati juga berperan dalam membentuk urea (konversi dari amoniak menjadi urea) melalui
proses yang disebut ornithine cycle.
▪ Hati berperan dalam mengatur pengeluaran kreatinin (hasil pemecahan protein) untuk
diangkut oleh darah menuju ke ginjal.
Dalam proses pencernaan, sistem saraf akan mengendalikan digesti yang akan dikontrol
oleh sistem saraf parasimpatik dan intrinsik. Sistem saraf para ini akan dapat menghasilkan
sekresi digestive juice, peningkatan motilitas gastrik dan perlambatan pergerakan pakan dari
gastrik ke intestinum. Aktivitas mengunyah dapat mengaktifkan saraf parasimpatis sehingga
dapat meningkatkan sekresi mukus, HCl dan pepsin dalam gastrik. Aktivasi saraf
parasimpatis ini untuk mempersiapkan gastrik terhadap pakan yang akan masuk. Selain saraf
parasimpatis, fungsi digesti juga di bawah kontrol saraf simpatis. Saraf simpatis
mempengaruhi saluran pencernaan yakni dengan menurunkan aktivitasnya pada tubuh ternak.
Traktus digestivus memiliki sistem persarafan tersendiri yang bersifat lokal (intrinsik),
disebut sistem saraf enterik. Sistem saraf enterik memiliki peran penting terutama dalam
pengaturan pergerakan dan sekresi enzim dan cairan pencernaan. Sistem saraf enterik terdiri
atas dua pleksus. Pleksus bagian luar yang terletak di antara lapisan otot longitudinal dan
sirkular disebut pleksus Mienterikus atau pleksus Auerbach.
B. Sistem Pernapasan
Respirasi dibagi ke dalam lingkup individu dan lingkup seluler. Respirasi di dalam lingkup
individu berarti proses pertukaran gas O2 dan CO2 antara hewan dengan lingkungan
sekitarnya. Sedangkan, dalam lingkup seluler berarti proses metabolisme secara aerob
sehingga energi yang diperlukan untuk kehidupan dapat dihasilkan. Sistem Respirasi terletak
di dalam kavum thoraksis pada area kranial yang tersusun oleh dua komponen, yakni pulmo
dan traktus respiratoris.
Sistem respiratori pada burung berupa paru-paru yang dilengkapi dengan sejumlah
kantong udara yang besar dan memiliki membrane tebal. Gerakan inspirasi terjadi karena
kontraksi otot-otot respiratori yang mendorong tulang-tulang iga ke arah depan sehingga
menghasilkan gerakan sternum ke depan dan ke bawah. Tulang-tulang iga lainnya bergerak
ke arah lateral dan menyebabkan peningkatan volume rongga tubuh. Saat kondisi tersebut
paru- paru dan kantung udara ikut mengembang. Akibatnya, tekanan pada paru-paru dan
kantong udara turun sehingga udara atmosfer masuk ke dalamnya. Sistem respirasi mamalia,
fase inspirasi merupakan proses aktif yang terjadi karena adanya kontraksi otot inspiratori
(otot diantara tulang-tulang iga dan diafragma). Kontraksi otot tersebut akan meningkatkan
volume rongga dada dan menyebabkan paru-paru mengembang serta timbul tekanan negatif
di dalamnya, sehingga udara atmosfer pun segera masuk paru-paru berbeda dengan fase
inspirasi yang bersifat aktif, fase ekspirasi merupakan proses pasif. Ekspirasi terjadi karena
adanya relaksasi otot inspiratori dan pengerutan dinding alveoli.
d. Bronkus
Bronkus adalah percabangan trakea yang berfungsi menyalurkan udara ke
paru- paru kanan dan kiri.
e. Bronkiolus
Bronkiolus adalah percabangan kecil yang halus dari bronkus yang berfungsi
untuk menyalurkan udara ke paru-paru kanan dan kiri.
f. Paru-paru
Paru-paru letaknya berada di dalam rongga dada dan berjumlah sebanyak dua
buah yaitu paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru diselimuti oleh selaput paru-paru
(pleura) untuk melindungi paru-paru dari gesekan ketika bernapas, berlapis dua dan
berisi cairan. Di dalam paru paru terdapat alveolus yang berfungsi untuk pertukaran
udara.
Saluran respirasi yang dimiliki oleh mamalia terestrial meliputi nostril, kavitas
nasalis, sinus, faring, laring dan trakea.
● Nostril (nares anteriores) merupakan porus anterior yang berfungsi sebagai tempat
masuknya udara kedalam sistem pernapasan. kondisinya yang lembab dapat dijadikan
indikator tentang kondisi tubuh hewan.
● Kavitas nasalis (kavum nasi) dilapisi oleh membran mukosa dan didukung oleh konkhe
(konkha ventralis dan konkha kavitas) yang terletak pada sisi lateral kavitas. Kavitas
nasalis terbagi menjadi dua karena terdapat kartilago medianus sebagai pemisah dan
bermuara di daerah faring.
● Sinus merupakan rongga-rongga udara yang terdapat didalam os kranialis yang
berhubungan dengan kavitas nasalis. kondisi sinusitis dapat terjadi apabila sinus
mengalami kondisi infektif.
● Faring merupakan persilangan alur pakan dan alur udara pernapasan. Sehingga tidak
pernah terjadi proses inspirasi dan deglutisi secara bersamaan. Daerah faring terdiri
menjadi tiga bagian yakni pars nasalis, pars oralis dan pars laringeal. Terdapat banyak
pangkal saluran pada faring dikarenakan faring merupakan tempat persimpangan,
diantaranya adalah ostium pharyngeum tuba auditiva eustachii, pangkal laring, muara
kavum oris dan pangkal esofagus.
● Laring (sakus vokalis) merupakan organ yang berfungsi untuk mengontrol proses
inspirasi dan ekspirasi, proteksi terhadap benda asing yang masuk kedalam saluran
pernapasan dan produksi suara. secara anatomis, laring terdiri dari beberapa kartilago dan
berbagai otot.
● Trakea merupakan saluran pernapasan yang terletak setelah laring dan bermuara pada
percabangan bronkus. Unggas/aves memiliki trakea yang dilengkapi dengan alat suara
(siring).
Saluran respirasi atas ini terdiri dari rongga hidung, laring, trakea (tenggorokan),
bronkus dan bronkiolus. Rongga hidung terhubung langsung ke sinus infraorbitalis dan sinus
supraorbitalis sehingga benda asing yang terdapat di udara termasuk bibit penyakit dapat
masuk ke dalam sinus dengan mudah. Untuk menyaring partikel kotor udara dan bibit
penyakit, rongga hidung dilengkapi dengan silia (bulu getar), sedangkan pada bagian trakea,
bronkus dan bronkiolus dilengkapi dengan sel-sel epitel yang juga mempunyai bulu getar dan
sel tak bersilia yang akan menghasilkan lendir yang mengandung enzim proteolitik dan
surfaktan yang dapat menghancurkan beberapa mikroorganisme patogen yang ikut masuk
bersama dengan udara pernapasan.
2. Paru-Paru
3. Kantung Udara
Kantung udara merupakan suatu rongga dengan dinding jaringan tipis dan halus yang
berfungsi untuk mengatur pernapasan terutama saat inspirasi atau ekspirasi. Terdapat
sembilan kantung udara pada ayam, yaitu satu di pangkal leher (cervical), sepasang di ruang
dada bagian depan (thoraks anterior), sepasang di antara tulang selangka (coracoid), sepasang
di ruang dada bagian belakang (toraks posterior) dan sepasang di rongga perut (abdominal).
c) Sistem Pernapasan Pseudoruminansia
Reproduksi merupakan suatu proses biologi dimana upaya hewan atau organisme
dapat berkembang biak atau memperbanyak diri (dengan menghasilkan keturunan). Pada
hewan, reproduksi dapat bersifat seksual dan aseksual.
● Reproduksi secara seksual merupakan proses perkembangbiakan pada hewan dengan
melibatkan aktivitas organ reproduksi baik oleh hewan jantan maupun hewan betina lalu
melibatkan penyatuan dua gamet (sel kelamin jantan dan betina).
● Reproduksi aseksual merupakan proses perkembangbiakan tanpa melibatkan organ
reproduksi. Sehingga cara bereproduksi ini tanpa melibatkan adanya peleburan/penyatuan
sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Jadi, reproduksi aseksual hanya melibatkan
satu tetua.
Pada sistem reproduksi pada hewan hormon reproduksi terutama estrogen dan progesteron
harus berfungsi dengan baik sehingga tubuh berada dalam keadaan homeostasis. Estrogen
dan progesteron berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan embrio terutama pada
periode awal kebuntingan. Adanya ketidakseimbangan hormonal atau gangguan hormonal
akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi fetus atau anak
yang dilahirkan.
Organ reproduksi jantan secara alamiah berfungsi sebagai penghasil sel-sel kelamin
jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif, dan potensial fertil yang dapat diletakkan pada
saluran reproduksi betina untuk dapat membuahi sel telur. Pada ternak betina, ovarium dan
duktus genitalia feminina merupakan organ utama penyusun sistem reproduksi. Sistem
reproduksi merupakan suatu sistem yang menjamin terbentuknya individu baru dan
diturunkannya sifat-sifat genetik dari induk ke individu keturunannya.
Organ reproduksi jantan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
(a) organ kelamin primer, yaitu gonad jantan yang disebut sebagai testis.
(b) kelenjar aksesoris sebagai pelengkap, yaitu kelenjar vesikularis, prostat, cowper, saluran
epididimis serta vas deferens.
(c) alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.
Berikut akan dibahas organ-organ reproduksi jantan bagian anatomi dan fungsi.
1. Testis
Testis merupakan organ reproduksi primer pada ternak jantan yang terletak pada
daerah prebubis, yang dibungkus kantong skrotum dan digantung oleh funiculus
spermaticus. Testis pada sapi berbentuk oval serta bertekstur kenyal dan padat. Testis
memiliki tiga komponen yaitu sel leydig, tubulus seminiferus, dan sel sertoli. Testis
memiliki fungsi sebagai penghasil sel sperma dan hormon testosteron.
Bagian luar testis yang berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung disebut
skrotum. Skrotum juga berfungsi untuk mengatur suhu testis agar tetap stabil, yaitu 4°C
lebih rendah dibawah suhu tubuh.
2. Epididimis
Epididimis merupakan saluran yang memanjang yang bertaut rapat dengan testis.
Epididimis memiliki tiga bagian yaitu : ciput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor).
Epididimis memiliki fungsi sebagai tempat penampungan sperma sementara, jalur
transportasi sperma dari tubulus seminiferus menuju cauda, dan tempat pematangan
sperma.
3. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran reproduksi yang terentang dari duktus epididimis
hingga uretra, yang berdinding tebal mengandung serabut urat dan berdiameter 2 mm. Vas
deferens berfungsi sebagai tempat mengangkut sperma dari epididimis menuju uretra. Vas
deferens memiliki dua saluran diatas vesica urinaria yang lambat laun mengalami
penebalan menjadi ampula yang berfungsi sebagai tempat penampungan semen sebelum
ejakulasi.
4. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang yang berbentuk bulat. Kelenjar prostat
menghasilkan cairan asam yang berfungsi memberikan aroma yang khas bagi semen.
5. Kelenjar cowper
Kelenjar cowper merupakan sepasang kelenjar berbentuk bulat dan berdinding tebal.
Kelenjar cowper berfungsi sebagai sebagai pembersih saluran urethra.
6. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis memiliki bentuk seperti kipas bergerigi yang memiliki sepasang
kelenjar yang terletak diantara ampula dan prostat. Vesikula seminalis berfungsi
memberikan nutrisi bagi semen sebelum ejakulasi yang mensekresikan cairan semen yang
mengandung protein, fruktosa, asam sitrat, dan enzim lainnya.
7. Penis
Penis merupakan organ kopulatoris jantan yang berfungsi sebagai ekskresi urin dan
pendeposisian semen ke dalam saluran reproduksi betina. Penis pada sapi terbagi menjadi
tiga, yaitu bagian pangkal, bagian badan dan bagian ujung penis.
Organ reproduksi betina memiliki fungsi primer sebagai penghasil hormon kelamin
betina dan fungsi sekunder untuk menerima dan menyalurkan sel kelamin jantan dan betina,
serta memberi pakan dan melahirkan individu baru.
1. Ovarium
Ovarium merupakan organ kelamin betina yang terletak di dalam rongga tubuh
(rongga abdominal) dan terletak di dekat ginjal. Bentuk, ukuran dan jumlah ovarium
bervariasi tergantung pada spesies hewan. Pada sapi, ovarium memiliki bentuk ovoid dan
berukuran panjang 2-3 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 1-2 cm. Ovarium pada
ruminansia berjumlah sepasang. Secara struktural ovarium tersusun dari dua bagian,
bagian tengah (dalam) disebut dengan medulla dan bagian perifer (luar) disebut dengan
korteks. Ovarium pada sapi berbentuk oval terdiri dari kortes dan medula yang terletak di
cavum abdominalis. Ovarium memiliki fungsi eksokrin menghasilkan ovum dan endokrin
menghasilkan hormon reproduksi betina yaitu estrogen dan progesteron. Hormon ovarium
yang langsung mengatur siklus estrus adalah estrogen dan progesteron. Pada fase estrus,
hormon estrogen memegang peranan penting dalam memperlihatkan tingkah laku estrus
pada hewan betina, sedangkan hormon progesteron berfungsi antara lain pada siklus
estrus, untuk menyiapkan uterus untuk implantasi sel telur yang telah dibuahi.
2. Oviduk
Oviduk adalah tempat terjadinya fertilisasi (pertemuan antara sperma dan ovum).
Oviduct merupakan saluran sempit yang berliku-liku dengan tekstur keras yang
menghubungkan ovarium dengan uterus yang tergantung dalam mesosalpinx. Oviduct
terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum, ampula dan ithmus. Pada oviduk terdapat
Infundibulum yang dilengkapi dengan bangunan berupa corong dengan lubang masuk
yang disebut ostium abdominal yang dilengkapi dengan fimbriae) yang berfungsi sebagai
penangkap folikel. Pada ruminansia, kelanjutan infundibulum adalah tuba falopi,
kemudian uterus, uretra, dan vagina. Tuba falopi merupakan saluran reproduksi betina
yang kecil, berliku-liku dan kenyal serta terdapat sepasang dan secara tidak langsung
merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus.
3. Uterus
Uterus memiliki dua buah tanduk, satu buah tubuh dan satu buah leher rahim. Di
dalam uterus inilah embrio berkembang. Uterus memiliki tiga bagian yaitu cornua utery
berfungsi sebagai tempat implantasi, corpus utery berfungsi tempat pertumbuhan,
perkembangan, dan pemberian nutrisi bagi foetus, serta servix berfungsi tempat
penyeleksian sperma.
4. Vagina
Vulva merupakan organ kelamin luar betina yang berbentuk seperti bibir yang
terdiri dari labia mayora, labia minora, dan clistoris. Vulva berfungsi untuk menentukan
tanda-tanda birahi pada ternak.
Hormon ini dihasilkan dari lemak tubuh yang terdapat dalam jaringan. Di
dalam jaringan terdapat dua macam prostaglandin, yaitu prostaglandin E (PGE) dan
prostaglandin F (PGF). Prostaglandin berperan dalam transportasi spermatozoa ke
lokasi fertilisasi, inhibitor sekresi asam ventrikulus dan pemacu sintesis hormon
kortikoid.
Pengukuran hormon
Hormon merupakan substansi yang disekresikan dalam jumlah yang sangat kecil untuk
dapat mempengaruhi organ target. Pengukuran kadar hormon sangat diperlukan untuk
menentukan diagnosis suatu gangguan atau penyakit secara akurat. Hal ini juga dilakukan
untuk mengevaluasi proses fisiologis dalam tubuh, dimana tinggi rendahnya hormon menjadi
indikasi keadaan fisiologis dalam tubuh. Pengukuran kadar hormon dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain dengan teknik analitis seperti bioassay, receptor assay,
immunoassay dan teknik instrumental seperti spektrometri. Cara paling umum adalah cara
immunoassay yang dilakukan dengan pemeriksaan kimia menggunakan prinsip imunologi
yang menyebabkan sel-sel darah hewan percobaan menggumpal. RIA (Radioimmunoassay)
dan ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) adalah teknik immunoassay yang lebih
baik dan lebih sensitif.
Tujuan praktikum :
1. Mengidentifikasi bagian dan ciri saluran pencernaan, pernapasan, dan reproduksi
monogastrik, ruminansia dan pseudoruminansia.
2. Menjelaskan fungsi masing-masing bagian ciri saluran pencernaan, pernapasan, dan
reproduksi monogastrik, ruminansia dan pseudoruminansia
Bahan :
1. Saluran pencernaan ternak monogastrik (ayam), ruminansia (domba awetan) dan
pseudoruminansia (kelinci).
2. Formalin
Alat :
1. Pisau bedah
2. Masker
3. Sarung tangan
4. Alat tulis
Prosedur kerja :
a. Preparat awetan ruminansia
1. Letakkan preparat pada meja preparat
2. Mengidentifikasi dan susun saluran pencernaan, pernapasan dan reproduksi
ruminansia, lalu amati
3. Gambar dan catat hasil pengamatan.
Darah merupakan cairan tubuh yang berperan sebagai sarana transportasi bahan dalam
tubuh hewan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sel. Darah berfungsi sebagai sistem
transportasi pembawa nutrient ke sel dan membuang sisa metabolisme dan karbon dioksida
dari cairan interstitial sekitar sel. Secara umum komponen darah dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu korpuskulum sanguinis dan plasma darah. Korpuskulum sanguinis adalah
komponen seluler darah, sedangkan plasma darah merupakan matriks jaringan darah.
Korpuskulum sanguinis terbagi atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
keping darah (pada mamalia) atau trombosit (pada aves). Plasma darah terdiri dari air, protein
plasma (albumin, globulin dan fibrinogen), mineral anorganik dan senyawa organik.
Sel darah merah atau Eritrosit berperan sebagai sarana transportasi gas oksigen maupun
karbondioksida. Fungsi transportasi pada eritrosit didukung oleh pigmen yang disebut
hemoglobin. Hemoglobin mampu mengikat oksigen maupun karbondioksida. Hemoglobin
merupakan protein karier, disusun oleh empat gugus heme, globin dan mineral Fe. Fungsi
utama eritrosit adalah mentransfer hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru
menuju jaringan. Eritrosit unggas berbeda dengan eritrosit mamalia. Eritrosit tersusun atas
lipid, protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Lapisan lipid yang menyusun membran
eritrosit terdiri dari fosfolipid yang bersifat hidrofilik dan asam lemak yang bersifat
hidrofobik, protein dalam bentuk glikoprotein dan karbohidrat lain. Kedua komponen
tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memantau toksisitas suatu bahan terutama
yang mempengaruhi darah serta status kesehatan hewan. Eritrosit atau sel darah merah dapat
berfungsi sebagai pembawa hemoglobin. Hemoglobin inilah yang bereaksi dengan oksigen
yang dibawa dalam darah untuk membentuk oksihemoglobin selama proses respirasi.
Umur eritrosit unggas berbeda dengan mamalia. Umur eritrosit unggas lebih pendek
dibandingkan dengan mamalia disebabkan karena tingginya suhu tubuh dan kecepatan
metabolismenya. Karbondioksida hasil metabolisme sel akan berdifusi ke eritrosit.
Karbondioksida dalam eritrosit akan bereaksi dengan air sel membentuk asam karbonat
(H2CO3). Asam karbonat bersifat labil sehingga akan terurai menjadi H+dan HCO3-.
Kehadiran H+ akan membuat suasana menjadi relatif asam, sehingga oksigen terlepas dari
oksihemoglobin dan H+ akan bereaksi dengan Hb membentuk HHb (asam hemoglobinat).
HCO3-akan keluar dari sel menuju plasma darah. Keluarnya anion HCO3- akan diimbangi
dengan masuknya anion Cl-. Selain itu karbondioksida juga akan berikatan dengan Hb
membentuk karbaminohemoglobin. Setelah sampai pulmo, karbaminohemoglobin akan
melepaskan karbondioksida dan karbondioksida akan berdifusi ke dalam alveolus. Eritrosit
unggas yang matang berbentuk elips dengan posisi nukleus di tengah. Butir-butir
kromatinnya mengumpul dan meningkat kepadatannya seiring umur. Dalam sirkulasi darah
perifer, eritrosit dewasa memiliki warna, ukuran dan bentuk yang seragam. Perbedaan
eritrosit pada mamalia dengan aves ialah:
• Aves : Bentuknya oval, mempunyai nukleus
• Mamalia : Bentuknya bulat bikonkaf, tidak memiliki nukleus di dalamnya.
Sistem transportasi juga berperan dalam sinergi berbagai organ tubuh secara
bersama-sama mengintegrasikannya melalui kerja hormon. Darah memiliki beberapa fungsi
lain darah, antara lain misalnya menjaga keseimbangan asam basa (sebagai buffer),
menghancurkan organisme asing melalui sistem fagositosis (penelanan) dan sistem
kekebalan, menyebarkan panas tubuh (dan sebaliknya), dan melindungi diri dari hilangnya
darah melalui mekanisme homeostasis (koagulasi atau penggumpalan).
Proses transportasi atau sirkulasi darah dimulai dari jantung dan berlanjut ke paru-paru.
Proses sirkulasi dibagi menjadi peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Peredaran
darah kecil terjadi dimana darah terdeoksigenasi (minim oksigen) dari jantung dibawa ke
paru-paru dan pada gilirannya kembali membawa darah beroksigen ke jantung. Darah minim
oksigen meninggalkan jantung (ventrikel kanan) melalui dua arteri paru-paru dan bergerak ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis. Respirasi terjadi di mana sel darah merah (eritrosit)
melepaskan karbon dioksida dan mengikat oksigen pada alveolus di dalam paru-paru
(respirasi eksternal). Darah beroksigen dari paru-paru ini kemudian dibawa kembali ke
jantung (atrium kiri) melalui vena pulmonalis. Sirkulasi sistemik akan melanjutkan pada
proses peredaran darah besar yang mendistribusikan darah kaya oksigen ke bagian-bagian
tubuh. Peredaran darah besar akan menyuplai darah kaya oksigen ke sel-sel seluruh bagian
tubuh. Proses ini dimulai dari ventrikel kiri yang berisi darah kaya oksigen yang
didistribusikan melalui aorta yang bercabang menjadi arteri. Arteri akan mengarahkan darah
ke sel-sel seluruh bagian tubuh untuk terjadi proses pertukaran antara karbondioksida dan
oksigen (respirasi internal). Darah akan melepas oksigen dan mengikat karbondioksida dari
sel-sel tubuh untuk dibawa kembali ke jantung melalui vena.
Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi antara lain hormon
eritropoietin yang berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas
dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang. Pada sumsum tulang, terdapat sel-sel stem
hemopoietik pluripoten, yang merupakan asal dari seluruh sel-sel dalam darah sirkulasi.
Pertumbuhan dan reproduksi sel stem diatur oleh bermacam-macam protein yang disebut
penginduksi pertumbuhan, salah satunya adalah interleukin-3. Penginduksi pertumbuhan
akan memicu pertumbuhan tetapi tidak membedakan sel-sel. Protein lain yang berfungsi
memicu diferensiasi sel disebut penginduksi diferensiasi. Volume sel darah merah dapat
ditingkatkan oleh hormon androgen. Perubahan volume sel darah merah dan plasma darah
yang tidak proporsional dalam sirkulasi darah akan mengubah nilai PCV.
Hematokrit yang rendah dapat mengindikasikan beberapa kelainan antara lain anemia,
kerusakan sumsum tulang belakang, kerusakan sel darah merah, malnutrisi, myeloma,
rheumatoid dan arthritis. Nilai hematokrit yang tinggi sebaliknya menandakan dehidrasi,
eritrositosis dan polisitemia vena. Dalam eksperimen akan diukur sifat-sifat darah dan
fungsinya, namun dalam kondisi normal, tidak membandingkan darah kondisi normal dengan
kondisi abnormal pada saat kondisi sakit. Sebelum pelaksanaan percobaan, akan disajikan
cara-cara preparasi sediaan darah.
Darah terdiri atas komponen seluler (sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau
leukosit, dan keping darah atau trombosit), serta serum (cairan darah). Apabila darah dalam
tabung disentrifuge, akan terpisah komponen selulernya dan komponen cairnya. Komponen
seluler dinyatakan dalam persen (%) dan disebut hematokrit. Fungsi sel-sel darah adalah
untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida (oleh eritrosit), melawan infeksi dan
membunuh organisme asing (oleh leukosit), dan menjaga agar darah tidak hilang atau
berkurang atau agar membeku (oleh trombosit). Berkenaan dengan fungsi-fungsi penting
tersebut, jumlah sel-sel darah harus cukup. Oleh karena itu, mengetahui jumlah sel darah
sangat penting untuk menentukan status kesehatan. Sel darah merah berfungsi mengikat
oksigen dan karbon dioksida. Sel darah merah pertama kali dihasilkan oleh kantong kuning
saat embrio pada awal- awal minggu pertama. Setelah berbulan-bulan kemudian, eritrosit
akan terbentuk di dalam hati, limpa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi sel darah merah
ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Saat telah mencapai usia dewasa, eritrosit akan
dibentuk di dalam sumsum tulang membranosa. Sel darah merah berwarna merah karena
mengandung hemoglobin. Sel darah merah pada manusia berumur kurang dari 120 hari,
sedangkan pada unggas berumur kurang lebih 28 - 35 hari. Sel darah merah pada manusia
dan mamalia tidak memiliki inti sel, sedangkan pada unggas memiliki inti sel pada bagian
tengah dan sel darah merah bersifat elastis. Bentuk sel darah merah pada manusia dan
mamalia yakni bulat, pipih yang bagian tengahnya cekung atau bikonkaf, sedangkan pada
unggas berbentuk oval. Setiap gram hemoglobin mampu membawa 1,34 ml oksigen.
Eritrosit atau keping darah bukanlah sel dalam arti yang sebenarnya sebagaimana
definisi tentang sel. Keduanya tidak mempunyai inti dan tidak mampu melakukan mitosis
untuk membentuk sel anak. Keduanya tidak lebih sebagai sebuah kantong untuk membawa
bahan kimia tertentu yaitu hemoglobin dalam eritrosit dan faktor 3 dalam keping darah.
Darah berwarna merah karena mengandung hemoglobin di dalam eritrosit. Kadar Hb
menunjukkan kemampuan darah mengangkut oksigen. Semakin tinggi kadar Hb semakin
tinggi pula oksigen yang dapat diangkutnya. Jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah
berhubungan langsung dengan kadar Hb darah. Setiap gram Hb mampu membawa 1,34 ml
oksigen apabila dalam keadaan jenuh sempurna. Sel darah merah berfungsi sebagai kantong
pembawa Hb, sampai lebih dari 34% berat sel darah merah merupakan hemoglobin.
Pengukuran kadar Hb dapat dilakukan dengan metode Tallquist, metode Sahli dan metode
Cyanmethemoglobin, namun yang dilakukan dalam praktikum hanya metode Sahli.
a. Metode Tallquist
Trombosit atau keping sel darah merupakan salah satu komponen darah yang
mempunyai fungsi utama dalam pembekuan darah. Trombosit akan bekerja dengan
menutupi pembuluh darah yang rusak dan membentuk benang-benang fibrin seperti
jaring-jaring yang akan menutup kerusakan tersebut. Selain itu, ternyata trombosit juga
mempunyai peran dalam melawan infeksi virus dan bakteri dengan memakan virus dan
bakteri yang masuk dalam tubuh kemudian dengan bantuan sel-sel kekebalan tubuh
lainnya menghancurkan virus dan bakteri di dalam trombosit tersebut. Anemia merupakan
kondisi kekurangan sel darah merah. Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti aplastic bone marrow, kerusakan eritrosit, kurang matang, hemorrhage, dan
lain-lain. Masing-masing berpengaruh terhadap ukuran sel dan kandungan hemoglobin.
Dengan mengetahui jumlah eritrosit dan kadar Hb kita dapat mencari penyebab anemia,
yang dinyatakan dalam Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentrate (MCHC). Kisaran normal MCV adalah 87 + 2 mikron kubik.
Preparasi Darah
Melakukan percobaan pengamatan darah harus melakukan preparasi darah dengan cara
mengambil sampel darah dari ternak terlebih dahulu. Jumlah darah yang diambil sangat
tergantung pada objek pengamatan apa yang akan dilakukan. Selain itu, juga tergantung pada
jenis hewan. Pengambilan darah dalam jumlah sedikit pada manusia cukup menggunakan
lanset untuk ditusukkan pada ujung jari, namun jumlah darah yang cukup banyak diperlukan
pengambilan melalui vena dengan menggunakan venoject.
Darah yang berada di luar tubuh akan segera membeku, oleh karena itu pada umumnya
alat penyedot darah (venoject) sudah dilengkapi anti pembekuan darah (antikoagulan). Untuk
memudahkan teknik pengambilan darah, venoject dibuat hampa udara, sehingga pada saat
ditusukkan ke vena secara otomatis akan menyedot darah dengan sendirinya. Pemeriksaan
darah yang diberi antikoagulan, adalah untuk memeriksa plasma (kadar dalam plasma).
Namun demikian, apabila pemeriksaan darah yang tidak disertai antikoagulan adalah
memeriksa serum (kadar dalam serum).
Pengambilan darah menggunakan venoject, pada hewan berkaki 4 dilakukan pada vena
jugularis dengan cara menekan vena tersebut untuk membendung aliran darah ke jantung dan
untuk memudahkan memasukkan jarum. Hewan-hewan kecil seperti tikus dan hewan yang
seukuran dengannya perlu ketelitian dan pengalaman untuk mengambil darah dengan cara ini
karena ukuran vena sangat kecil. Pengambilan darah pada unggas dilakukan pada vena
brachialis pada sayap, namun juga perlu ketelitian dan kehati-hatian karena pada unggas
sangat mudah terjadi abses (pembengkakan) pada vena yang tertusuk jarum.
Darah yang berada di luar tubuh beberapa saat akan segera membeku. Apabila
didiamkan bekuan akan mengkerut dan serum terperas keluar. Untuk menghindarkan
pembekuan harus ditambahkan antikoagulan. Ada beberapa antikoagulan antara lain adalah
oksalat Wintrobe (Heller), ethylene diamine tetra acetate (EDTA), tri natrium sitrat, natrium
sitrat, heparin, dan natrium flourida.
1. Oksalat Wintrobe
Jenis antikoagulan ini berupa Kristal ammonium dan kalium oksalat dengan
perbandingan 3:2, larutan pokoknya adalah : Ammonium oksalat 12 g, kalium oksalat 8 g
dan air suling sampai 1.000 ml. Untuk 2 ml contoh darah diperlukan 0,2 ml larutan
pokok diatas (perbandingan 10:1). Botol penampung setelah diisi dengan larutan pokok
dimasukkan ke dalam oven bersuhu 70°C untuk menguapkan cairannya sehingga
terbentuk Kristal. Oksalat Wintrobe bersifat isotonic terhadap eritrosit pada konsentrasi
di atas. Antikoagulan ini tidak cocok untuk pembuatan sediaan apus karena
mempengaruhi bentuk leukosit.
2. Ethylene diamine tetra acetate (EDTA)
Antikoagulan ini dapat digunakan dalam bentuk garam natrium, kalium atau
lithium. Pemakaian setiap ml darah diperlukan 1,25 – 1,75 mg di-kalium EDTA. Cara
pembuatan sama dengan antikoagulan Wintrobe, dan cairan pelarutnya juga diuapkan
dalam oven untuk memperoleh bentuk kristal. Antikoagulan ini tidak mempengaruhi
bentuk eritrosit dan leukosit serta tidak mempercepat pecahnya trombosit. Apabila kadar
EDTA melampaui batas ini maka eritrosit dapat mengkerut dan mengakibatkan nilai
MCV di-natrium EDTA agak lambat melarut. Antikoagulan ini tidak dapat digunakan
untuk tes masa protrombin dan tes koagulasi lain.
3. Tri Natrium Sitrat
Antikoagulan ini berupa larutan 0,106 M (3,13%) trinatrium sitrat merupakan
antikoagulan yang baik untuk pemeriksaan koagulasi darah. Penggunaan adalah dengan
perbandingan volume darah : volume sitrat = 9 : 1.
4. Natrium sitrat
Antikoagulan ini berupa larutan 3,8% natrium sitrat. Natrium sitrat bersifat
isotonik terhadap eritrosit pada perbandingan volume darah dengan volume 14
antikoagulan sebesar 4:1. Untuk 10 ml darah diperlukan 2,5 ml antikoagulan.
Penggabungan terutama untuk tes LED cara Westergren dan tidak dapat
digunakan untuk menghitung eritrosit, leukosit dan trombosit. Kelemahan antikoagulan
ini pada besarnya kesalahan teknik karena adanya faktor pengenceran.
5. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan berbentuk cairan yang diperlukan untuk
mencegah koagulasi darah pada pemakaian dengan perbandingan volume darah dengan
berat heparin sebesar 10 : 1. Untuk 10 ml darah diperlukan 1 mg heparin. 1 mg heparin
volume sangat sedikit sehingga faktor pengenceran dapat diabaikan. Heparin bersifat
tidak mempengaruhi volume eritrosit, namun menyebabkan leukosit menggumpal.
Heparin tidak digunakan untuk membuat sediaan apus darah karena memberikan latar
belakang warna biru pada sediaan apus setelah diwarnakan.
6. Natrium flourida
Antikoagulan natrium flourida (NaF) berupa bubuk dan digunakan pada
perbandingan 10 mg NaF untuk setiap 1 ml darah. Antikoagulan ini khusus digunakan
untuk penentuan kadar gula karena disamping NaF mencegah pembekuan darah juga
menghambat glikolisis.
Penjelasan tentang peralatan pengamatan darah (Hemositometer) :
Hemocytometer adalah Alat yang digunakan untuk menghitung jumlah sel darah,
leukosit, trombosit, dan eritrosit. Alat tersebut terdiri dari beberapa komponen yaitu: kamar
hitung dan dua macam pipet (pipet thoma eritrosit dan pipet thoma leukosit).
Kamar hitung
Kamar hitung yang baik digunakan adalah kamar hitung yang mempunyai garis bagi.
Luas dari seluruh yang dibagi ialah 9 mm2 dan dibagi menjadi 9 bidang besar yang luasnya
masing- masing 1 mm2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 bidang sedang yang luasnya
masing-masing ¼ x ¼ mm2 .Bidang yang di tengah dibagi lagi menjadi 25 bidang dan tiap
bidang dibagi menjadi 16 bidang kecil. Jadi, seluruh bidang kecil jumlahnya 400 buah yang
masing-masing luasnya 1/20 1/20 mm2. Tinggi kamar hitung yaitu jarak antara permukaan
yang bergaris-garis dan kaca penutup yang terpasang adalah 1/10 mm. Volum dalam kamar
hitung dapat dirinci sebagai berikut :
Tujuan praktikum :
1. Mengukur kadar hematokrit
2. Menghitung jumlah eritrosit
3. Mengukur kadar hemoglobin
Alat :
1. Bilik hitung improve neubauer
2. Mikroskop
3. Hand counter
4. Pipet hisap eritrosit
Prosedur kerja menghitung Red Blood Cell (RBC) (Eritrosit)
a. Siapkan pipet RBC (Red Blood Cell) dan bilik hitung hemocytometer.
b. Pasanglah karet penghisap pada pipet RBC, persiapkan pada bibir anda untuk
menghisap. Usahakan pipet pada posisi horizontal, dan masukkan ujung pipet pada
darah. Hisaplah darah ke dalam pipet sampai pada angka 0,5.
c. Tempatkan ujung pipet pada cairan larutan Hayem dan isaplah larutan tersebut ke
pipet sampai mencapai tanda 101.
d. Lepaskan karet penghisap, tutup kedua ujung pipet dengan ibu jari dan jari tengah,
kocok (goyang) pipet mengikuti angka 8 selama 2 menit.
e. Setelah sel-sel terlarut (tercampur), buanglah 2-3 tetes dari ujung pipet. Tempelkan
ujung pipet pada coverslip yang telah disiapkan pada hemocytometer dan biarkan
selama 2 menit
f. Teteskan larutan sel darah merah dalam bilik hitung dan tutup dengan cover glass.
g. Amatilah dan hitunglah jumlah eritrosit pada bilik hitung di bawah mikroskop pada 5
kotak kecil (4 kotak di pojok, 1 ditengah)
h. Catat jumlah eritrosit yang anda hitung.
Catatan :
1. Jika belum terlatih menggunakan bilik hitung, cobalah sebelum kerja dengan cara
menempatkan hemocytometer pada mikroskop dan periksalah apakah anda dapat
menemukan ruang hitung. Gunakan pebesaran ringan untuk menemukan ruang tengah
1 mm2 dan gunakan pebesaran kuat untuk menemukan ruang 1/25 mm2 yang lebih
kecil.
2. Setelah selesai, bersihkan dan keringkan pipet sebelum dan sesudah digunakan
dengan larutan :
● Air suling
● Alcohol 95%
● Ether atau asetonl
Biarkan eter mengalir secara gravitasi dari ujung atas pipet, kemudian alirkan udara
pada pipet menggunakan aspirator. Jangan ditiup karena dapat meninggalkan droplet
air pada pipet yang dapat mengacaukan hitungan.Bersihkan pula bilik hitung
hemocytometer dengan air suling dan keringkan dengan kertas tissue.
3. Apabila dalam menghisap pipet ada gelembung udara masuk ke pipet, maka tiuplah
keluar, bersihkan dan cobalah lagi menghisapnya. Letakkan ujung lidah pada karet
penghisap untuk menjaga agar darah tidak menetes keluar dari pipet. Bersihkan sisa
darah pada ujung pipet dengan tissue. Apabila kelebihan dari angka 0,5, isap dengan
kertas tissue sampai darah tepat pada angka 0,5.
4. Dalam menghitung eritrosit, fokuskan melihat yang tengah menggunakan perbesaran
kuat, hitunglah jumlah eritrosit pada 5 ruang (yang masing-masing luasnya 1/25
mm2) dan ambil rata-rata. Pada umumnya digunakan 4 ruang pojok luar dan 1 ruang
paling tengah. Dalam melakukan perhitungan biasanya ditemukan sel-sel yang tepat
berada pada garis ruang. Hitunglah sel apabila ada di posisi dalam dan jangan
dihitung apabila ada di sisi luar garis ganda.
5. Hitunglah jumlah eritrosit per mm3
dengan faktor perkalian sebagaimana diterangkan berikut ini. Darah diencerkan 200
kali pada pipet sehingga jumlah sel rata-rata per ruang harus dikalikan 200.
Kedalaman ruang hitung adalah 0,1 mm sehingga jumlah sel harus dikalikan 10.
Ruang yang terhitung hanyalah 1/25 area di tengah (1 mm2) sehingga harus dikalikan
25.
Faktor perkalian = 200 × 10 × 25 = 50.000
Sebagai contoh, apabila anda menghitung jumlah eritrosit sebanyak 120 sel, berarti
jumlah eritrosit sebenarnya adalah 120 × 50.000 = 6 juta sel per mm3.
Setelah diperoleh kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan jumlah eritrosit, MCV dan MCHC
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a. MCV (Mean Corpuscular Volume)
𝐻𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 ( % 𝑠𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ ) 𝑋 10
MCV (μ3) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑐𝑖𝑡𝑒 ( 𝑗𝑢𝑡𝑎/𝑚𝑚 3)
Leukosit atau sel darah putih merupakan bagian dari darah yang berfungsi sebagai
imunitas atau sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melindungi diri dari infeksi atau
penyakit. Sel darah putih diproduksi dari sel punca hematopoietik pada sumsum tulang.
Darah juga mengandung sel darah putih (leukosit). Jumlah rata-rata sel darah putih sebanyak
7500/mm3 yang merupakan indikasi penting untuk ukuran kesehatan. Namun akan lebih
lengkap apabila diketahui perbedaan jumlah sel darah putih dan dapat menembus dinding
kapiler/diapedesis. Jumlah sel leukosit normal pada unggas adalah antara 12.000-30.000
sel/mL. Jumlah leukosit normal pada mamalia 4000-10.000 sel/mL. Masing-masing tipe sel
darah putih mempunyai peran yang berbeda dalam melawan infeksi kuman dan setiap jenis
penyakit akan menyebabkan perbedaan jumlah tipe sel darah putih yang terbentuk. Leukosit
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu granulosit dan agranulosit.
a. Granulosit
b. Agranulosit
Agranulosit merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel satu
lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit.
Limfosit terdiri dari limfosit B yang membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang
membentuk imunitas seluler. Keping darah (blood platelet) adalah fragmentasi sel yang
memiliki ukuran raksasa (megakariosit).
Di dalam darah, asam askorbat bertindak sebagai antioksidan dan berkaitan dengan
pembentukan kolagen. Kolagen merupakan protein fibrosa yang mempengaruhi integritas
jaringan ikat yang terdapat pada tulang dan pembuluh darah. Kolagen itu sendiri berperan
penting pula dalam penyembuhan luka serta melindungi tubuh dari radikal bebas.
Berikut ini contoh beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya jumlah sel darah
putih : Infeksi protozoa, malnutrisi, aplastik anemia yang disebabkan oleh Neutrophilic
leucopenia, Strenous axercia, Rheumatic fever, Severe burn yang disebabkan oleh
Neutrophilic lucocytosis, penyakit seperti german measles, batuk, yang disebabkan karena
limfositosis, lalu penyakit scarlet fever, infeksi parasit, reaksi alergi yang disebabkan oleh
eosinophilis, penyakit kronis seperti TBC dan leukemia yang disebabkan oleh monositosis.
Berikut ini disampaikan gambaran tipe leukosit secara singkat. Warna dan gambaran
lebih jelas dapat dilihat pada buku teks fisiologi yang menampilkan keping dan leukosit darah
dengan perwarnaan wrights. Sel darah putih dapat digolongkan menjadi dua yaitu granulosit
yang memiliki butiran dan agranulosit yang tidak memiliki butiran di sitoplasmanya. Ciri ciri
sel darah putih adalah sebagai berikut :
Semua fraksi leukosit seperti neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit
merupakan sel yang bersifat fagositik. Dengan demikian sel tersebut mampu mendigesti
partikel maupun organisme asing yang masuk ke dalam tubuh hewan.
Pada masa sekarang ini, laboratorium sudah banyak yang menggunakan peralatan
otomatis untuk menghitung sel darah, namun peralatan standard yang paling banyak
digunakan adalah bilik hitung improve neubauer (bilik hitung hemocytometer).
Catatan :
Pembilasan menggunakan air suling akan lebih baik jika pada air suling ditambahkan larutan
buffer yaitu 1,63 gm kh2po4 dan 3,2 gm nahpo4 dalam 1000 ml air suling. Campur secara
perlahan. Biarkan selama 4 menit.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DARAH PUTIH
Catatan :
Prosedur menghitung sel darah putih pada dasarnya sama dengan menghitung sel darah
merah, namun ada beberapa pengecualian.
A. Pipet hitung sel darah putih yang digunakan kelarutannya 20 kali (karena diisi darah
0,5 ml ditambah larutan turk menjadi 11).
B. Larutan turk yang terdiri dari :
1. Asam asetat glacial violet 1% sebanyak 1 ml
2. Larutan gention violet 1% sebanyak 1 ml
3. Air suling sebanyak 100 ml
Larutan asam ini akan menghancurkan membrane sel eritrosit dan mengubah
hemoglobin menjadi hematin. Pewarnaan gention violet pada sel darah putih
untuk memudahkan identifikasi.
C. Jumlah sel darah merah dihitung masing masing pada 4 ruang besar yakni 1 mm2
pada 4 pojol area, dan diambil rata rata. Pengamatan dengan mikroskop menggunakan
perbesaran ringan.
D. Faktor perkalian berikut digunakan untuk menghitung sel darah merah per mm3
sel dilarutkan 20 kali, sehingga dikalikan 20
kedalaman ruang hitung adalah 0,1 mm sehingga dikalikan 10
jumlah sel rata rata yang terhitung dalam 1 mm2 dikalikan 1
factor perkalian adalah = 20 x 10 x 1 = 200