Anda di halaman 1dari 7

Abudzar Al Ghifari

XI IPA 2

Ruminansia

Pendahuluan

Hewan memamah biak (Ruminansia) adalah hewan herbivora murni, misalnya sapi, kerbau, dan
kambing. Disebut hewan memamah biak karena memamah atau mengunyah makanannya sebanyak dua
fase. Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak dikunyah hingga halus
dan terus ditelan. Selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk
dikunyah sampai halus.

Pencernaan ternak ruminansia berbeda dengan ternak yang lain, ternak ruminansia memiliki lambung
ganda. Proses pencernaan ternak ruminansia terjadi secara mekanis (didalam mulut), secara
fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan) (Sutardi, 1979). Organ pencernaan pada ternak ruminansia
terdiri dari mulut, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, sekum, kolon dan rektum.
Rumen memiliki ukuran yang paling besar yaitu 80 %, retikulum 5 %, omasum 7 % dan abomasum 8 %
(Church, 1988).

Hewan Hewan Yang termasuk RUMINANSIA

Kambing

Domba

Sapi

Kerbau

Rusa

Kancil

Antelop

Jerapah

Bison

Persamaan dari proses pencernaan manusia dan hewan ruminansia antara lain:

Proses pencernaan dibedakan menjadi: pencernaan mekanis yaitu pengubahan makanan dari bentuk
kasar menjadi halus atau kecil denga bantuan alat pencernaan (gigi dan lambung), sedangkan
pencernaan kimiawi merupakan pelarutan dan pemecahan makanan dengan bantuan enzim pecernaan
Mempunyai urutan organ pencernaan yang sama yaitu dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar dan berakhir di anus.

Adapun perbedaan proses pencernaan sapi dan manusia yaitu:

Manusia memiliki sistem pencernaan yang lebih lama dari sapi.

Sistem pencernaan manusia memiliki enzim untuk mencerna protein tetapi sapi tidak memilikinya.

Rongga mulut manusia memiliki gigi taring yang kuat dan tajam, tetapi gigi pada sapi tumpul.

Hewan memamah biak tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi
geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah
makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.

Lambung sapi terdiri dari empat bagian (rumen, retikulum, omasum, abomasum) yang tidak dimiliki oleh
manusia.

Sapi melakukan regurgitasi (kembalinya makanan ke mulut untuk kedua kali) selama proses pencernaan
tetapi manusia tidak melakukannya.

Sapi menghasilkan air liur lebih banyak daripada manusia.

Feses manusia berwarna kekuningan,sedangkan feses sapi bewarna hitam kehijauan.

Perbandingan struktur lambung pada manusia dan sapi sebagai contoh hewan ruminansia/pemamah
biak adalah sebagai berikut ini:

Struktur anatomi lambung manusia meliputi:

1. Kardia

Ini adalah wilayah pertama dari lambung yang terletak dibawah/setelah kerongkongan. Oleh karena itu,
makanan memasuki kardia ketika meninggalkan kerongkongan melalui sfingter esofagus bagian bawah.

2. Fundus

Dalam anatomi lambung, itu adalah bagian paling atas. Dimana gas dihasilkan Ketika pencernaan kimia
terjadi di lambung. Gas-gas ini terakumulasi dalam fundus. Selain itu, fundus juga dapat menyimpan
makanan yang tidak tercerna selama sekitar satu jam.
3. Korpus

Ini adalah wilayah utama lambung yang terletak di pusat organ. Di sinilah pencernaan kimia makanan
terjadi.

4. Pilorus (lubang antara perut dan usus)

Pilorus menghubungkan lambung ke usus kecil. Ini adalah bagian di mana makanan dikumpulkan dan
dicerna sebelum memasuki usus kecil melalui sfingter pilorus.

Struktur anatomi lambung ruminansia meliputi:

1. Rumen

Makanan sementara disimpan di rumen. Disini trjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi
oleh enzim selulase yang dihasilkan bakteri dan protozoa tertentu.

2. Retikulum

Dari rumen menuji retikulum, makanan dicerna secara kimiawi dan mekanis untuk dibentuk menjadi
gumpalan-gumpalan kasar yang disebut bolus. Pada saat istirahat, bolus dikeluarkan lagi ke mulut untuk
dikunyah lagi.

3. Omasum

Makanan yang sudah dicerna untuk kali kedua ini akan masuk ke omasum melewati rumen dan
retikulum. Bolus akan dicerna secara mekanis bercampur dengan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar.

4. Abomasum
Adalah perut yang sebenarnya karena di organ inilah sistem pencernaan hewan ruminansia secara
kimiawi bekerja. Di dalam abomasum, gumpalan makanan dicerna melalui bantuan enzim dan asam
klorida. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung
mamalia lain, sedangkan asam klorida (HCl) selain membantu dalam pengaktifan enzim pepsinogen yang
dikeluarkan dinding abomasum, juga berperan sebagai desinfektan bagi bakteri jahat yang masuk
bersama dengan makanan.

Proses secara singkat

Proses pencernaan hewan ruminansia yaitu makanan ⇒ mulut ⇒ kerongkongan ⇒ rumen ⇒ reticulum
⇒ kembali ke mulut ⇒ makanan dikunyah untuk ke 2x ⇒ kerongkongan ⇒ omasum ⇒ abomasum ⇒
usus halus ⇒ usus besar ⇒ rektum ⇒ anus. Sistem pencernaan pada ruminansia lebih kompleks
dibanding hewan lainnya. Hal ini disebabkan makanannya banyak mengandung selulosa yang sulit
dicerna sehingga sistem pencernaannya berbeda

SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA SECARA DETAIL

A. Pencernaan Secara Mekanis

Pencernaan secara mekanis dilakukan di dalam mulut, HPT yang telah direnggut dikunyah
didalam mulut kemudian di telan, setelah istirahat dikeluarin kembali dan dikunyah lebih halus, hal ini
disebut memamah biak. Pengunyahan di dalam mulut bercampur dengan saliva (air liur) untuk
membantu proses pengunyahan dan menelan makanan. Saliva memiliki pH sekitar 8,2 dan dengan
kandungan sodium bikarbonat yang tinggi. Saliva berfunsi sebagai buffer yang membantu menetralkan
pengaruh asam dari pakan yang dikonsumsi ternak setelah masuk ke dalam rumen.

B. Pencernaan pada Rumen

Rumen disebut juga perut besar karena merupakan bagian lambung terbesar di dalam sistem
pencernaan ternak ruminansia. Permukaan rumen dilapisi oleh papilia. Rumen berfungsi sebagai
tempat fermentasi oleh mikroba, tempat absorbsi VFA dan tempat pencampuran pakan. Rumen sapi
memiliki berbagai jenis bakteri yang berbeda dengan jumlah yang sangat banyak dan beberapa tipe
protozoa yang membantu memanfaatkan serat dari bahan pakan dan sumber Nitrogen non protein.
Rumen pada ternak ruminansia memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan dengan lambung yang
lainnya. pH ideal dalam rumen adalah 6-7, pada pH tersebut mikroorganisme akan tumbuh dengan baik.
Jika pH rumen sering terjadi perubahan diluar pH 6-7 maka sebagian dari jenis mikroorganisme akan
mati sehingga mengurangi pemanfaatan pakan yang di proses di dalam rumen. Pemberian konsentrat
dengan persentase yang tinggi dapat meningkatkan performa ternak dalam jangka waktu yang pendek
namun pemberian konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat menyebabkan asidosis. Jika
produksi VFA dan asam laktat tinggi dan melebihi kapasitas absorbsinya dan kemampuan menuju gastro
intestinal maka akan terjadi asidosis.

Bakteri menghasilkan enzim untuk menguraikan makanan sehingga membantu ternak memanfaatkan
nutrisi yang ada di dalam pakan. Lingkungan bakteri harus memiliki kondisi pH maupun suhu yang
sesuai dengan pertumbuhannya. Fermentasi dalam rumen terjadi konversi karbohidrat menjadi volatile
fatty acids (VFA) dan gas serta menkonversi selulosa menjadi energi. Produksi gas di dalam rumen
terdiri dari methan dan karbondioksida yang berjumlah 20-40% (DeLaval, 2002). Jika gas menumpuk
dalam rumen akan dikeluarkan melalui sendawa.

C. Pencernaan pada Retikulum

Retikulum disebut juga perut jala karena permukaan bagian dalamnya mirip dengan jala atau sarang
lebah. Rumen dengan retikulum hampir tidak berjarak. Retikulum juga membantu regurgitasi
(ruminasi). Retikulum berfungsi sebagai tempat fermentasi pakan oleh mikroorganisme. Hasil
fermentasi retikulum diantaranya adalah VFA, amonia dan air. Bahan pakan yang difermentasi terutama
VFA, amonia dan air pada retikulum mulai diabsorbsi.

D. Pencernaan pada Omasum

Omasum adalah lambung ketiga dari ternak ruminansia. Omasum disebut perut buku karena memiliki
lipatan-lipatan seperti buku berupa lipatan-lipatan logitudinal. Pencernaan pada omasum masih terjadi
fermentasi mikroorganisme. Omasum berfungsi sebagai pengatur arus ingesta ke abomasum dan
menyaring partikel yang besar. Terjadi penyerapan air yang terkandung di dalam hijauan pakan ternak
oleh dinding omasum, di dalam omasum enzim bekerja menghaluskan hijauan.

E. Pencernaan pada Abomasum

Abomasum terbagi atas tiga bagian yaitu : florika yang merupakan sekresi mukus, fundika (sekresi
pepsinogen, renin dan mukus) dan Kardia yang merupakan sekresi mukus. Abomasum tempat
permulaan pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum. Pakan di
abomasum akan dicerna kembali dengan bantuan asam klorida dan berbagai enzim. Asam klorida
membantu mengaktifkan enzim pepsinogen melakukan pencernaan.
F. Pencernaan pada Usus Halus

Setelah selesai pencernakan pakan di abomasum maka akan dilanjutkan ke usus halus. Usus halus
terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum. Dodenum kondisinya asam sehingga bakteri dari lambung
tidak bisa hidup di duodenum. Kondisi asam akibat dari percampuran asam dari abomasum, getah
pankereas, hati, kantung empedu dan kelenjar dari usus halus. kemudian makanan akan mengalami
pencernaan dengan bantuan enzim yang dihasilkan dari dinding usus. Makanan pada tahap ini
partikelnya lebih halus. Setelah itu makanan berlanjut pada ileum, ileum memiliki banyak vili yang
berfungsi memperluas bagian penyerapan sehingga penyerapan akan lebih optimal.

G. Pencernaan pada Usus Besar

Usus besar kususnya caecum dan kolon, Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya didorong dengan
peristaltik usus ke usus besar. Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya masih mengandung mineral dan
air. Penyerapan mineral dan air paling banyak di usus besar, penyerapan terjadi melalui dinding usus.
Zat-zat yang diserap akan didistribusikan ke seluruh tubuh yang membutuhkan, sedangkan sisa atau
ampas dari penyerapan akan dikeluarkan melalui rektum.

DAFTAR PUSTAKA :

Church, D. C. , (1988) The Ruminan Animal. Digestive Physiology and nutrition. Prentice

Hall, Englewood Cliffs, New Jersey

DeLaval (2002) Digestive Physiology of the cow

Hutjens, M. (201) The Digestive Physiology Ruminant. University of Illionois

Sutradi, T. (1979) Ketahanan Protein Bahan Makanan Terhadap Degradasi oleh Mikroba

Rumen dan Manfaatnya bagi Produksi Ternak . Proseding seminar penelitian


Dan Penunjang Peternakan. LPP. Bogor.

https://brainly.co.id/tugas/20927#:~:text=Proses%20singkat%20proses%20pencernaan%20hewan,besar
%20%E2%87%92%20rektum%20%E2%87%92%20anus.&text=Sistem%20pecernaan%20ruminansia
%20sebenarnya%20hampir%20sama%20dengan%20manusia.

Anda mungkin juga menyukai