Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 2 : Pencernaan Kerbohidrat, Lemak, dan Protein pada hewan Ruminansia

Joshua Leonard Damanik

Krisdayanti Gultom

Nur Ayu

Rahul Sanggam Ronitua Sihite

Proses Pencernaan Kerbohidrat, Lemak, dan Protein pada hewan Ruminansia.

Berdasarkan struktur dan fungsi lambung, dapat dibedakan hewan berlambung tunggal dan
hewan berlambung kompleks. Hewan berlambung tunggal (non-ruminansia atau monogastrik)
berlambung sederhana dan hanya terdiri dari atas sebuah rongga. Hewan berlambung kompleks
(ruminansia) mempunyai lambung yang terdiri atas 4 rongga, yaitu rumen, retikulum, omasum
dan abomasum.

A. Pencernaan Karbohidrat

1. Mulut dan Esofagus

- Prehensi

Aktivitas mengambil pakan dan memasukkannya dalam mulut disebut prehensi.Pada


semua hewan ruminansia bibir, gigi dan lidah merupakan alat prehensi utama.Pada sapi
midalnya,alat prehensi utama adalah lidah. Bibirnya kurang mudah bergerak. Lidah sapi yang
panjang dan kuat serta kasar,dapat bergerak dan mampu dijulurkan ke luar mulut dan mudah
dibelitkan sekeliling rumput, yang kemudian ditarik ke antara gigi seri (di bawah) dan bantalan
gigi atau dental pad ( di atas) dan diputuskan.

- Salivasi

Bahan pakan yang masuk ke dalam mulut dicampur dengan cairan ludah (saliva) dan
proses ini disebut salivasi atau insalivasi. Ludah merupakan hasil sekresi kelenjar ludah
(glandula salivarius). Saliva campuran yang diperoleh dari mulut adalah zalir yang tidak
berwarna dan sedikit keruh, mengandung sejumlah kecil elektrolit, protein dan a-amilase.

- Mastikasi

Mastikasi atau pengunyahan ialah pemecahan pakan secara mekanis dalam mulut. Pada
herbivora yang bahan pakannya bersifat kasar dan berbongkah (amba), sehingga mastikasi sangat
penting artinya. Pada ruminansia pengunyahan pakan yang cermat dilakukan selama remastikasi.
Pada herbivora selain itu ada gerakan lateral. Macam pakan dan arah gerak gigi geraham
menentukan perbedaan ukuran dan bentuk gigi. Pada herbivora yang gerahamnya vertikal dan
lateral, gigi rahang atas lebih besar daripada rahang bawah, dan mastikasi hanya terjadi pada
salah satu sisi pada suatu waktu.

- Deglutisi

Deglutisi atau menelan adalah lewatnya pakan dari mulut, melalui pharynx dan esofagus,
ke lambung dan meliputi serangkaian peristiwa yang terkoordinasi dalam berbagai daerah disitu.

2. Lambung (Rumen)

Makanan selanjutnya masuk ke dalam lambung (Rumen).Pada hewan ruminansia,


sebanyak 60-70% terdiri atas karbohidrat berupa selulosa, hemiselulosa, dan pati. Selulosa dan
hemiselulosa tidak dicerna oleh enzim yang dihasilkan ternak ruminansia, tetapi dicerna oleh
enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen.

Mikroba rumen memfermentasi dan mengubah sejumlah besar komponen karbohidrat


menjadi Volatile Fatty Acid (VFA) yang menghasilkan energi dalam bentuk Adenosine Tri
Phosphate (ATP). Tubuh atau sel mikroba mengandung 40-60% protein, karena itu sangat
diperlukan energi yang mudah tersedia berupa ATP untuk keperluan sintesis protein.

Selain itu, ATP tersebut digunakan untuk mempertahankan kelestarian aktivitas mikroba itu
sendiri.Pada tingkat pertama, pencernaan karbohidrat dalam rumen dikatalisis oleh enzim
ekstraseluler.Urutan bahan yang difermentasi dalam rumen adalah glukosa, xylosa, pati, dan
selulosa. Karbohidrat mengalami fermentasi anaerob oleh mikroba rumen menjadi VFA, gas
metan, dan karbon dioksida.

Mikroba rumen akan menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida dan disakarida


yang selanjutnya akan difermentasi menjadi asam lemak atsiri, terutama asam asetat, propionat,
dan butirat. Asam lemak atsiri tersebut selanjutnya akan diserap melalui dinding rumen
bersamaan dengan gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Asam lemak atsiri (VFA)
merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia.Asam lemak atsiri akan diserap pada
dinding retikulum, rumen, dan omasum.

3. Omasum

Omasum merupakan lambung ketiga dari ternak ruminansia. Dalam proses pencernaan,
omasum berfungsi dalam membantu memperkecil ukuran partikel pakan dan berpengaruh pada
pengendalian aliran ingesta ke dalam perut bagian belakang, serta beberapa absorpsi nutrien
terjadi dalam omasum.

4. Abomasum
Abomasum ternak ruminansia sebenarnya sama dengan lambung ternak non ruminansia,
disinilah disekresikan cairan lambung oleh sel-sel abomasum. Mukosa abomasum terdiri atas sel-
sel kelenjar yang menghasilkan HCl dan pepsinogen, seperti pada mamalia lainnya. Oleh karena
itu disebut dengan perut sejati atau perut kelenjar. Setelah makanan masuk abomasum dan
berjalan terus, proses digesti dan absorpsi terjadi seperti ternak non ruminansia.

5. Usus halus Dan Usus Besar (Caecum dan Colon)

Usus halus berfungsi mengatur laju aliran ingesta ke dalam usus besar dengan gerakan
peristaltik. Dengan bantuan getah pankreas, getah usus, dan getah empedu, nutrien hasil akhir
fermentasi mikroba diubah menjadi monomer yang cocok diabsorpsi. Saluran pencernaan yang
berfungsi sebagai tempat penyerapan sebagian besar nutrien adalah usus halus.
Usus besar adalah organ terakhir dari saluran pencernaan ternak ruminansia. Colon berfungsi
sebagai tempat penyerapan air, elektrolit, dan VFA yang berasal dari ileum dan caecum.

B. Pencernaan Lemak

Pada hewan ruminansia, kandungan lipid dari makanannya rendah (di bawah 5%) dan berasal
dari berbagai sumber seperti rumput, daun, biji minyak, atau biji-bijian sereal. Daun atau rumput
lipid terutama galaktolipid, fosfolipid, lilin, pigmen, dan minyak esensial, dan biji minyak atau
biji-bijian lipid terutama trigliserida.

Dalam rumen, tidak ada agen pengemulsi atau enzim lipase pankreas. Sebaliknya, ada mikroba
rumen yang memproduksi lipase mikroba. Ketika lipid makanan memasuki rumen, langkah awal
adalah hidrolisis ikatan ester dalam trigliserida, fosfolipid, dan glikolipid. Hidrolisis lipid
makanan dilakukan oleh lipase mikroba, yang melepaskan gliserol dan asam lemak (asam lemak
bebas) dari tulang punggung lipid. Gliserol mudah dimetabolisme oleh bakteri rumen untuk
membentuk asam propionat. Pemberian lemak tambahan meningkatkan proporsi asam propionat
(salah satu asam lemak volatil, atau VFA) dan rasio propionat: asetat pada ruminansia. Hidrolisis
merupakan prasyarat untuk langkah selanjutnya.

Biohidrogenasi asam lemak tak jenuh adalah transformasi besar kedua yang dapat dialami oleh
lipid makanan dalam rumen. Asam lemak dengan ikatan rangkap diubah oleh mikroba untuk
membentuk asam lemak yang lebih stabil.

Asam lemak yang telah mengalami biohidrogenasi melanjutkan perjalanannya ke retikulum


omasum, abomasum, dan kemudian diserap di usus kecil. Di dalam retikulum, omasum, dan
abomasum, asam lemak yang telah mengalami biohidrogenasi tidak dicerna lebih lanjut dan
hanya seperti melintasi saja bersama zat makanan lainnya.

Mekanisme penyerapan asam lemak pada usus halus hewan ruminansia sama persis dengan
penyerapan asam lemak pada usus halus hewan monogastrik (kelinci, kucing, anjing, manusia,
dsb).
C. Pencernaan Protein

Pada hewan ruminansia protein diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu protein dapat
terdegradasi dan protein yang tidak dapat terdegradasi. Pencernaan protein pada hewan
ruminansia dapat dibagi menjadi dua fase: (1) pencernaan (degradasi) di retikulorumen dan (2)
pencernaan di abomasum dan usus halus. Oleh karena itu, pada hewan ruminansia, protein pakan
diklasifikasikan sebagai protein yang dapat terdegradasi rumen dan protein yang tidak dapat
terdegradasi dalam rumen.

Jika pada hewan monogastrik dan nonruminansia lainnya protein dicerna dan digunakan oleh sel
sebagai asam amino, pada hewan ruminansia pencernaan protein terutama bertujuan untuk
mendapatkan Nitrogen yang berguna untuk memelihara kehidupan mikroba pada rumen hewan
ruminansia, agar nanti dapat menyintesis protein mikrobanya sendiri. Bahkan dikarenakan
kebutuhan akan nitrogennya, hewan ruminansia dapat mendegradasi dan memanfaatkan nitrogen
pada urea.

Protein yang memasuki rumen dapat didegradasi oleh bakteri dan protozoa, yang menghasilkan
enzim proteolitik. Mikroba rumen menyediakan protease dan peptidase untuk memutuskan
ikatan peptida dalam polipeptida untuk melepaskan asam amino bebas dari protein. Beberapa
faktor seperti kelarutan dan struktur fisik protein dapat mempengaruhi degradasi rumen. Asam
amino terdegradasi rumen ini melepaskan NH3 dan kerangka C melalui proses yang disebut
deaminasi. Bersama dengan asam lemak volatil (dari karbohidrat), mikroba rumen mensintesis
protein mikrobanya sendiri, yang berfungsi sebagai sumber protein utama bagi hewan
ruminansia (sebagai inang dari mikroba).

Protein mikroba cukup untuk pemeliharaan dan kelangsungan hidup tetapi tidak untuk hewan
berproduksi tinggi. Amonia yang diserap dari rumen diubah menjadi urea dan disekresikan ke
dalam darah sebagai nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen).

Anda mungkin juga menyukai