Oleh :
Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang
Tahun 2015
BAB I
Pendahuluan
Ternak ruminansia adalah hewan ternak yang memiliki empat lambung dan merupakan
hewan pemamabiak yaitu mencerna makanannya dalam dua langkah: pertama dengan menelan
bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya dan
mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang tetapi lebih dari
satu ruang.
Lambung sapi terdiri dari empat bagian yaitu rumen, retikulum, omasum,dan abomasum.
Di dalam perut besar sapi terjadi pencernaan fermentatif dengan bantuan mikroba bakteri dan
pencernaan hidrolik dengan bantuan enzim pencernaan.
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia sama halnya pada ternak pada umumnya yaitu
sebagai alat untuk mencerna bahan pakan, menyerap zat-zat makanan dan mengeluarkan sisa
pakan. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikonsumsi. Pakan utama dari
ternak ruminansia adalah berupa pakan hijauan.Pakan hijauan umumnya bersifat amba (bulky)
dan serat kasarnya tinggi.Keistimewaan ruminansia terletak pada sistem pencernaannya yang
mampu memanfaatkan bahan makanan NPN (Non Protein Nitrogen)dan berserat kasar tinggi.
Kemampuannya dalam mencerna bahan makanan NPN dan berserat kasar tinggi, terletak pada
rumen yang berfungsi mencerna serat kasar secara fermentasi dengan bantuan mikroba rumen.
Di dalam rumen ada tiga jenis mikroorganisme, yaitu bakteri, protozoa, dan fungi. Pakan
dengan kualitas rendah menyebabkan kontribusi mikroba pada ternak semakin besar, sedangkan
pada kondisi pakan miskin akan nutrisi populasi protozoa cenderung menekan perkembangan
bakteri dan fungi karena protozoa tidak mendapat pakan yang layak bagi dirinya, padahl kedua
golongan mikroba ini sangat dibutuhkan dalam pencernaan serat kasar, sehingga keberadaan
protozoa harus terkontrol terutama di daerah pakan berkualitas rendah.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Alat pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ pembantu. Dilihat dari
anatomi alat pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung
jamak (polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang,
kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain manusia, anjing,
kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric
animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung. Hewan yang berlambung jamak
dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam
non ruminansia.Unggas yang merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants)
dikelompokkan ke dalam non-ruminansia.
Ruminansia merupakam poligastrik yang mempunyai lambung depan yang terdiri dari
Retikulum, Rumen, Omasum, dan lambung sejati , yaitu Abomasum. Proses pencernaan di
dalam lambung depan terjadi secara mikrobial .Mikroba memegang peranan penting dalam
pemecahan makanan. Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi pencernaan enzimatik
karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar .Rumen merupakan tempat pencernaan
sebagian serat kasar serta proses fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme,
terutama bakteri anaerob dan protozoa. Di dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi
selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif oleh mikroba akan
dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat, propionat dan butirat.
Lambung ruminansia sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah kembali (remastikasi). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan
dan fermentasi.Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum,
dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya.Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-
8%.Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Sistem saluran pencernaan pada ternak umumnya dibagi atas 4 bagian penting yaitu
mulut, perut, usus halus, dan organ pencernaan bagian belakang.Ruminansia mempunyai
keistimewaan dimana organ perut terdiri atas 4 bagian.Yaitu rumen, reticulum, omansum, dan
abomasum.Pada tiga bagian dari lambung ruminansia (rumen, reticulum, omasum), tidak
terdapat enzim yang dihasilkan oleh tubuh. Melainkan enzim yang diperoleh dari aktifitas
mikroba didalam rumen dan reticulum.
.Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri.Rumen sering disebut juga dengan
perut beludru.Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae.
Sedangkan substat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Retikulum sering
disebut sebagai perut jala atau hardware stomach.Fungsi reticulum adalah sebagai penahan
partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Reticulum berbatasan dengan rumen, akan tetapi
diantara keduannya tidak ada dinding penyekat.
Omasum sering juga disebut sebagai perut buku, karena pemukaannya yang berbuku-
buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasum terdapat
lubang yang disebut omaso abdomasal orifice.Abomasum sering disebut sebagai perut
sejati.Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum
kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum
terletak bagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum
dapat berpindah ke sebelah kiri.Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini
berfungsi untuk melindungi dididng sel tercerna oleh enzim yang duhasilkan oleh
abomasum.Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel pariental menghasilkan HCl.
Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.
BAB III
Pembahasan
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain.
Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen
menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk
semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan
energy.
Penurunan konsentrasi amonia dalam rumen dapat dilihat dari penurunan konsumsi
pakan akibat menurunnya proses perombakan komponen pakan oleh mikroba. Konsentrasi
amonia untuk degradasi optimum pakan berserat harus di atas 200 mg/liter cairan
rumen.Pemberian urea dalam air minum hanya dapat dilakukan jika konsentrasi amonia
cairan rumen sangat rendah (〈50 mg/liter) dan amonia diasumsikan sebagai faktor pembatas
utama penurunan pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Pemanfaatan amonia sangat tergantung
pada ketersediaan faktor lain seperti kerangka karbon yang berasal dari karbohidrat mudah
terfermentasi
Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari
bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan
yang dikonsumsi ternak
3.1 Bakteri
Bakteri memiliki populasi terbanyak antara 109-1010 sel/mil cairan rumen ukurannya
berkisar antara 0.3 - 50 µm. Bakteri tersebut berbentuk spiral (Streptococcus) dan yang
berbentuk batang (Eubakterium) dan bakteri yang berbentuk bulat.Bakteri bentuk batang dan
spiral hidup secara anaerob sedangkan bentuk coccus gram negative ada yang hidup
aerob.Selain itu ada juga bakteri fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup pada kondisi sedikit
oksigen misalnya streptococcus.Jenis-jenis bakteri pada rumen dibedakan berdasarkan
substrat yang didegradasi. Yaitu bakteri Selulolitik, bakteri Hemiselulolitik, bakteri amilolitik,
bakteri proteolitik, bakteri lipolitik, bakteri methanogenik,bakteri ureolitik, Sugar Untilizer
Bacteria (bakteri pemakai gula),danAcid Utilizer Bacteria(Bakteri Pemakai Asam).
Bakteri proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak terdapat padasaluran
pencernaan makanan mamalia termasuk karnivora (carnivora).Didalam rumen, beberapa
spesies diketahui menggunakan asam amino sebagai sumber utama enersi.Beberapa contoh
bakteri proteolitik antara lain:
Bacteroides amylophilus
Clostridium sporogenes
Bacillus licheniformis
3.1.5 Bakteri Lipolitik
Sekitar 25 persen dari gas yang diproduksi didalam rumen adalah gas methan.Bakteri
pembentuk gas methan lambat pertumbuhannya. Contoh bakteri ini antara lain:
Methanobacterium ruminantium
Methanobacterium formicium
Beberapa janis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam laktat meskipunjenis
bakteri ini umumnya tidak terdapat dalam jumlah yang berarti. Jenis lainnya dapat
menggunakan asam suksinat, malat dan fumarat yang merupakan hasil akhir fermentasioleh
bakteri jenis lainnya.Asam format dan asetat juga digunakan oleh beberapa spesies, meskipun
mungkin bukan sebagai sumber enersi yang utama. Asam oksalat yang bersifat racun pada
mamalia akan dirombak oleh bakteri rumen, sehingga menyebabkan ternak ruminansia
mampu mengkonsumsi tanaman yang beracun bagi ternak lainnya sebagai bahan makanan.
Beberapa spesies bakteri pemakai asam laktat yang dapat dijumpai dalam
jumlah yang banyak setelah ternak mendapatkan tambahan jumlah makanan butiran
maupun pati dengan tiba-tiba adalah :
Peptostreptococcus bacterium
Propioni bacterium
3.2 Protozoa Rumen
Holotricha
Oligotrich (Entodiniomorph)
Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan gula terlarut sebagai makananannya,akan
tetapi butir-butir pati akan menjadi sasaran utama untuk dimangsanya. Beberapa spesies juga
memangsa amilopektin dari Holotricha disamping ada pula yang secara aktif menelan serat
kasar tanaman dan mencerna selulosa.Akan tetapi hasil penelitian terakhir meragukan
kemampuan protozoa rumen untuk dapat mencerna selulosa.Pencernaan selulosa dapat
dilakukan karena protozoa memangsa bakteri dan bakteri inilah yang akan menghasilkan
enzim selulase didalam tubuh protozoa sehingga selulosa yang dimangsa dapat
dicerna.Spesies penting dari Oligotricha antaralain:
- Diplodinium dentatum
- Eudiplodinium bursa
- Polypastron multivesiculatum
- Entodinium caudatum
Tidak seperti bakteri rumen, ciliata dapat diklasifikasikan atas dasar morfolginya
karena ukuran selnya cukup besar yaitu antara 200 - 200 mm.Ciliata rumen dapat dibedakan
menjadi 3 ordo yaitu:
- Ordo Prostomatida
- Ordo Trichostomatida
- Ordo Entodiniomorphida
Ordo Entodiniomorphida adalah yangterbanyak dijumpai dalam rumen baik dari segi
jumlah spesies maupun frekuensiterdapatnya.sementara itu dari ordo lainnya hanya terdiri
dari beberapa spesies sajameskipun frekuensi terdapatnya cukup tinggi.Ordo
Entoiniomorphida terbagi kedalam 6 famili, yaitu:
- Ophryoscolecidea
- Dixtiidae
- Cyclophostiidae
- Telanodiniidae
- Polydiniellidae
- Tryglodytellidae
Dari keenam famili tersebut hanya Ophryoscolecidae yang ditemukan padarumen, sedangkan
famili lainnya terdapat pada usus kuda, tapir, gajah, badak, kuda nil,babi rusa serta orang
utan.
3.3 Fungi
Fungi rumen bersifat anaerob yang terdapat dalam rumen sebagian besar mencerna serat
kasar.Populasinya berjumlah 103-105 sel/ml cairan rumen.Meskipun populasinya sedikit,
namun sangat berperan dalam mencerna serat kasar.Fungi Rumen sangat efektif mdalam
melonggarkan ikatan jaringan tanaman dan diperkirakan menjadi mikroba rumen pertama
yang mencerna struktur tanaman.
Fungi akan memecah ikatan hemiselulosa-lignin dan melarutkan pelindung lignin, tapi
tidak mendegradasi lignin. Komponen tanaman dari berbagai hijauan menyebabkan
peningkatan yang besar populasi fungi.Secara in vitro, perkembangan aktivitas fungi rumen
dihambat oleh bakteri rumen karena pemanfaatan N dan asam laktat oleh bakteri.
Fungi terdiri dari Yeast (ragi) seperti Saccharomyces dan Mould (Jamur). Untuk
hidupnya, jamur seperti Neocallimastix frontalis, Piramonas communis, dan Sphaeromonas
communis, membutuhkan kondisi anaerob.
3.4.1 Suhu
Temperatur rumen dikatakan normal apabila berada pada kisaran antara 39 – 41oC.
Segera setelah makan, temperatur rumen biasanya akan meningkat sampai dengan 41oC,
terutama selam proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya temperatur akan
menurun sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air dingin.Kondisi ini akan dapat
mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama pada spesiesspesiestertentu yang sangat
peka 0yang tidak dapat bertahan hidup pada suhu diatas 40C (Hungate, 1966). Demikian pula
penurunan suhu rumen dibawah suhu normal setelah hewan minum air dingin akan
mempengaruhi aktivitas mikroba ini.
3.4.2Keasaman (pH)
Komposisi gas didalam rumen kurang lebih terdiri dari 63-63,35 persen CO2;26,76-
27 persen CH4; 7 persen N2 dan sedikit H2S, H2 dan O2. Karena kondisi anaerob didalam
rumen merupakan faktor yang sangat penting maka produksi CO2 pada proses fermentasi
sangat menentukan terciptanya kondisi anaerob.
Mekipun O2 juga dijumpai didalam rumen terutama pada bagian saccus dorsalis,
tekanan O2 pada digesta rumen sangat kecil. Oksigen yang masuk kedalam rumen melalui
proses menelan akan segera digunakan oleh bakteri-bakteri fakultatif anaerobic seperti
Sterptococcus bovis. Salah satu akibat dari proses ini adalah redox potensial (EH) didalam
rumen akan selalu konstan dan rendah yaitu berkisar antara -250 mV sampai dengan -450
mV. Peranan hidrogen dalam proses produksi methana adalah sebagai sumber elektron,
sehingga rendahnya kadar H2 didalam rumen merupakan petunjuk adanyaaktivitas
menggunakan H2 untuk mengurangi CO2menjadi CH. Disamping itu, karenauntuk
membentuk 1 mol CH4 diperlukan 4 mol H2, maka laju penggunaan H2adalah empat kali laju
produksi methana, sehingga H2 didalam rumen tidak pernah terakumulir.
3.4.5 Nutrisi
Dengan meningkatnya konsumsi, volume rumen dan sekresi saliva ke rumen serta laju
pengeluaran digesta dari rumen akan meningkat
3.4.6 Faktor - Faktor Lain
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati, Asih. 2004. Pertumbuhan Mikroba Rumen Dan Efisiensi Pemanfaatan
Nitrogen Pada Silase Red Clover. Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan
Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Vol (1) 2 : 1-3