Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia


“Mikroba Rumen”

Oleh :

1. Hildan Hanif Geovani (145050100111 )


2. Viti Ery Sabella (145050100111219)
3. Aulia Lala Romadhona (145050100111220)
4. Priandika Nur Hensadha (145050100111222)
5. Akbar

Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang
Tahun 2015
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Ternak ruminansia adalah hewan ternak yang memiliki empat lambung dan merupakan
hewan pemamabiak yaitu mencerna makanannya dalam dua langkah: pertama dengan menelan
bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya dan
mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang tetapi lebih dari
satu ruang.

Ruminansia ini mendapat keuntungan karena pencernaannya menjadi sangat efisien


dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan, dengan dibantu mikroorganisme di
dalam perut-perut pencernanya. Mikroorganisme ini disebut mikroba rumen. Contoh hewan
ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau, kambing, serta domba.

Lambung sapi terdiri dari empat bagian yaitu rumen, retikulum, omasum,dan abomasum.
Di dalam perut besar sapi terjadi pencernaan fermentatif dengan bantuan mikroba bakteri dan
pencernaan hidrolik dengan bantuan enzim pencernaan.

Sistem pencernaan pada ternak ruminansia sama halnya pada ternak pada umumnya yaitu
sebagai alat untuk mencerna bahan pakan, menyerap zat-zat makanan dan mengeluarkan sisa
pakan. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikonsumsi. Pakan utama dari
ternak ruminansia adalah berupa pakan hijauan.Pakan hijauan umumnya bersifat amba (bulky)
dan serat kasarnya tinggi.Keistimewaan ruminansia terletak pada sistem pencernaannya yang
mampu memanfaatkan bahan makanan NPN (Non Protein Nitrogen)dan berserat kasar tinggi.
Kemampuannya dalam mencerna bahan makanan NPN dan berserat kasar tinggi, terletak pada
rumen yang berfungsi mencerna serat kasar secara fermentasi dengan bantuan mikroba rumen.

Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Misalnya,


kehadiran fungi dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat karena dia
membentuk koloni pada jaringan selullosa pakan.Rizoid fungi tumbuh jauh menembus sel
tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.

Di dalam rumen ada tiga jenis mikroorganisme, yaitu bakteri, protozoa, dan fungi. Pakan
dengan kualitas rendah menyebabkan kontribusi mikroba pada ternak semakin besar, sedangkan
pada kondisi pakan miskin akan nutrisi populasi protozoa cenderung menekan perkembangan
bakteri dan fungi karena protozoa tidak mendapat pakan yang layak bagi dirinya, padahl kedua
golongan mikroba ini sangat dibutuhkan dalam pencernaan serat kasar, sehingga keberadaan
protozoa harus terkontrol terutama di daerah pakan berkualitas rendah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses fermentasi yang dilakukan mikroba dalam pencernaan ruminansia ?

2. Bagaimana cara kerja mikroba rumen dalam mencerna bahan makanan?

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba dalam rumen?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui proses fermentasi yang dilakukan mikroba dalam pencernaan


ruminansia
2. Untuk mengetahui cara mikroba rumen dalam mencerna bahan makanan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba dalam
rumen

1.4 Manfaat

Dengan mempelajari mikroba yang terdapat pada rumen ruminansia beserta


proses fermentasinya, maka diperoleh pemahaman mengenai jenis bahan makanan apa saja yang
digunakan oleh bakteri untuk hidup, sehingga dapat mengetahui pakan yang cocok dan dapat
dicerna secara optimal oleh mikroba rumen.
BAB II
Tinjauan Pustaka

Alat pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ pembantu. Dilihat dari
anatomi alat pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung
jamak (polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang,
kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain manusia, anjing,
kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric
animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung. Hewan yang berlambung jamak
dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam
non ruminansia.Unggas yang merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants)
dikelompokkan ke dalam non-ruminansia.
Ruminansia merupakam poligastrik yang mempunyai lambung depan yang terdiri dari
Retikulum, Rumen, Omasum, dan lambung sejati , yaitu Abomasum. Proses pencernaan di
dalam lambung depan terjadi secara mikrobial .Mikroba memegang peranan penting dalam
pemecahan makanan. Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi pencernaan enzimatik
karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar .Rumen merupakan tempat pencernaan
sebagian serat kasar serta proses fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme,
terutama bakteri anaerob dan protozoa. Di dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi
selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif oleh mikroba akan
dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat, propionat dan butirat.
Lambung ruminansia sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah kembali (remastikasi). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan
dan fermentasi.Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum,
dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya.Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-
8%.Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Sistem saluran pencernaan pada ternak umumnya dibagi atas 4 bagian penting yaitu
mulut, perut, usus halus, dan organ pencernaan bagian belakang.Ruminansia mempunyai
keistimewaan dimana organ perut terdiri atas 4 bagian.Yaitu rumen, reticulum, omansum, dan
abomasum.Pada tiga bagian dari lambung ruminansia (rumen, reticulum, omasum), tidak
terdapat enzim yang dihasilkan oleh tubuh. Melainkan enzim yang diperoleh dari aktifitas
mikroba didalam rumen dan reticulum.
.Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri.Rumen sering disebut juga dengan
perut beludru.Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae.
Sedangkan substat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Retikulum sering
disebut sebagai perut jala atau hardware stomach.Fungsi reticulum adalah sebagai penahan
partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Reticulum berbatasan dengan rumen, akan tetapi
diantara keduannya tidak ada dinding penyekat.
Omasum sering juga disebut sebagai perut buku, karena pemukaannya yang berbuku-
buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasum terdapat
lubang yang disebut omaso abdomasal orifice.Abomasum sering disebut sebagai perut
sejati.Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum
kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum
terletak bagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum
dapat berpindah ke sebelah kiri.Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini
berfungsi untuk melindungi dididng sel tercerna oleh enzim yang duhasilkan oleh
abomasum.Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel pariental menghasilkan HCl.
Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.
BAB III
Pembahasan

Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain.
Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen
menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk
semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan
energy.

Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang


mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu
asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam
isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi
oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada
umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry, Thomson
dan Amstrong 1977). Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena
biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak
ruminansia. 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari
protein mikroba. Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan
mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai
pasok utama protein bagi ternak ruminansia
Rumen merupakan ekosistem yang mengandung komponen biotic dan abiotik. Komponen
Biotik adalah mikroba rumen dengan populasi berkisar antara 1010 sampai 1012 sel/ml cairan
rumen (Ogimoto dan Imai, 1981) Mikroba Rumen sangat diperlukan dalam proses
pencernaan. Rumen mempunyai kondisi lingkungan yang baik untuk kehidupan
mikroba.Temperatur di dalam rumen berkisar antara 38O – 42O sedangkan pH rata – ratanya
6.8 atau berkisar antara 6 – 7.Mikroba yang ada di dalam rumen terdapat pada partikel
makanan, dalam cairan rumen dan menempel pada dinding rumen.

Penurunan konsentrasi amonia dalam rumen dapat dilihat dari penurunan konsumsi
pakan akibat menurunnya proses perombakan komponen pakan oleh mikroba. Konsentrasi
amonia untuk degradasi optimum pakan berserat harus di atas 200 mg/liter cairan
rumen.Pemberian urea dalam air minum hanya dapat dilakukan jika konsentrasi amonia
cairan rumen sangat rendah (〈50 mg/liter) dan amonia diasumsikan sebagai faktor pembatas
utama penurunan pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Pemanfaatan amonia sangat tergantung
pada ketersediaan faktor lain seperti kerangka karbon yang berasal dari karbohidrat mudah
terfermentasi

Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari
bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan
yang dikonsumsi ternak

3.1 Bakteri

Bakteri memiliki populasi terbanyak antara 109-1010 sel/mil cairan rumen ukurannya
berkisar antara 0.3 - 50 µm. Bakteri tersebut berbentuk spiral (Streptococcus) dan yang
berbentuk batang (Eubakterium) dan bakteri yang berbentuk bulat.Bakteri bentuk batang dan
spiral hidup secara anaerob sedangkan bentuk coccus gram negative ada yang hidup
aerob.Selain itu ada juga bakteri fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup pada kondisi sedikit
oksigen misalnya streptococcus.Jenis-jenis bakteri pada rumen dibedakan berdasarkan
substrat yang didegradasi. Yaitu bakteri Selulolitik, bakteri Hemiselulolitik, bakteri amilolitik,
bakteri proteolitik, bakteri lipolitik, bakteri methanogenik,bakteri ureolitik, Sugar Untilizer
Bacteria (bakteri pemakai gula),danAcid Utilizer Bacteria(Bakteri Pemakai Asam).

3.1.1 Bakteri Selulolitik


Bakteri ini menghasilkan enzim selulase yang dapat menghidrolisis ikatan glukosida β
1.4 sellulosa dan dimer selobiosa.Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan utama
ternak berupa serat kasar. Contoh dari bakteri selulolitik adalah :
Bacteriodes succinogenes
Ruminicoccus flavefaciens
Ruminicoccus albus
Cillobacterium c ellulosolvens

3.1.2 Bakteri Hemiselulolitik

Hemiselulosa berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan pentosa ,gula


heksosa serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang
penting dalam dinding sel tanaman.Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa
biasanya juga dapat menghidrolisa hemiselulosa.Meskipun demikian ada beberapa spesies
yang dapat menghidrolisa hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa selulosa. Contoh
dari bakteri hemiselulolitik adalah :
Butyrivibrio fibriosolven
Bacteriodes ruminicola

3.1.3 Bakteri Amilolitik

Beberapa bakteri selulolitik juga dapat memfermentasi pati, meskipun demikian


beberapa jenis bakteri amilolitik tidak dapat menggunakan/memfermentasi selulosa.
Bakteri amilolitik akan menjadi dominan dalam jumlahnya apabila makanan
mengandung pati yang tinggi, seperti butir-butiran. Bakteri amilolitik yang terdapat di
dalam rumen antara lain:
Bacteriodes amylophilus
Butyrivibrio fibrisolvens
Bacteroides ruminicola

3.1.4 Bakteri Proteolitik

Bakteri proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak terdapat padasaluran
pencernaan makanan mamalia termasuk karnivora (carnivora).Didalam rumen, beberapa
spesies diketahui menggunakan asam amino sebagai sumber utama enersi.Beberapa contoh
bakteri proteolitik antara lain:
Bacteroides amylophilus
Clostridium sporogenes
Bacillus licheniformis
3.1.5 Bakteri Lipolitik

Beberapa spesies bakteri menggunakan glycerol dan sedit gula.sementara itubeberapa


spesies lainnya dapat menghidrolisa asam lemak tak jenuh dan sebagian lagi dapat
menetralisir asam lemak rantai panjang menjadi keton.Enzim lipase bakteria dan protozoa
sangat efektif dalam menghidrolisa lemak dalam chloroplast. Contoh bakteri lipolitik antara
lain:
Anaerovibrio lipolytica
Selemonas ruminantium var. lactilytica

3.1.6 Bakteri Methanogenik

Sekitar 25 persen dari gas yang diproduksi didalam rumen adalah gas methan.Bakteri
pembentuk gas methan lambat pertumbuhannya. Contoh bakteri ini antara lain:

Methanobacterium ruminantium
Methanobacterium formicium

3.1.7 Bakteri Ureolitik

Sejumlah spesies bakteri rumen menunjukkan aktivitas ureolitik dengan


jalanmenghidrolisis urea menjadi CO2 dan amonia.Beberapa jenis bakteri ureolitik menempel
pada epithelium dan menghidrolisa urea yang masuk kedalam rumen melalui difusi dari
pembuluh darah yang terdapat pada dinding rumen.Oleh karena itu konsentrasi urea dalam
cairan rumen selalu rendah.Salah satu contoh bakteri ureolitik ini misalnya adalah
Streptococcus sp.

3.1.8 Sugar Untilizer Bacteria (bakteri pemakai gula)

Hampir semua bakteri pemakai polisakarida dapat memfermentasikan disakaridadan


monosakarida. Tanaman muda mengandung karbohidrat siap terfermentasi dalam konsentrasi
yang tinggi yang segera akan mengalami fermentasi begitu sampai di retikulo-rumen.
Kesemua ini merupakan salah satu kelemahan/kerugian dari sistem pencernaan ruminansia.
Sebenarnya gula akan lebih efisien apabila dapat dicerna dan diserap langsung di usus halus.

3.1.9 Acid Utilizer Bacteria (Bakteri Pemakai Asam)

Beberapa janis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam laktat meskipunjenis
bakteri ini umumnya tidak terdapat dalam jumlah yang berarti. Jenis lainnya dapat
menggunakan asam suksinat, malat dan fumarat yang merupakan hasil akhir fermentasioleh
bakteri jenis lainnya.Asam format dan asetat juga digunakan oleh beberapa spesies, meskipun
mungkin bukan sebagai sumber enersi yang utama. Asam oksalat yang bersifat racun pada
mamalia akan dirombak oleh bakteri rumen, sehingga menyebabkan ternak ruminansia
mampu mengkonsumsi tanaman yang beracun bagi ternak lainnya sebagai bahan makanan.
Beberapa spesies bakteri pemakai asam laktat yang dapat dijumpai dalam
jumlah yang banyak setelah ternak mendapatkan tambahan jumlah makanan butiran
maupun pati dengan tiba-tiba adalah :
Peptostreptococcus bacterium
Propioni bacterium
3.2 Protozoa Rumen

Berdasarkan fungsinya terdapat beberapa kelompok protozoa yaitu kelompok


protozoa pencerna protein (misal Ophryoscolex Caudatus), pencerna selulosa, hemiselulosa
dan pati (antara lain diplodonium ostracodinium). Kelompok protozoa pencerna selulosa,
glukosa, pati dan sukrosa antara lain diplodinium polyplastron.
Kelompok protozoa pencerna gula, glukosa, pati dan pectin antara lain isotricha
intestinalis. Kelompok protozoa pencerna maltosa, glukosa, selobiose antara lain dasytricha
ruminantrium. Kelompok protozoa pencerna maltosa, pati dan sukrosa antara lain
entodinnium caudatum.
Protozoa hidup anaerob oleh karena itu apabila kadar oksigen dalam oksigen tinggi
maka protozoa akan mati karena tidak dapat membuat ciestee. Populasi protozoa tertinggi
apabila makanan yang dikonsumsi ternak mengandung banyak gula terlarut yaitu mencapai
4x106 sel/ml cairan rumen. Apabila kekurangan gula terlarut popolasi akan mencapai titik
terendah yaitu 105 sel/ml (preston dan Leng 1987) oleh karena itu total biomassa protozoa
hampir sama dengan total biomasa bakteri.
Populasi yang terbanyak adalah ciliate yaitu berkisar antara 10 5 – 106 sel / ml (pada
kondisi ternak sehat), sedangkan populasi flagelata berkisar antara 102-104 sel/ml, dengan
ukuran berkisar antara 4,0 sampai 15,0 µm. Protozoa dibagi berdasarkan morfologinya,
yaitu :
- Holotrichs yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna
karbohidrat yang fermentabel.
 Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulut umumnya merombak karbohidrat
yang lebih sulit dicerna.

Holotricha

Ciri-ciri umum dari Holotricha adalah: pergerakannya yang cepat, bentuk


selumumnya oval dan terdapat dalam konsentrasi yang tinggi bila makanan utama Holotricha
dapat menggunakan glukosa, fruktosa, sukrosa dan pektin. Karbohidrat akandisimpan dalam
bentuk amilopektin (salah satu bentuk rantai panjang pati). Jenis ciliate rumen ini mempunyai
peranan penting dalam metabolisme karbohidrat dengan jalan menelan gula segera setelah
masuk ke rumen dan menyimpannya dalam bentuk amilopektin, yang selanjutnya akan
melepaskan kembali senyawa ini kedalam cairan rumen pada saat populasi Holotricha
mengalami lisis atau pada fase pertumbuhannya. Mekanisme ini mempunyai pengaruh positif
terhadap tersedianya karbohidrat dapat terfermentasi (fermentable carbohydrate) bagi bakteri
rumen, terutama apabila tidak terdapat lagi karbohidrat dalam makanan misalnya pada saat
ternak beristirahat.Meskipun demikian apabila didalam rumen terdapat kandungan gula yang
terlarut sangat tinggi, kelompok Holotricha akan terus memangsa senyawa tersebut hingga
pada saat sel ciliata pecah karena tidak terdapatnya kontrol mekanisme pembatas konsumsi.
Beberapa spesies Holotricha yang penting antara lain:
- Isotricha intestinalis
- Isotricha prostoma
- Dasytricha rumiantium

Sebagian besar protozoa dengan cepat akan memangsa dan menghidrolisisbermacam-


macam protein dengan menghasilkan amoniak berasal dari kelompok amidadan akan
melepaskan asam-asam amino serta peptida-peptida.Dibandingkan dengan bakteri, populasi
protozoa rumen sangat bervariasibesarnya (jumlahnya) dari nol sampai 5 x 106 perml isi
rumen.meskipun demikian padaumumnya jumlah yang terdapat didalam rumen berkisar
antara 0,2 - 2,0 x 106 perml.

Oligotrich (Entodiniomorph)

Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan gula terlarut sebagai makananannya,akan
tetapi butir-butir pati akan menjadi sasaran utama untuk dimangsanya. Beberapa spesies juga
memangsa amilopektin dari Holotricha disamping ada pula yang secara aktif menelan serat
kasar tanaman dan mencerna selulosa.Akan tetapi hasil penelitian terakhir meragukan
kemampuan protozoa rumen untuk dapat mencerna selulosa.Pencernaan selulosa dapat
dilakukan karena protozoa memangsa bakteri dan bakteri inilah yang akan menghasilkan
enzim selulase didalam tubuh protozoa sehingga selulosa yang dimangsa dapat
dicerna.Spesies penting dari Oligotricha antaralain:
- Diplodinium dentatum
- Eudiplodinium bursa
- Polypastron multivesiculatum
- Entodinium caudatum

Tidak seperti bakteri rumen, ciliata dapat diklasifikasikan atas dasar morfolginya
karena ukuran selnya cukup besar yaitu antara 200 - 200 mm.Ciliata rumen dapat dibedakan
menjadi 3 ordo yaitu:
- Ordo Prostomatida
- Ordo Trichostomatida
- Ordo Entodiniomorphida

Ordo Entodiniomorphida adalah yangterbanyak dijumpai dalam rumen baik dari segi
jumlah spesies maupun frekuensiterdapatnya.sementara itu dari ordo lainnya hanya terdiri
dari beberapa spesies sajameskipun frekuensi terdapatnya cukup tinggi.Ordo
Entoiniomorphida terbagi kedalam 6 famili, yaitu:
- Ophryoscolecidea
- Dixtiidae
- Cyclophostiidae
- Telanodiniidae
- Polydiniellidae
- Tryglodytellidae
Dari keenam famili tersebut hanya Ophryoscolecidae yang ditemukan padarumen, sedangkan
famili lainnya terdapat pada usus kuda, tapir, gajah, badak, kuda nil,babi rusa serta orang
utan.

3.3 Fungi

Fungi rumen bersifat anaerob yang terdapat dalam rumen sebagian besar mencerna serat
kasar.Populasinya berjumlah 103-105 sel/ml cairan rumen.Meskipun populasinya sedikit,
namun sangat berperan dalam mencerna serat kasar.Fungi Rumen sangat efektif mdalam
melonggarkan ikatan jaringan tanaman dan diperkirakan menjadi mikroba rumen pertama
yang mencerna struktur tanaman.
Fungi akan memecah ikatan hemiselulosa-lignin dan melarutkan pelindung lignin, tapi
tidak mendegradasi lignin. Komponen tanaman dari berbagai hijauan menyebabkan
peningkatan yang besar populasi fungi.Secara in vitro, perkembangan aktivitas fungi rumen
dihambat oleh bakteri rumen karena pemanfaatan N dan asam laktat oleh bakteri.
Fungi terdiri dari Yeast (ragi) seperti Saccharomyces dan Mould (Jamur). Untuk
hidupnya, jamur seperti Neocallimastix frontalis, Piramonas communis, dan Sphaeromonas
communis, membutuhkan kondisi anaerob.

3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi Mikroba Rumen

Beberapa faktor telah diketahui sebagai kendala terhadap populasi mikrobarumen.


Faktor-faktor tersebut antara lain: suhu, komposisi gas, pengaruh osmotik dan ionik,
keasaman, tersedianya nutrisi dan keluarnya cairan atau masuknya aliran ke rumen. Lambung
ruminansia secara umum dapat dipandang sebagai wahana yang idealbagi pertumbuhan
mikroorganisme karena adanya faktor:
1. ukuran lambung besar
2. tersedianya substrat secara kontinyu
3. percampuran makanan selalu terjadi
4. kontrol terhadap keasaman (pH) lambung dapat dilakukan dengan melalui
buffering action dari saliva serta dinding rumen
5. terjadinya pembuangan zat-zat terlarut yang dapat menghambat proses
metabolisme dan adanya pembuangan bahan padat ke bagian saluran pencernaan
lainnya.

Hewan yang bersangkutan hanya dapat mengatur aktivitas mikroba rumen


dalamketerbatasan kemampuan yang dimiliki seperti disebutkan diatas. Oleh karena itu factor
faktor
lainnya ditentukan oleh kondisi fisiologis pertumbuhan serta adanya interaksi antara mikroba
rumen seperti: sinergisme, penghambatan dan kompetisi diantara spesies atau dengan
mikroorganisme lainnya.
Pada awal perkembangannya komposisi mikroba di dalam rumen pada hewan
yang baru lahir sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang komplek dan tergantung pada
lingkungan mikro kimia yang dipengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi. Segera
setelah terbentuk maka komposisi mikroba rumen akan sangat stabil kecuali terjadi
perubahan komposisi pakan.

3.4.1 Suhu

Temperatur rumen dikatakan normal apabila berada pada kisaran antara 39 – 41oC.
Segera setelah makan, temperatur rumen biasanya akan meningkat sampai dengan 41oC,
terutama selam proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya temperatur akan
menurun sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air dingin.Kondisi ini akan dapat
mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama pada spesiesspesiestertentu yang sangat
peka 0yang tidak dapat bertahan hidup pada suhu diatas 40C (Hungate, 1966). Demikian pula
penurunan suhu rumen dibawah suhu normal setelah hewan minum air dingin akan
mempengaruhi aktivitas mikroba ini.

3.4.2Keasaman (pH)

0Dalam kondisi anaerobik serta suhu diantara 39 - 40C, keasaman rumenberkisar


antara 5,5 - 7,0. Keasaman lambung atau rumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti macam pakan serta waktu setelah makan.Macam pakan akan mempengaruhi hasil
akhir fermentasi, yaitu asam lemak terbang (VFA) serta konsentrasi bikarbonat dan fosfat
yang disekresikan oleh hewan yang bersangkutan dalam bentuk saliva. Konsentrasi VFA pada
umumnya menurun
dengan menignkatnya keasaman rumen. Untuk menjaga agar pH rumen tidak menurun atau
meningkat secara drastis maka perlu adanya hijauan didalam ransum dalam proporsi yang
memadai (± 40 persen dari total ransum atau dengan kadar serat kasar sekitar 20 persen)
dimana 70 persen dari serat kasar ini harus dalam bentuk polisakarida berstruktur untuk dapat
merangsang produksi saliva selama proses ruminasi.Akibat terjadinya perubahan keasaman
rumen, komposisi mikroba akan berubah.
Apabila pH rumen mendekati 6, jumlah bakteri asam laktat (misalnya gram positif
batang) akan meningkat sehingga konsentrasi asam laktat didalam rumen akan
meningkat.

3.4.3 komposisi gas

Komposisi gas didalam rumen kurang lebih terdiri dari 63-63,35 persen CO2;26,76-
27 persen CH4; 7 persen N2 dan sedikit H2S, H2 dan O2. Karena kondisi anaerob didalam
rumen merupakan faktor yang sangat penting maka produksi CO2 pada proses fermentasi
sangat menentukan terciptanya kondisi anaerob.
Mekipun O2 juga dijumpai didalam rumen terutama pada bagian saccus dorsalis,
tekanan O2 pada digesta rumen sangat kecil. Oksigen yang masuk kedalam rumen melalui
proses menelan akan segera digunakan oleh bakteri-bakteri fakultatif anaerobic seperti
Sterptococcus bovis. Salah satu akibat dari proses ini adalah redox potensial (EH) didalam
rumen akan selalu konstan dan rendah yaitu berkisar antara -250 mV sampai dengan -450
mV. Peranan hidrogen dalam proses produksi methana adalah sebagai sumber elektron,
sehingga rendahnya kadar H2 didalam rumen merupakan petunjuk adanyaaktivitas
menggunakan H2 untuk mengurangi CO2menjadi CH. Disamping itu, karenauntuk
membentuk 1 mol CH4 diperlukan 4 mol H2, maka laju penggunaan H2adalah empat kali laju
produksi methana, sehingga H2 didalam rumen tidak pernah terakumulir.

3.4.5 Nutrisi

Komposisi pakan sangat menentukan terhadap hasil akhir fermentasi serta


lajupengenceran (dilution rate) isi rumen. Jika ransum basal mengandung serat kasar tinggi
maka bakteri selulolitik akan dominan karena kehadirannya menentukan terjadinya proses
fermentasi selulosa. Sebaliknya protozoa akan berkurang jumlahnya. Jamurrumen karena
sifatnya adalah selulolitik akan meningkat jumlahnya pada kondisi ini. Keadaan yang
sebaliknya akan terjadi jika proporsi konsentrat meningkat dalam pakan. Dengan
meningkatnya frekuensi makan (karena bertambahnya frekuensi suplai makan) fluktuasi pH
rumen akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan populasi mikroba. Peningkatan populasi
protozoa dari 1,15 x 106 menjadi 3,14 x 106 telah dilaporkan jika frekuensi pemberian pakan
ditingkatkan dari satu kali menjadi empat kali sehari.Konsumsi sukarela (voluntary intake)
ransum dapat ditingkatkan tiga sampai empat kali kebutuhan hidup pokok apabila konsentrat
diberikan dalam ransum.

Dengan meningkatnya konsumsi, volume rumen dan sekresi saliva ke rumen serta laju
pengeluaran digesta dari rumen akan meningkat
3.4.6 Faktor - Faktor Lain

Pemberian antibiotika dalam ransum akan menurunkan populasi bakteri. Demikian


pula pemberian bahan detergent akan dapat mematikan protozoa. Bahan detergent seperti
Manoxol OT, Aerosol OT dan Alkanate lazim digunakan sebagai bahan untuk defaunasi.
Bahan anti jamur seperti Actidions juga telah dilaporkan dapat mematikan jamur rumen,
meskipun penelitian lain gagal menggunakan Actidions untuk menghilangkan jamur dari
dalam rumen.
Tiap individu mempunyai variasi jenis dan jumlah mikroba yang berbeda. Hal ini
mungkin disebabkan karena adanya perbedaan dalam hal tingkah laku makan dan minum
atau adanya perbedaan dalam hal volume rumen serta laju pengeluaran isi rumen ke alat
pencernaan lainnya
Seperti dijelaskan dimuka bahwa mikroba rumen membutuhkan zat-zat essensial
tertentu untuk pertumbuhan. Penggunaan polisakarida oleh protozoa akan berakibat
pengurangan substrat bagi bakteri sehingga populasi bakteri pemekai polisakarida akan
menurun bila kondisi ini terjadi di dalam rumen.
BAB IV
Penutup

Kesimpulan

1. Kelompok utama mikroba yang berperan dalam terdiri dari


bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada
pakan yang dikonsumsi ternak.
a. Bakteri digolongkan menjadi sembilan yaitu Bakteri Selulolitik,
Bakteri Hemiselulolitik, Bakteri Amilolitik, Bakteri Proteolitik, Bakteri Lipolitik,
Bakteri Methanogenik, Bakteri Ureolitik, Sugar Untilizer Bacteria (bakteri pemakai
gula), Acid Utilizer Bacteria (Bakteri Pemakai Asam)
b. Protozoa Rumen digolongkan menjadi holotrica dan oligotrica
c. Fungi/jamur

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi Mikroba Rumen antara lain: suhu,


komposisi gas, pengaruh osmotik dan ionik, keasaman, tersedianya nutrisi dan
keluarnya cairan atau masuknya aliran ke rumen.

Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati, Asih. 2004. Pertumbuhan Mikroba Rumen Dan Efisiensi Pemanfaatan
Nitrogen Pada Silase Red Clover. Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan
Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Vol (1) 2 : 1-3

Hindratiningrum, Novita.dkk. 2011. Produk Fermentasi Rumen dan Produksi


Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami Amoniasi dan Beberapa
Bahan Pakan Sumber Energi. Agripet. Vol (11) No.2 : 29-34

Purbowati, Endang.dkk. 2014. Karakteristik Cairan Rumen, Jenis, dan Jumlah


Mikroba Dalam Rumen Sapi Jawa dan Peranakan Ongole. Buletin Peternakan. Vol
(38) 1 : 21-26

Suwandi. 1997 . Peranan Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia . Lokakarya


Fungsional Non Peneliti. Vol (31) 2 : 13-19

Anda mungkin juga menyukai