Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ILMU PRODUKSI ANEKA TERNAK KOMODITI LEBAH

PENYAKIT FOUL BROOD PADA LEBAH MADU

OLEH :

Mohammad Yoga Arrahman 145050100111205

Dimas Firdaus Adami 145050100111210

Roseline Gultom 145050100111215

Viti Ery Sabella 145050100111219

Priandika Nur Hensadha 145050100111222

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2015
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang penyakit foul brood pada lebah madu. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang penyakit foul brood pada lebah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, Desember 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Lebah madu, berupa serangga kecil dengan fenomena yang sangat luar biasa. Sayapnya
yang transparan dengan guratan hiasan indah sangat cantik, dikenal dengan sebutan hymen.
Sehingga digolongkan dalam kelompok Hymenoptera. Lebah madu bisa dikelompokkan
dalam dua kelompok besar yaitu lebah madu yang membuat sarang di dalam ruangan dengan
sarang yang berlapis-lapis dan lebah madu yang membuat sarang di alam terbuka dengan
sarang tunggal.
Salah satu lebah yang dapat dibudidayakan adalah dari Apis Mellifera salah satunya A.
mellifera lingustica (lebah madu Italia), Ciri-ciri : pada tiga segmen (ruas) punggung
terdapat sabuk kuning, Rambut tipis berwarna merah, Lebah ratu pada umumnya berwarna
kuning kecoklatan, Lebah jantan berwarna lebih terang dan aktif bergerak. Lebah ini
tergolong jinak dan penghasil madu nomor satu, baik jumlah maupun mutu. Lebah jenis ini
merupakan jenis lebah yang banyak dipelihara di Indonesia. Masyarakat Indonesia biasa
menyebut sebagai A. milifica. (Kuntadi,2008).
Beternak lebah madu adalah seperti beternak hewan lain pada umumnya, kita dituntut
untuk memperhatikan serta merawat mereka. Hal yang diharapkan tercapai dari beternak
lebah adalah pelipatgandaan koloni lebah yang terus menerus, sedangkan hal hal lain seperti
madu dan malam adalah bukan yang utama karena hal hal ini akan ada saat koloni lebah kita
sehat dan berlipat ganda.
Seperti halnya dengan usaha peternakan lainnya, peternakan lebah madu-pun mempunyai
persoalan dalam bidang hama dan penyakit. Di daerah tropic, penyakit lebah jarang terjadi
apabila dibandingkan dengan daerah sub tropic.. hal ini disebabkan karena berbagai faktor,
antara lain adalah jumlah peternak lebah masih sedikit, jumlah stup belum banyak dan iklim
tropis merupakan salah satu penghalang menjalarnya penyakit lebah.
Penyakit pada lebah dapat disebabkan oleh protozoa, bakteri, jamur dan acarina
(capklak). Salah satunya yaitu penyakit American foulbrood (AFB) dan European foulbrood
(EFB) (Sihombing,2005). Kelalaian dalam membersihkan sarang, secara tidak sengaja akan
mendatangkan mala petakan pada peternak lebah, karena lebah-lebahnya dapat terserang
penyakit. Peternak lebah dianjurkan untuk mengetahui tentang penyakit lebah yang umum
atau paling tidak dapat membedakan antara sisiran yang sehat dan yang kena penyakit,
walaupun belum tahu macam penyakitnya
Penyakit ini sering disebut penyakit busuk larva. Penyebab dari penyakit ini adalah
bakteri dan bacillus larvae dan Steptakokkus pluton.Tanda serangan dari penyakit ini adalah
larva/kepompong mati, permukaan sel larva tidak rata dan larva yang mati berbau amoniak.
Penanggulangan dari penyakit ini adalah koloni yang terserang dibakar, pemberian
streptomycin (0,2-0,6 gr) dalam stimulan.(Raffifudin,2004)

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai bahan bacaan untuk mengenal dan
mengetahui tentang penyakit American Foul Brood (AFB) dan European Foul Brood (EFB)
dan cara pengendaliannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 American Foulbrood (AFB)


American Foulbrood (AFB) AFB dalam bahasa Indonesia adalah penyakit busuk larva
Amerika (BLA). Jasad renik pengganggu tergolong bakteri yaitu Bacillus larvae. Kelompok
yang diserang adalah anakan lebah. Bakteri ini mempunyai endospora yang tidak akan rusak
dengan perlakuan apapun kecuali dengan sinar X, sehingga dianjurkan bila dijumpai di
lapangan, segera membakar koloni tersebut sebelum larva menyebar .Tanda-tanda serangan
adalah sel anakan yang sakit dan sudah tertutup berwarna gelap daripada sel anakan yang
sehat(Sihombing 2005). Sel sarang sering berlubang dan agak cekung. Anakan yang mati
warnanya berubah menjadi putih kotor dan lama-kelamaan coklat kehitaman. Bila larva yang
mati dan masih basah ditusuk dengan dengan lidi yang halus dan ditarik perlahan-lahan, larva
tersebut akan menempel dan akan membentuk semacam benang sampai 2,5 cm. Larva yang
busuk berbau menyengat, lama kelamaan akan kering, dan menempel pada dinding dasar sel
sehingga sukar dibersihkan. Pemberantasan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika
misalnya Terramycin. Antibiotika diberikan dengan cara menaburkan bubuknya atau
mencampuri dengan larutan gula. (Raffifudin,2004)

2.2 European Foulbrood (EFB)


European Foulbrood (EFB) EFB adalah busuk larva eropa ( BLE). Jasad renik
pengganggu tergolong bakteri yaitu Melligococcus pluton. Pembusukan larva mempunyai
gejala seperti AFB, tetapi tidak berbau menyengat dan tidak terentang bila diambil dengan
tongkat penjepit. Bila serangan masih ringan, segera mengganti ratu dengan ratu baru dan
menguatkan koloni yang lemah. Bila serangan berat campurkan streptomycin 0,2 0,6 gr
dalam 4 liter sirup stimulasi. Penyakit Kapur (Chalk Brood) Penyebab penyakit ini adalah
jamur Ascosphaera apis. (Budiaman 2010). Jamur ini tumbuh pada tempayak dan
menutupnya hingga mati. Kelompok yang diserang adalah anakan lebah. Tanda-tanda
serangan dapat diketahui pada larva yang mati biasanya berumur 3-4 hari. Larva bewarna
putih, membengkak karena tertutup mycelia dari jamur, lama kelamaan kemudian mengkerut
dan mengeras seperti kapur. Cara pemberantasan yang dapat dilakukan adalah memperkuat
koloni dan memperbaiki ventilasi sarang. Stone Brood Penyebabnya adalah jamur
Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus fumigatus Fress. Tempayak yang diserang
berubah menjadi seperti batu yang keras. Addled Brood Penyebabnya adalah telur ratu yang
cacat dari dalam dan kesalahan pada ratu. Acarine Penyebabnya adalah kutu Acarapis woodi
Rennie yang hidup dalam batang tenggorokan lebah hingga lebah mengalami kesulitan
terbang. Nosema dan Amoeba Penyebabnya adalah Nosema Apis Zander yang hidup dalam
perut lebah dan parasit Malpighamoeba mellificae Prell yang hidup dalam pembuluh
malpighi lebah dan akan menuju usus. (Kuntadi 2008). Keracunan Keracunan dapat dengan
mudah ditemukan melihat banyaknya lebah yang mati di sekitar sarang atau pintu kotak stup.
Keracunan sering terjadi pada waktu penyemprotan tanaman pertanian oleh petani. Untuk
mencegahnya dilakukan koordinasi dengan petani di sekitar lokasi apiari, sehingga pada saat
penyemprotan, pintu kotak lebah sudah ditutup. Mencret Mencret akan dikenali dari
banyaknya bercak kotoran dilantai atau dasar kotak sarang. Untuk pengendalian diberikan
stimulasi dan bila stimulasi telah diberikan tetapi tidak banyak membantu, maka stimulasi
dikentalkan dan memperkuat koloni. Kesalahan Genetis Kesalahan Genetis ditandai dari
banyaknya larva yang tidak lahir karena terjadinya perkawinan keluarga. Untuk mengatasinya
adalah dengan mengawinkan ratu dengan pejantan dari koloni yang berbeda lokasi. Stress
dan kelelahan Stress dan kelelahan terjadi karena koloni terlalu kerja keras saat musim
panenan madu, sehingga kondisi tubuhnya menurun. Untuk mengatasinya adalah dengan
mengangon koloni lebah dilokasi yang terdapat pakan dengan jumlah dan kualitas yang lebih
baik.
BAB II
PEMBAHASAN

Salah satu penyakit yang menyerang pada lebah adalah Foul Brood. Penyakit ini
disebabka oleh bakteri. Penyakit ini berasal dari luar negeri dan menyerang larva (anak
lebah). Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini ada dua macam yaitu :

a. American Foul Brood (AFB) yang disebabkan oleh Bacillus larvae. N


b. European Foul Brood (EFB) yang disebabkan oleh Steptakokkus pluton.

Gejala Penyakit
Larva dan kepompong yang terkena serangan bakteri ini akan mati didalam sel-sel
yang tertutup. Pada permukaan sel tampak tidak merata dan agak bergelombang. Larva yang
agak berbau, berwarna putih keabu-abuan dan akhirnya akan menjadi hitam seperti kopi
bubuk. Sifat penyakit ini sangat menular dan dapat dipindahkan oleh lembah itu sendiri atau
oleh manusia. Penularan melalui spora yang berasal dari tempayak (larva) yang kena
penyakit. Spora tumbuh menjadi bakteri di dalam tubuh tempayak dan kemudian berkembang
biak. Setelah tempayak yang menderita sakit ditutup selnya dan tidak berdaya sehingga
akhirnya mati. Kemudian bakteri mebentuk spora lagi dan siap pula melalui lebah pekerja
rumah tangga, yang bekerja ke luar masuk sarang dalam membersihkan sel-sel koloni.
Sisiran yang terserang bakteri keliahatan berwarna kotor karena adanya tempayak yang mati,
selnya agak rusak dan berwarna lebih gelap dari sel yang sehat.
Perbedaan antara AFB dan EFB adalah tempayak yang terserang AFB sukar
dikeluarkan oleh lebah pekerja untuk dibuang ke luar sarang karena tetap melekat pada sel
yang terbuka, sedangkan tempayak ysng terserang EFB selnya kelihatan kosong, karena
tempayak tersebut dapat dikeluarkan dari dalam sel lebah pekerja. Tempayak tersebut dapat
dikeluarkan dari dalam sel lebah pekerja. Tempayak yang terserang ringan masih dapat
muncul/menjadi lebah dewasa.
Perpanjangan dan pemberantasan dari penyerangan yang ringan dapat dilakukan dengan
penyemprotanserbuk sulfadiazol pada sisiran setipa 10 hari sekali sampai penyakitnya hilang.
Sedangkan untuk penyerangan yang hebat terpaksa membinasakan sarang dengan cara
membakarnya pada waktu malam hari ketika semua lebah berada dalam koloni.

Cara pencegahan penyakit pada lebah


penyakit adalah gejala atau akibat dari pemangsaan organisme pengganggu.
Organisme pengganggu tersebut tidak dapat dikenali secara langsung jenisnya kecuali dengan
alat bantu seperti mikroskop. Dalam menangani hama predator dan penyakit digunakan
istilah pengendalian, karena pada prinsipnya adalah mengatur populasi jasad pengganggu
tersebut tetap dalam kendali. Pengendalian terhadap hama dan penyakit tidak dapat dilakukan
dengan sembarangan, tetapi harus terlebih dahulu mengenali perilaku jasad pengganggunya.
Cara pengendalian hama dan penyakit adalah secara mekanis, kimiawi, perbaikan varietas,
secara biologi, sanitasi dan eradikasi. Pengendalian mekanis merupakan pengendalian
yang dilakukan dengan memperlakukan jasad pengganggu secara mekanis. Sebagai contoh
adalah menangkap jasad pengganggu dan membinasakannya. Cara ini dilakukan bila populasi
pengganggu dalam jumlah sedikit dan dapat dikenali dengan segera. Pengendalian secara
kimiawi dilakukan sebagai alternatif terakhir apabila populasi jasad pengganggu dalam
jumlah yang melebihi batas kewajaran. Bahan kimia yang digunakan disesuaikan dengan
jasad panduan manual Page | 25 pengganggu sasaran, baik jenis (insektisida, bakterisida, dll)
maupun formulasi (cairan, emulsi, butiran,dll). Pengendalian dengan cara perbaikan varietas
dimaksudkan untuk mendapatkan generasi baru yang lebih tahan terhadap serangan jasad
pengganggu. Generasi yang lebih tahan didapatkan dari seleksi yang ketat terhadap populasi
yang ada dari berbagai lokasi.
Pengendalian secara biologi merupakan pengendalian yang dilakukan dengan
memanfaatkan kelemahan perilaku jasad pengganggu, seperti memutuskan siklus hidup atau
menggunakan musuh alami dengan cara melepaskan musuh alami jasad pengganggu dalam
populasinya. Sanitasi adalah pengendalian yang dilakukan dengan cara menjaga lingkungan
habitat/populasi inang agar tetap bersih, sehingga tidak mengundang kehadiran jasad
pengganggu. Sementara pengendalian cara eradikasi adalah dengan memusnahkan inangnya,
karena bila dibiarkan atau dikendalikan dengan cara-cara tersebut di atas tidak bisa atau
terlalu mahal untuk dilakukan dan akan menyebabkan jasad pengganggu menyebar lebih luas
lagi.
BAB IV
KESIMPULAN

American Foul Brood (AFB) adalah penyakit lebah madu yang disebabkan
oleh Bacillus larvae. N, sedangkan European Foul Brood (EFB) adalah penyakit lebah madu
yang disebabkan oleh Steptakokkus pluton. Ada 4 cara pengendalian penyakit tersebut yaitu
dengan cara mekanis, kimiawi, biologi dan sanitasi.

SARAN
1. Perlu ditambahkan data-data hasil penelitian yang valid untuk menunjang argument yang
di dapat.
Daftar Pustaka

Budiaman. Rahman, A. 2010. UJI EFEKTIVITAS EMPAT VARIASI PROPOLIS TRAP


TERHADAP PRODUKSI PROPOLIS LEBAH MADU Apis mellifera L. Jurnal
pernnial. Vol 2 (2):1-4
Kuntadi. 2008 Perkembangan koloni Apis mellifera yang diberi tiga formula kedelai sebagai
pakan buatan pengganti serbuksari. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. V
(4)..
Raffiudin, R., S. Hadisoesilo dan T. Atmowidi. 2004. Studi keragaman Genetik dan
Morfologi Lebah A.
koschevnicovi di Kalimantan Selatan. Laporan Hibah Bersaing XII. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Sihombing, D.T.H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Cetakan ke 2. Gajah Maja Univercity
Press. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai