PROPOSAL
NAOMI F ARUAN
LEMBAR PENGESAHAN
Identitas Mahasiswa dan Pengesahan
Nama lengkap Naomi F Aruan
Nomor Induk Mahasiswa D24120076
Alamat di Bogor Jalan Raya Dramaga Gang Bara 2 No 73
Menyetujui,
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
LEMBAR PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Sapi Perah Frisien Holstein 2
Pakan Sapi Perah 2
Body Condition Score (BCS) 3
Evaluasi Feses 3
Kecernaan Pakan 4
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 4
Bahan Penelitian 4
Alat Penelitian 4
Prosedur Penelitian 5
Teknik Pengambilan Data 5
Konsumsi Pakan dan Nutrien 5
Pengukuran Bobot Badan 5
Penilaian BCS 5
Manure Score 5
Produksi Susu 6
Komposisi Susu 6
Analisis Kandungan Nutrien 6
Analisis Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro 6
Peubah yang Diamati 7
Analisis Data 7
DAFTAR PUSTAKA 8
LAMPIRAN 10
DAFTAR TABEL
Latar Belakang
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intake dan penggunaan nutrien, serta
performa sapi perah peternakan rakyat kawasan Kebon Pedes Bogor. Tujuan lain yang
ingin dicapai adalah membuat pendugaan performa sapi perah berdasarkan intake
nutrien dan penggunaannya serta pengaruh lokasi terhadap produktivitas ternak.
TINJAUAN PUSTAKA
Asal sapi perah jenis Friesian Holstein adalah Friesland, Belanda. Di Indonesia
sapi ini dikenal dengan nama Fries Holland atau Friesian Holstein (FH) (Rustamadji
2004). Menurut Schmidith dan Vleck (1974) sapi FH ini ditemukan di propinsi North
Holland dan West Friesland. Sapi FH memiliki corak yang khas yaitu hitam dan putih,
serta produksi susu yang tinggi dan berkadar lemak rendah.
Ciri-ciri fisik sapi FH adalah warna rambutnya belang hitam putih dengan
perbatasan tegas sehingga tidak terdapat warna bayangan. Pada dahi terdapat warna
putih berbentuk segitiga. Bagian dada, perut bawah, kaki dari tracak sampai lutut, serta
rambut ekor kipas berwarna putih, dan memiliki tanduk berukuran kecil yang menjurus
ke depan. Sapi FH bersifat tenang sehingga mudah dikuasai, namun sapi ini tidak tahan
terhadap panas.
Menurut Sudono et al. (2003) di Amerika Serikat sapi FH mampu
menghasilkan susu rata-rata 7.245 liter/laktasi dengan kadar lemak 3.65%, sedangkan
di Indonesia hanya 10 liter/ekor/hari yaitu sekitar 2500-3000 liter/laktasi. Sapi perah
menghasilkan susu paling optimal pada suhu berkisar antara 10-15.56 ˚C dengan
kelembaban udara berkisar antara 50-79% dan produksi susu masih cukup tinggi pada
suhu 21.11 ˚C (Ensminger et al. 1971).
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan sapi perah.
Pemberian pakan yang tidak tepat akan mempengaruhi produksi susu sapi perah. Pakan
ruminansia seperti pada sapi perah umumnya terdiri dari konsentrat dan hijauan. Pakan
tersebut harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta
tidak membahayakan ternak yang mengkonsumsinya sehingga sapi dapat mencernanya
dengan baik (Haryanto 2012). Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang
dipergunakan bersama bahan pakan lain. Konsentrat berfungsi meningkatkan
keserasian nutrisi dari keseluruhan pakan karena mengandung serat kasar rendah,
mudah dicerna, mengandung pati maupun protein tinggi, sehingga nilainya lebih baik
dari hijauan. Fungsi utama konsentrat adalah untuk mencukupi kebutuhan atau
melengkapi nutrient yang belum dipenuhi oleh pakan yang berasal dari hijauan (
Hartadi et al 1980)
Hijauan dalam ransum sapi perah masih tetap menjadi yang terbesar dalam
pakan sapi sedangkan konsentrat hanya sebagai tambahan saja. Oleh karena itu kualitas
konsentrat yang diberikan harus disesuaikan dengan kualitas hijauan. Apabila kualitas
hijauan yang diberikan tinggi maka tambahan konsentrat yang diberikan bisa
berkualitas sedang atau konsentrat dengan kualitas tinggi dengan perbandingan
64%;36% sedangkan hijauan kualitas rendah membutuhkan perbandingan 55%:45%
(Blakely dan Bade 1998). Menurut Siregar (2008) perbandingan hijauan dan konsentrat
untuk mutu pakan yang baik berdasarkan bahan keringnya adalah 60%:40% akan
menghasilkan koefisien cerna yang tinggi.
Evaluasi Feses
Kecernaan Pakan
Menurut Van Soest (1994), kecernaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu spesies ternak, umur ternak, perlakuan pakan, kadar serat kasar, pengaruh asosiasi
pakan, defisiensi nutrien, bentuk pakan frekuensi pemberian pakan dan minum, umur
hijauan, dan lamanya pakan berada dalam rumen. Nutrien yang tercerna ditetapkan
berdasarkan jumlah bahan pakan yang dimakan dikurangi jumlah tinja (feses) yang
dikeluarkan. Kecernaan pakan biasanya dinyatakan berdasarkan bahan kering (BK)
sebagai suatu koefisien atau presentase (McDonald et al. 2002). Nilai kecernaan BK
tersebut diperoleh dari nilai kecernaan dari komposisi bahan kering antara lain protein
kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK) dan abu.
Menurut Rianto et al. (2007), nilai koefisien cerna bahan kering pada sapi yang
diberi hijauan dan konsentrat adalah 72.40%. Nilai cerna dari komposisi bahan kering
tersebut antara lain PK 80.37%, LK 85.32%, SK 60.43% dan abu 69.54%. Sedangkan
menurut Endrawati et al. (2010), nilai koefisien cerna bahan kering pada sapi yang diberi
rumput gajah dan konsentrat adalah 69.10%. Nilai cerna komposisi bahan kering tersebut
antara lain PK 69.10%, LK 75.43%, SK 58.82% dan abu 65.68%.
Menurut Zakariah (2012), kecernaan pakan dapat diketahui jika analisis proksimat
pakan serta feses ternak diketahui. Kecernaan pakan tersebut dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut.
METODE
Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2015 - Maret 2016. Sapi perah
yang diamati berada di peternakan Kebon Pedes, Bogor, Jawa Barat. Analisis nutrient
pakan dan utilitasnya dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu ternak, pakan, dan feses. Ternak
yang diamati yaitu sapi perah peranakan Friesian Holstein (FH) sebanyak 100 ekor.
Sampel pakan yang dianalisis merupakan sampel hijauan dan konsentrat yang
diberikan kepada ternak. Feses yang digunakan merupakan feses segar yang belum
terganggu.
Alat
Prosedur Penelitian
Bobot Badan
Pendugaan bobot badan (BB) pada sapi perah dilakukan dengan mengukur
lingkar dada (LD) menggunakan pita ukur. Pendugaan bobot badan dihitung
menggunakan rumus Schoorl (Sudono et al. 2003) yaitu :
(LD + 22)2
BB =
100
Keterangan : BB : bobot badan (kg) , LD : lingkar dada (cm)
Produksi Susu
Produksi susu diukur setelah pemerahan pagi dan sore hari menggunakan gelas
ukur. Jumlah susu yang dihasilkan dicatat dalam satuan liter.
Komposisi Susu
Komposisi susu yang dianalisis meliputi kadar lemak, protein, laktosa, dan total
solid (TS). Analisis dilakukan dengan mengambil sampel susu hasil pemerahan pagi
dan sore sebanyak 20 mL pada masing-masing sapi. Sampel diambil segera setelah
selesai pemerahan dan dimasukkan ke dalam botol sampel. Analisis komposisi susu
menggunakan lactoscan tipe S_L.
Analisis Data
Astri ND, Permana IG, Suryahadi, Despal. 2010. Technical effect and drying time on
the quality of ramie (Boehmeria nivea, L. GAUD) leaves hay. Proceeding
Seminar Empowerment of Local Feeds to Support Feed Security" The 1st
International Seminar and The 7th Biennial Meeting of Indonesian Nutrition
and Feed Science Association (AINI), July 18 – 19,
Ayubi Al S. 2009. Kemampuan Instalasi biodigester dalam mengurangi beban
pencemaran limbah cair dari peternakan sapi perah Kebon Pedes Bogor.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
[AOAC] Associaton of Official Analitycal Chemist. 2003. Official Method of Analysis
of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (USA): Association
of Official Analytical Chemist.
Blakely J, Bade DA. 1998. Ilmu Peternakan. Ed ke-1. Srigandono B, Penerjemah.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.
Close W, Menke KH. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. Manual Prepared
for The 3rd Hohenheim Course on Animal Nutrition in The Tropics and Semi-
Tropics. 2nd Ed. Compiled by Close WH and Menke KH in Cooperation With
Steingass H and Troscher A. German (Gr) : University of Hohenheim Stuttgart.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan
Hewan 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian RI.
Edmonson AJ, Lean IJ, Weaver LD, Loid JW, Farver T, Webster G. 1989. A Body
Condition Scoring Chart for Holstein dairy cows. J Dairy Sci. 72: 68-70
Endrawati E, Endang B, Subur PSB. 2010. Performans induk sapi silangan Simmental-
Peranakan Ongole dan induk sapi Peranakan Ongole dengan pakan hijauan dan
konsentrat. Buletin Peternakan. 34 (2): 86–93.
Ensminger ME, Tyler HD. 1971. Dairy Cattle Science 1st Edition. Illinois (US): The
Interstate Printers and Publisher Inc. Danville
Ermawati N. 2015. Pendugaan performa sapi perah berdasarkan intake dan
penggunaan nutrient di peternakan rakyat kawasan Bandung Utara. [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2013. Milk and dairy hold potential for
improving nutrition of world’s poor [Internet]. Rome (IT): FAO [diunduh 2015
Nov 7]. Tersedia pada: http://www.fao.org/docrep/018/i3396e/i3396e.pdf
Gallo L, Carnier P, Cassandro M, Mantovani R, Bailoni L, Bittante G. 1996. Change
in Body Condition Score of Holstein cows as Affected by parity and mature
equivalent milk yield. J. Dairy Sci. 79:1009-1015.
Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S, Tillman A, Kearl LC, Harris LE. 1980.
Tabel-Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Edisi
keempat. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Haryanto B. 2012. Perkembangan penelitian nutrisi ruminansia. Wartazoa 22(9): 169–
173.
Lestari A. 2014. Evaluasi kecukupan nutrient sapi perah pada musim yang berbeda di
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPBSU) Lembang. [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. London
(UK): Prentice Hall.
Otto RL, Ferguson JD, Fox DG, Sniffen CJ. 1991. Relationship between body
condition score and compotition of ninth to eleven rib tissue in Holstein dairy
cows. J Dairy Sci. 74:852-861
Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1987. A Simple Wet Oxidation Procedure for
Biological Material. West Lafayee (US): Purdue University Pr.
Rianto E, Mariana W, Retno A. 2007. Pemanfaatan Protein pada Sapi Jantan Peranakan
Ongole dan Peranakan Friesian Holstein yang Mendapat Pakan Rumput Gajah,
Ampas Tahu, dan Singkong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
: 64–70.
Roche JR, NC Friggens, JK Kay, MW Fisher, KJ Stafford, DP Berry. 2009. Journal of
Dairy Science (Invited review: Body condition score and its association with
dairy cow productivity, health, and welfare. 12: 5769–5801
Rustamadji B. 2004. Dairy Science I. [internet]. [diunduh pada 2013 Mei 13]. Tersedia
pada http://sukarno.web.ugm.ac.id/index.php/.
Schmidith GH, Vleck LDV. 1974. Principle of Dairy Science. San Fransisco (US):
W.H Freeman and company
Siregar SB. 2008. Penggemukan Sapi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sudono A, RF Rosdiana, BS Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif.
Jakarta(ID): Agromedia Pustaka.
Taussky HH, Shorr E. 1953. A micro colorimeter method for the determination og
inorganic phosphorus. J Biol. Chem. 202:675-685.
Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of forage
crop. J British Grassland. 18 :104-111.
Van Soest PJ. 1994. Nutrition Ecology of The Ruminant. Ed ke-2. New York (US): O and
B Books, Inc. Corvalis, Cornell University Pr.
Wardeh MF. 1981. Models for esmating energy and protein utilization for feeds
[disertasi]. Utah (USA): Utah State Univ Pr.
Wright LA, Russel AJF, Whyte TK, McBean AJ, McMillen. 1987. Effects of body
condition, food intake and temporary calf separation on duration of the post-
partum anoestrus period and associated LH, FSH and prolaktin concentration in
beef cows. Anim. Prod. 45: 395-402.
Zakariah A. 2012. Evaluasi kecernaan beberapa bahan pakan pada ternak peranakan
Ongole (PO) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) [tesis]. Yogyakarta (ID):
Universitas Gadjah Mada
LAMPIRAN
Lampiran I
Rencana Anggaran Biaya
No. Jenis Kegiatan Volume Satuan (Rp) Total (Rp)
1. Pembuatan proposal 6 kali 4.000 24.000
2. Logbook 1 unit 20.000 20.000
3. Kuesioner 30 Peternak 10 kali 1000 30.000
4. Pita Ukur 6 unit 1000 6.000
5. Gelas Ukur (1L,2L) 4 unit 10.000 40.000
6. Plastik Sampel 1 unit 8000 8.000
7. Label 1 uit 15.000 15.000
4. Botol susu 40 unit 2000 80.000
Transportasi Dramaga-
5. 10 kali 50.000 500.000
Kebon Pedes
6. Analisis Proksimat 30 sampel 85.000 2.550.000
Analisis Mineral Ca dan
7. 30 sampel 45.000 1.350.000
P
Subtotal 4.623.000
Lampiran II Rencana