SISTEM PENCERNAAN
TERNAK RUMINANSIA
1. Pendahuluan
Sifat unik (khas) dari ternak ruminansia dibandingkan dengan golongan
ternak lainnya terletak pada anatomi dan kondisi Physiologis alat pencernaan serta
campur tangan mikroorganisme dalam alat pencernaan khususnya dalam rumen.
Susunan anatomis, kondisi fisiologis, dan adanya aktifitas mikroorganisme itu
saling bergantung satu sama lain dan ada hubungan satu dengan yang lain.
Keadaan anatomi yang demikian maka kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme
dengan segala aktivitasnya dan terjadilah kondisi fisiologis yang sesuai.
Sebaliknya keadaan anatomis juga dipengaruhi oleh kondisi physiologis dan
adanya aktivitas mikroorganisme. Aktivitas Mikroorgaisme juga dipengaruhi oleh
kondisi fisiologis.
Ternak ruminansia mempunyai lambung yang terdiri dari 4 bagian yaitu
rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Rumen merupakan yang terbesar dan
di dalam rumen tersebut terdapat banyak sekali mikroorganisme.
Mikroorganisme rumen tersebut dapat mencerna serat kasar dan lebih
daripada itu mikroorganisme tersebut dapat menggunakan non-protein Nitrogen
(NPN) sebagai simber Nitrogen (N) untuk sintesisi asam-asam amino esensial.
Asam-asam tersebut dapat digunakan oleh Induk semang sebagai sumber protein
murni. Oleh karena itu ternak ruminansia dapat hidup walaupun pakan yang
tersedia berkualitas relatif sangat jelek.
Oleh karena itu, dalam perkuliahan Ilmu Nutrisi Ruminansia ini,
pembahasannya dititik beratkan pada anatomi saluran pencernaanya, terutama
tentang fisiologisnya yang meliputi proses-proses yang terjadi di dalam tiap
bagian saluran pencernaan (nasib zat-zat pakan dalam tiap bagian saluran
pencernaan) maupun setelah terjadi penyerapan (pencernaan dan metabolisme).
Kompetensi khusus yang ingin dicapai adalah agar mahasiswa mampu:
a. Menyebutkan dan menjelaskan dengan benar anatomi dan fungsi dari
masing-masing saluran pencernaan ruminansia
2. Materi
2.1. Saluran Pencernaan.
Sistem pencernaan ternak ruminansia terdiri dari tabung yang memanjang
dari depan ke belakang dan secara ilmiah dikenal sebagai “saluran pencernaan”
bersama dengan organ pelengkapnya.
Bibir dan Mulut
Bibir ternak ruminansia sangat muscular (berotot) dan menebal dengan
jumlah tulang rawan tertentu sehingga menjadi bertanduk ketika disentuh. Bibir
membantu dalam pengambilan pakan, khususnya pakan hijauan. Ternak
ruminansia tidak memotong pakan saat makan tetapi menggunting dengan bibir,
gigi dan lidah, mencabik seperlunya lagi dan kemudian melewatkannya ke
belakang melalui mulut. Oleh karena itu bibir adalah “organ perenggut” Mulut
dibatasi oleh bibir pada bagian depan dan pipi pada bagian samping. Lima pasang
kelenjar saliva mengarah ke mulut. Dasar mulut terdiri dari lidah dan langit-langit.
2.1.1. Lidah
Lidah esensial untuk pengambilan pakan. Sebagai contoh, saat
pengambilan hay dari rak, lidah dijulurkan, membelitkan dan melewatkannya ke
dalam mulut. Saat merumput, lidah dijulurkan untuk membelitkan rumput dan
kemudian setengah dari rumput dicabik/dirobek dan setengahnya dipotong oleh
gigi.
2.1.2. Gigi
Gigi ternak ruminansia sangat istimewa dan tidak seperti gigi pada ternak
karnivora. Gigi taring yang tajam tidak ada. Delapan gigi seri (incisor/pemotong)
terdapat pada rahang bagian bawah digunakan untuk membantu bibir dan lidah
dalam merobek pakan, khususnya daun-daunan dari pakan hijauan/rumput. Tidak
terdapat gigi seri pada rahang atas. Tidak seperti ternak omnivore, termasuk
manusia, terdapat incisor pada bagian depan mulut dan dua belas gigi geraham
(molar) di bagian belakang (enam pada setiap rahang). Gigi geraham adalah gigi
Tabel 1. Perkiraan Umur Pergantian Gigi Seri Susu oleh Gigi Parmanen pada Sapi
dan domba
Gigi Incisor (Seri) Sapi Domba
Pasangan pertama 1,9 tahun 1,3 tahun
Pasangan kedua 2,3 tahun 1,9 tahun
Pasangan ketiga 2,9 tahun 2,3 tahun
Pasangan keempat 3,3 tahun 2,9 tahun
2.1.3. Oesophagus
Oesophagus adalah pembuluh muscular yang menghubungkan mulut
dengan perut jamak (perut depan) ternak ruminansia. Tidak terdapat fungsi
biokimia yang ditemukan dan terjadi pada pakan yang melewati oesophagus,
Nampak dari Tabel 3 dan 4 bahwa kapasitas alat pencernaan, mulai dari
arah ruminansia menuju arah carnivora, semakin kecil. Namun demikian,
kapasitas perut sejati dibandingkan kapasitas seluruh alat pencernaan, semakin
besar. Misalnya kapasitas perut sejati rumninansia hanya 5 – 7 %, Kuda 8 – 9 %,
orang 16 – 17 %, dan babi 29 – 30 %. Bahkan pada karnivora, kapasitas perut
lebih besar lagi, yaitu 60 – 70 %.
Suatu perbedaan lain yang nampak dalam tabel di atas ialah perbandingan
panjang usus. Besar perut berbanding terbalik dengan panjang usus. Semakin
besar perut, semakin pendek usus. Semakin mudah bahan makanan dicerna,
semakin besar perut dan semakin pendek usus.
Beberapa faktor yang mempengaruhi rumen :
Perubahan lain yang terjadi pada ruminansia sejak lahir sampai dewasa adalah :
a. Sumber energy. Pada saat lahir sumber energy sebagian besar berupa
glukosa dan lemak. Sumber energi hewan dewasa berupa VFA.
b. Kegiatan enzim glikogenolisis ruminansia muda lebih tinggi daripada
hewan dewasa. Sedangkan hewan dewasa kegiatan enzim
glukoneogenesisnya lebih tinggi daripada hewan muda. Maka ruminansia
muda lebih mampu memanfaatkan glukosa daripada hewan dewasa. Pada
saat lahir kadar glukosa darah ruminansia sama tingginya dengan hewan
mongastrik, yaitu berkisar antara 100 – 120 mg %. Kadar glukosa darah
hewan dewasa hanya sekitar 40 -60 mg %.
c. Enzim – enzim peptidase pada saat lahir rendah kegiatannya daripada hewan
dewasa. Hal ini memberikan keuntungan, yaitu gamma globulin yang
terdapat dalam colostrum (air susu yang dihasilkan oleh induk hewan pada
beberapa hari pertama setelah melahirkan) dapat dimanfaatkan (diserap)
hewan. Misalnya, pada 24 jam pertama setelah anak sapi dilahirkan,
ususnya dapat menyerap gamma globulin, protein ini sangat penting, karena
merupakan bahan bagi pembentukan zat-zat kekebalan terhadap penyakit.
Setelah 24 jam, usus tertutup terhadap penyerapan protein. Semua protein
setelah 24 jam,akan diserap sebagai asam amino. Rendahnya peptidase
dalam rumen juga memberikan keuntungan bagi ruminansia muda, karena
protein air susu tidak banyak yang menjadi NH3.
2.2.5. Duodenum
Duodenum terdiri dari lengkaran pendek pada perut bagian tengah.
Bentuknya seperti leter U. Kelenjar pancreas berada pada bagin tengah lingkaran
dan berakhir pada bagian mendaki dan menurun dari duodenum. Apabila digesta
dari abomasums masuk ke duodenum, pH akan menjadi sangat rendah karena
keberadaan sisa cairan pencernaan. Akan tetapi sama seperti digesta yang
mencapai duodenum, keasaman yang tinggi di sini dinetralkan oleh empedu yang
bersifat alkali, dimana pelepasannya ke dalam duodenum oleh kelenjar empedu
yang letaknya berdempetan dengan organ hati.
2.2.7. Kolon
Kolon disebut juga usus besar. Bukan karena panjangnya karena
ukurannya lebih pendek dari usus halus, tetapi karena diameter dan volumeny
yang relative besar. Fungsi utama kolon adalah mengeluarkan kelebihan air dari
digesta. Jadi konsentrasi feses dapat menjadi lebih besar atau lebih sedikit. Pada
kasus sapi yang merumput, feses akan tetap sangat cair bila sapi tersebut buang
air. Namun kasus pada domba, feses secara normal kering karena air yang keluar
dari kolon sangat efisien. Kolon juga menjadi tempat kediaman sejumlah
mikroorganisme dan beberpa fermentasi ikutan terjadi sepanjang saluran ini. Di
sini memang terjadi fermentasi lanjutan dari residu material berserat dan absorbsi
lanjutan dari VFA ke jaringan darah.
2.3.2. Hati
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam fisiologi pencernaan.
Tanpa hati, sangat banyak proses metabolic dapat berhenti mendadak dan ternak
akan tidak mampu untuk memperoleh keuntungan nutrisi dari zat makanan yang
masuk ke dalam jaringan darah dari saluran pencernaan.
Hati mempunyai banyak fungsi. Yang pertama menyimpan energi dalam
bentuk glikogen, yaitu karbohidrat yang dibentuk dalam hati yang berasal dari
asam propionate, glukosa darah dan dari sejumlah asam amino. Kedua, hati
mensekresi ammonia dari jaringan darah dan mengkonversinya menjadi urea. Jika
fungsi penting ini tidak ada, level ammonia akan meningkat dalam darah dan
selanjutnya ternak dapat mati akibat keracunan ammonia. Fungsi yang ketiga, hati
mengkonversi sejumlah zat kimia dari satu bentuk ke bentuk yang lain untuk
memungkinkannya memanfaatkan secara efisien dari letak anatomi yang sesuai.
Sebagai contoh, bila sapi kehilangan berat badan dan terjadi mobilisasi lemak
cadangan, hati mensintesis glukosa yang dibutuhkan oleh kelenjar mammary
untuk mengkonversinya menjadi gula susu (laktosa) dan lemak susu (butterfat).
Yang terakhir, hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kelenjar empedu
dan melewati saluran empedu kemudian berhenti di duodenum. Empedu
membantu dalam pencernaan lemak melalui peningkatan emulsifikasi.
2.3.5. Ginjal
Fungsi ginjal adalah mensekresi limbah produk dari darah dan untuk
mengeluarkannya dalam bentuk urine. Produk limbah yang diekskresi oleh ginjal
ada tiga tipe yaitu, produk limbah dari metabolisme nitrogen (asam urat dan
substansi nitrogen lainnya). Produk limbah dari metabolisme energi (seperti badan
keton) dan mineral yang tidak diinginkan seperti sodium yang berlebihan yang
diekskresi menjadi garam. Kalau ginjal berfungsi sebagaimana adanya, tubuh
secara cepat mengakumulasi substansi limbah yang beracun dan kematian akan
sangat cepat terjadi. Jika ternak ruminansia disuplai dengan protein yang sangat
berlebihan dalam ransum, ginjal akan menolak protein tersebut dalam ginjal dan
2.4. Rangkuman
Sifat unik (khas) dari ternak ruminansia dibandingkan dengan golongan
ternak lainnya terletak pada anatomi dan kondisi Physiologis alat pencernaan serta
campur tangan mikroorganisme dalam alat pencernaan khususnya dalam rumen.
Ternak ruminansia mempunyai lambung yang terdiri dari 4 bagian yaitu
rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Rumen merupakan yang terbesar dan
didalam rumen tersebut terdapat banyak sekali mikroorganisme.
Sistem pencernaan ternak ruminansia terdiri dari tabung yang memanjang
dari depan ke belakang dan secara ilmiah dikenal sebagai “saluran pencernaan”
bersama dengan organ pelengkapnya. Bibir, lidah, gigi dan oesophagus
merupakan organ yang mengawali system pencernaan ternak ruminansia. Fungsi
dan peranannya sangat penting dalam menyalurkan dan memproses pakan untuk
pencernaan pakan lebih lanjut dalam lambung.
Ternak ruminansia mempunyai beberapa keistimewaaan pada sistem
pencernaannya bila dibandingkan dengan ternak non ruminansia. Hal yang paling
istimewa adalah bagian lambungnya hampir ¾ bagian menempati ruang
abdominalnya yang terdiri dari : Rumen, reticulum, omasum, dan abomasum dan
rumen menempati bagian yang terbesar. Ternak anak yang baru lahir, rumen
belum berkembang, jadi belum dapat berfungsi seperti hewan yang sudah dewasa.
Dalam keadaan seperti itu alat pencernaan yang berfungsi adalah abomasum
sama halnya dengan ternak yang berlambung tunggal. Oleh karena itu, ternak
anak yang baru lahir memerlukan vitamin-vitamin dan asam amino untuk
perumbuhannya.
Rumen – Retikulum saling berinteraksi pada saat permulaan aktivitas
pencampuran makanan dan juga berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
fermentasi, rumen berfungsi sebagai tong tempat penyimpan makanan dan
fermentasi serat kasar dan karbohidrat yang dilakukan oleh mikroorganisme. Di
dalam rumen, terjadi penyerapan hasil-hasil fermentasi (Asam-asam lemak
terbang = VFA) yang digunakan sebagai sumber energi oleh induk semang.
3. Penutup
3.1. Tes Formatif
Petunjuk mengerjakan soal dan penilaian.
a. Baca soal dengan seksama dan jawab secara singkat dan benar
b. Rancangan penilaian soal nomor 1-10 masing-masing 10 poin
c. Total nilai 100 poin
Soal:
1. Apa kekhasan dari system pencernaan ternak ruminansia dibanding jenis
ternak lainnya?.
2. Sebutkn 4 bagian lambung ternak ruminansia!
3. Apa fungsi lidah pada ruminansia?
4. Mengapa gigi pada ternak ruminansia dapat dipakai untuk menentukan
umur?
5. Apakah anak sapi sudah dapat makan pakan seperti ternak dewasa?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan rumen!
Cocokkanlah jawaban anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada
pada bagian akhir modul ini. Hitunglah nilai dari jawaban yang saudara dapatkan
selanjutnya hitung jumlah seluruh nilai untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi modul.
Church, D.C. 1988. The Ruminant Animal : Digestive Physiology and Nutrition.
A Reston Book. Prentice Hall., Englewood Clifs, New Jersey, USA.
Preston, T.R. and R.A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production Systems With
Available Resources in the Tropics and Sub-Tropics. Penambul Books,
Armidale, Australia.
Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. Vikas Publishing House, PVT
LTD. Sahibabad, Disst, Ghaziabad, Uthar Pradesh, India.
Wilson, P.T. nd T.D.A. Brigstocke. 1981. Improved Feeding of Cattle and Sheep.
Granada Publishing. Granada.