Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR NUTRISI DAN BAHAN MAKANAN TERNAK

ORGAN PENCERNAAN RUMINANSIA, NONRUMINANSIA DAN


PSEUDORUMINANSIA

Oleh:
Nissa’ul Husna 215050107111007/O5

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022

1
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktikum........................................................................1
1.3 Dasar Teori..........................................................................................................1
1.3.1 Ruminansia.......................................................................................................1
1.3.2 Nonruminansia.................................................................................................4
1.3.3 Pseudoruminansia............................................................................................5
BAB II........................................................................................................................... 6
2.1 Pencernaan Ruminansia.....................................................................................6
2.2 Pencernaan Nonruminansia...............................................................................6
2.3 Percernaan Pseudoruminansia..........................................................................7
BAB III..........................................................................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum............................................... 8
3.2 Alat dan Bahan................................................................................................ 8
3.3 Cara Kerja....................................................................................................... 8
BAB IV.......................................................................................................................... 9
4.1 Tabel Perbedaan Pencernaan Ruminansia, Nonruminansia dan
Pseudoruminansia………………………………………………………………....9
4.2 Gambar Perbedaan Pencernaan Ruminansia, Nonruminansia dan
Pseudoruminansia………………………………………………………………..10
4.3 Pembahasan…………………………………………………………………..11
4.3.1 Pencernaan Ruminansia…………………………………………………...11
4.3.2 Pencernaan Nonruminansia……………………………………………….12
4.3.3 Pencernaan Pseudoruminansia……………………………………………13
BAB V..........................................................................................................................14
5.1 Kesimpulan……….………………………………………………….………...14
5.2 Saran……………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... ......15
LAMPIRAN................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ternak merupakan jenis hewan yang memiliki berbagai maccam jenis serta memiliki
hasi yang dapat dimanfaatkan serta sangat berarti di kehidupan sehari-hari. Hasil ternak itu
sendiri dapat dikelolah sebagai bahan sandang atau pangan. Selain itu terdapat beberapa
kategori dari berbagai faktor yang dapat memengaruhi hasil ternak, salah satunya yaitu faktor
dari sistem pencernaan ternak.
Berdasarkan sistem pencernaannya, hewan ternak terbagi menjadi tiga jenis yang
diantaranya adalah ternak ruminansia yang merupakan ternak poligastrik atau yang memiliki
lambung majemuk, ternak nonruminansia yang mana merupakan ternak monogastrik dengan
lambung tunggal yang memiliki sitem pencernaan sederhana, serta ternak pseudoruminansia,
dimana ternak ini memiliki lambung tunggal tetapi sekum pada sistem pencernaannya
berfungsi dengan baik
Dari ketiga jenis ternak tersebut memiliki karateristik masing-masing yang berbeda.
Dapat dilihat dari kerja sistem pencernaannya, pakan yang efektif, serta tata cara perawatan
ternak.
Dengan diadakannya praktikum Dasar Nutrisi Ternak dan Bahan Makanan Ternak
bertujuan untuk mengedukasi serta memberikan pemahaman kepada praktikan mengenai
karakteristik ternak berdasarkan sistem pencernaan yang terdiri atas tiga jenis.
Diharapkan dengan adanya praktikum Dasar Nutrisi Ternak dan Bahan Makanan
Ternak dapat menjadikan praktikan paham akan sistem pencernaan pada hewan ternak serta
fungsi masing-masing organnya. Selain itu diharapkan agar praktikan dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktikum
Tujuan dari pelaksanaan Praktikum Dasar Nutrisi dan Bahan Makanan Ternak
yaitu:
1. Mengetahui organ pencernaan pada ternak (Ruminansia, Nonruminansia dan
Pseudoruminansia)
2. Mempelajari proses pencernaan pada masing-masing organ serta fungsi masing-
masing organ
1.3 Dasar Teori
1.3.1 Ruminansia
Ternak ruminansia memiliki system pencernaan ganda, dengan lambung majemuk.
Contoh dari ternak ruminansia adalah Sapi, Kerbau, Kambing, dan Domba.
Proses pencernaan pada ruminansia dibagi menjadi 3 cara, diantaranya yaitu:
1. Mekanik / Fisik (rongga mulut)
2. Kemis / Enzimatis (rumen)
3. Biologis / Fermentatif (abomasum dan usus)
Sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia banyak mengandung selulosa
yang sulit dicerna, sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan
hewan lain.

1
Sistem pencernaan secara umum terdiri dari organ pencernaan dan organ aksesoris,
diantaranya yaitu:
- Organ Pencernaan
1. Mulut
Pencernaan yang terjadi di dalam rongga mulut adalah pencernaan secara mekanik
yang terdiri atas tiga tahapan yaitu prehensi (pengambilan pakan), mastikasi
(pengunyahan), dan deglutisi (penelanan). Tingkah laku makan ternak sapi adalah
grazing yaitu pengambilan pakan dilakukan dengan menggunakan lidah. Kemudian
masuk ke dalam mulut. Di dalam rongga mulut terdapat 3 alat pelengkap pencernaan
yakni : gigi, lidah dan saliva. Berbeda dengan ternak lain ternak ruminansia dalam
maxilla tidak terdapat gigi seri dan gigi taring, sehingga pada proses pengambilan
pakan sangat bergantung dari kedua bibir, lidah dan gigi mandibula. Di dalam rongga
mulut terdapat gigi molar yang berguna untuk memecah pakan menjadi bagian yang
lebih kecil sehingga memudahkan penelanan. Dalam mulut juga mulai terjadi
pencernaan secara enzimatis yaitu oleh enzim amilase/ptialin yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah, enzim amilase akan mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva yang
terdapat pada mulut sapi berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan pH rumen
agar tetap netral). Saliva disekresikan oleh tiga pasang glandula saliva antara lain
glandula parotid (terletak di depan telinga), glandula mandibular/submaxillaris
(terletak pada rahang bawah), dan glandula sublingual (terletak di bawah lidah).

2. Esofagus / Kerongkongan
Saluran pencernaan selanjutnya adalah esofagus. Esofagus berfungsi mengalirkan
pakan dari mulut menuju rumen dan mengalirkan pakan dari rumen menuju mulut
untuk proses remastikasi. Dalam esofagus pakan hanya lewat atau bypass menuju
organ / saluran pencernaan selanjutnya. Ternak ruminansia yang muda memiliki
saluran untuk mengalirkan air susu dari esofagus langsung menuju abomasum yang
disebut esophageal groove.

3. Lambung
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan
abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur ternak dan jenis
pakannya (Jenis pakan itu ada 3 yaitu hijauan, konsentrat dan straw)
a. Rumen
Makanan dari kerongkongan atau esophagus akan masuk ke dalam rumen. Di dalam
rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida dan fermentasi selulosa oleh enzim
selulase yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri). Pada rumen terdapat 4 zona
yang terdiri atas zona gas, zona apung, zona cairan, dan zona endapan. Rumen juga
disebut perut handuk.
b. Retikulum
Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan – gumpalan yang masih kasar (bolus). Bolus akan
dimuntahkan kembali ke mulut untuk proses mastikasi kedua kalinya. Reticulo-
rumen fold merupakan lipatan dari jaringan yang menghubungkan rumen dengan
retikulum untuk mempermudah ingesta dapat berpindah dari rumen menuju retikulum

2
dan sebaliknya. Retikulum yang berada di bawah rumen menyebabkan beberapa benda
asing seperti potongan tali, kabel, atau benda asing lainnya yang termakan akan
terakumulasi dalam retikulum. Retikulum juga disebut perut jala karena strukturnya
yang seperti jala.
c. Omasum
Pakan dari mulut akan ditelan kembali (deglutasi) untuk diteruskan menuju omasum.
Pada omasum terjadi penyaringan partikel pakan yang besar, adsorpsi, dan pengaturan
arus ingesta ke abomasum. Omasum juga disebut perut buku karena strukturnya yang
terdiri dari lembaran-lembaran.
d. Abomasum
Bolus akan diteruskan ke abomasum yaitu perut yang sebenarnya (perut sejati pada
ternak ruminansia) dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim. Abomasum terdiri dari 3 bagian antara lain kardia, fundika,
dan pilorika. Kardia berfungsi mensekresikan cairan lambung yang mengandung
mucus. Fundika berfungsi mensekresikan enzim pepsinogen dan renin (body chief
cells), mensekresikan cairan lambung yang mengandung mucus (neck chief cells),
dan mensekresikan HCl (parietal cells). Bagian abomasum yang terkahir yaitu
pilorika berfungsi mensekresikan mucus.

4. Usus Halus
Berfungsi untuk penyerapan zat-zat pakan. Terdiri dari :
a. Duodenum
Kelenjar – kelenjar duodenum menghasilkan sekresi yang bersifat alkali yang
masuk duodenum melalui saluran diantara vili. Fungsi cairan ini adalah
sebagai pelincir dan melindungi dinding duodenum dari pengaruh suasana
asam yang masuk dari abomasum.
b. Jijenum : terjadi penyerapan nutrisi pakan dalam jumlah sedikit.
c. Ilium : terjadi penyerapan (absorpsi) nutrisi pakan dalam jumlah besar
Terdapat 4 sekresi:
a. Kelenjar duodenum, mensekresikan cairan yang bersifat alkali berfungsi
melindungi dinding duodenum dari pengaruh asam yang berasal dari
abomasum.
b. Empedu → hati, mengemulsi lemak dan mengaktifkan enzim lipase,
pankreas membantu menghidrolisis lemak.
c. Pankreas, mensekresikan cairan yang masuk duodenum melalui ductus
pankreatikus.
d. Epitel usus halus, mensekresikan hormone sekretin yang merangsang
pancreas mengeluarkan ion bikarbonat. Mukosa usus akan mensekresikan
hormone pankreozimin sehingga pancreas menghasilkan enzim trypsinogen,
kimotripsinogen dan nuklease

5. Usus Besar
Usus besar tidak menghasilkan enzim karena kelenjar – kelenjar yang ada adalah
mukosa, karenanya tiap pencernaan yang terjadi didalamnya adalah sisa – sisa
kegiatan oleh enzim – enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad –

3
jasad renik yang terdapat pada usus besar. Selain itu sebagai tempat proses
pembusukan sisa digesti (pembentukan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel
terlarut didalamnya.

6. Rektum
Rektum merupakan bagian akhir dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara sisa-sisa makanan sebelum dibuang ke luar tubuh.

7. Anus
Anus merupakan saluran akhir dalam sistem pencernaan yaitu saluran keluarnya feses.

B. Organ Aksesoris Meliputi :


1. Lidah
2. Gigi
3. Kelenjar Saliva
4. Hati
5. Pankreas terletak pada lengkungan duodenum , mensekresikan cairan yang
masuk duodenum melalui ductus pankreatikus.

1.3.2 Nonruminansia
Ternak non-ruminansia memiliki system pencernaan sederhana, dengan lambung
tunggal. Contoh dari ternak non-ruminansia adalah unggas. Berikut ini merupakan fungsi dari
bagian-bagian ungags, diantaranya yaitu:
1. Paruh : digunakan untuk pengambilan pakan dalam ukuran
partikel yang kecil agar mampu masuk ke dalam rongga mulut.

2. Rongga mulut : tempat bercampurnya pakan dengan saliva yang


mengandung enzim amilase (mengubah amilum menjadi glukosa) dan maltase.

3. Esophagus : terjadi gerakan peristaltik (mendorong pakan masuk ke


dalam crop) dengan bantuan mucus yang berfungsi untuk melancarkan
jalannya pakan.

4. Crop/tembolok : penyimpanan pakan sementara dan terdapat


mikroorganisme yang sebagian besar adalah lactobacilli yang berkisar 5-50
mg/g dari isi crop.

5. Proventriculus : pakan mengalamai proses pencernaan enzimatis.


Enzim-enzim yang dihasilkan yaitu HCl dan pepsin.
HCl : sebagai aktivator atau untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsin : mengubah protein menjadi pepsin.

6. Ventrikulus / Gizard : pakan mengalami pencernaan secara mekanik yaitu


dengan bantuan grid (kerikil kecil) dan terdapat koilin yang berfungsi
melindungi dinding gizard supaya tidak rusak.

4
7. Usus halus
a. Duodenum (ciri khas berbentuk “U”)
Terdapat kelenjar aksesori yaitu pankreas yang menghasilkan 3 enzim :
Lipase : lipid menjadi asam lemak dan gliserol
Amilase : amilum menjadi glukosa
Tripsin : protein menjadi peptida
b. Jejunum : perut kosong yaitu tidak terjadi penyerapan zat nutrisi dari
pakan yang dikonsumsi atau hanya sebagai bypass.
c. Illeum (usus penyerapan) : terdapat fili-fili untuk menyerap sari-sari makan
(kapiler) membatu sari-sari makanan masuk ke 1 arah kemudian oleh darah
sarisari makanan diedarkan kesuluh tubuh.

8. Seka (terdapat 2 sekum / jamak) : penyerapan sisa-sisa sari pakan yang


tidak dicerna oleh illeum, terjadi penyerapan serat secara fermentatif, dengan
bantuan enzim selulose, hemiselulase, lignoselulase (proses fermentatif sedikit diseka).

9. Kolon : penyerapan air, mineral dan vitamin dalam jumlah yang besar.

10. Otot sprincer : tempat deposisi eskreta dan mengontrol keluarnya eskreta.

11. Kloaka : tempat keluarnya eskreta


*) Disebut ekskreta karena tidak ada fisica urinaria yaitu antara feses dengan urin tidak
dapat dipisahkan.

1.3.3 Pseudoruminansia
Ternak Pseudoruminansia merupakan ternak herbivora yang tidak mampu mencerna
pakan jenis serat dengan baik. Contoh dari ternak pseudoruminansia adalah kelinci dan kuda.
Sistem pencernaan ternak kelinci hampir sama dengan ternak non-ruminansia, yang
membedakan dengan ternak yang lainnya adalah adanya pencernaan secara fermentatif
pada caecum.. Caecum berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-abuan.
Pakan yang telah dikonsumsi dan dicerna oleh organ pencernaan sebelumnya akan
disimpan dalam waktu sementara dalam caecum. Pencernaan selulosa dilakuakan oleh bakteri
yang menghasilkan asam asetat, propionat dan butirat). Kapasitas terbesar dari saluran
pencernaan kelinci berada pada bagian caecum yaitu mencapai 50%. Kelinci memiliki tingkah
laku unik yang disebut coprophagy yaitu memakan kembali feses (soft feses) yang
dikeluarkan yang terjadi pada malam atau pagi hari.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencernaan Ruminansia


Firsoni dan E. Lisanti (2017) menyatakan bahwa Ternak ruminansia merupakan
hewan yang sangat mudah beradaptasi dengan berbagai jenis pakan yang tersedia, karena
mempunyai perut sejati atau bisa disebut dengan rumen, yang bisa memfermentasi semua
jenis bahan pakan dengan memanfaatkan mikroba yang terdapat di dalamnya.

Paulino, T B., dkk (2020) menyatakan bahwa sapi merupakan hewan ruminansia
(Poligastrik). Memiliki lambung depan yang terdiri dari rumen (perut handuk), retikulum
(perut jala), omasum (perut kitab), dan lambung sejati (abomasum).

Guo, Y. C., et al (2020) menyatakan bahwa segmen usus yang berbeda di dalam
(rumen, abomasum, duodenum, dan rektum) pada sapi digunakan untuk mengeksplorasi
pembentukan mikrobiota. Serta Keragaman dan kematangan mikrobiota alfa berubah seiring
bertambahnya usia mengikuti kurva Gompertz di setiap segmen usus (rumen, abomasum,
duodenum, dan rektum).

Wang et al (2014) dalam Paulino, T B., dkk., 2020 menyatakan bahwa secara histologi,
struktur lambung depan ruminansia yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum memiliki
ciri khusus berupa epitel pelindung, yaitu epitel pipih banyak lapis yang mengalami keratinasi
yang berperan penting dalam membantu mencerna pakan kasar dan keras, serta melindungi
membran mukosa lambung dari kerusakan mekanik.

Chuzaemi, S (2012) menyatakan bahwa ruminansia dapat diklasifikasikan sebagai


pemakan hijauan, pemakan selektif (browsers) dan golongan peralihan. Serta pada umumnya
anatomi dan fungsi fisiologi dari traktus intestinalis ruminansia serupa dengan mamalia.

Hess et al., 2011 ; Li et al. 2011 dalam Peng et al (2015) menyatakan bahwa rumen
merupakan ekosistem mikroba anaeroik kompleks pada ternak ruminansia yang mampu
mencerna berbagai bahan tanaman berdasarkan besarnya populasi mikroba yag dimiliki.
Mikroba tersebut meliputi bakteri, archaea, jamur, dan protozoa. Mikroba ini dapat
mempengaruhi kesehatan ternak ruminansia serta dapat menyediakan nutrisi bagi inangnya
yang sebagian besar berupa asam lemak volatil dan protein mikroba.

2.2 Pencernaan Nonruminansia


Sjofjan dkk (2019) menyatakan bahwa ternak non-ruminansia merupakan ternak
dengan lambung tunggal dan melakukan proses pencernaan dalam tubuh lebih sederhana serta
lebih dominan mengalami proses enzimatis dan fisik, tanpa atau sedikit sekali mengalami
proses fermentatif.

Rahayu et al (2011); Aqsa et al., 2016 dalam Kusmayadi dkk., 2019 menyatakan
bahwa pangkreas terletak diantara lipatan duodenum yang merupakan bagian dari usus halus

6
Kusmayadi dkk., 2019 menyatakan bahwa pakreas eksokrin berfungsi untuk
mensuplai enzim yang mencerna karbohidrat, protein, dan lemak ke dalam usus halus dengan
mensekresikan enzim amilase, tripsin, dan lipase yang dibawa ke duodenum untuk menerima
karbohidrat, protein, dan lemak.

Sari, L. M dan F. G. N. Ginting (2012) menyatakan bahwa proventrikulus merupakan


perbesaran dari bagian belakang esophagus, dan tempat terjadinya sekresi enzim-enzim
pencernaan seperti pepsinogen dan HCl. Serta proventrikulus merupakan tempat sementara
makanan namun tidak terjadi proses pencernaan.

Li Dersjant Y., et al (2014) Pada unggas, aktivitas fitase pakan terutama ditemukan
dibagian atas saluran pencernaan termasuk tembolok, proventrikulus dan ampela.

Volf., et al (2021) menyatakan bahwa ileum dan sekum mewakili bagian yang
berdekatan pada saluran pencernaan, namun memiliki kompartemen yang berbeda menurut
fungsi serta parameter lingkungan bagian dalam, seperti ketersediaan oksigen atau kepadatan
mikrobiota yang berkoloni.

2.3 Percernaan Pseudoruminansia


Fuah, A. M., dan I. G. Pemana (2021) menyatakan bahwa ternak pseudoruminansia
besar adalah kuda, sedagkan yang kecil adalah kelinci

Rinanto dkk (2018) menyatakan bahwa fermentasi ternak pseudoruminansia hanya


terjadi di caecum (bagian pertama usus besar).

Walsh, P. A and D. J. O. Donovan (2020) menyatakan bahwa caecum di dalam kelinci


berkapasitas sekitar 10 kali kapasitas lambung, dan sekitar 40% dari total saluran pencernaan.

Blakely dkk (1994); Rinanto dkk (2018) menyatakan bahwa kelinci mampu
melakukan caecotrophy atau coprophage.

Astrid dkk (2020) menyatakan bahwa sistem pencernaan pada kelinci terdiri dari
mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, sekum, usus besar, rectum dan anus.

Kohl et al (2011); Elghandour et al (2019) menyatakan bahwa mikroba yang berada di


sekum juga dapat menggunakan amonio nitrogen untuk mensintesis protein bakteri, dan
pretein ini nanti digunakan dua kali oleh kelinci dalam bentuk feses lunak.

Elghandour et al (2019) menyatakan bahwa Mikroorganisme dalam sekum kelinci


dapat memfermentasi selulosa yang tidak tercerna di usus depan, nutrisi lain, asam lemak
volatil, nitrogen amonia, vitamin, dan nutrisi lainnya.

7
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Hari/ Tanggal : Rabu, 23 Februari 2022
Pukul : 14.00 WIB - Selesai
Tempat : Kelas MNOS https://s.ub.ac.id/fapetzoom-r15,
3.2 Alat dan Bahan
Alat
- Sarung tangan karet/ Lateks
- Alas Meja Laboratorium (Greace Proof Paper/ Plastic Paper)
- Meja Laboratorium
- Jas Laboratorium
Bahan
- Preparat alat pencernaan ruminansia (kambing)
- Preparat alat pencernaan non ruminansia (ayam)
- Preparat alat pencernaan pseudoruminansia (kelinci)
3.3 Cara Kerja
1. Saksikan video tentang saluran pencernaan
2. Amati masing-masing bagian alat pencernaan
3. Gambarkan ketiga preparat lengkap dengan keterangan-keterangannya
4. Ceritakan sedikit proses-proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan pada setiap
bagian dari alat pencernaan
5. Buatlah laporan!

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Perbedaan Pencernaan Ruminansia, Nonruminansia dan


Pseudoruminansia
Perbedaan Ruminansia Non-ruminansia Pseudoruminansia
Pengertian Ternak ruminansia Ternak non-ruminansia Ternak
memiliki system merupakan ternak Pseudoruminansia
pencernaan ganda, dengan lambung merupakan ternak
dengan lambung tunggal dan melakukan herbivora yang tidak
majemuk, serta dapat proses pencernaan mampu mencerna
diklasifikasikan sebagai dalam tubuh lebih pakan jenis serat
pemakan hijauan, sederhana serta lebih dengan baik.
pemakan selektif dominan mengalami
(browsers) dan golongan proses enzimatis dan
peralihan. fisik, tanpa atau sedikit
sekali mengalami
proses fermentatif.
Organ Mulut, Paruh, rongga muut, Mulut,
Pencernaan esofaghus/kerongkongan, esofagus/kerongkongan, esofagus/kerongkongan
lambung, usus halus, crop/tembolok, , lambung, usus halus,
usus besar, rectum, dan proventrikulus, sekum, usus besar, dan
anus ventriculus/gizzard, anus
usus halus, seka, kolon,
otot sprincer, dan
kloaka (pada unggas)
Tempat Mulut Ventriculus/gizzard Mulut
pencernaan
secara
mekanik
Berdasarkan Poligastrik Monogastrik Monogastrik
jumlah
lambung
Bagian Pada Terdiri atas empat bagian Lambung tunggal Lambung tunggal
Lambung lambung yaitu rumen,
omasum, abomasum,
retikulum
Rumen Ada Tidak Tidak
Sumber Serat kasar Bagian dari bahan Bagian dari bahan
Energi makanan yang makanan yang
Utama mengandung mengandung
karbohidrat, gula, dan karbohidrat, gula, dan
pati, atau bisa disebut pati, atau bisa disebut
dengan BETN (Bahan dengan BETN (Bahan

9
Ternak Tanpa Nitrogen) Ternak Tanpa
Nitrogen)
Contoh Sapi, kerbau, kambing, Unggas Kelinci dan kuda
Hewan domba

4.2 Gambar Perbedaan Pencernaan Ruminansia, Nonruminansia dan


Pseudoruminansia

Gambar Pencernaan Ruminansia

Gambar Pencernaan Non-ruminansia

10
Gambar Pencernaan Pseudoruminansia

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pencernaan Ruminansia
Ternak ruminansia merupakan hewan yang sangat mudah beradaptasi dengan berbagai
jenis pakan yang tersedia, karena mempunyai perut sejati atau bisa disebut dengan rumen,
yang bisa memfermentasi semua jenis bahan pakan dengan memanfaatkan mikroba yang
terdapat di dalamnya (Firsoni dan E. Lisanti., 2017). Pernyataan tersebut sesuai serta
melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Ruminansia dapat diklasifikasikan sebagai pemakan hijauan, pemakan selektif
(browsers) dan golongan peralihan. Serta pada umumnya anatomi dan fungsi fisiologi dari
traktus intestinalis ruminansia serupa dengan mamalia, dimana anatomi saluran pencernaan
ruminansia terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan rektum. Pada
ruminansia pencernaan oleh mikroba rumen sangat penting karena dapat menggunakan bagian
tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim yang disekresikan oleh saluran pencernaan
ternak. serta usus besar pada sapi panjangnya sekitar 8-12 meter, dan pada domba 4-6 meter.
(Chuzaemi., 2012). Pernyataan tersebut melengkapi hasil pembahasan dari pratikum yang
telah dilakukan
Sapi merupakan hewan ruminansia (Poligastrik). Sapi memiliki lambung depan yang
terdiri dari rumen (perut handuk), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan lambung
sejati (abomasum) (Wang et al., 2014; Paulino dkk., 2020). Pernyataan tersebut sesuai dengan
hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Segmen usus yang berbeda di dalam (rumen, abomasum, duodenum, dan rektum) pada
sapi digunakan untuk mengeksplorasi pembentukan mikrobiota. Serta Keragaman dan
kematangan mikrobiota alfa berubah seiring bertambahnya usia mengikuti kurva Gompertz di
setiap segmen usus (rumen, abomasum, duodenum, dan rektum) (Guo, Y. C., et al., 2020).
Pernyataan tersebut melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Pencernaan fermentatif terjadi di lambung depan dibantu oleh mikroorganisme,
dengan memecah selulosa dan hemiselulosa menjadi karbohidrat sederhana dan Volatile Fatty
Acid (VFA) yang terdiri dari asam propionat, asam asetat dan asam butirat yang nantinya akan

11
diserap di lambung dan ditransportasikan ke jaringan tubuh sebagai sumber energi. Secara
histologi, struktur lambung depan ruminansia yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum
memiliki ciri khusus berupa epitel pelindung, yaitu epitel pipih banyak lapis yang mengalami
keratinasi yang berperan penting dalam membantu mencerna pakan kasar dan keras, serta
melindungi membran mukosa lambung dari kerusakan mekanik (Paulino dkk., 2020).
Pernyataan tersebut melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Rumen merupakan ekosistem mikroba anaeroik kompleks pada ternak ruminansia
yang mampu mencerna berbagai bahan tanaman berdasarkan besarnya populasi mikroba yag
dimiliki. Mikroba tersebut meliputi bakteri, archaea, jamur, dan protozoa. Mikroba ini dapat
mempengaruhi kesehatan ternak ruminansia serta dapat menyediakan nutrisi bagi inangnya
yang sebagian besar berupa asam lemak volatil dan protein mikroba (Hess et al. 2011 ; Li et
al. 2011 ; Peng et al. 2015). Pernyataan tersebut melengkapi hasil pembahasan dari praktikum
yang telah dilakukan.

4.3.2 Pencernaan Non-ruminansia


Ternak non-ruminansia merupakan ternak dengan lambung tunggal dan melakukan
proses pencernaan dalam tubuh lebih sederhana serta lebih dominan mengalami proses
enzimatis dan fisik, tanpa atau sedikit sekali mengalami proses fermentatif. Serta ternak non-
ruminansia dapat menghasilkan produk yang khas, yaitu telur, selain itu ternak non-
ruminansia juga mempunyai siklus produksi yang lebih pendek, sehingga dapat memproduksi
protein lebih cepat dan lebih banyak, serta harga produk dagingnya lebih sehat dan murah
dibandingkan dengan ternak ruminansia (Sjofjan dkk., 2019). Pernyataan tersebut sesuai serta
melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Proventrikulus merupakan perbesaran dari bagian belakang esophagus, dan tempat
terjadinya sekresi enzim-enzim pencernaan seperti pepsinogen dan HCl. Serta proventrikulus
merupakan tempat sementara makanan namun tidak terjadi proses pencernaan (Sari, L. M dan
F. G. N. Ginting., 2012). Pernyataan tersebut melengkapi hasil pembahasan dari praktikum
yang telah dilakukan.
Pangkreas terletak diantara lipatan duodenum yang merupakan bagian dari usus halus
(Rahayu et al., 2011; Aqsa et al., 2016 ; Kusmayadi dkk., 2019). Pernyataan tersebut
melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Gizzard pada unggas dikenal sebagai muscular stomach (perut otot) atau empedal
yang fungsi utamanya bertugas untuk melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air
menjadi pasta yang dinmakan chymne, dan ukuran gizzard dipengaruhi oleh kebiasaan makan
unggas. Pankreas unggas berfungsi untuk mensekresikan getah pankreas yang berfungsi
dalam pencernaan pati, lemak dan protein oleh enzim yang dimilikinya. Pankreas unggas
memiliki dua fungsi utama yang semuanya berhubungan dengan penggunaan energi ransum,
yaitu eksokrin dan endokrin. Pankreas eksokrin berfungsi untuk mensuplai enzim yang
mencerna karbohidrat, protein, dan lemak ke dalam usus halus dengan mensekresikan enzim
amilase, tripsin, dan lipase yang dibawa ke duodenum untuk menerima karbohidrat, protein,
dan lemak., serta pankreas endokrin berfungsi dalam menggunakan dan mengatur nutrien
berupa energi untuk diserap dalam tubuh untuk proses pencernaan. Kemudian peningkatan
kadar serat kasar dalam ransum cenderung akan memperpanjang usus, dimana semakin tinggi
serat kasar dalam ransum maka semakin lambat laju pencernaan dan penyerapan zat makanan

12
(Kusmayadi dkk., 2019). Pernyataan tersebut sesuai serta melengkapi hasil pembahasan dari
praktikum yang telah dilakukan.
Pada unggas, aktivitas fitase pakan terutama ditemukan dibagian atas saluran
pencernaan termasuk tembolok, proventrikulus dan ampela. Secara umum, tingkat aktivitas
fitase tinggi di sekum, menengah di usus kecil dan rendah di tembolok dan perut ketika tidak
ada fitase mikroba yang ditambahkan.(Li Dersjant Y., et al., 2014). Pernyataan tersebut
melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Meskipun ileum dan sekum mewakili bagian yang berdekatan pada saluran
pencernaan, namun memiliki kompartemen yang berbeda menurut fungsi serta parameter
lingkungan bagian dalam, seperti ketersediaan oksigen atau kepadatan mikrobiota yang
berkoloni (Volf., et al., 2021). Pernyataan tersebut melengkapi hasil pembahasan dari
praktikum yang telah dilakukan.

4.3.3 Pencernaan Pseudoruminansia


Hewan yang tergolong dalam ternak pseudoruminansia besar adalah kuda, sedangkan
yang kecil adalah kelinci. Selain itu untuk ternak non-ruminansia seperti unggas dan
pseudoruminansia (kelinci) sumber protein pakan samping dari bungkil atau biji-bijian dapat
juga berasal dari limbah RPH (tepung, darah dan bulu) atau bahkan tepung insekta (Fuah, A.
M., dan I. G. Pemana., 2021). Pernyataan tersebut sesuai serta melengkapi hasil pembahasan
dari praktikum yang telah dilakukan.
Fermentasi kelinci hanya terjadi di caecum (bagian pertama usus besar). Walaupun
memiliki caecum yang besar, kelinci ternyata tidak mampu mencerna serat kasar dari hijauan
sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni (Rinanto dkk., 2018). Pernyataan
tersebut sesuai serta melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Caecum di dalam kelinci berkapasitas sekitar 10 kali kapasitas lambung, dan sekitar
40% dari total saluran pencernaan. Sebagian besar proses pencernaan kelinci yang bernutrisi
terjadi dalam caecum melalui aktivitas berbagai populasi mikroorganisme autokthonous, yang
dikenal secara kolektif sebagai mikroba. Serta kelinci tidak memuntahkan makanannya
melainkan mengunyah makanannya namun tergatung pada fermentasi usus dan caecotrophy
untuk kesejahteraan nutrisinya (Walsh, P. A and D. J. O. Donovan., 2020). Pernyataan
tersebut melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Kelinci mampu melakukan caecotrophy atau coprophage, yaitu proses memakan
kembali faeces di pagi atau malam hari (Blakely dkk., 1994; Rinanto dkk., 2018). Pernyataan
tersebut sesuai dengan hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Secara umum, pencernaan dapat diartikan sebagai proses mengubah makanan dan
menyerap sari makanan berupa kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem
pencernaan pada kelinci terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, sekum, usus
besar, rectum dan anus (Astrid dkk., 2020). Pernyataan tersebut sesuai serta melengkapi hasil
pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.
Mikroorganisme dalam sekum kelinci dapat memfermentasi selulosa yang tidak
tercerna di usus depan, nutrisi lain, asam lemak volatil, nitrogen amonia, vitamin, dan nutrisi
lainnya (Elghandour et al., 2019). Serta mikroba di sekum juga dapat menggunakan amonia
nitrogen untuk mensintesis protein bakteri, dan protein ini digunakan dua kali oleh kelinci
dalam bentuk feses lunak (Kohl et al., 2011; Elghandour et al., 2019). Pernyataan tersebut
melengkapi hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hewan
ternak dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ternak ruminansia, non-ruminansia dan
pseudoruminansia. Dimana masing-maisng jenis ternak memiliki pencernaan yang berbeda-
beda.
Ternak ruminansia dapat diklasifikasikan sebagai pemakan hijauan, pemakan selektif
(browsers) dan golongan peralihan. Proses pencernaan pada ruminansia dibagi menjadi 3 cara,
diantaranya yaitu Mekanik / Fisik (rongga mulut), Kemis / Enzimatis (rumen) dan Biologis /
Fermentatif (abomasum dan usus), dimana anatomi saluran pencernaan ruminansia terdiri atas
mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan rektum. Salah satu contoh hewan
ternak yang tergolong ruminansia adalah sapi. Sapi memiliki lambung depan yang terdiri dari
rumen (perut handuk), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan lambung sejati
(abomasum).
Ternak non-ruminansia merupakan ternak dengan lambung tunggal dan melakukan
proses pencernaan dalam tubuh lebih sederhana serta lebih dominan mengalami proses
enzimatis dan fisik, tanpa atau sedikit sekali mengalami proses fermentatif. Ternak non-
ruminansia dapat menghasilkan produk yang khas, yaitu telur. Serta contoh dari ternak non-
ruminansia adalah unggas.
Hewan yang tergolong dalam ternak pseudoruminansia besar adalah kuda, sedangkan
yang kecil adalah kelinci. Fermentasi kelinci hanya terjadi di caecum (bagian pertama usus
besar). Caecum di dalam kelinci berkapasitas sekitar 10 kali kapasitas lambung, dan sekitar
40% dari total saluran pencernaan. Kelinci mampu melakukan caecotrophy atau coprophage,
yaitu proses memakan kembali faeces di pagi atau malam hari.

5.2 Saran
Lebih baik jika penjelasan mengenai tugas dijelaskan lebih rinci lagi serta memberikan contoh
yang mudah untuk dipahami dan sebaiknya pelaksanaan praktikum dilakukan secara langsung
agar lebih mudah lagi untuk memahami.

14
DAFTAR PUSTAKA

Astrid, T., T. Zebua, dan A. M. H. Sihite. 2020. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada
Sistem Pencernaan Kelinci Menggunakan Metode Fuzzy Expert System. Journal of
Information Sistem Research. 1(3): 137-146

Chuzaemi, S. 2012. Fisiologi Nutrisi Ruminansia. Malang: UB Press

Elghandour, M. M. Y., et al. 2019. Saccharomyces cerevisiae as a Probiotic Feed Additive to


Non and Pseudo-ruminant Feeding: a Review. Journal of Applied Microbiology.
128(26): 658-674

Firsoni dan E. Lisanti. 2017. Potensi Pakan Ruminansia dengan Penampilan


Produksi Gas Secara In Vitro. Jurnal Peternakan Indonesia. 19(3): 140-148

Fuah, A. M., Sumantri, C., Astuti, D. A., Permana, I. G., & Abdullah, L. (2021). Diktat
Peternakan Inovatif. Bogor: IPB Press.

Guo, Y. C., et al. 2020. Dynamic Change of the Gastrointestinal Bacterial Ecology in
Cows from Birth to Adulthood. Original Article. 1(1): 1-14

Kusmayadi, A., C. H. Prayitno, dan N. Rahayu. 2019. Presentase Organ Itik Cihateup
yang Diberi Ransum Mengandung Kombinasi Tepung Kulit Buah Manggis dan
Tepung Kunyit. Jurnal Peternakan Nusantara. 5(1): 1-12

Li, D. Y., et al. 2014. Phytase in Non-ruminant Animal Nutrition: a Critical Review on
Phytase Activities in the Gastrointestinal Tractnand Influencing Factors. Journal of
the Science of Food and Agriculture. 95(5): 878-896

Paulino, T B., F. A. Amalo, dan I. T. Maha. 2020. Kajian Histokiia Sebaran


Karbohidrat Asam Pada Lambung Depan Sapi Sumba Ongole (Bos indicus).
Jurnal Kajian Veteriner. 8(2): 202-2010

Peng, S., et al. 2015. First Insights Into the Microbial Diversity in the Omasum and
Reticulum of Bovine Using Illumina Sequencing. Journal of Applied Genetics.
56(1): 393-401

Rinanto, A. U., N. O. A. Kustanti dan A. Widigdyo. 2018. Pengaruh Penggunaan Tepung


Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) sebagai Substitusi Pakan Kelinci
Terhadap Performa Kelinci Hyla Hycole. Jurnal Aves. 12(1):
9-20

Sari, M. L., dan F. G. N. Ginting. 2012. Pegaruh Penambahan Ezim Fitase Pada Ransum
terhadap Berat Relatif Organ Pencernaan Ayam Broiler. Jurnal Peternakan. 12(2):
37-41

15
Sjofjan, O., M. H. Natsir, dan I. H. Djunaidi. 2019. Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia.
Malang: UB Press

Volf, J., et al. 2021. Detoxifification, Hydrogen Sulphide Metabolism and Wound
Healing Are the Main Functions That Differentiate Caecum Protein
Expression from Ileum of Week-Old Chicken. Journal of Animals. 11(11):
1-11

Walsh, P. A., & O’Donovan, D. J. (2020). The Kinetics of Inorganic Phosphate Excretion in
the Acidotic Rabbit During Intravenous Phosphate Loading: a pseudo-ruminant model.
Scientific Reports. 10(1): 1-8

16
LAMPIRAN

17
18
19
20
21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai