Anda di halaman 1dari 23

ANATOMI FISIOLOGI TERNAK

MAKALAH

“ Pencernaan Poligastrik “

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Andi Mushawwir, S.Pt., MP., IPM

Kelompok 5 :

Nizar Emillul Fata 200110220071

Salma Sabira Permana 200110220072

Salma Khansa K 200110220073

Brillianti Revi F.H 200110220074

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat,

kemudahan dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

Anatomi Fisiologi Ternak yang berjudul “ Percernaan Poligastrik “ ini tepat

padawaktunya. penulis menyadari bahwa laporan tidak sempurna. oleh karena itu,

penulis menerima saran dan kritik agar dalam pembuatan makalah selanjutnya

penulis bisa lebih baik. Akhir kata, mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat

salah dalam hal penulisan dan lain-lain . penulis berharap laporan ini bukan hanya

bermanfaat bagi penulis yang menyusunya. melainkan juga bagi orang-orang yang

ada di sekitar penulis dan siapa-pun yang membacanya.

Sumedang, Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Sistem Pencernaan .................................................................................... 3
2.2 Tujuan Sistem Pencernaan ....................................................................... 3
2.3 Pencernaan Poligastrik ............................................................................. 4
2.4 Prinsip Pencernaan Poligastrik ................................................................. 4
2.5 Sistem Pencernaan Poligastrik Mamalia .................................................. 6
2.6 Mikroba Rumen ...................................................................................... 11
2.7 Perbedaan Pencernaan Poligastrik dan Monogastrik ............................. 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
3.2 Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari ternak pada saat makan tentunya akan terjadi proses

di dalam tubuh ternak proses yang terjadi yaitu proses pencernaan. Sistem

pencernaan hewan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis, enzimatis,

kimia dan mikroba) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana dalam

saluran pencernaan hewan proses pencernaan dapat terjadi secara sempurna dan

kurang sempurna. Sistem pencernaan pada mamalia memiliki anatomi dan fisiologi

yang hampir sama pada hewan mamalia yang satu dengan yang lain. Namun

terdapat hal yang berbeda dalam sistem pencernaan pada salah satu mamalia yaitu

ruminansia. Mamalia khususnya ruminansia atau biasa disebut hewan pemamah

biak yang sering kita temui memiliki kebiasaan mengunyah sepanjang hari.

Mamalia ini memiliki lambung yang berbeda dari mamalia lain yakni memiliki 4

ruang. 4 ruang pada lambung tersebut yakni rumen, omasum, obamasum, dan

retikulum. Sedangkan mamalia lain memiliki lanmbung dengan 1 ruang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pencernaan poligastrik ?

2. Ada berapa jenis pencernaan ?

3. Bagaimana prinsip pada pencernaan ruminansia ?

4. Apa perbedaan pencernaan poligastrik dan monogastrik ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari pencernaan poligastrik

2. Untuk mengetahui jenis – jenis pencernaan

1
3. Untuk mengetahui prinsip dari pencernaan ruminansia

4. Untuk mengetahui perbedaan pencernaan poligastrik dan monogastrik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan adalah suatu saluran yang dimulai dari mulut sampai

pelepasan. Proses yang terjadi pada pencernaan adalah pemecahan makanan

menjadi bentuk yang lebih sederhana agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh.

Sumardjo (2006) menyatakan bahwa, sistem digesti merupakan organisasi organ

yang berfungsi untuk mencerna makanan, hubungan kerja ini meliputi mulut,

kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar.

Berdasarkan jumlah ruang lambung hewan dibedakan menjadi monogastrik

dan poligastrik. Saluran pencernaan monogastrik merupakan saluran yang hanya

mempunyai satu lambung. Saluran pencernaan monogastrik terdiri dari mulut,

esofagus, lambung, small intestinum, coecum, intestinum crassum, rektum, dan

anus. Saluran pencernaan poligastrik merupakan sistem pencernaan yang memiliki

4 lambung terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Saluran

pencernaan poligastrik terdiri dari mulut, esofagus, rumen, retikulum, omasum,

abomasum, small intestinum, intestinum crassum, coecum, rektum, anus

(Kartadisastra, 1997).

2.2 Tujuan Sistem Pencernaan

Tujuan dari sistem pencernaan ternak adalah untuk memecah makanan

menjadi zat-zat yang dapat diserap oleh tubuh, mengabsorbsi nutrisi tersebut, serta

mengeliminasi sisa-sisa yang tidak dapat dicerna. Fungsi utama sistem pencernaan

adalah memindahkan zat nutrien (zat yang sudah dicerna), air, dan garam yang

berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam untuk didistribusikan ke sel-sel

3
melalui sistem sirkulasi. Sinyal atau isyarat pada fungsi sistem gastrointestinal

dimulai oleh rangsangan pada lumen dan bekerja terhadap mekanoreseptor,

osmoreseptor, (sensasi bau) dan kemoreseptor serta refleks yang mempengaruhi

efektor (sensasi kelenjar) lapisan otot dalam dinding saluran GI dan kelenjar

eksokrin yang mensekresi bahan-bahan dalam lumen. Reseptor maupun efektor

refleks tersebut terdapat di dalam sistem pencernaan.

Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat

sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai

perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung

dalam berbagai cairan pencerna. Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus

menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh

terhadap jenis lainnya (Evelyn, 2008).

2.3 Pencernaan Poligastrik

Poligastrik adalah binatang berbilik dua (kompleks) seperti ruminansia sejati

(hewan dengan rumen) yaitu lembu,kerbau, kambing, domba, rusa, kijang. Pada

poligastrik perut dibagi menjadi empat yaitu rumen, reticulum, omasum, dan

abomasum, sehingga urutan saluran pencernaannya menjadi mulut, oesophagus,

rumen, reticulum, omasum, abomasum, small intestinum, large intestinum, rektum

dan anus (Swenson,1997)

2.4 Prinsip Pencernaan Poligastrik

1. Mekanik

Pengunyahan dalam mulut, pemberian air liur dan penelanan.. Proses

pencernaan mekanis terjadi di mulut dengan bantuan gigi sebagai alat pemotong.

4
2. Kimiawi

Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus

(duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin

sederhana dan maltosa. Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah

usus mencerna pula karbohidrat.

1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa

3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

4. Bagian dinding abomasum yang menghasilkan HCL

3. Mikrobiologik

Proses pencernaan mikrobiologik atau biasa disebut fermentatif melibatkan

mikroorganisme rumen, kolon dan sekum dalam mendegradasi pakan. Mikroba

yang berperan diantaranya bakteri, protozoa, fungi dan bakteriofag.

Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam

lemak terbang.. Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein

dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B.

Bakteri selulolitik mendominasi jumlahnya dalam rumen sebanyak 109 -1010

CFU/ml cairan rumen. Sedangkan Protozoa memiliki jumlah 106 /ml cairan rumen.

Pencernaan fermentatif yang terjadi dalam rumen memiliki beberapa keuntungan

diantaranya :

a. Rumen dapat menampung banyak pakan.

b. Mikroba menghasilkan enzim selualase yang mampu mencerna serat kasar

(selulosa) menjadi vollatile fatty acid (VFA) berupa asetat, propionat, butirat.

c. Dapat menggunakan NPN sebagai sumber protein d. Dapat mensintesis

vitamin, contohnya vitamin B12 Sedangkan kerugian yang ditimbulkan

5
diatranya banyak energi yang terbuang sebagai gas metan, dan protein yang

meiliki kualitas tinggi terdegradasi menjadi amonia.

2.5 Sistem Pencernaan Poligastrik Mamalia

Sistem Pencernaan Sapi

1. Mulut

Pencernaan di mulut pertama kali dilakukan oleh gigi molar dilanjutkan

oleh mastikasi dan diteruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat

saliva yang dihasilkan kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis yang

mengandung enzim amilase atau ptyalin. Saliva adalah cairan kompleks yang

diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral (Frandson,

1992). Air liur mengandung enzim ptialin (amilase ludah), yakni enzim yang

mengurai karbohidrat polisakarida (amilum) menjadi maltosa(disakarida). Air liur

pHnya atau tingkat keasamannya adalah hampir mendekati netral kira-kira 6,7.

Kandungan airnya tinggi sekitar 98%, air liur ini berfungsi untuk membasahi

makanan, membunuh bakteri yang tidak baik bagi kesehatan, mencegah mulut

dari kekeringan.

6
2. Esophagus

Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi

menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel

berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan

kelenjar-kelenjar oesofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal

esofagus, lapisan otot hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran

sel-sel otot lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.

3. Lambung

Setelah melewati esophagus makanan masuk kedalam lambung. Lambung

sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung

mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan

dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses

pembusukan dan peragian. Lambung juga berfungsi untuk mencerna protein

dengan mensekresikan enzim protease dan asam lambung. Lambung ruminansia

terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan

ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.

a. Retikulum

Retikulum adalah bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri

dan struktur seperti jala. Retikulum sering disebut sebagai perut jala atau hardware

stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat

regurgitasi rumen, tempat fermentasi, membantu proses ruminasi, tempat absorpsi

hasil fermentasi dan tempat penyaringan benda-benda asing. Retikulum berbatasan

langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat.

7
Pembatas antara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel

pakan menjadi tercampur (Frandson, 1992). Retikulum merupakan bagian dari

rumen dimana mengandung Mucous membrane dan terdapat banyak lekukan.

Permukaan retikulum yang memiliki bentuk kotak-kotak menyebabkan

retikulum dapat menahan pakan kasar. Pakan kasar dapat ditolak oleh retikulum ke

kembali ke mulut untuk dikunyah lagi atau ditolak ke dalam rumen untuk dicerna

oleh mikroba. Retikulum membantu proses ruminasi, dimana bolus di regurgitasi

ke dalam mulut.

b. Rumen

Rumen adalah bagian lambung tempat penghancuran makanan secara

mekanis dan memiliki ukuran paling besar dengan kapasitas sebesar 80%. Rumen

terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut

beludru atau handuk. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat

papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap di

bagian ventral. Fungsi dari rumen adalah sebagai tempat fermentasi oleh mikroba

rumen, tempat absorbsi dan tempat menyimpan bahan makanan.

Dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.

Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan

fungi. Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan

pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid

fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka

untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen (Kosnoto, 1999). Bakteri rumen dapat

diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan, karena sulit

mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa

8
diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan

penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri rumen, yaitu:

(1) Bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus

flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens).

(2) Bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens Bakteroides

ruminocola, Ruminococcus sp).

(3) Bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis,

Succinnimonas amylolytica).

(4) Bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobacillus ruminus).

(5) Bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenes, Bacillus licheniformis)

Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu Holotrichs

yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang

fermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulut umumnya

merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Kosnoto, 1999). Jumlah bakteri

rumen mencapai 1010-11, jumlah protozoa mencapai 105-6, fungi berjumlah 102-

3. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh

enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu.

Isi rumen dan retikulum cenderung membentuk tiga lapisan. Lapisan yang

paling bawah (paling ventral) terdiri terutama dari cairan yang berisi bahan-bahan

yang setengah tercerna, termasuk biji-bijian. Lapis tengah adalah partikel - partikel

makanan paling akhir masuk ke dalam rumen dan belum tercelup sepenuhnya.

Lapis yang paling dorsal terutama terdiri dari gas karbondioksida dan metan, yang

diproduksi terus menerus oleh mikroba (Kosnoto, 1999).

9
c. Omasum

Omasum merupakan lambung ruminansia yang ditaburi oleh lamina pada

permukaannya sehingga menambah luas permukaannya. Permukaan omasum

terdiri atas lipatan-lipatan (fold) sehingga nampak berlapis-lapis, tersusun seperti

halaman-halaman buku atau manyplies. Omasum tidak mempunyai hubungan

langsung dengan rumen, tetapi digesta yang sudah halus dapat masuk ke dalam

omasum. Keberadaan sulcus oesophagii menyebabkan digesta cair dapat masuk

secara langsung dari esophagus ke dalam omasum tanpa singgah ke dalam rumen.

Pada saat dilahirkan dalam periode menyusu, sulcus esophagii dapat membentuk

sebuah tabung sehingga susu yang diminum tidak tercecer ke dalam rumen dan

retikulum menjadi pakan mikrobia. Omasum berfungsi umtuk :

(1) mengatur arus ingesta ke abomasum melalui omasal-abomasal orifice

(2) penggilingan dengan laminae

(3) menyaring (terutama partikel yang besar)

(4) lokasi fermentasi

(5) absorbsi material pakan dan air sehingga banyak material pakan menjadi kering

di omasum

d. Abomasum

Abomasum adalah bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara

kimiawi dengan bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding abomasum.

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati, karena permukaannya halus.

Fungsi abomasum sebagai tempat permulaan pencernaan enzimatis dan untuk

mengatur arus pencernaan dari abomasum ke duodenum. PH pada abomasum asam

yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1.

10
Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba

menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah ke sebelah kiri. Permukaan

abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi

dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa

menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi

dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan

secara fotokatalitik (Frandson, 1992).

4. Usus Halus

Usus atau disebut juga usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum,

jejenum dan ileum. Proses pencernaan selanjutnya dilakukan di usus, sebelum

mengalami penyerapan dilakukan dengan bantuan enzim yang dikeluarkan di usus.

Proses penyerapan sari makanan dari organ gastrointestinal terjadi dengan cara

transpor pasif atau dengan difusi dipermudah. Transpor pasif terjadi karena ada

perbedaan konsentrasi, sedangkan difusi dipermudah terjadi karena difusi dengan

bantuan molekul carrier pada sel penyerap. Penyerapan karbohidrat dan protein

berlangsung secara difusi dipermudah. Pada bagian duodenum kim asam yang

dihasilkan dari lambung bercampur dengan getah pencernaan dari pankreas, hati,

kandung empedu, dan sel-sel

2.6 Mikroba Rumen

Lambung depan ternak ruminansia (rumen) merupakan kantung yang

memiliki potensi sebagai sumber mikroba, karena mengandung bakteri sekitar 109

/gram cairan rumen. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam rumen adalah

bakteri, protozoa, fungi, dan virus. Kecernaan pakan sangat tergantung dari peranan

mikroba rumen. Fermentasi pakan serat dalam rumen merupakan suatu sistem yang

11
kompleks dan dipengaruhi oleh adanya interaksi dinamik antara faktor ternak,

pakan, dan populasi mikroba.

1. Mikroba Pendegradasi Lignin

Degradasi lignin dari kompleks lignoselulolitik merupakan respon dari

aktivitas tiga kelompok utama enzim ekstraseluler, yaitu lignin-peroksidase (Li-P),

mangan-peroksidase (Mn-P), dan lakase (Lac).

a. Enzim Li-P bertugas mengkatalisis oksidasi sebuah elektron dari cincin

aromatik lignin dan akhirnya membentuk kation-kation radikal. Senyawa

radikal ini secara spontan atau bertahap melepaskan ikatan antarmolekul dan

beberapa di antaranya melepaskan inti pada cincin aromatik.

b. Enzim Mn-P mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn3+ dan H2 O2 sebagai katalis

untuk menghasilkan gugus peroksida. Mn3+ yang dihasilkan dapat berdifusi

ke dalam substrat dan mengaktifkan proses oksidasi. Proses ini diakhiri dengan

bergabungnya O2 ke dalam struktur lignin.

c. Enzim Lakase (Lac) berperan mengoksidasi gugus fenol menjadi kuinon.

Lakase adalah enzim pengoksidasi melalui proses demitilasi yang mengubah

gugus metoksi menjadi methanol. Di samping itu, terdapat kelompok enzim

fenoloksidase (lakase dan tirosinase) yang mengoksidasi gugus δ dan p-fenol

serta gugus amina menjadi kuinon dan memberi perubahan warna terhadap

substansi fenolik 1-naftol dan p-kresol.

Mikroba eukariotik, seperti jamur di alam merupakan perombak lignin

paling efisien dan berperanan penting dalam siklus karbon. Spesies jamur perombak

lignin dikelompokkan berdasarkan warna saat fermentasi substrat, yaitu soft rot,

brown rot, dan white rot. Beberapa mikrobia prokariotik, seperti bakteri mempunyai

kemampuan mendegradasi lignin. Bakteri dari genus Aeromonas, Bacillus,

12
Flavobacterium, Pseudomonas, maupun Streptomyces memiliki kemampuan

enzimatis dalam menggunakan senyawa cincin aromatik (aromatic ring) dan rantai

samping yang ada pada lignin. Martani et al. (2003) mengungkapkan bakteri dari

genus Micrococcus (isolat SPH-9) dan Bacillus (isolat SPH-10) yang diisolasi dari

sampah domestik mampu mendegradasi lignin, masing-masing sebesar 75% dan

78%.

2. Mikroba Pendegradasi Selulosa

Aktivitas mikrobia selulolitik dalam mendegradasi selulosa dilakukan

secara ekstraseluler melalui dua sistem, yaitu:

a. sistem hidrolitik, melalui produksi enzim hidrolase yang merombak selulosa

dan hemiselulosa,

b. sistem oksidatif dan sekresi lignase ekstraseluler melalui depolimerisasi lignin

Pada umumnya, kelompok bakteri selulolitik dominan pada rumen bila

ternak mengkonsumsi hijauan/pakan berserat. Spesies-spesies bakteri selulolitik

rumen bekerja berkompetisi dalam mendegradasi selulosa. Dalam kondisi jumlah

substrat terbatas, populasi Ruminococcus flavifaciens akan lebih tinggi

dibandingkan dengan Fibrobacter succinogenes dan Ruminococcus albus. Fungi

selulolitik rumen dapat berbentuk thallus maupun flagella, dan dalam bentuk kultur

murni terbukti dapat merombak selulosa menjadi VFA. Fungi selulolitik rumen

mempunyai peranan yang sangat penting dalam perombakan serat kasar pakan

berkualitas rendah, tetapi populasinya sedikit. Fungi selulolitik rumen mempunyai

berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan bakteri rumen, antara lain:

(1) Menghasilkan enzim selulase dan xylanase kadar tinggi,

(2) Mampu mengkoloni jaringan dinding sel tanaman secara lebih baik jika

dibandingkan dengan bakteri.

13
(3) Hasil inkubasi pakan berserat oleh fungi/jamur rumen lebih lunak jika

dibandingkan dengan bakteri.

3. Mikroba Pendegradasi Hemiselulosa

Degradasi hemiselulosa merupakan hasil dari aktivitas kompleks enzim

hemiselulase yang terdiri atas enzim endoβ-1,4-xylanase, ekso-β-1,4-xylosidase,

endo-arabinase, α-Larabinofuranosidase, endo-β-1,4-mananase,dan ekso-β-1,4-

mannosidase. Hemiselulase dihasilkan oleh berbagai mikrobia, seperti

Trichoderma, Aspergillus, Bacillus sp, Aeromonascaviae, Neurospora sitophila,

Cryptococcus, Penicillium, Aureobasidium, Fusarium, Chaetomium,

Phanerochaete, Rhizomucor, Humicola, Talaromyces, dan Clostridium sp.

(Chandel et al., 2007)

4. Ekosistem Rumen

a. Bakteri

Bakteri merupakan mikroba uniseluler yang selalu dilindungi oleh dinding

sel. Banyak spesies pada permukaan luar dinding selnya ditutupi oleh kapsul atau

lapisan lendir, seperti lem perekat termasuk sel prokariotik yang relatif kecil dan

sederhana. Bentuk khas bakteri ada tiga, antara lain: 1. bulat (coccus) dengan

diameter berkisar antara 0,5-4,0 mikrometer, 2. batang (bacillus) dengan panjang

antara 0,5-20 mikrometer, dan 3. spiral (spirilla) berukuran panjang > 10

mikrometer dan lebar 0,5 mikrometer.

Pada ternak ruminansia, bakteri dalam rumen berperan penting dalam

pencernaan serat kasar, karena banyak di antaranya yang memproduksi enzim

selulase, amilase, dan polisakaridase lainnya, sehingga membantu ternak inang

dalam mencerna serat. Bakteri rumen cenderung bersifat anaerob atau facultative

aerob. Bakteri asam laktat berperan dalam pembuatan silase, karena kelompok

14
bakteri inilah yang menghasilkan asam laktat dan menurunkan pH bahan sehingga

bahan pakan dapat diawetkan. Spesies bakteri selulolitik aerob dari cairan rumen

sapi yang terdiri dari genus Nitrosomonas, Bacillus, Cellulomonas, Cytophaga,

Acidothermus, Lactobacillus, dan Cellvibrio.

b. Fungi (Jamur)

Fungi dapat berupa sel tunggal, seperti khamir atau berwujud koloni

berfilamen yang multiseluler, misalnya kapang dan jamur yang memiliki badan

buah (mushroom, supa). Bentuk yang multiseluler, tidak memiliki daun, batang,

dan akar. Fungi tidak bersifat saprofitik atau porasitik. Fungi mempunyai hifa yang

tumbuh ke dalam medium dan menyerap nutrien yang keseluruhannya disebut

miselium vegetatif, sedangkan yangmencuat kepermukaan disebut miselium

reproduktif.

Rumen pada ternak ruminansia banyak mengandung jamur. Rhizoid jamur

rumen ini melakukan penetrasi ke dalam jaringan tanaman atau pakan, sehingga

struktur jaringan menjadi rapuh dan hancur. Oleh karena itu, permukaan menjadi

luas, dan permukaan yang luas ini menguntungkan bakteri rumen selulolitik dalam

mencerna selulosa. Kapang Phanerochaete chrysosporium adalah kapang

pendegradasi lignin dari klas Basidiomycetes, membentuk sekumpulan miselium

dan berkembang biak secara aseksual melalui spora (Dhawale dan Katrina, 1993).

Kapang “white rot” mempunyai kemampuan kuat merombak lignin secara efektif

dengan cara menghasilkan enzim peroksidase ekstraseluler, berupa lignin

peroksidase (LiP) dan mangan peroksidase (MnP).

c. Protozoa dan Algae

Protozoa dan algae termasuk eukariot yang mempunyai struktur yang telah

terorganisasi dan terdiferensiasi. Morfologinya bervariasi dan terdapat dalam

15
bentuk uniseluler maupun multiseluler. Atas dasar kemampuan fotosintesis,

keduanya berbeda. Algae adalah organisme fotosintetik, sehingga menyerupai

tumbuhan primitif, sedangkan protozoa adalah organisme nonfotosintetik sehingga

menyerupai binatang sederhana. Algae mengandung klorofil dan banyak pigmen

lain yang terasosiasi dengan klorofil, seperti karotenoid, xantofil, dan fitosianin

yang menyebabkan algae berwarna warni. Protozoa merupakan kelompok

mikroorganisme yang bersifat nonfotosintetik, motil, dan bersel tunggal. Protozoa

mungkin berkembang dari alga uniseluler yang kehilangan pigmennya (Dharma,

1992).

Beberapa protzoa yang terdapat pada rumen sapi adalah Entodinium,

Epidinium, Ophryoscolex, Polyplastron, dan Isotricha. Protzoa-protzoa tersebut

membantu dalam proses fermentasi mikroba pada rumen. Beberapa jenis alga yang

terdapat pada rumen sapi antara lain Chlorella, Spirogyra, dan Scenedesmus. Alga-

alga tersebut dapat menjadi sumber nutrisi bagi mikroba rumen dan membantu

dalam proses fermentasi.

2.7 Perbedaan Pencernaan Poligastrik dan Monogastrik

Poligastrik Monogastrik
Definisi Jenis sistem pencernaan Jenis sistem pencernaan dengan
dengan perut empat titik perut satu kompartmen
Perut Empat kompartmen/ruang Satu kompartmen/ruang
Pencernaan Ruminansia atau hewan Herbivora monogastrik
selulosa poligastrik menunjukkan menunjukkan pencernaan
pencernaan selulosa yang selulosa parisal
lengkap
Aksi bakteri Bakteri yang ada pada Hanya bakteri usus herbivora
ruminansia memainkan peran monogastrik yang dapat
penting dalam memcah mencerna sebagian selulosa
selulosa

16
Hal Memuntahkan dan tidak memuntahkan dan
memamah mengunyah makanan untuk mengunyah makanan
biak merangsang pencernaan
Contoh Sapi, domba, kambing Manusia, kelinci, kucing

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem pencernaan adalah suatu saluran yang dimulai dari mulut sampai

pelepasan. Proses yang terjadi pada pencernaan adalah pemecahan makanan

menjadi bentuk yang lebih sederhana agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Saluran

pencernaan poligastrik merupakan sistem pencernaan yang memiliki 4 lambung

terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Saluran pencernaan

poligastrik terdiri dari mulut, esofagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum,

small intestinum, intestinum crassum, coecum, rektum, anus.

Pencernaan poligastrik memiliki tiga prinsip yaitu, mekanik, kimiawi dan

mikrobiologik. Sistem pencernaan poligastrik mamalia pada sapi memiliki banyak

bagian diantaranya, mulut, esofagus, lambung (retikulum, rumen, omasum,

abomasum) dan usus halus. Mikroba yang terdapat dalam rumen dapat

mendegadrasi lignin, selulosa, hemiselulosa.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami buat masih jauh dari kata

sempurna. Kami sarankan untuk mempersiapkan jurnal dan buku pendukung

dengan matang, komunikasikan antar anggota kelompok agar tidak terjadi

kesalahan mengenai informasi tentang materi yang akan dibahas.

Saran bagi pembaca adalah untuk lebih mendalami materi pencernaan

khusunya pencernaan poligastrik. Karena jika kita mempelajari pencernaan

poligastrik, kita dapat mengetahui bagaimana sistem kerja pencernaan poligastrik

besera mikroba yang terdapat dalam rumen.

18
DAFTAR PUSTAKA

Chandel, A. K., Chan, E. S., Rudravaram, R., Narasu, M. L., Rao, L. V., &
Ravindra, P. (2007). Economics and environmental impact of
bioethanol production technologies: an appraisal. Biotechnol Mol Biol
Rev, 2(1), 14-32.

Dharma, B.1992. Siput dan Kerang Indonesia. Jakarta: Sarana Graha

Dhawale, S.S. dan K. Katrina., 1993. Alternatif Methods for Production of


Straining of Phanerochaete chrysosporium Bacyodospores. J. Applied
and Envronmental Microbiology, May 1993: 1675-1677.

Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT
Gramedia.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM. Press

Hungate, R. E. (1966). The rumen and its microbes. Academic Press.

Jouany, J. P. (1996). Effect of rumen protozoa on nitrogen utilization by ruminants.


Journal of Nutrition, 126(4S), 1335S-1346S.

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia.


Kanisius. Yogyakarta.

Kosnoto, M. 1999. Teknologi Limbah Rumen untuk Pakan dan Pupuk Organik.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga, Surabaya.

Martani, E., N. Haedar dan S. Margino. 2003. Isolasi dan karakterisasi bakteri
pendegradasi lignin dari beberapa substrat alami. Gama Sains V (2) :
32 – 35.

Panggabean, H. F., Tobing, N. N., Salafiyah, H., & Nirahai, L. A. PENGENALAN


JENIS DAN KARAKTERISTIK TERNAK.

Sudarmono, P. (2009). Pencernaan pada Ternak. Penebar Swadaya.


Sumardjo, D.D. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC

Sutardi, T. (2014). Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Diponegoro.

Syarifudin, M. (2018). SISTEM PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA.


FAKULTAS PERTANIAN. UNIVERSITAS LAMPUNG

Swenson, M.J.1997. Dukes Physiology of Domestic Animals, Ed ke-9. Ithaca.


Cornel University Press.

19
Wanapat, M., Kang, S., & Polyorach, S. (2013). Development of feeding systems
and strategies of supplementation to enhance rumen fermentation and
ruminant production in the tropics. Journal of animal science and
biotechnology, 4(1), 32.

Widiastuti, E., & Harlia, E. (2017). Pencernaan pada Ternak Ruminansia dan Non
Ruminansia. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 27(2), 83-92.

20

Anda mungkin juga menyukai