Anda di halaman 1dari 11

TUGAS CASE BASE LEARNING

LENGKAPI PHOTO2 MACAM2 KANDANG DI BAWAH


(Cari di BUKU REF/SUMBERNYA (Tulis Daftar Pustaka spt di Skripsi)
Atau (Cari di GOOGLE-(Tuli Daftar Pustaka spt Skripsi. http://........Diakses tgl/bl/th)
N I M dan NAMA HARUS DIKETIK
Kumpulkan Hari RABU 06-03-2024, JAM 12.00
FILE PDF (KE KATING) + PRINT KE DOSEN

BAB III
KANDANG DAN PERALATANNYA

Pendahuluan. Sistem perkandangan merupakan sistem yang sangat penting bagi


pemeliharaan sapi perah pada khususnya. Di Indonesia, sistem perkandangan ini belum banyak
mendapat perhatian dari para peternak sapi perah. Padahal, perkandangan merupakan salah
satu komponen dalam usaha peternakan sapi perah, yang dibutuhkan dalam jangka waktu
cukup lama, dan pada akhirnya akan mempengaruhi biaya produksi per liter air susu. Oleh
karena itu, pembuatan atau pembangunan kandang harus direncanakan lebih awal, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan usaha ternak sapi perah
tersebut.
Munurut Soepardjo (1985), di Indonesia masih banyak ditemukan perkandangan sapi
perah yang beraneka ragam, baik bentuk maupun luasnya serta letaknya. Persyaratan
pembuatan kandang secara utuh masih belum terpenuhi. Selanjutnya dijelaskan, dengan adanya
kredit sapi perah, diharapkan alokasi biaya kandang harus betul-betul dimanfaatkan untuk
pembuatan kandang sesuai dengan yang disarankan. Namun kenyataannya, kebanyakan
peternak tidak memanfaatkannya secara maksimal, sehingga menimbulkan keaneka ragaman
type kandang sapi perah, lebih-lebih lagi kandang sapi perah peternak sapi perah yang tidak
mendapatkan kredit.
Dengan pertimbangan diatas, maka sangat penting memberikan gambaran umum
kepada mahasiswa tentang standar kandang sapi perah yang cocok diterapkan di Indonesia,
terutama bagi peternak sapi perah yang masih tergolong peternak kecil.

Perencanaan Bangunan Kandang. Kandang sapi perah, selain berfungsi sebagai


pelindung dan tempat bernaung bagi ternak untuk menghindari hujan, terik sinar matahari,
hembusan angin langsung, juga seharusnya dapat memudahkan peternak dalam mengelola
ternaknya.
Perencanaan perkandangan secara matang, akan membuat semua kegiatan rutin dalam
pengelolaan peternakan dapat dilakukan dengan lancar dan baik, mengingat sebagian waktu
atau 2/3 dari keseluruhan waktu kegiatan dihabiskan peternak untuk melakukan kegiatan di
dalam kandang dan di sekitarnya, sehingga bangunan kandang harus diatur sedemikian rupa
agar waktu pengelolaan di kandang bisa ditekan seefisien mungkin. Dengan demikian kandang
sapi perah yang efektif harus dirancang untuk memenuhi persyaratan kesehatan dan
kenyamanan ternak, enak dan nyaman bagi karyawan, efisien untuk tenaga kerja dan
pemakaian alat-alat, serta pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan peraturan kesehatan
lingkungan, sehingga memudahkan dalam pengontrolan atau pengawasan penyakit.
Perencanaan dalam membuat kandang sapi perah (Anonim, 1980) harus meliputi hal-
hal sebagai berikut.

15
 Pengaturan tata letak di bagian dalam maupun bagian luar kandang, serta luas ruangan
yang dibutuhkan oleh setiap ekor sapi perah disesuaikan dengan kondisi masing-masing
sapi yang dipelihara.
 Pengaturan bangunan yang bertujuan agar kandang mudah dibersihkan, mudah dalam
pembuangan kotoran, mudah dalam pemberian makanan dan air minum.
 Apabila akan mempergunakan peralatan, maka kandang harus cukup luas, sehingga
penggunaan peralatan tersebut lebih leluasa. Dengan demikian, pekerjaan rutin dapat
dilakukan dengan mudah, aman dan efisien.
 Perencanaan kandang harus sesuai dengan metode pemerahan yang akan digunakan pada
saat sekarang dan perkembangan selanjutnya, sehingga apabila ada perubahan di masa
yang akan datang atau terjadi penambahan unit pemerahan, tidak terlalu banyak mengubah
kandang tersebut, dan hal ini akan dapat menekan pemborosan biaya kandang.

Selain hal diatas, perencanaan kandang juga harus mempertimbangkan faktor-faktor


sebagai berikut.
1. Iklim.
Untuk daerah dingin, kandang harus dapat melindungi sapi-sapi dari udara dingin, badai
salju dan angin musim dingin. Sedangkan untuk daerah panas (tropis), sapi-sapi harus
dilindungi dari terik sinar matahari yang berlebihan, temperatur lingkungan yang tinggi,
dan hembusan angin langsung.
2. Biaya.
Dalam membuat kandang, harus direncanakan pula besarnya biaya yang harus dikeluarkan,
dan disesuaikan dengan persediaan modal yang ada dan rencana usaha selanjutnya. Biaya
sedapat mungkin lebih murah, tetapi dengan bahan-bahan yang cukup kuat dan tahan lama.
3. Besarnya usaha peternakan.
Ukuran kandang harus disesuaikan dengan jumlah sapi yang dipelihara, karena kandang
terlalu besar tidak efisien dan sebaliknya kandang yang terlalu sempit akan menimbulkan
kesulitan dan kerugian fatal akibat stress yang diderita oleh sapi-sapi yang dipelihara.
4. Kesenangan peternak yang bersangkutan.
Setiap peternak mempunyai keinginan dan kesenangan masing-masing, sehingga setiap
daerah peternakan memiliki cirri khas kandang sapi perah yang berbeda, tetapi hendaknya
tetap mempertimbangkan kepentingan sapi-sapi yang dipelihara.

5. Lokasi.
Lokasi yang dipilih hendaknya di daerah yang lebih tinggi dari sekitarnya, mudah diawasi,
cukup sumber air, drainase tanah di sekitarnya cukup baik, dan mudah untuk membuang
kotoran, serta memungkinkan tersedianya segala fasilitas yang di butuhkan, sehingga dapat
menekan biaya produksi.

Tata Letak Kandang. Tata letak kandang sangat penting diperhatikan untuk efisiensi
managemen pengelolaan kegiatan sehari-hari di dalam kandang. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Kandang sapi perah harus dibangun di daerah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Hal ini
diperlukan untuk menjaga drainase di sekitar kandang, dan ini erat hubungannya dengan
kesehatan sapi perah itu sendiri. Daerah yang cocok untuk kandang adalah yang tidak
memiliki iklim dan kondisi tanah yang ekstrim.
2. Kandang harus dibangun dekat dengan sumber air bersih, karena sapi perah memerlukan
air cukup banyak untuk air minum, memandikan sapi dan membersihkan kandang serta
peralatannya.

16
3. Kandang harus dekat dengan sumber hijauan makanan ternak, untuk menekan biaya
transportasi.
4. Transportasi lancar, baik yang menuju ke daerah pemasaran, pengadaan sarana maupun ke
daerah penanganan hasil limbah sapi perah.
5. Kandang harus dekat dengan karyawan, karena dengan demikian karyawan akan dapat
memberikan perhatian yang lebih intensif terhadap sapi yang dipelihara, terutama pada
masa perkawinan, kelahiran dan penanganan pedet.
6. Areal kandang harus cukup luas untuk memungkinkan perluasan kota, sehingga tidak
mengganggu pemukiman, dan untuk menjaga kemungkinan adanya penularan penyakit
dari sapi ke manusia dan sebaliknya.
7. Kandang tidak boleh dekat dengan jalan umum atau jalan kereta api, karena akan
mengakibatkan sapi-sapi menjadi stress dan perluang kena penyakit lebih besar.

Syarat-syarat Kandang. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam membangun


perkandangan sapi perah adalah sebagai berikut.

1. Cukup sinar matahari pagi.


Kandang harus diatur sedemikian rupa, agar semua sapi memperoleh sinar matahari pagi
yang kaya dengan ultraviolet yang berfungsi sebagai desinfektan dan membantu
pembentukan vitamin D pada sapi.
2. Ventilasi kandang harus terjamin. Ventilasi berhubungan erat dengan pertukaran udara
kotor dengan udara bersih. Fungsinya adalah untuk menghilangkan bau yang tidak sedap
akibat kelembaban yang tinggi, dan menghindari perputaran angin yang terlalu lama di
dalam kandang sebagai akibat hembusan angin langsung yang dapat menyebabkan sapi-
sapi menjadi stress.
3. Kandang harus tetap kering dan bersih.
Kandang, selain berfungsi sebagai pelindung ternak dari pengaruh lingkungan yang jelek,
juga sebagai tempat berbaring atau beristirahat. Dengan demikian, kandang harus selalu
kering dan bersih. Dengan menjaga kebersihan kandang dan sapi, berarti kita menjaga
kualitas susu yang dihasilkan. Kandang yang selalu dalam keadaan becek atau basah,
merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme, yang sewaktu-waktu
dapat menginfeksi tubuh sapi dan pada akhirnya akan dapat mencemari air susu yang
dihasilkan. Untuk menjamin agar lantai tetap kering, bahan lantai diusahakan terbuat dari
bahan yang keras, seperti semen atau batu di ratakan, serta letaknya dibuat miring agar air
mudah mengalir. Kemiringan lantai kira-kira 5o, dan dilengkapi dengan saluran
pembuangan limbah air bekas pencucian kandang, urine, feses, dan sisa makanan. Saluran
pembuangan yang dimaksudkan adalah berupa parit/got. Sistem pembuangan kotoran
harus disesuaikan dengan keadaan setempat dengan cara yang efisien sampai mencapai
derajat sanitasi yang maksimal, sehingga tidak menimbulkan polusi di lingkungan
peternakan tersebut maupun di luar peternakan. Tempat pembuangan kotoran ini
hendaknya direncanakan terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi pemborosan tenaga kerja.
4. Bangunan kandang harus dirancang sedemikian rupa, sehingga semua pekerjaan rutin,
seperti pemberian makan dan minum, pembersihan kandang, pemerahan dan pengelolaan
produk dapat dilaksanakan dengan mudah, dan mengurangi jumlah tenaga kerja serta
meningkatkan nilai guna setiap unit peralatan.
5. Bahan kandang.
Bangunan kandang harus kuat dan tahan lama, dan ini bukan berarti bahan kandang harus
berasal dari bahan yang mahal dan bukan pula harus permanen, yang terpenting adalah

17
mudah dibersihkan, memenuhi persyaratan kenyamanan dan kesehatan sapi perah serta
disesuaikan dengan kondisi daerah tempat kita mendirikan kandang.
6. Kapasitas muat/ukuran kandang.
Luas kandang harus disesuaikan dengan umur dan kondisi sapi. Hal ini perlu diperhatikan,
karena selain dapat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan, dapat pula
mempengaruhi kenyamanan dan ketenangan bekerja bagi karyawan, sehingga efisiensi
usaha yang optimal dapat dicapai.
7. Bagi perusahaan yang memiliki sapi pejantan, pejantan harus di buatkan kontruksi kandang
yang lebih kuat dibandingkan dengan sapi betina, karena sapi penjantan mempunyai
tempramen yang lebih agresif.

Bangunan Kandang Sapi Perah. Suatu kenyataan bahwa setiap perusahaan sapi
perah mempunyai bangunan kandang yang berbeda-beda baik bentuk, ukuran maupuin
jumlahnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
1. Jumlah sapi yang dipelihara.
Semakin banyak sapi yang dipelihara, maka bangunan kandang dan areal yang dibutuhkan
semakin besar dan luas pula.
2. Bangsa sapi atau besar sapi yang dipelihara.
Bangsa sapi perah bermacam-macam, dan masing-masing mempunyai ukuran tubuh yang
berbeda-beda sesuai dengan breednya. Kandang yang dibutuhkan oleh perusahaan yang
memelihara sapi FH akan lebih luas dibandingkan dengan perusahaan yang memelihara
sapi perah Jersey.
3. Ternak Pengganti (Replacement Stock).
Perusahaan yang memelihara sendiri replacement stock akan membutuhkan kandang yang
lebih luas dari pada perusahaan yang membeli replacement stock.
4. Sistem perkawinan yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang memelihara sapi pejantan sendiri dalam suatu sistem perkawinannya,
maka akan memerlukan kandang yang kebih luas dari pada perusahaan yang memakai
sistem perkawinan dengan teknik IB.
5. Pengelolaan sapi-sapi jantan.
Apabila sapi-sapi jantan dijual pada umur yang masih muda, maka kandang yang
dibutuhkan lebih sempit dibandingkan dengan yang dipelihara sampai umur dewasa atau
sampai umur potong.
6. Besarnya usaha peternakan.
Hal ini berhubungan dengan jangkauan daerah pemasaran produk yang dihasilkan.
Semakin besar usaha peternakan atau semakin luas daerah pemasaran, maka kandang yang
dibutuhkan untuk penyimpanan produk baik dalam waktu sementara maupun dalam jangka
waktu cukup lama akan lebih besar.
7. Fasilitas penampungan hasil produksi.
Perusahaan yang menginginkan atau bertujuan menampung produk susunya dalam waktu
yang relatif cukup lama, disamping penampungan untuk sementara waktu (dipasarkan
langsung), memerlukan fasilitas penampungan yang lebih lengkap untuk mempertahankan
kualitas susu yang dihasilkan. Penempatan fasilitas tersebut memerlukan tempat/kandang
yang lebih luas.
8. Milik sendiri atau milik orang lain dan luas tanah yang tersedia.
Apabila perusahaan yang dikelola milik sendiri, maka luas kandang yang diperlukan relatif
lebih luas dari perusahaan yang dikelola oleh bukan pemiliknya atau orang lain. Ini
berhubungan dengan keleluasaan ternak sapi yang dipelihara. Kandang yang luas dapat
mengurangi stres, yang erat sekali hubungannya dengan produksi susu yang dihasilkan,
apalagi jika areal masih cukup tersedia dan sebaliknya.

18
Dengan alasan diatas, maka kebutuhan bangunan yang khusus bagi sapi perah akan
berbeda sesuai dengan keadaan daerah dan kondisi perusahaan masing-masing, tetapi secara
keseluruhan type dan besar bangunannya hampir sama.
Di Indonesia pada umumnya keadaan kandang-kandang sapi perah, terutama yang di
jumpai pada peternakan rakyat (peternakan kecil), masih sangat sederhana, yaitu dibuat dari
bahan-bahan yang mudah rusak atau tidak tahan lama, berlantai tanah atau tanah yang diberi
jerami. Letaknya dekat dengan rumah atau menempel pada rumah, bahkan yang lebih parah
lagi masih dijumpai kandang yang berada dalam rumah, terutama di daerah Jawa Tengah.
Keadaan ini ditinjau dari segi kesehatan dan kenyamanan bagi ternak dan peternaknya masih
jauh dari persyaratan perkandangan yang berlaku di Indonesia.
Pada hakekatnya, ketentuan diatas bertujuan untuk mempertahankan kualitas susu yang
dihasilkan, menjamin kenyamanan dan ketenangan peternak atau karyawan, sehingga efisiensi
usaha yang optimal dapat tercapai.

Macam-macam Kandang. Macam-macam kandang dapat dibedakan menurut


kontruksi lantai kandang, bentuk/tipe kandang, kualitas/tipe kontruksi, dan kegunaannya.
Untuk lebih jelasnya, akan dibahas satu persatu.

1. Macam kandang menurut kontruksi lantai kandang.


Menurut kontruksi lantai, kandang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Kandang tunggal, yaitu kandang yang terdiri dari satu baris saja.
b. Kandang ganda, yaitu kandang yang terdiri dari dua baris kandang. Kandang jenis ini
dapat dibedakan lagi menjadi:
o berhadap-hadapan (head to head) artinya posisi sapi saling berhadapan
dan hanya dibatasi oleh sekat atau dinding/tembok yang rendah;
o berlawanan (tail to tail), artinya posisi sapi saling tertolak belakang.

2. Macan kandang menurut bentuk/tipe kandang.


Pada umumnya bentuk/tipe kandang dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu sebagai berikut.
a. Kandang Individu.
o Tipe kandang ini banyak dipakai oleh peternak kecil. Ternak berada di kandang
hampir sepanjang hari. Pemerahannya juga dilakukan di dalam kandang.
Pemerahan tidak dilakukan di kandang khusus untuk pemerahan, seperti yang
umumnya dilakukan oleh peternak besar (komersial).
o Sapi-sapi diikat pada dinding pembatas, sehingga tidak bebas bergerak. Tempat
makan dan minum juga dibuat untuk keperluan per individu.
o Untuk kandang sistim individu ini, ventilasinya harus benar-benar terjamin agar
udara di kandang dapat tetap segar. Perlu diketahui bahwa hasil sisa metabolisme
yang berupa gas CO2 dan amoniak tidak baik untuk kesehatan ternak.
o Untuk tipe kandang ini, kandang dapat dibuat dalam satu baris atau lebih,
tergantung dari jumlah ternak yang dipelihara.

b. Kandang Kelompok.
o Pada tipe kandang kelompok ini biasanya terdiri dari 20 – 30 ekor per kelompok,
dan pemerahan dilakukan di tempat khusus untuk memerah.

19
o Sistim ini banyak dipakai oleh peternak besar, karena secara keseluruhan dapat
mengurangi luas kandang yang dibutuhkan, serta dapat menekan biaya tenaga
kerja.
o Tempat makan dan minum disediakan untuk masing-masing grup atau kelompok
ternak, sedangkan pemberian konsentrat dapat juga dilakukan pada waktu
pemerahan.
o Pada umumnya, di kandang kelompok ini disediakan juga bagian kandang yang
terbuka untuk tempat sapi berjemur.
Untuk kedua tipe kandang diatas, lantai diusahakan tidak licin dan kemiringannya
diatur agar air tidak sampai tergenang di lantai, tetapi dapat mengalir dengan sendirinya ke
parit pembuangan limbah yang disediakan, tanpa bantuan peternaknya.

3. Macam kandang menurut kualitas /tipe kontruksi.


Khusus di Indonesia kualitas/tipe kontruksi kandang dapat dibedakan menjadi 3 tipe sebagai
berikut.

a. Kandang Tradisional.
Kandang tradisional adalah kandang yang sangat sederhana yang biasanya
digunakan oleh peternak yang berskala kecil. Bahan atap yang biasa digunakan
adalah alang-alang, rumbia, seng atau plastik bekas dan kadang-kadang genting,
serta ditopang dengan kayu berkualitas rendah. Dindingnya biasanya karton bekas
ataupun anyaman bambu bekas dengan lantai tanah, serta sanitasi dan higiene
kandangnya sangat buruk.
a. Kandang Semi Modern.
Kandang semi modern ini biasanya beratap minimal genting, dinding beton atau
kayu yang berkualitas baik dengan lantai dari batu serta tiang dari kayu yang
berkualitas cukup baik. Sanitasi dan higienenya lebih baik dibandingkan dengan
kandang tradisional.
b. Kandang Modern.
Kandang modern ini biasanya ditemukan pada perusahaan dalam skala besar.
Bahan kandang semuanya berkualitas baik, atapnya minimal genting yang
berkualitas baik, dindingnya dari tembok, tiang dari besi dan lantai dari batu atau
beton. Sanitasi dan higienenya sangat baik.

4. Macam kandang menurut kegunaannya.


Menurut kegunaan atau fungsinya, kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi 3 jenis
sebagai berikut.
a. Kandang Pedet (calf house/calf pens).
Setelah pedet dipisahkan dengan induknya kira-kira pada umur 2 – 3 hari, pedet
tersebut dikandangkan dalam calf pen yang telah disiapkan. Hal ini bertujuan agar
pedet tidak terlalu bebas menyusu pada induknya, yang akan mengakibatkan hal
yang tidak ekonomis, terutama pada saat harga susu tinggi. Dengan adanya calf pens
ini, tehnik pemeliharaan pedet bisa dikelola sesuai dengan yang telah direncanakan.
Calf pens harus memenuhi persyaratan dan ketentuan-ketentuan seperti pada kandang
sapi dewasa. Perencanaan pembuatan calf pens ini sedemikian rupa, sehingga
kandang mudah dibersihkan, selalu dalam keadaan kering, bersih dan hangat.
Temperatur ruangannya adalah sekitar 10 – 24 0 C, dengan temperatur optimum 18,30
C.
Secara umum kandang pedet dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu:
o Kandang individu (individual pens).

20
Yang dimaksud dengan kandang individu atau individual pens adalah
kandang pedet yang ditempati oleh satu ekor pedet. Kandang ini biasanya
menampung anak sapi yang baru dipisah dari induknya sampai anak sapi
tersebut berumur 8 – 10 minggu. Dengan menggunakan sistem kandang ini,
anak-anak sapi tidak saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan ini
sangat menguntungkan, karena dapat mencegah menularnya penyakit apabila
salah satu anak sapi yang dipelihara menderita suatu penyakit. Calf pens
berukuran 1,20 m X 1,40 m, untuk setiap anak sapi perah. Menurut Arora
(1975), luas setiap calf pens adalah 3,2 m2 dan dilengkapi dengan bak
makanan, kotak/box untuk anak sapi, dan tempat air minum. Kandang ini
(calf pens) dapat ditempati sampai anak sapi berumur 4 –6 bulan.
o Kandang kelompok (group pens).
Kandang kelompok atau group pens adalah kandang sapi yang ditempati
lebih dari satu ekor anak sapi, dan banyaknya tergantung dari besarnya
kandang. Setiap kandang sebaiknya diisi 6 – 10 ekor, dan besar kandang
disesuaikan dengan kebutuhan anak sapi per ekornya. Kandang ini umumnya
digunakan untuk anak-anak sapi yang telah disapih (tidak diberikan minum
air susu induknya). Kandang ini dilengkapi dengan tempat makanan
(konsentrat), dan bak makanan harus mencukupi untuk semua anak sapi agar
tidak terjadi persaingan diantara anak-anak sapi, demikian juga tempat air
minumnya.
o Kandang semi-permanen yang dapat dipindah-pindahkan (portable-
pens).
Pada prinsipnya portable pens ini sama dengan individual calf pens, hanya
saja Portable-pens ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dibongkar-pasang dan mudah dipindah-pindahkan. Portable-pens ini dapat
dibuat dari kayu, kawat atau jeruji besi. Kandang ini biasanya ditempatkan di
padang rumput yang terbuka, bersih dan aman. Yang dimaksud bersih disini
adalah baik di dalam kandang maupun halaman kandang harus bebas dari
parasit-parasit, terutama cacing, lalat dan serangga lainnya. Aman yang
dimaksudkan disini adalah bebas dari gangguan sapi-sapi dewasa, sehingga
tidak terjadi perkelahian, dan juga mencegah menularnya penyakit yang
diidap oleh sapi dewasa.

b. Kandang sapi laktasi (sapi dewasa).


Syarat penting yang harus diperhatikan pada kandang sapi laktasi ini adalah
kebersihannya, ventilasi, temperatur ruangan yang optimum, dan kelembabannya
harus sesuai dengan kebutuhan sapi, sehingga dapat menjamin sanitasi air susu yang
dihasilkan. Menurut Ensminger (1971), temperatur optimum untuk kandang sapi
dewasa yang sedang laktasi sama dengan sapi dara yaitu 10 0 C – 150 C, dengan
kisaran temperatur yang masih bisa ditolerir antara 5 0 C - 210 C. Sedangkan kisaran
kelembabannya 50% - 75%, dengan kelembaban optimum 60%. Kebutuhan ventilasi
dasar setiap berat badan 454 kg (1.000 lbs) pada musim dingin adalah sebanyak 2,8
m3/menit, sedangkan pada musim panas sekitar 3,7 m 3/menit. Luas minimum
kandang untuk sapi dara maupun sapi dewasa, perekor adalah 2,7 m 2, untuk yang
berumur 13 –18 bulan dan 4,7 m2, untuk yang berumur 19 – 24 bulan.
Sistim kandang sapi Laktasi atau sapi dewasa ini pada prinsipnya dibedakan
lagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut.

21
 Sistim Kandang Konvensional (Conventional Dairy Barn/ Kandang
Tambat).
Pada umumnya kandang konvensional ini terdiri dari dua macam, sesuai dengan
macam kandang menurut kontruksi lantainya, yaitu one-row-plan (kandang tunggal)
dan two-row-plan, yang dibedakan lagi menjadi dua, yaitu berhadap-hadapkan (head to
head), dan berlawanan (tail to tail). Jika ditinjau dari macam kandang menurut tipenya,
umumnya kandang konvensional ini berbentuk individual. Penempatan sapi pada sistim
kandang ini, antara sapi yang satu dengan sapi yang lainnya, dapat memakai pemisah
yang terbuat dari pipa besi, dinding tembok atau tidak memakai batas sama sekali,
tetapi kelengkapan peralatannya harus disediakan tersendiri pada masing-masing sapi,
dan sangat perlu dijaga keamanannya agar sapi-sapi tersebut tidak saling mengganggu.
Ukuran kandang konvensional ini berkisar 10 – 11 meter (lebar), dan 24 –30 meter
(panjang), dengan kontruksi lantai two-row-plan, sesuai anjuran Coletti (1966). Sistem
kandang ini, selain memudahkan dalam pemeliharaannya juga dapat mempermudah
dalam pengawasan, dan lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerjanya. Sistim
kandang kovensional dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yang ukuran
kandangnya berbeda-beda tergantung dengan bangsa sapi yang dipelihara yaitu sebagai
berikut.

1. Stanchion Stalls.
Pada sistim ini, leher sapi dimasukkan ke dalam “jeruji” yang terbuat dari pipa besi
yang kuat (seperti pada ternak kambing yang disebut dengan “Heck Sistem”). Sistem
ini dapat dibuat tersendiri untuk masing-masing sapi ataupun dibuat satu sekaligus
untuk keseluruhan sapi. Pada sistem ini sapi-sapi kurang dapat bergerak dengan
bebas, tetapi ditinjau dari segi kebersihan, sistem ini lebih menguntungkan yaitu sapi
tidak terkena kotorannya sendiri, karena sapi-sapi tersebut tidak dapat berbaring
secara leluasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Stanchion Stalls

22
2. Tie Stalls.
Pada sistem ini, leher sapi diikat dengan rantai besi atau dengan tali yang kuat,
kemudian ditambatkan pada pipa besi atau ring yang dibuat khusus di bagian dalam
bak makanan (Gambar 2.6). Kebanyakan peternak lebih menyukai sistem ini, karena
selain biayanya lebih murah, juga kenyamanan bagi sapi-sapi yang dipelihara lebih
terjamin karena sapi-sapi masih lebih bisa bergerak dengan leluasa dibandingkan
dengan sapi-sapi yang dipelihara dengan sistem kandang Stanchion Stalls.

Gambar 2.6. Tie Stalls

3. Comfort Stalls.
Pada sistem ini sapi-sapi hanya dibariskan sampai batas maximal sepanjang kandang,
atau pada masing-masing tempat secara individu. Sapi-sapi tersebut tidak diikat,
tetapi di atas bagian pinggulnya (5 – 7,5 cm) dipasang kabel listrik yang bertegangan
rendah. Apabila sapi akan bergerak ke kanan atau ke kiri, badan sapi akan terkena
aliran listrik, sehingga sapi akan diam. Kebaikan sistem kandang ini adalah sapi tetap
dalam keadaan bersih, sehingga menghemat tenaga kerja yang membersihkan sapi.
Kelemahannya adalah sapi agak stress karena ruang geraknya dibatasi. Selain itu,
biaya yang dibutuhkan untuk membuat aliran listrik cukup mahal.

 Sistim Kandang Bebas (Loose Housing System).


Pada sistem kandang, semua sapi dilepas di dalam kandang yang luas, sehingga sapi-
sapi dapat bergerak bebas dan berkeliaran (Gambar 2.7). Dengan sistem kandang ini,
biaya dapat lebih murah, sedikit membutuhkan tenaga kerja, dan cocok untuk usaha
peternakan yang besar.
Pada sistem kandang ini, bak makanan biasanya diletakkan di tengah-tengah
atau di pinggir sepanjang kandang. Sistem kandang ini hanya terdapat di negara-
negara maju dan jarang sekali terdapat di Indonesia. Sistim ini memerlukan tanah yang
cukup luas, dan akan efisien bila pemerahan dilakukan dengan menggunakan mesin
perah. Kandang dengan sistem ini untuk per ekor sapi memerlukan sekitar 4,65 m 2
(Foley, 1973).

23
Gambar 2.7. Loose Housing

Tabel 19. Ukuran Kandang Sistem Konvensional.

Berat Lingkar T i p e k a n d a n g
No badan dada Stanchion Stall Comfort Stall Tie Stall
sapi (cm) Lebar Panjang Lebar Panjang Lebar Panjang
(kg) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)

1 350 162,5 105 130 115 140 120 145


2 450 175 115 140 120 150 130 155
3 550 187,5 120 150 130 160 135 165
4 650 197,5 130 160 135 170 145 175
5 750 210 135 170 142 180 150 185
Sumber: Coletti (1966), Hanbook for Dairymen

 Free Stall Sistem.


Sistem ini sistim kandang bebas (Loose Housing System) yang dilengkapi dengan
sekat-sekat pemisah di bagian pinggir kandang, sehingga menyerupai sistem kandang
“Individual Stall”. Sapi-sapi mempunyai tempat peristirahatan secara individu. Jadi
“Free Stall Sistem” ini merupakan modifikasi dari “ Loose Housing System”.

Sistem kandang yang dipilih, biasanya tergantung dari keadaan daerah, iklim, luas
tanah yang tersedia, jumlah ternak yang dipelihara, sistem pemerahan, kesukaan atau
kesenangan peternak.

2.11 Ringkasan
Prinsip pemeliharaan sapi perah, adalah masing-masing status fisiologi mempunyai
penekanan-penekanan yang berbeda. Sistem pemeliharaan sapi perah dapat dibedakan
berdasarkan pemeliharaan pedet, sapi dara, bunting, laktasi, kering dan pejantan. Pemeliharaan
sapi perah sangat membutuhkan ketelatenan, perhatian, dan ketrampilan yang khusus, serta
pengetahuan dan ketekunan yang tinggi.
Pemeliharaan pedet memerlukan perhatian lebih serius terutama dalam hal: penanganan
pedet baru lahir, pemberian susu, pemisahan pedet dari induknya, pemberian pakan baik
konsentrat maupun hijauan, pemberian antibiotika, air minum, identifikasi, pemotongan

24
tanduk, kastrasi, menghilangkan kelebihan puting susu dan kesehatan. Pemeliharaan sapi dara,
hal penting harus diperhatikan adalah perkembangan berat badannya agar sesuai dengan
umurnya, terutama sapi dara yang akan dipakai sebagai ternak pengganti (replacement). Untuk
mencapai target di atas, pemberian ransum yang seimbang sesuai dengan kebutuhan sapi dara
harus terpenuhi, baik secara kuantitas maupun kualitas. Sapi dara merupakan penentu
keberhasilan suatu perusahaan sapi perah, karena sapi dara merupakan persiapan untuk
menghasilkan ternak pengganti. Sebagai calon penghasil susu, hal yang perlu dipahami oleh
peternak adalah produksi susu pada laktasi pertama merupakan hal yang sangat potensial,
karena merupakan cerminan produksi susu pada masa laktasi selanjutnya atau produksi susu di
masa yang akan datang.
Setelah sapi berproduksi (laktasi), hal-hal yang harus diperhatikan adalah kebersihan
kandang, dan kebersihan sapinya sendiri, karena hal ini memegang peranan penting dalam
meningkatkan kualitas susu. Pada saat tertentu (2 bulan sebelum melahirkan) sapi harus
dikeringkan untuk persiapan priode laktasi berikutnya, dan persiapan perkembangan foetus
yang dikandungnya.
Sedangkan dalam pemeliharaan pejantan hal yang harus dipertimbangkan adalah
pemilihan bibit unggul yang sudah teruji kualitas genetiknya melalui “tes progeny dan
phenotype”. Pemberian exercise kepada pejantan secara rutin sangat penting untuk
meningkatkan staminanya agar tubuhnya sehat serta memiliki kaki yang kuat dan kuku yang
baik. Pemeliharaan kuku ini penting untuk menjaga agar posisi kaki menjadi simetris.
Pemotongan tanduk dan pemasangan cicin hidung sangat penting pada pejantan agar pejantan
tidak membahayakan peternak dan mudah melatihnya. Pemberian makanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan mengatur perkawinan pejantan sangat penting dilakukan untuk
memperoleh keturunan sebagai “replacement” yang berkualitas untuk kelangsungan suatu
perusahaan sapi perah. Untuk meningkatkan pendapatan perusahaan sapi perah, penanganan
sapi jantan yang tidak digunakan sebagai pejantan perlu ditangani sebagai penghasil daging.

2.12 Soal Latihan

25

Anda mungkin juga menyukai