BAB III
KANDANG DAN PERALATANNYA
15
Pengaturan tata letak di bagian dalam maupun bagian luar kandang, serta luas ruangan
yang dibutuhkan oleh setiap ekor sapi perah disesuaikan dengan kondisi masing-masing
sapi yang dipelihara.
Pengaturan bangunan yang bertujuan agar kandang mudah dibersihkan, mudah dalam
pembuangan kotoran, mudah dalam pemberian makanan dan air minum.
Apabila akan mempergunakan peralatan, maka kandang harus cukup luas, sehingga
penggunaan peralatan tersebut lebih leluasa. Dengan demikian, pekerjaan rutin dapat
dilakukan dengan mudah, aman dan efisien.
Perencanaan kandang harus sesuai dengan metode pemerahan yang akan digunakan pada
saat sekarang dan perkembangan selanjutnya, sehingga apabila ada perubahan di masa
yang akan datang atau terjadi penambahan unit pemerahan, tidak terlalu banyak mengubah
kandang tersebut, dan hal ini akan dapat menekan pemborosan biaya kandang.
5. Lokasi.
Lokasi yang dipilih hendaknya di daerah yang lebih tinggi dari sekitarnya, mudah diawasi,
cukup sumber air, drainase tanah di sekitarnya cukup baik, dan mudah untuk membuang
kotoran, serta memungkinkan tersedianya segala fasilitas yang di butuhkan, sehingga dapat
menekan biaya produksi.
Tata Letak Kandang. Tata letak kandang sangat penting diperhatikan untuk efisiensi
managemen pengelolaan kegiatan sehari-hari di dalam kandang. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Kandang sapi perah harus dibangun di daerah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Hal ini
diperlukan untuk menjaga drainase di sekitar kandang, dan ini erat hubungannya dengan
kesehatan sapi perah itu sendiri. Daerah yang cocok untuk kandang adalah yang tidak
memiliki iklim dan kondisi tanah yang ekstrim.
2. Kandang harus dibangun dekat dengan sumber air bersih, karena sapi perah memerlukan
air cukup banyak untuk air minum, memandikan sapi dan membersihkan kandang serta
peralatannya.
16
3. Kandang harus dekat dengan sumber hijauan makanan ternak, untuk menekan biaya
transportasi.
4. Transportasi lancar, baik yang menuju ke daerah pemasaran, pengadaan sarana maupun ke
daerah penanganan hasil limbah sapi perah.
5. Kandang harus dekat dengan karyawan, karena dengan demikian karyawan akan dapat
memberikan perhatian yang lebih intensif terhadap sapi yang dipelihara, terutama pada
masa perkawinan, kelahiran dan penanganan pedet.
6. Areal kandang harus cukup luas untuk memungkinkan perluasan kota, sehingga tidak
mengganggu pemukiman, dan untuk menjaga kemungkinan adanya penularan penyakit
dari sapi ke manusia dan sebaliknya.
7. Kandang tidak boleh dekat dengan jalan umum atau jalan kereta api, karena akan
mengakibatkan sapi-sapi menjadi stress dan perluang kena penyakit lebih besar.
17
mudah dibersihkan, memenuhi persyaratan kenyamanan dan kesehatan sapi perah serta
disesuaikan dengan kondisi daerah tempat kita mendirikan kandang.
6. Kapasitas muat/ukuran kandang.
Luas kandang harus disesuaikan dengan umur dan kondisi sapi. Hal ini perlu diperhatikan,
karena selain dapat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan, dapat pula
mempengaruhi kenyamanan dan ketenangan bekerja bagi karyawan, sehingga efisiensi
usaha yang optimal dapat dicapai.
7. Bagi perusahaan yang memiliki sapi pejantan, pejantan harus di buatkan kontruksi kandang
yang lebih kuat dibandingkan dengan sapi betina, karena sapi penjantan mempunyai
tempramen yang lebih agresif.
Bangunan Kandang Sapi Perah. Suatu kenyataan bahwa setiap perusahaan sapi
perah mempunyai bangunan kandang yang berbeda-beda baik bentuk, ukuran maupuin
jumlahnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
1. Jumlah sapi yang dipelihara.
Semakin banyak sapi yang dipelihara, maka bangunan kandang dan areal yang dibutuhkan
semakin besar dan luas pula.
2. Bangsa sapi atau besar sapi yang dipelihara.
Bangsa sapi perah bermacam-macam, dan masing-masing mempunyai ukuran tubuh yang
berbeda-beda sesuai dengan breednya. Kandang yang dibutuhkan oleh perusahaan yang
memelihara sapi FH akan lebih luas dibandingkan dengan perusahaan yang memelihara
sapi perah Jersey.
3. Ternak Pengganti (Replacement Stock).
Perusahaan yang memelihara sendiri replacement stock akan membutuhkan kandang yang
lebih luas dari pada perusahaan yang membeli replacement stock.
4. Sistem perkawinan yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang memelihara sapi pejantan sendiri dalam suatu sistem perkawinannya,
maka akan memerlukan kandang yang kebih luas dari pada perusahaan yang memakai
sistem perkawinan dengan teknik IB.
5. Pengelolaan sapi-sapi jantan.
Apabila sapi-sapi jantan dijual pada umur yang masih muda, maka kandang yang
dibutuhkan lebih sempit dibandingkan dengan yang dipelihara sampai umur dewasa atau
sampai umur potong.
6. Besarnya usaha peternakan.
Hal ini berhubungan dengan jangkauan daerah pemasaran produk yang dihasilkan.
Semakin besar usaha peternakan atau semakin luas daerah pemasaran, maka kandang yang
dibutuhkan untuk penyimpanan produk baik dalam waktu sementara maupun dalam jangka
waktu cukup lama akan lebih besar.
7. Fasilitas penampungan hasil produksi.
Perusahaan yang menginginkan atau bertujuan menampung produk susunya dalam waktu
yang relatif cukup lama, disamping penampungan untuk sementara waktu (dipasarkan
langsung), memerlukan fasilitas penampungan yang lebih lengkap untuk mempertahankan
kualitas susu yang dihasilkan. Penempatan fasilitas tersebut memerlukan tempat/kandang
yang lebih luas.
8. Milik sendiri atau milik orang lain dan luas tanah yang tersedia.
Apabila perusahaan yang dikelola milik sendiri, maka luas kandang yang diperlukan relatif
lebih luas dari perusahaan yang dikelola oleh bukan pemiliknya atau orang lain. Ini
berhubungan dengan keleluasaan ternak sapi yang dipelihara. Kandang yang luas dapat
mengurangi stres, yang erat sekali hubungannya dengan produksi susu yang dihasilkan,
apalagi jika areal masih cukup tersedia dan sebaliknya.
18
Dengan alasan diatas, maka kebutuhan bangunan yang khusus bagi sapi perah akan
berbeda sesuai dengan keadaan daerah dan kondisi perusahaan masing-masing, tetapi secara
keseluruhan type dan besar bangunannya hampir sama.
Di Indonesia pada umumnya keadaan kandang-kandang sapi perah, terutama yang di
jumpai pada peternakan rakyat (peternakan kecil), masih sangat sederhana, yaitu dibuat dari
bahan-bahan yang mudah rusak atau tidak tahan lama, berlantai tanah atau tanah yang diberi
jerami. Letaknya dekat dengan rumah atau menempel pada rumah, bahkan yang lebih parah
lagi masih dijumpai kandang yang berada dalam rumah, terutama di daerah Jawa Tengah.
Keadaan ini ditinjau dari segi kesehatan dan kenyamanan bagi ternak dan peternaknya masih
jauh dari persyaratan perkandangan yang berlaku di Indonesia.
Pada hakekatnya, ketentuan diatas bertujuan untuk mempertahankan kualitas susu yang
dihasilkan, menjamin kenyamanan dan ketenangan peternak atau karyawan, sehingga efisiensi
usaha yang optimal dapat tercapai.
b. Kandang Kelompok.
o Pada tipe kandang kelompok ini biasanya terdiri dari 20 – 30 ekor per kelompok,
dan pemerahan dilakukan di tempat khusus untuk memerah.
19
o Sistim ini banyak dipakai oleh peternak besar, karena secara keseluruhan dapat
mengurangi luas kandang yang dibutuhkan, serta dapat menekan biaya tenaga
kerja.
o Tempat makan dan minum disediakan untuk masing-masing grup atau kelompok
ternak, sedangkan pemberian konsentrat dapat juga dilakukan pada waktu
pemerahan.
o Pada umumnya, di kandang kelompok ini disediakan juga bagian kandang yang
terbuka untuk tempat sapi berjemur.
Untuk kedua tipe kandang diatas, lantai diusahakan tidak licin dan kemiringannya
diatur agar air tidak sampai tergenang di lantai, tetapi dapat mengalir dengan sendirinya ke
parit pembuangan limbah yang disediakan, tanpa bantuan peternaknya.
a. Kandang Tradisional.
Kandang tradisional adalah kandang yang sangat sederhana yang biasanya
digunakan oleh peternak yang berskala kecil. Bahan atap yang biasa digunakan
adalah alang-alang, rumbia, seng atau plastik bekas dan kadang-kadang genting,
serta ditopang dengan kayu berkualitas rendah. Dindingnya biasanya karton bekas
ataupun anyaman bambu bekas dengan lantai tanah, serta sanitasi dan higiene
kandangnya sangat buruk.
a. Kandang Semi Modern.
Kandang semi modern ini biasanya beratap minimal genting, dinding beton atau
kayu yang berkualitas baik dengan lantai dari batu serta tiang dari kayu yang
berkualitas cukup baik. Sanitasi dan higienenya lebih baik dibandingkan dengan
kandang tradisional.
b. Kandang Modern.
Kandang modern ini biasanya ditemukan pada perusahaan dalam skala besar.
Bahan kandang semuanya berkualitas baik, atapnya minimal genting yang
berkualitas baik, dindingnya dari tembok, tiang dari besi dan lantai dari batu atau
beton. Sanitasi dan higienenya sangat baik.
20
Yang dimaksud dengan kandang individu atau individual pens adalah
kandang pedet yang ditempati oleh satu ekor pedet. Kandang ini biasanya
menampung anak sapi yang baru dipisah dari induknya sampai anak sapi
tersebut berumur 8 – 10 minggu. Dengan menggunakan sistem kandang ini,
anak-anak sapi tidak saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan ini
sangat menguntungkan, karena dapat mencegah menularnya penyakit apabila
salah satu anak sapi yang dipelihara menderita suatu penyakit. Calf pens
berukuran 1,20 m X 1,40 m, untuk setiap anak sapi perah. Menurut Arora
(1975), luas setiap calf pens adalah 3,2 m2 dan dilengkapi dengan bak
makanan, kotak/box untuk anak sapi, dan tempat air minum. Kandang ini
(calf pens) dapat ditempati sampai anak sapi berumur 4 –6 bulan.
o Kandang kelompok (group pens).
Kandang kelompok atau group pens adalah kandang sapi yang ditempati
lebih dari satu ekor anak sapi, dan banyaknya tergantung dari besarnya
kandang. Setiap kandang sebaiknya diisi 6 – 10 ekor, dan besar kandang
disesuaikan dengan kebutuhan anak sapi per ekornya. Kandang ini umumnya
digunakan untuk anak-anak sapi yang telah disapih (tidak diberikan minum
air susu induknya). Kandang ini dilengkapi dengan tempat makanan
(konsentrat), dan bak makanan harus mencukupi untuk semua anak sapi agar
tidak terjadi persaingan diantara anak-anak sapi, demikian juga tempat air
minumnya.
o Kandang semi-permanen yang dapat dipindah-pindahkan (portable-
pens).
Pada prinsipnya portable pens ini sama dengan individual calf pens, hanya
saja Portable-pens ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dibongkar-pasang dan mudah dipindah-pindahkan. Portable-pens ini dapat
dibuat dari kayu, kawat atau jeruji besi. Kandang ini biasanya ditempatkan di
padang rumput yang terbuka, bersih dan aman. Yang dimaksud bersih disini
adalah baik di dalam kandang maupun halaman kandang harus bebas dari
parasit-parasit, terutama cacing, lalat dan serangga lainnya. Aman yang
dimaksudkan disini adalah bebas dari gangguan sapi-sapi dewasa, sehingga
tidak terjadi perkelahian, dan juga mencegah menularnya penyakit yang
diidap oleh sapi dewasa.
21
Sistim Kandang Konvensional (Conventional Dairy Barn/ Kandang
Tambat).
Pada umumnya kandang konvensional ini terdiri dari dua macam, sesuai dengan
macam kandang menurut kontruksi lantainya, yaitu one-row-plan (kandang tunggal)
dan two-row-plan, yang dibedakan lagi menjadi dua, yaitu berhadap-hadapkan (head to
head), dan berlawanan (tail to tail). Jika ditinjau dari macam kandang menurut tipenya,
umumnya kandang konvensional ini berbentuk individual. Penempatan sapi pada sistim
kandang ini, antara sapi yang satu dengan sapi yang lainnya, dapat memakai pemisah
yang terbuat dari pipa besi, dinding tembok atau tidak memakai batas sama sekali,
tetapi kelengkapan peralatannya harus disediakan tersendiri pada masing-masing sapi,
dan sangat perlu dijaga keamanannya agar sapi-sapi tersebut tidak saling mengganggu.
Ukuran kandang konvensional ini berkisar 10 – 11 meter (lebar), dan 24 –30 meter
(panjang), dengan kontruksi lantai two-row-plan, sesuai anjuran Coletti (1966). Sistem
kandang ini, selain memudahkan dalam pemeliharaannya juga dapat mempermudah
dalam pengawasan, dan lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerjanya. Sistim
kandang kovensional dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yang ukuran
kandangnya berbeda-beda tergantung dengan bangsa sapi yang dipelihara yaitu sebagai
berikut.
1. Stanchion Stalls.
Pada sistim ini, leher sapi dimasukkan ke dalam “jeruji” yang terbuat dari pipa besi
yang kuat (seperti pada ternak kambing yang disebut dengan “Heck Sistem”). Sistem
ini dapat dibuat tersendiri untuk masing-masing sapi ataupun dibuat satu sekaligus
untuk keseluruhan sapi. Pada sistem ini sapi-sapi kurang dapat bergerak dengan
bebas, tetapi ditinjau dari segi kebersihan, sistem ini lebih menguntungkan yaitu sapi
tidak terkena kotorannya sendiri, karena sapi-sapi tersebut tidak dapat berbaring
secara leluasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.5.
22
2. Tie Stalls.
Pada sistem ini, leher sapi diikat dengan rantai besi atau dengan tali yang kuat,
kemudian ditambatkan pada pipa besi atau ring yang dibuat khusus di bagian dalam
bak makanan (Gambar 2.6). Kebanyakan peternak lebih menyukai sistem ini, karena
selain biayanya lebih murah, juga kenyamanan bagi sapi-sapi yang dipelihara lebih
terjamin karena sapi-sapi masih lebih bisa bergerak dengan leluasa dibandingkan
dengan sapi-sapi yang dipelihara dengan sistem kandang Stanchion Stalls.
3. Comfort Stalls.
Pada sistem ini sapi-sapi hanya dibariskan sampai batas maximal sepanjang kandang,
atau pada masing-masing tempat secara individu. Sapi-sapi tersebut tidak diikat,
tetapi di atas bagian pinggulnya (5 – 7,5 cm) dipasang kabel listrik yang bertegangan
rendah. Apabila sapi akan bergerak ke kanan atau ke kiri, badan sapi akan terkena
aliran listrik, sehingga sapi akan diam. Kebaikan sistem kandang ini adalah sapi tetap
dalam keadaan bersih, sehingga menghemat tenaga kerja yang membersihkan sapi.
Kelemahannya adalah sapi agak stress karena ruang geraknya dibatasi. Selain itu,
biaya yang dibutuhkan untuk membuat aliran listrik cukup mahal.
23
Gambar 2.7. Loose Housing
Berat Lingkar T i p e k a n d a n g
No badan dada Stanchion Stall Comfort Stall Tie Stall
sapi (cm) Lebar Panjang Lebar Panjang Lebar Panjang
(kg) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Sistem kandang yang dipilih, biasanya tergantung dari keadaan daerah, iklim, luas
tanah yang tersedia, jumlah ternak yang dipelihara, sistem pemerahan, kesukaan atau
kesenangan peternak.
2.11 Ringkasan
Prinsip pemeliharaan sapi perah, adalah masing-masing status fisiologi mempunyai
penekanan-penekanan yang berbeda. Sistem pemeliharaan sapi perah dapat dibedakan
berdasarkan pemeliharaan pedet, sapi dara, bunting, laktasi, kering dan pejantan. Pemeliharaan
sapi perah sangat membutuhkan ketelatenan, perhatian, dan ketrampilan yang khusus, serta
pengetahuan dan ketekunan yang tinggi.
Pemeliharaan pedet memerlukan perhatian lebih serius terutama dalam hal: penanganan
pedet baru lahir, pemberian susu, pemisahan pedet dari induknya, pemberian pakan baik
konsentrat maupun hijauan, pemberian antibiotika, air minum, identifikasi, pemotongan
24
tanduk, kastrasi, menghilangkan kelebihan puting susu dan kesehatan. Pemeliharaan sapi dara,
hal penting harus diperhatikan adalah perkembangan berat badannya agar sesuai dengan
umurnya, terutama sapi dara yang akan dipakai sebagai ternak pengganti (replacement). Untuk
mencapai target di atas, pemberian ransum yang seimbang sesuai dengan kebutuhan sapi dara
harus terpenuhi, baik secara kuantitas maupun kualitas. Sapi dara merupakan penentu
keberhasilan suatu perusahaan sapi perah, karena sapi dara merupakan persiapan untuk
menghasilkan ternak pengganti. Sebagai calon penghasil susu, hal yang perlu dipahami oleh
peternak adalah produksi susu pada laktasi pertama merupakan hal yang sangat potensial,
karena merupakan cerminan produksi susu pada masa laktasi selanjutnya atau produksi susu di
masa yang akan datang.
Setelah sapi berproduksi (laktasi), hal-hal yang harus diperhatikan adalah kebersihan
kandang, dan kebersihan sapinya sendiri, karena hal ini memegang peranan penting dalam
meningkatkan kualitas susu. Pada saat tertentu (2 bulan sebelum melahirkan) sapi harus
dikeringkan untuk persiapan priode laktasi berikutnya, dan persiapan perkembangan foetus
yang dikandungnya.
Sedangkan dalam pemeliharaan pejantan hal yang harus dipertimbangkan adalah
pemilihan bibit unggul yang sudah teruji kualitas genetiknya melalui “tes progeny dan
phenotype”. Pemberian exercise kepada pejantan secara rutin sangat penting untuk
meningkatkan staminanya agar tubuhnya sehat serta memiliki kaki yang kuat dan kuku yang
baik. Pemeliharaan kuku ini penting untuk menjaga agar posisi kaki menjadi simetris.
Pemotongan tanduk dan pemasangan cicin hidung sangat penting pada pejantan agar pejantan
tidak membahayakan peternak dan mudah melatihnya. Pemberian makanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan mengatur perkawinan pejantan sangat penting dilakukan untuk
memperoleh keturunan sebagai “replacement” yang berkualitas untuk kelangsungan suatu
perusahaan sapi perah. Untuk meningkatkan pendapatan perusahaan sapi perah, penanganan
sapi jantan yang tidak digunakan sebagai pejantan perlu ditangani sebagai penghasil daging.
25