Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo

Artiodactyla disebut juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa

Latin "ruminare" yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga

dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia

umumnya herbivora atau pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya

adalah selulose, hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan

sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak atau

polygastric animal, karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan

abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna

serat kasar, sehingga karena pentingnya rumen dalam proses pencernaan

ruminansia, maka timbul pelajaran khusus yang disebut ruminologi.

Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami

bahan makanan selama berada dalam alat pencernaan. Proses pencernaan makanan

pada ternak ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan proses pencernaan

pada jenis ternak lainnya. Perut ternak ruminansia dibagi menjadi empat bagian

yaitu retikulum (perut jala), rumen (perut handuk), omasum (perut kitab) dan

abomasum (perut sejati). Dalam studi fisiologi ternak ruminansia, rumen dan

retikulum sering dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen.

Omasum disebut sebagai perut kitab karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar

100 lembar (Mindelwill, 2006).

1
2

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui struktur anatomi meliputi bentuk dan inervasi dari

lambung kompleks.

2. Untuk mengetahui letak dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum

pada ruminansia.

3. Untuk menegtahui fungsi dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum

pada ruminansia.

1.3 Manfaat

1. Sebagai materi dasar anatomi untuk menunjang materi kuliah lainnya di

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

2. Melalui praktikum ini, mahasiswa lebih mampu memahami materi kuliah

Anatomi Veteriner II.


BAB II

MATERI DAN METODE

2.1 Materi

Alat yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Alat bedah, berupa scalpel dan pinset.

Alat sanitasi pribadi, berupa sarung tangan (gloves) dan masker.

Boks kontainer, sebagai tempat penyimpanan organ.

Bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Organ lambung sapi yang dibeli di Rumah Potong Hewan.

Formalin, digunakan untuk mengawetkan organ.

2.2 Metode

Mahasiswa melakukan praktikum anatomi dengan didampingi oleh asisten

praktikum. Setiap kelompok membedah dan menguraikan komponen cadaver

dengan peralatan bedah sendiri. Mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok

mengenai materi yang dipelajari dan diskusi dengan kelompok lain juga dilakukan.

Praktikum dibantu oleh dosen dan asisten dosen.

3
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Lambung Kompleks

Lambung pada ruminansia sangat besar, diperkirakan sekitar dari rongga

isi perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan

sementara yang akan dimahmah kembali. Selain itu, pada lambung ruminansia juga

terjadi proses pembusukan dan peragian.

Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum,

omasum, dan abomasum. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat

otot sfinkter berkontraksi.

a
c

Gambar 3.1 Lambung Ruminansia (Sumber: Dokumen Pribadi)

Keterangan: (a) Rumen (b) Retikulum (c) Omasum

4
5

f
e
k
l
b
g h
a m
i
c
j

Gambar 3.2 Lambung Ruminansia (Sumber: Atlas Neuro-Angiologi dan

Organologi Kambing FKH IPB, 2009)

Keterangan: (a) Rumen, (b) Retikulum, (c) Omasum, (d) Abomasum, (e) Lien,

(f) Esophagus, (g) Atrium ruminis, (h) Sulcus longitudinalis sinistra, (i) Sulcus

cranialis, (j) Saccus ventralis, (k) Saccus dorsalis, (l) Saccus caecus caudodorsal,

(m) Saccus caecus caudoventral

Makanan dari kerongkongan akan masuk ke rumen yang berfungsi sebagai

gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan

protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan

oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke

retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan

yang lebih halus (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk

dimahmah kedua kali.


6

Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum.

Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur

dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut

sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi

oleh enzim.

3.2 Rumen

Rumen merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia.

Pada rumen terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik.

Pencernaan fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan

terutama pakan dengan kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi.

Sedangkan pencernaan hidrokitik membutuhkan bantuan enzim dalam mencerna

pakan. Ternak ruminansia besar seperti sapi potong dan sapi perah dapat

memanfaatkan pakan dengan kandungan nutrisi yang sangat rendah, akan tetapi

boros dalam penggunaan energi.

Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang

tinggi dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga

abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal

tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae.

Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Pada

retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian

tersebut terdapat bermilyaran mikroba.


7

Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.

Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan

fungi (Czerkawski, 1968).

Gambar 3.3 Rumen (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

f
a
e
d
b

Gambar 3.4 Rumen (Sumber: Atlas Neuro-Angiologi dan Organologi Kambing

FKH IPB, 2009).

Keterangan: (a) Pila coronarius dorsalis, (b) Pila longitudinalis dextra et sinistra,
8

(c) Papila ruminis, (d) Pila cranialis, (e) Atrium ruminis, (f) Ostium rumino-

reticularis

3.2.1 Struktur Anatomi

- Terdapat tonjolan-tonjolan kecil yang disebut dengan papila.

- Menempati dari pertengahan rongga perut bagian kiri memanjang ke

belakang sampai tulang pinggul atau pelvis dan kedepan menempel pada

diafragma sekat rongga dada.

- Terdiri 4 kantong (saccus) yaitu ventral saccus, dorsal saccus, cranial

saccus dan caudal saccus yang dibagi lagi menjadi dua yaitu dorso-caudal

saccus dan ventro-caudal saccus.

- Terbagi menjadi 4 zona:

Zona gas, yaitu bagian yang paling atas. Pada bagian ini terdapat

gas-gas CO2, CH4, H2, H2S, N2, O2. Pada bagian zona gas, besar

kecilnya ukuran dipengaruhi oleh jenis pakan (hasil fermentasinya)

yang gasnya dikeluarkan lewat kardia dengan proses eruktasi.

Zona apung (pad zone), yaitu bagian dari rongga rumen yang berisi

fiber (serat) yaitu suatu ingesta yang terbentuk dari serat makanan

yang dikonsumsi. Pada bagian ini juga terdapat polasi

mikroorganisme terutama yang mencerna serat seperti kapang dan

bakteri selulotik.

Zona cairan (intermediate zone), yaitu rongga dari rumen yang berisi

cairan. Bagian ini adalah bagian yang paling besar dibandingkan

dengan zona yang lainnya, disamping itu juga terdapat populasi

mikroorganisme yang paling banyak.


9

Zona endapan (high density zone) : ingesta tidak dapat dicerna dan

benda-benda asing.

3.2.2 Fungsi

- Tempat fermentasi oleh mikroba rumen.

- Tempat terjadinya proses absorbsi dari hasil akhir fermentasi (VFA).

- Proses pencampuran dari ingesta (bahan makanan yang telah dicerna).

- Menyimpan bahan makanan untuk kemudian difermentasi.

3.3 Retikulum

Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach.

Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi

rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara

keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu

hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur. Retikulum juga

berpapila dan bentuknya lebih spesifik (seragam) yang berbentuk segienam seperti

sarang lebah.

Gambar 3.5 Retikulum (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


10

Gambar 3.6 Retikulum (Sumber: Atlas Neuro-Angiologi dan

Organologi Kambing FKH IPB, 2009).

Keterangan: (a) Cellulae reticuli, (b) Sulcus reticulis

3.3.1 Struktur Anatomi

- Secara fisik tidak terpisahkan dari rumen, diantara rumen dan

retikulum dihubungan dengan saluran yang disebut dengan reticulo-

ruminal fold.

- Terdapat lipatan-lipatan esofagus yang merupakan lipatan jaringan

yg langsung dr esofagus ke omasum.

- Papilanya berbentuk seperti sarang laba-laba (honey comb).

3.3.2 Fungsi:

- Membantu dalam proses ruminasi terutama pada proses regurgitasi.


11

- Merupakan lokasi untuk mencerna pakan yang belum sempat

dicerna di rumen.

- Mengatur arus bahan pakan dan materi pakan/ingesta dari retikulo

rumen ke lubang retikulo omasum.

- Absorpsi hasil fermentasi seperti VFA yang belum sempat

diabsorbsi di rumen

- Tempat berkumpulnya benda-benda asing

3.4 Omasum

Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya

berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan

abomasums terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice.

Omasum merupaka suatu organ seferis yang terisi oleh lamina muskuler

yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membrana mukosa yang menutupi

lamina, ditebari dengan papila yang pendek dan tumpul yang akan menggiling

hijauan atau serat - serat sebelum masuk ke abomasum (perut sejati). Omasum

letaknya disebelah kanan rumen dan retikulum persis pada posisi kaudal hati.

Omasum domba dan kambing jauh lebih kecil dibandingkan omasum sapi dalam

keadaan normal tidak menyentuh dinding abdominal ruminansia kecil itu.

Omasum hampir terisi penuh oleh lamina dengan papila yang meruncing

yang tersusun sedemikian rupa sehingga makanan digerakkan dari orifisium

retikulo-omosal, di antara laminae, dan menuju ke orifisium omaso-abdomosal.

Setiap laminae mengandung tiga lapis otot, termasuk suatu lapis sentral yang
12

berhubungan dengan dinding otot dari omasum, serta suatu lapis mukosa

muskularis yang terletak pada tiap sisi dari otot sentral.

Gambar 3.7 Omasum

c
b

Gambar 3.8 Omasum (Sumber: Atlas Neuro-Angiologi dan Organologi

Kambing FKH IPB, 2009).


13

Keterangan: (a) Lamina omasi, (b) Ostium omaso-abomasale, (c) Ostium

reticulo-omasi, (d) Sulcus omasi

3.4.1 Struktur Anatomi

- Letak : sebelah kanan garis median (disebelah rusuk 7-11)

- Berbentuk ellips

- Permukaan dalam berbentuk laminae sehingga disebut perut buku

- Pada lamina terdapat papila untuk absorpsi

- Pada pertautan antara omasum dan abomasum terdapat suatu susunan

lipatan membrana mukosa yang disebut vela terminalia

3.4.2 Fungsi

- Mengatur arus ingesta ke abomasum lewat lubang yang terletan di

antara omasum dan abomasum yang disebut dengan omasal-abmasal

orifice.

- Omasum juga mencerna ingesta sehingga ingesta yang ada dalam

omasum seolah-olah tergilas di lamina.

- Omasum juga merupakan tempat absorbsi produk akhir fermentasi

seperti air sehingga jika omasum dibuka banyak terdapat ingesta

kering.

3.5 Abomasum

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal

orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum.

Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak

dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka
14

abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh

mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim

yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel

parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.

Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.

Gambar 3.9 Abomasum (Sumber: Siti Chuzaemi, 2008)

b
15

Gambar 3.10 Abomasum (Sumber: Atlas Neuro-Angiologi dan

Organologi Kambing FKH IPB, 2009).

Keterangan: (a) Pylorus, (b) Plica spiralis

3.5.1 Struktur Anatomi

- Letak : dasar perut (kanan bawah)

- Bentuk : memanjang

- Bagian dalam terdapat tonjolan yang berfungsi untuk absorbsi

- Terdiri 3 bagian:

Kardia : sekresi mukus

Fundus: pepsinogen, renin, HCl, mukus

Pilorus : sekresi mukus

3.5.2 Fungsi

- Tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati).

- Mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum,

omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur

dan makanan alamiahnya.Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%,

dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat

otot sfinkter berkontraksi. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida,

dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan

jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan

di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih

kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk

dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk

diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi

enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke

abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan ditempat ini masih terjadi proses

pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Yang membedakannya dengan

sistem pencernaan non-ruminansia adalah pada jumlah lambungnya, non-

ruminansia hanya mempunyai 1 lambung, sedangkan ruminansia mempunyai

lambung yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing mempunyai fungsi

spesifiik masing-masing

4.2 Saran

16
17

Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini,

semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Ana AS, Retno IP, Widiyanto. 2015. Perlindungan Protein Menggunakan Tanin

dan Saponin Terhadap Daya Fermentasi Rumen dan Sintesis Protein

Mikrob. Jurnal. Universitas Diponegoro. Semarang.

Fitriansyah, Bagus. 2011. Proses Pencernaan Pada Ruminansia. https://be-

ef.blogspot.co.id/2011/10/proses-pencernaan-pada-hewan-mamah-biak.html.

Diakses tanggal 17 Mei 2017.

Nuswantara, L.K. 2002. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Priyono. 2009. Rumen Pada Ternak Ruminansia.

http://priyonoscience.blogspot.com./2009/05/rumen-pada-termak-

ruminansia.html. Diakses tanggal 16 Mei 2017.

Visser, D P. 2004. Ruminant Digestion.

http://agriculture.kzntl.gov.za/portal/AgricPublications/ProductionGuidelines/

DairyinginKwaZuluNatal/RuminantDigestion/tabid/247/Default.aspx. Diakses

tanggal 17 Mei 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai