BAB I
PENDAHULUAN
Ternak salah satu hewan yang dipelihara oleh manusia yang membutuhkan
pakan untuk kelangsungan hidupnya. Zat-zat makanan tidak dapat diserap dalam
merupakan pemecahan pakan yang dimulai dari mulut hingga anus. Saluran
ruminasi atau memamah biak, dan pada lambung terdiri dari rumen, retikulum,
omasum, dan abomasum. Lambung ruminansia dapat mencerna serat kasar dari
pakan hijauan dengan bantuan mikroba yang ada di dalam lambungnya. Saluran
pseudoruminansia memiliki ciri khas pada sekum yang lebih besar dari ternak
mikroba untuk menghancurkan serat kasar. Jika pada kotorannya masih terdapat
nutrisi yang masih dibutuhkan tubuhnya maka akan di makan kembali sebelum
tembolok dan gizzard, serta memiliki kloaka yang memiliki fungsi sebagai alat
reproduksi dan alat ekskresi. Unggas tidak memiliki gigi untuk menghancurkan
pakan tetapi dapat menghancurkan pakan yang masuk. Pakan yang masuk di
2
dalam gizzard berupa butiran diremas dan dihancurkan oleh otot muskularis
dari praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui fungsi masing-masing organ
BAB II
9 April 2015 pukul 09.00 – 11.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia
2.1. Materi
Praktikum ini mengunakan materi yaitu ayam, kelinci dan awetan saluran
pencernaan kambing. Alat yang digunakan adalah pisau bedah yang digunakan
dari organ pencernaan terutama pada saluran pencernaan yang diawetkan , dan
2.2. Metode
pada baki bedah, gunakan pisau untuk menyayat preparat untuk melihat organ
dalamnya, ukur panjang total dan masing-masing organ pencernaan, serta catat
hasil praktikum. Metode yang menggunakan preparat baru adalah dengan cara
memotong saluran vena jugularis, setelah itu kuliti hewan yang akan digunakan
pada praktikum, setelah itu keluarkan saluran pencernaanya dan dibersihkan, ukur
4
panjang total dan masing-masing dari organ pencernaan, serta catat hasil
praktikum.
5
BAB III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
jejenum, ileum), sekum, usus besar dan anus. Menurut pendapat Rahmadi et al.
reticulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut buku) dan
6
abomasum (perut sejati). Menurut Parish et al. (2009) bahwa sistem pencernaan
pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, esofagus, lambung yang terdiri dari
3.1.1. Mulut
secara proses mekanik. Mulut merupakan tempat masuknya makanan, pada mlut
menggunakan gigi, lidah dan kelenjar. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan
penghancuran pertama secara mekanis oleh gigi. Hal ini didukung oleh pendapat
Sloane (2003) yang menyatakan bahwa di dalam mulut, pakan juga mengalami
kimia.
3.1.2. Esofagus
ventrikulus. Hasil mastikasi dari mulut berupa bolus-bolus pakan akan melalui
esofagus menuju ventrikulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Praseno (2003) yang
Kontraksi muskuli tersebut menghasilkan gerak peristaltik. Hal ini diperkuat oleh
7
adanya kontraksi atau gerakan peristaltik otot sirkuler dinding saluran pencernaan.
3.1.3. Lambung
ruminansia merupakan lambung yang komplek yang terdiri dari 4 bagian, yaitu
paling depan disebut rumen, kemudian retikulum, omasum, dan abomasum yang
berhubungan dengan usus. Menurut Rahmadi et al. (2003) bahwa lambung ternak
ruminansia terdiri atas 4 kompartemen yaitu reticulum (perut jala), rumen (perut
3.1.3.1. Rumen, Proses pencernaan dimulai dari tahap merenggut rumput dengan
gigi seri dan ditelan untuk sementara disimpan dalam rumen. Menurut pendapat
Wijaya (2008) bahwa makanan yang berada dalam rumen dan retikulum akan
dicerna oleh sejumlah jasad renik yang secara normal ada dalam lambung sapi.
banyak karena mikroba membantu untuk proses pencernaan serat kasar. Hal ini
mikroba rumen sebagian besar dihuni oleh bakteri, jumlah bakteri dalam rumen
mencapai 109 sel/ml sedangkan jumlah protozoa dalam rumen lebih sedikit dari
8
bakteri yaitu sekitar 106 sel/ml. Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan
mikroorganisme yang paling sesuai dan dapat hidup serta ditemukan didalamnya.
3.1.3.2. Retikulum, merupakan lambung kedua yang terdapat pada bagian rongga
dalam statusnya sebagai saluran pencernaan terutama lambung bagian kedua yang
tidak adanya klep yang membatasi antar rumen dan retikulum kembali. Diperjelas
dimulai dari retikulum dimana terjadi dua kontraksi selama istirahat atau aktivitas
3.1.3.3. Omasum, dibagian ini merupakan lambung depan terakhir yang dimiliki
struktur yang kasar. Perut depan bagian tersebut masih tergolong perut semu
karena belum mensekresikan getah pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat
laminae, perut bagian ini sering disebut juga dengan perut buku-buku. Omasum
3.1.3.4. Abomasum, terletak ventral dari omasum dan terentang pada sisi kanan
pencernaan seperti HCl dan pepsin. Menurut pendapat Sarwono dan Arianto
pengunyahan pakan di mulut. Lambung tersebut dapat dibagi dalam tiga bagiar
yaitu cardia, fundus dan pilorus. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuswantara
(2002) yang menyatakan bahwa bagian cardia merupakan gland mucus dimana
bagian ini berdekatan dengan omasum, antara abomasum dan omasum ini
Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
menyambung dengan jejenum yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai pembatas.
Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Bagian terminal dari ileum
tersambung dengan usus besar atau sekum dan kolon pada ruminansia, pada
bagian kanan dari rongga abdomal. Hal ini sesuai dengan pendapat Praseno
(2003) yang menyatakan bahwa usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran
ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Menurut
Wijaya (2008) bahwa usus halus akan mencerna beberapa protein murni lolos dari
degradasi oleh mikroba rumen sehingga masuk abomasum masih dalam keadaan
utuh
10
3.1.5. Sekum
Sekum merupakan organ yang memisahkan antara usus besar dengan usus
Rianto dan Purbowati (2011) yang menyatakan bahwa aktivitas microbial yang
besar di dalam usus besar terutama terjadi di dalam sekum. Sekum adalah suatu
Keduanya menunda aliran bahanyang tidak dapat dicerna dan selanjutnya menjadi
menyatakan bahwa pada usus halus terjadi penyerapan nutrien paling besar dari
makanan.
terdapat pada sisa sisa makanan yang sudah tidak dipakai didalam usus besar.
feses yang terdapat pada ususbesar masihlah lunak karena masih mengandung air
yang cukup Menurut Wijaya (2008) usus halus mengatur aliran ingesta ke dalam
usus besar dengan gerakan peristaltik. Menurut Sutama (2009) bahwa tiga organ
pokok yang ada di usus besar yaitu kolon, sekum, dan rektum.
3.1.7. Anus
Fases merupakan sisa hasil penyerapan nutrient makanan atau pakan yang
lubang untuk pengeluaran sisa hasil pencernaan yang tidak dapat diserap oleh
11
tubuh. Menurut Wahyuni (2010) bahwa feses adalah sisa pencernaan dan
esofagus, lambung, usus halus, sekum, usus besar, dan anus. Karakteristik dari
yang belum jatuh ke tanah) dan mempunyai lambung tunggal atau monogastrik.
12
Karakteristik lainnya yaitu sekum pada pseudoruminansia lebih besar dari sekum
ternak lainnya.
3.2.1. Esofagus
saluran penghubung antara mulut dan lambung. Pada esophagus terdapat gerak
peristaltik yang berfungsi melancarkan pakan ke lambung. Hal ini diperkuat oleh
adanya kontraksi atau gerakan peristaltik otot sirkuler dinding saluran pencernaan.
dan lambung terdapat katup yang disebut Cardiac sphincter yang berfungsi
3.2.2. Lambung
kimiawi dan enzimatis yaitu proses pencernaan HCl yang menyebabkan lambung
bersifat asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Murwani (2009) bahwa terjadi
proses pencernaan.
13
pseudoruminansia terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan illeum.
Menurut pendapat Murwani (2009) bahwa pada usus halus terjadi penyerapan
nutrien paling besar dari makanan. Menurut pendapat Wahyuni (2010) bahwa
3.2.4. Sekum
pseudoruminansia lebih besar dari sekum pada ternak lainnya, karena sekum
menyatakan bahwa pakan yang telah dicerna dalam sekum akan menuju usus
besar dan terjadi penyerapan air sehingga feses ada yang lembek dan ada yang
ruminasi semu dengan cara memakan kotorannya kembali yang belum jatuh ke
tanah atau bisa disebut corprophagy. Hal ini sesuai dengan pendapat Murwani
kotorannya sendiri.
sekum pakan selanjutnya menuju usus besar. Usus besar berfungsi sebagai
14
penyerapan air karena sebagian besar sari-sari makanan sudah terserap di usus
halus. Menurut pendapat Wijaya (2008) usus besar terdapat ascenden dan colon
transverasum, colon descenden dan colon sigmoideum yang belum jelas. Menurut
pendapat Wahyuni (2010) pencernaan dalam usus besar adalah sisa-sisa kegiatan
oleh lipase, trypsin, chemotrypsin dari usus halus, dan didalam usus besar terdapat
3.2.6. Anus
pembuangan feses. Hal ini sesuai dengan pendapat Mangisah (2003) anus
merupakan lubang untuk pengeluaran sisa hasil pencernaan yang tidak dapat
diserap oleh tubuh. Hal ini juga diperkuat oleh Wahyuni (2010) bahwa feses
adalah sisa pencernaan dan dikeluarkan dari saluran pencernaan atau tractus
tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, seka, usus beasr dan kloaka.
3.3.1. Esogasus
esophagus dan diteruskan ke tembolok. Menurut Fadilah dan Polana (2011) yang
16
Zainuddin et al. (2014) tembolok adalah modifikasi dari esofagus dan fungsi
utama dari organ ini adalah untuk menyimpan makanan sementara dan tempat
maserasi biji-bijian.
3.3.2. Tembolok
Tembolok adalah modifikasi dari esofagus. Fungsi utama dari organ ini
Menurut Fadilah dan Polana (2011) yang menyatakan bahwa tembolok berfungsi
tembolok memungkinkan unggas untuk menerima makanan lebih cepat dari pada
dalam Sari et al. (2013) yang menyatakan bahwa tembolok ayam yang baik
selama beberapa menit sampai beberapa jam, tergantung pada konsistensinya dan
respons ventrikulus.
3.3.3. Proventrikulus
Lambung pada ayam terdiri atas dua bagian, yaitu lambung kelenjar
Nurhayati (2014) sel kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar
pada saat makanan melewati proventrikulus dengan cara berkerut secara mekanis.
3.3.4. Gizzard
Gizzard atau empedal berbentuk bulat telur dan tersusun dari serabut otot
yang pada dan kuat, di ujung depan gizzard berhubungan dengan proventrikulus
dan agak masuk berhubungan dengan usus halus. Menurut Murwani (2009) yang
menyatakan bahwa fungsi utama empedal adalah mengiling dan meremas pakan
dinding seperti otot dan berfungsi menggiling dan meremas pakan yang masih
partikel pakan
dan absorpsi produk pencernaan, terdapat berbagai enzim dalam usus halus yang
serta lemak untuk mempermudah proses absorpsi. Menurut Gagah (2010) usus
halus terdiri atas duodenum (bagian depan), jejunum (bagian tengah), dan
18
di sebelah usus kecil terdapat bangunan lain yaitu pancreas, kelenjar empedu dan
hati Usus halus merupakan tempat terjadinya proses pencernaan dan penyerapan
zat–zat makanan. Usus halus berfungsi sebagai penggerak aliran ransum dalam
usus dan meningkatkan penyerapan zat makanan. Kemampuan ini ditunjang oleh
adanya selaput lendir yang dilengkapi dengan jonjot usus yang lembut dan
Usus buntu terletak di bagian depan usus besar dan umumnya kurang
memiliki fungsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Murwani (2009) yang
menyatakan bahwa disini (sekum) terjadi pencernaan serat dalam jumlah kecil
selulosa (serat kasar). Usus buntu berfungsi dalam membantu penyerapan air serta
mencerna karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang ada dalam usus
buntu. Sebagian kecil serat dapat dicerna di dalam usus buntu yang disebabkan
sebagian spesies mamalia. Usus besar merupakan tempat penyerapan kembali air
dari usus halus. Menurut Gagah (2010) usus besar berfungsi sebagai penyalur
3.3.7. Kloaka
pendapat Fadila dan Polana (2011) menyatakan bahwa kloaka berfungsi sebagai
BAB IV
4.1. Kesimpulan
hewan lain adalah sekum yang besar, pada monogastrik yang membedakan
ruminansia organ yang membedakan dengan hewan lain adalah rumen, retikulum,
4.2. Saran
selanjutnya dapat lebih teliti dalam praktikum serta kelengkapan alat-alat dapat
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, Roni dan Polana, Agustin. 2011. Mengatasi 71 Penyakit Pada Ayam.
Jakarta : ArgoMedia Pustaka
Gagah, Wijaya. 2010. Peresentase Lemak Abdominal dan Organ dalam Ayam
Broiler yang Diberi Ransum Dengan Penambahan Cassabio. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Mangisah, I. 2003. Diktat kuliah ilmu nutrisi dan makanan ternak babi.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Praseno, K., Isroli., dan B. Sudarmoyo. 2003. Fisiologi Ternak. Semarang, Proyek
Semique.
Rahmat, H. 2000. Produksi Kelinci dan Marmut. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Sari, M. S., Arbar, Arfan dan Merint. 2013. Isolasi dan karakterisasi bakteri asam
pada usus ayam broiler. Agripet Vol 13(1).
Wahyuni, T.A. 2010. Pengaruh substitusi jerami kacang tanah dengan silase daun
pisang (Musa paradisiaca) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan
organik ransum pada kelinci New zealandwhite jantan. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
kelenjar endokrin, panas dan sistem imun tubuh. Nutrisi yang diserap pada saluran
Presentase tersebut diukur dengan mensentrifuge darah pada tabung khusus yaitu
warna merah pada tabung. Fungsi dari perhitungan kadar hematokrit yaitu untuk
suntik. Rendah tingginya kadar hematokrit ini bisa dipengaruhi oleh konsumsi
pakan yang tidak sesuai dengan umur, selain itu kandungan serat kasar yang
kurang.
kompleks dengan fungsi mengikat oksigen (O2) yang datang dari saluran
24
dengan oksigen udara yang terdapat di dalam paru-paru hingga terbentuk yaitu
tubuh. Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah umur hewan, spesies,
lingkungan, pakan, ada tidaknya kerusakan eritrosit, dan penanganan darah pada
saat pemeriksaan.
gas oksigen (O2) maupun karbondioksida (CO2). Kenaikan jumlah eritrosit dapat
preparat apus darah. Manfaat dari praktikum agar praktikan dapat mampu
mengetahui kadar dari darah yang meliputi kadar hematocrit, jumlah eritrosit dan
leukosit, kadar hemoglobin, dan dapat menghitung leukosit dari preparat apus
darah.
25
BAB II
pada hari kamis tanggal 16 April 2015 dan 7 Mei 2015 pukul 09.00 - 11.00 WIB
2.1. MATERI
Materi yang digunakan dalam darah ayam kampung usia 5 minggu adalah
kadar hemoglobin, pipa isap untuk menghisap darah, larutan hayem untuk
2.2. METODE
menutup tabung dengan cara menekan pada sealing compound (bahan penutup)
tersebut pada sentrifuge dengan posisi ujung yang berisi darah diluar memutar
selama 3 menit dengan 2000 – 4000 rpm, selesai sentrifuge mengukur kadar
Mengisi tabung sahli dengan HCl sampai 10% (sampai angka 2),
sampai merata dan menununggu 3 – 10 menit (agar terbentuk asam hematin yang
berwarna coklat), menambahkan tetes demi tetes air suling ke larutan hematin
(mengaduk setiap kali meneteskan) sampai diperoleh warna hematin dalam tabung
sama dengan warna tabung standar pada comparator block, membaca skala serta
Menyiapkan pipit RBC (Red Blood Cell) dan bilik hitung hemocytometer.
Memasang karet pinghisap pada pipet RBC dan mengusahakan pipet dalam
kondisi horisontal menghisap darah kedalam pipet sampai pada angka 0,5.
Menempatkan ujung pipet pada cairan larutan hayem dan menghisap larutan
tersebut ke pipet sampai mencapai tanda 101. Melepaskan karet penghisap tutup
kedua ujung pipiet dengan ibu jari dan mengkocok pipet dengan jari tengah
mengikuti angka 8 selama 2 menit. Setelah sel-sel larut membuang 2 – 3 tetes dari
27
pipet, menempelkan ujung pipet pada coverslip yang telah disiapkan pada
dalam bilik hitung dan menutup dengan cover glass. Mengamati dan menghitung
jumlah eritrosit pada bilik hitung dibawah mikroskop pada 5 kotak kecil (4 kotak
BAB III
3.1.1. Hematokrit
58,16%. Kadar hematokrit dapat berubah jika dilihat dari nilai atau status gizi
yang dihasilkan dari pakan yang dikonsumsi. Menurut Isroli (2013) fungsi
Shawaludin et al. (2013) bahwa fungsi lain dari hematokrit adalah mengukur
29
proporsi sel darah merah, karena hematrokit dapat mengukur konsentrasi sel darah
ini bisa dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang tidak sesuai dengan umur, selain
itu kandungan serat kasar yang terlalu tinggi sehingga kadar hematokrit rendah
terhadap viskositas darah yaitu semakin besar presentase sel darah merah semakin
besar nilai hematokrit, oleh karena itu viskositas darah meningkat hebat dengan
meningkatnya hematokrit
3.1.2. Hemoglobin
Hasil praktikum memiliki rataan hemoglobin 11,59 mg/dl. Hal ini tidak
sesuai dengan pendapat Hati (2008) yang menyatakan bahwa rataan jumlah
(O2) yang datang dari saluran pernafasan. Hemoglobin merupakan suatu senyawa
kompleks globlin yang dibentuk 4 sub unit, masing- masing mengandung suatu
porofirin yang mengandung zat besi (Fe). Hemoglobin menjadi satu dengan
molekul hemoglobin. Oksigen yang terikat jumlahnya sama dengan jumlah atom
30
besi. Tiap gram hemoglobin akan mengangkut sekitar 1,34 ml oksigen. Faktor
yang mempengaruhi jumlah hemoglobin yaitu spesies, pakan, umur ternak. Hal
ini sesuai dengan pendapat Wardhana (2001) yang menyatakan bahwa Faktor
pakan, ada tidaknya kerusakan eritrosit, dan penanganan darah pada saat
pemeriksaan.
Kusumawati (2000) dalam jurnal Hidayat et al. (2013) bahwa jumlah rata-rata sel
darah merah pada unggas adalah 1,25 - 4,50 juta/mm 3. Pada praktikum ini
tergolong memiliki eritrosit lebih dari kisaran normal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ali et al. (2013) bahwa perbedaan jumlah eritrosit dapat dipengaruhi
yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida. Hal ini sesuai
adalah 300050 ribu/mm3. Menurut Hamzah et al. (2012) bahwa kisaran jumlah
leukosit yang normal bagi unggas yaitu 12.000-30.000 leukosit per mm3. Menurut
Feldman et al. dalam Julendra et al. (2010) bahwa jumlah sel leukosit normal
pada ayam antara 12.000-30.000 µl. Jumlah total leukosit berbeda jauh dengan
jumlah normal leukosit. Jumlah leukosit dapat meningkat ketika terdapat bahan
aktif di dalam tubuh yang menyebabkan adanya indikasi perlawanan dari antibody
di dalam tubuh. Menurut Julendra et al. (2010) bahwa peningkatan jumlah sel
Sturkie dalam Pertika (2004) bahwa basofil sulit ditemuakn di dalam darah, hanya
ada sekitar 0,5%- 1,5% dari seluruh leukosit dalam darah 3,1%. Basofil adalah
menyatakan bahwa ukurarmya sedikit lebih besar dari heterofil, dengan inti
berbentuk bulat dan sitoplasmanya relatif tidak berwarna. Ukuran basofik lebih
besar dari heterofil dengan inti berbentuk bulat dan sitoplasma relatif berwarna,
berwarna biru tua-ungu yang sering menutuoi inti yang agak cerah. Menurut
Kemampuan fagositosis dari sel ini dapat dikatakan tidak ada. Basofil mempunyai
fungsi yang sama dengan sel mast, yaitu pencetus peradangan jaringan tertentu.
pendapat Effendi (2003) yang menyatakan bahwa sel- sel ini merupakan 60 -70 %
dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus.
romanovky. Granul pada neutrofil ada dua yaitu Azurofilik yang mengandung
enzym lisozom dan peroksidase dan Granul spesifik lebih kecil mengandung
garis pertahanan tubuh untuk melawan infeksi dengan bermigrasi ke daerah yang
pada daerah dan menghasilkan bahan semi cair yang disebut sebagai “pus”.
ukuran hampir sama dengan heterofil. Granulnya berbentuk bulat dan relative
besar, berwarna merah. Diperjelas oleh pendapat Rohimat (2002) jumlah eosinofil
dalam darah berkisar 2-8 % dari jumlah leukosit, berdiameter 10-15 µm.
33
atas tipe besar dan tipe kecil. Tipe kecil merupakan limfosit dewasa, memiliki
(2002) menyatakan bahwa tipe besar merupakan limfosit muda, jarang ditemukan
timus dan bursa fabrisius. Menurut Herry (2012) bahwa fungsi utama limfosit
adalah memproduksi antibodi atau sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi
antigen yang berlekat pada makrofag. Limfosit tertentu mengikatkan dirinya pada
agen-agen asing dan merusakkannya. Masa hidup limfosit sangat lama bisa
Menurut Pertika (2004) bahwa monosit merupakan sel leukosit terbesar yang
agranulosit yang sangat besar dengan diameter 15-20 urn, dan perbandingan
sitoplasma: inti = 6:4. Menurut Herry (2012) bahwa sitoplasma monosit lebih
banyak dari pada limfosit dan berwarna abu-abu pucat, sedangkan inti berbentuk
lojong, seperti ginjal atau mirip tapal kuda, dan berjumlsh 3 -9% dari seluruh
34
imunologi. Kontak yang dekat antara limfosit dan monosit diperlukan untuk
seperti ginjal atau mirip tapal kuda dan sitoplasma yang mengambil warna basofil.
Menurut Rohimat (2002) jumlah eosinofil dalam darah berkisar 2-8 % dari jumlah
Menurut Bounous dan Stedman dalam Asterizka (2012) menyatakan bahwa nilai
MCV normal pada ayam adalah 90-140 fl. MCV merupakan ukuran volume
eritrosit secara internasional yang mengukur besar rata-rata sel darah merah.
Menurut Adriani dalam Asterizka (2012) bahwa nilai MCV didapatkan dengan
cara membagi persentase hematokrit dengan jumlah sel darah merah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi nilai MCV terlihat pada kekurangan zat besi, anemia
talasemia, sedangkan pada nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alkoholism,
Bounous dan Stedman dalam Asterizka (2012) nilai MCHC normal pada ayam
dalam sel darah merah. Nilai MCHC merupakan parameter untuk mengetahui
35
rataan konsentrasi hemoglobin di dalam sel darah merah. Nilai MCHC merupakan
indikator paling penting untuk mengamati terapi anemia. Hal ini dikarenakan
konsentrasi hemoglobin.
36
BAB IV
4.1. Kesimpulan
karena tergantung dari nilai atau status gizi ayam. Faktor yang mempengaruhi
hemoglobin dalam darah diantaranya yaitu umur, spesies, jenis kelamin, serta
kualitas pakan. Semakin berkualitas pakan yang diberikan semakin baik pula
leukosit terdiri dari basofil, neutrofil, eosinofil, limfosit, dan monosit. Jumlah sel
hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah dapat di ukur dengan
perhitungan MCHC.
4.2. Saran
dan teliti dalam melakukan pengamatan dan pastikan peralatan yang digunakan
untuk praktikum.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A.S., Ismoyowati dan I. Diana. 2013. Jumlah eritosit, kadar hemoglobin dan
hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan
probiotik dalam ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1(3): 1001-
1013.
Asterizka, Meta. 2012. Profil Darah Ayam Petelur Yang Diberi Ransum
Mengandung Tepung Daun Dan Bunga Marigold (Tagetes erecta).
Institut Pertanian Bogor, Bogor (skripsi)
Christy .D.P. 2004. Differensiasi Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diinfeksi
Leucocytozoon caulleryi Setelah Pemberian Obat Sulfachloropyrazine
Melalui Air Minum. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hati, H. Z. 2008. Gambaran leukosit darah ayam broiler yang diberi pakan dengan
suplementasi serbuk bawang putih, serbuk kunyit dan ZnO. (Skripsi)
Hidayat, W., Isroli dan Widiastuti, RR. E. 2013. Kadar hemoglobin, hematokrit,
dan eritrosit burung puyuh jantan umur 0-5 minggu yang diberi
tambahan kototran walet dalam ransum. Animal Agriculture Journal.
Vol. 2(1): 209-216.
Julendra, H., Zuprizal, dan Supadmo. 2010. Penggunaan tepung cacing tanah
(Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan terhadap penampilan
produksi ayam pedaging, profil darah, dan kecernaan protein. 34(1):
21 – 29.
LAMPIRAN
Pengamatan pada
Variabel Hasil Pengamatan
Kelompok
Kel 6 D3 A MCV (µ3) 1.62231 × 10 -7
MCHC (%) 1.992.78
Kel ... MCV (µ3)
MCHC (%)
Kel ... MCV (µ3)
MCHC (%)
Kel ... MCV (µ3)
MCHC (%)
Rataan hasil pengamatan
MCV (µ3)
MCHC (%)
Sumber : Data Primer Praktikum Fisiologi Ternak, 2015.