Oleh
Kelas :B
Kelompok :3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2013
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencernaan pada lambung tunggal terjadi di mulut, prosesnya dilakukan
secara mekanis oleh gigi, makanan dicampurkan dengan air ludah, menggunakan
lidah sebagai alat pengecap dan mulut sebagai alat prehensi.
Sedangkan pada lambung komplek, prosesnya terjadi di rumen. Rumen
mempunyai beberapa spesifikasi, yaitu : berbentuk elastis, ukuran besar (4 x
omasum dan abomasum), terbagi beberapa ruang : ventral dorsal, anterior, dan
posterior, dibatasi dengan pilar-pilar, seperti rumah laba-laba dan tidak
berkelenjar, banyak terdapat mikroba (bak, jamur, protozoa, amuba) sebagai
“fermentator”, tempat terjadi pencernaan mikroba melalui proses fermentasi,
terbentuknya vitamin B12 dengan bantuan Co.
Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan
(mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar)
menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan
itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan
kegunaanya adalah unuk mempermudah penyerapan oleh vili usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui
pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap
berupa vitamin, mineral, hormon, air.
Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil
makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan
deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus mendorong bolus ke arah lambung),
tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi (membantu
memudahkan jalannya bolus).
Pada pencernaan terdapat lambung tunggal untuk hewan carnivora dan
omnivora, lambung komplek untuk hewan herbivora, dan pencernaan pada
unggas.
Pada hewan lambung tunggal pencernaannya terdiri dari : mulut (cawar
oris), tekak (pharyng), kerongkongan (esofogus), gastrium (lambung), intestinum
tenue (usus halus : duodenum, ileum, dan jejenum). Instestinum crasum (usus
besar = calon, keaekum, rektum), dan anus.
Sedangkan pada hewan lambung komplek alat pencernaannya terdiri dari :
mulut, faring, esophagus, lambung (rumen, retikulum, omasum, abomasum), usus
halus (duodenum, ileum, jejenum), usus kasar (kaekum, rektum) dan anus.
TINJAUAN PUSTAKA
b Secara khemis/enzimatis.
c Secara mikrobiologik.
1. Mouth (Mulut)
Ayam tidak mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas
dan bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut
dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel.
Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke
depan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong
makanan ke oeshopagus sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang
(Akoso, 1993). Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan. Kelenjar
saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan
untuk mempermudah masuk ke oesophagus.
Di dalam mulut tidak diproduksi amilase. Air diambil dengan cara
menyendok saat minum dengan menggunakan paruh (beak), dan masuk ke dalam
kerongkongan setelah kepala menengadah dengan memanfaatkan gaya gravitasi
(North, 1978).
2. Oeshophagus (Tenggorok)
3. Crop (Tembolok)
5. Gizzard (Empedal/Rempela)
Gizzard berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian
atas dan bawah. Bagian atas lubang pemasukkan berasal dari proventriculus dan
bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke duodenum (Nesheim et al., 1979).
Besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila ayam dibiasakan
diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan lisut (Akoso, 1993).
Gizzard disebut pula otot perut yang terletak diantara proventriculus dan
batas atas dari intestine. Gizzard mempunyai otot-otot yang kuat sehingga dapat
menghasilkan tenaga yang besar dan mempunyai mucosa yang tebal (North,
1978). Perototan empedal dapat melakukan gerakan meremas kurang lebih empat
kali dalam satu menit (Akoso, 1993).
Ceca terletak diantara small intestine (usus kecil) dan large intestine (usus
besar) dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Usus buntu
mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja (Akoso, 1993).
Large intestine berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari
diameter small intentine dan berakhir pada kloaka (North, 1978). Usus besar
paling belakang terdiri dari rektum yang pendek dan bersambungan dengan
kloaka (Akoso, 1993). Pada large intestine terjadi reabsorbsi air untuk
meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada
unggas (North, 1978).
9. Cloaca
Pada kloaka terdapat tiga muara saluran pelepasan yaitu urodeum sebagai
muara saluran kencing dan kelamin, coprodeum sebagai muara saluran makanan
dan proctodeum sebagai lubang keluar dan bagian luar yang berhubungan dengan
udara luar disebut vent (Nesheim et al., 1979). Kloaka juga bertaut dengan bursa
fabricius pada sisi atas berdekatan pada sisi luarnya (Akoso, 1993). Kloaka pada
bagian terluar mempunyai lubang pelepasan yang disebut vent, yang pada betina
lebih lebar dibanding jantan, karena merupakan tempat keluarnya telur (North,
1978).
Organ Tambahan
a. Hati
Hati terletak diantara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan terdiri
dari dua lobus, yaitu lobus dexter dan sinister. Hati mengeluarkan cairan berwarna
hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan lemak (North, 1978).
Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu
yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan
merangsang kantung empedu untuk mengkerut dan menumpahkan cairan empedu
(Akoso, 1993).
Hati juga menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil
sisa protein menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994).
b. Pankreas
c. Limpa
Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada titik
antara proventriculus, gizzard dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa sampai
sekarang belum diketahui, hanya diduga sebagai tempat untuk memecah sel darah
merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.
Mikroba dalam rumen juga mampu mensintesis asam amino dari non protein
nitrogen sumber, seperti urea dan amoniak. Seperti mikroba mereproduksi dalam
rumen, generasi tua mati dan sel-sel mereka melanjutkan melalui saluran
pencernaan. Sel-sel ini kemudian sebagian dicerna oleh ternak, yang
memungkinkan mereka untuk mendapatkan sumber protein berkualitas tinggi.
Fitur-fitur ini memungkinkan ternak untuk berkembang pada rumput dan vegetasi
lainnya (Bali, 2011).
Rumen dan reticulum sering dipandang sebagai organ tunggal disebut sebagai
retikulorumen yang merupakan tempat terjadinya pencernaan fermentative.
Retikulum ini mendorong pakan padat dan ingesta ke dalam rumen dan
mengalirkan ingesta kedalam omasum. Retikulum membantu ruminasi dimana
bolus diregurgitasikan ke dalam mulut. Ingesta yang telah halus didorong ke
dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba. Mikroorganisme yang
terdapat dalam rumen adalah bakteri, protozoa dan fungi ( Biologigonz, 2010 ).
Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Zat–zat gizi organik ini
terdapat dalam bentuk yang tidak larut sehingga harus dipecah menjadi senyawa–
senyawa kecil sebelum mereka dapat masuk melalui dinding saluran pencernaan
untuk kemudian diedarkan kedalam darah atau saluran limfe. Berdasarkan
perubahan yang terjadi pada bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses
pencernaan ternak ruminansia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pencernaan
mekanik, hidrolik dan fermentative. Proses pencernaan fermentative inilah yang
merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan ruminansia yang
membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia (Sarwono,
1993).
Proses pencernaan fermentative ini tidak lepas dari peranan mikroba rumen.
Mikroba rumen akan mencerna karbohidrat, protein, dan lemak menjadi asam
lemak atsiri VFA (Volaltyl Fatty Acid), NH3 (amonia), gas karbondioksida (CO2)
dan gas methan (CH4). Amonia digunakan untuk membangun sel mikroba, VFA
(Volatyl Fatty Acid) akan diserap langsung dalam rumen dan retrikulum untuk
dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber energy, gas methan dan oksigen
dikeluarkan melalui proses eruktasi ( Blakely, 1991 ).
Menurut Sarwono (2001), terdapat perbedaan panjang usus halus, hal ini
disebabkan karena pembedaan kemampuan absorbsi zat-zat makanan di dalam
usus halus. Saluran terpanjang dari kelinci adalah usus halus. Karena di dalam
usus halus terjadi absorbsi makanan dalam jumlah yang besar. Coecum pada
ternak kelinci tumbuh pada ukuran yang besar (kurang lebih 45% dari saluran
pencernaan), sehingga kelinci dapat melakukan coprophagy (memakan kembali
kotorannya yang mengandung protein atau asam amino dan vitamin hasil
fermentasi mikrobia). Oleh karena itu, kelinci sering melakukan pseudoruminansi
apabila dalam ransom atau pakan kekurangan protein atau vitamin B.
Menurut Cheeke et al., (1982), asam-asam lemak (VFA) hasil fermentasi oleh
mikrobia dalam coecum diperkirakan menyumbang 30% dari kebutuhan energi
untuk pemeliharaan tubuh. Selanjutnya kelinci mampu mencerna protein pada
tingkat yang sama dan ekstrak ether pada tingkat yang lebih tinggi dari pada
herbivore lain. Hal ini mungkin berhubungan dengan sifat-sifat coprophagy
(memakan kotoran sendiri) yang dimiliki oleh kelinci.
Pada hewan lambung tunggal (kelinci) organ saluran pencernaanya terdiri dari
mulut, faring, kerongkongan, lambung (gastrum), usus halus (intestineum tenue),
yang terdiri dari doedenum, jejenum, ileum, usus besar (intestinum crasum), yang
terdiri dari kolon, sekum, dan rektum kemudian berakhir pada anus. (Tillman,. At
al, !984).
METODE PRAKTIKUM
Alat-alat operasi
Kloroform, kapas, nampan operasi
Aluran pencernaan poligastrik (domba, sapi), monogastrik (ayam),
monogastrik , herbivore (kelinci)
Keterangan :
1. Oesophagus 4. Gizzard
2. Crop 5. Gall Bladder
3. Proventriculus 6. Liver
7. Pancreas
8. Duodenal loop
9. Small intestine
10. Caeca
11. Cloaca
12. Large intestine
4.1.2. Pencernaan Hewan Ruminansia : Domba
Keterangan :
1. Esophagus
2. Rumen
3. Retikulum
4. Omasum
5. Abomasum
6. Usus Halus : Duodenum, Jejunum dan Ileum
7. Usus Besar : Cecum dan Rectum
1. Oesophagus
2. Stomach
3. Liver
4. Pankreas
5. Small intestine
6. Large intestine
7. Cecum
8. Rectum
9. anus
4.2. Pembahasan
Dan yang terakhir sampai ke kloaka. Kloaka mempunyai ruang simpan yang
besar untuk urine dan faeces yaitu Coprodaeum. Ruang yang lebih kecil
(urodaeum) menerima oviduct atau jendolan genital jantan dan ureter. Ruang ke-
3 (protodaeum) yang dekat lubang keluar, fungsinya belum diketahui.
Lembaran-lembaran mukosa membatasi ke-2 ruangan itu. Kloaka dilapisi villi
pendek dan lebar serta mempunyai lapisan otot yang berkembang dengan baik
untuk mengeluarkan faeces dan untuk retroperitalsis bahan-bahan yang masih
banyak mengandung air. Oleh karena itu di caekun dan kolon juga terjadi
absorpsi air.
a. Mulut
Pencernaan di dalam mulut terjadi secara mekanik dan kimiawi. Di
dalam mulut terjadi proses mastikasi, salivasi, dan deglutisi. Mastikasi
adalah proses pelembutan pakan biasanya melalui pengunyahan. Deglutisi
adalah proses penelanan makanan. Menurut Kamal (1994), mastikasi
bertujuan untuk menghaluskan atau mengecilkan ukuran pakan sehingga
mempercepat hidrolisis, mencegah terjadinya luka pada saluran
pencernaan, dan memudahkan penelanan. Salivasi merupakan
pencampuran air ludah dan makanan yang berfungsi sebagai pelincir saat
penelanan. Air liur mengandung kira-kira 99% air dan 1% yang terdiri dari
musin, mineral-mineral, dan enzim alfa-amilase (Hartadi et al., 2008).
Saliva dicurahkan ke dalam mulut oleh tiga pasang kelenjar saliva yaitu
kelenjar submaksilaris dan kelenjar submandibularis yang terletak pada
setiap sisi rahang bawah, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah
lidah, dan kelenjar parotis yang terletak di depan masing-masing telinga
(Kamal, 1994).
b. Esofagus
c. Lambung
d. Usus Halus
e. Caecum
Usus besar berfungsi sebagai tempat observasi air dan penyerapan sisa
- sisa pakan, pencernaan diusus besar dilakukan secara enzimatis. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kamal (1994) yang menyatakan bahwa
pencernaan intestinum dilakukan oleh enzim yang terbawa bersama pakan
dari bagian saluran sebelumnya. Usus besar terdiri atas ceca yang
merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian
yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan mendatar dan
berakhir di anus menurut Tillman et al (1998) sebagian bahan-bahan yang
dicerna masuk usus besar zat – zat makanannya telah mengalami absorbsi
didalam usus halus.
g. Anus
Ada 2 kelenjar bau di kedua sisi di samping anus. Bau -bauan ini
disimpan pada tinja keras saat tinja tersebut melewati anus.
a. Mulut
b. Esofagus
c. Lambung
d. Usus Halus
Berdasarkan hasil pengamatan Usus halus merupakan saluran
pencernaan yang di dalamnya terjadi proses penyerapan nutrient, selain itu
usus halus juga terbagi menjadi tiga bagian yaitu duonenum, jejunum,
ileum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Parakkasi (1986) yang
menyatakan bahwa tempat utama pencernaan karbohidrat dan protein
adalah di usus kecil. Usus halus dibagi menjadi tiga yaitu duodenum,
jejunum, ileum. Didukung juga oleh Sherwood L (2001) yang
menyatakan bahwa Small intestinum adalah tempat berlangsungnya
sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Setelah isi lumen
meninggalkan usus halus tidak lagi terjadi proses pencernaan. Usus ini
berada dalam keadaan abdomen dan terlentang dari lambung sampai usus
besar. Secara garis besar usus dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum.
e. Caecum
f. Usus Besar
g. Anus
KESIMPULAN
Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan edisi IV. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta