Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK

“ Anatomi dan Fisiologi Pencernaan”

Oleh

Kelas :B

Kelompok :3

OKTAVIANI KHAIRUNNISA 200110120064

E. SILVIA LESTARIE 200110120092

DANDY DHARMA N. 200110120094

APRILIA NINGRUM 200110120105

Tanggal Praktikum : 28 November 2013

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2013
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencernaan pada lambung tunggal terjadi di mulut, prosesnya dilakukan
secara mekanis oleh gigi, makanan dicampurkan dengan air ludah, menggunakan
lidah sebagai alat pengecap dan mulut sebagai alat prehensi.
Sedangkan pada lambung komplek, prosesnya terjadi di rumen. Rumen
mempunyai beberapa spesifikasi, yaitu : berbentuk elastis, ukuran besar (4 x
omasum dan abomasum), terbagi beberapa ruang : ventral dorsal, anterior, dan
posterior, dibatasi dengan pilar-pilar, seperti rumah laba-laba dan tidak
berkelenjar, banyak terdapat mikroba (bak, jamur, protozoa, amuba) sebagai
“fermentator”, tempat terjadi pencernaan mikroba melalui proses fermentasi,
terbentuknya vitamin B12 dengan bantuan Co.
Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan
(mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar)
menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan
itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan
kegunaanya adalah unuk mempermudah penyerapan oleh vili usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui
pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap
berupa vitamin, mineral, hormon, air.
Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil
makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan
deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus mendorong bolus ke arah lambung),
tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi (membantu
memudahkan jalannya bolus).
Pada pencernaan terdapat lambung tunggal untuk hewan carnivora dan
omnivora, lambung komplek untuk hewan herbivora, dan pencernaan pada
unggas.
Pada hewan lambung tunggal pencernaannya terdiri dari : mulut (cawar
oris), tekak (pharyng), kerongkongan (esofogus), gastrium (lambung), intestinum
tenue (usus halus : duodenum, ileum, dan jejenum). Instestinum crasum (usus
besar = calon, keaekum, rektum), dan anus.
Sedangkan pada hewan lambung komplek alat pencernaannya terdiri dari :
mulut, faring, esophagus, lambung (rumen, retikulum, omasum, abomasum), usus
halus (duodenum, ileum, jejenum), usus kasar (kaekum, rektum) dan anus.

1.2 Identifikasi Masalah


 Bagaimana alat pencernaan pada hewan ruminansia ?
 Bagaimana alat pencernaan pada hewan non ruminansia ?
 Bagaimana alat pencernaan pada hewan rodensia ?

1.3 Maksud dan Tujuan


 Untuk mengetahui alat pencernaan pada hewan ruminansia
 Untuk mengetahui alat pencernaan pada hewan non ruminansia
 Untuk mengetahui alat pencernaan pada hewan rodensia
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencernaan Hewan Monogastrik

Hewan monogastrik adalah hewan-hewan yang memiliki lambung sederhana


atau lambung tunggal seringkali disebut hewan non- ruminansia.Monogastrik
memiliki saluran pencernaan meliputi mulut, oesophagus, stomach, small
intestinum, large intestinum, rektum dan anus.

Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut


tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian
empedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak
tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada
unggas berbentuk cair (Girisenta, 1980).

Zat kimia dari hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan memiliki peranan


penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik lainnya.
Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu berarti dalam spesies ini. Unggas
tidak memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena makanan
berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat berbeda
dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan
perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah yang
kaku untuk menelan makanannya. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu
terjadi pencernaan mekanik dengan batu-batu kecil yang dimakan oleh unggas di
gizzard (Swenson, 1997).

Unggas mengalami proses pencernaan yang berbeda dengan hewan lain,


meskipun mempunyai kesamaan pada prosesnya. Sebagaimana hewan lain proses
pada saluran pencernaan unggas menggunakan tiga prinsip:
a Secara mekanik.

Pencernaan secara mekanik pada unggas berlangsung pada empedal. Pakan di


dalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal dengan bantuan grit akan
diubah menjadi pasta.

b Secara khemis/enzimatis.

Pencernaan secara enzimatis terutama dibantu dengan adanya senyawa kimia


dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh alat-alat pencernaan.

c Secara mikrobiologik.

Pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan adanya mikrobia yang ikut


berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam pencernaan secara mikrobiologik
tidak berperan besar seperti pada ternak yang lain, hanya sedikit ditemukan
mikrobia pada tembolok dan usus besarnya. Pada tembolok ditemukan beberapa
bakteri aktif yang menghasilkan asam organik seperti asam asetat dan asam laktat
dan juga pada ceca terjadi sedikit pencernaan hemiselulosa oleh bakteri (Kamal,
1994).

Saluran pencernaan pada ayam dapat dipandang sebagai tabung memanjang


yang dimulai dari mulut sampai anus dan pada bagian dalam dilapisi oleh mukosa.

1. Mouth (Mulut)

Ayam tidak mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas
dan bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut
dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel.

Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke
depan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong
makanan ke oeshopagus sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang
(Akoso, 1993). Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan. Kelenjar
saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan
untuk mempermudah masuk ke oesophagus.
Di dalam mulut tidak diproduksi amilase. Air diambil dengan cara
menyendok saat minum dengan menggunakan paruh (beak), dan masuk ke dalam
kerongkongan setelah kepala menengadah dengan memanfaatkan gaya gravitasi
(North, 1978).

2. Oeshophagus (Tenggorok)

Oesophagus merupakan saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang


merupakan jalan makanan dari mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan
pharynx pada bagian atas dan proventriculus bagian bawah (North, 1978).

Dinding dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan untuk


masuk ke tembolok. Setiap kali ayam menelan secara otomatis oesophagus
menutup dengan adanya otot. Fungsi oesophagus adalah menyalurkan makanan ke
tembolok (Sarwono, 1988).

3. Crop (Tembolok)

Crop mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang


merupakan perbesaran dari oesophagus. Pada bagian dindingnya terdapat banyak
kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan
makanan. Crop berfungsi menyimpan dan menerima makanan untuk sementara
sebelum masuk ke proventriculus (Nesheim et al., 1979).

Terjadi sedikit atau sama sekali tidak terjadi pencernaan di dalamnya


kecuali jika ada sekresi kelenjar saliva dalam mulut (North, 1978). Pakan unggas
yang berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam tembolok selama beberapa jam
untuk proses pelunakan dan pengasaman (Akoso, 1993). Hal ini disebabkan pada
tembolok terdapat kelenjar yang mengeluarkan getah yang berfungsi untuk
melunakkan makanan (Sudaryati, 1994).

4. Proventriculus (Lambung Kelenjar)

Proventriculus merupakan perbesaran terakhir dari oesophagus dan juga


merupakan perut sejati dari ayam. Juga merupakan kelenjar, tempat terjadinya
pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya disekresikan asam klorida, pepsin
dan getah lambung yang berguna mencerna protein (Nesheim et al., 1979). Sel
kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar perut begitu makanan
melewatinya dengan cara berkerut secara mekanis (Akoso, 1993). Karena
makanan berjalan cepat dalam jangka waktu yang pendek di dalam proventriculus,
maka pencernaan pada material makanan secara enzimatis sedikit terjadi (North,
1978).

5. Gizzard (Empedal/Rempela)

Gizzard berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian
atas dan bawah. Bagian atas lubang pemasukkan berasal dari proventriculus dan
bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke duodenum (Nesheim et al., 1979).
Besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila ayam dibiasakan
diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan lisut (Akoso, 1993).

Gizzard disebut pula otot perut yang terletak diantara proventriculus dan
batas atas dari intestine. Gizzard mempunyai otot-otot yang kuat sehingga dapat
menghasilkan tenaga yang besar dan mempunyai mucosa yang tebal (North,
1978). Perototan empedal dapat melakukan gerakan meremas kurang lebih empat
kali dalam satu menit (Akoso, 1993).

Fungsi gizzard adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dengan


bantuan grit dan batu-batu kecil yang berada dalam gizzard yang ditelan oleh
ayam (Nesheim et al., 1979). Partikel batuan ini berfungsi untuk memperkecil
partikel makanan dengan adanya kontraksi otot dalam gizzard sehingga dapat
masuk ke saluran intestine (North, 1978).

6. Small Intestine (Usus Kecil)

Small intestine memanjang dari ventriculus sampai large intestinum dan


terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum
berbentuk huruf V dengan bagian pars descendens sebagai bagian yang turun dan
bagian pars ascendens sebagai bagian yang naik. Menurut Akoso (1993) selaput
mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot yang lembut dan menonjol
seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak aliran pakan dan memperluas
permukaan penyerapan nutrien.

Pada bagian duodenum disekresikan enzim pankreatik yang berupa enzim


amilase, lipase dan tripsin. Ada beberapa enzim yang dihasilkan oleh dinding sel
dari small intestine yang dapat mencerna protein dan karbohidrat. Pencernaan
pakan ayam di dalam usus kecil secara enzimatik dengan berfungsinya enzim-
enzim terhadap protein lemak dan karbohidrat. Protein oleh pepsin dan
khemotripsin akan diubah menjadi asam amino. Lemak oleh lipase akan diubah
menjadi asam lemak dan gliserol. Karbohidrat oleh amilase akan diubah menjadi
disakarida dan kemudian menjadi monosakarida.

7. Ceca (Usus Buntu)

Ceca terletak diantara small intestine (usus kecil) dan large intestine (usus
besar) dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Usus buntu
mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja (Akoso, 1993).

Fungsi utama ceca secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya


terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air (North,
1978). Di dalamnya juga terjadi digesti serat oleh aktivitas mikroorganisma
(Nesheim et al., 1979).

8. Large Intestine (Usus Besar)

Large intestine berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari
diameter small intentine dan berakhir pada kloaka (North, 1978). Usus besar
paling belakang terdiri dari rektum yang pendek dan bersambungan dengan
kloaka (Akoso, 1993). Pada large intestine terjadi reabsorbsi air untuk
meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada
unggas (North, 1978).
9. Cloaca

Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan. Kloaka


merupakan lubang pelepasan sisa-sisa digesti, urin dan merupakan muara saluran
reproduksi (North, 1978). Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat
dikeluarkan melalui kloaka bersama tinja dengan bentuk seperti pasta putih
(Akoso, 1993).

Pada kloaka terdapat tiga muara saluran pelepasan yaitu urodeum sebagai
muara saluran kencing dan kelamin, coprodeum sebagai muara saluran makanan
dan proctodeum sebagai lubang keluar dan bagian luar yang berhubungan dengan
udara luar disebut vent (Nesheim et al., 1979). Kloaka juga bertaut dengan bursa
fabricius pada sisi atas berdekatan pada sisi luarnya (Akoso, 1993). Kloaka pada
bagian terluar mempunyai lubang pelepasan yang disebut vent, yang pada betina
lebih lebar dibanding jantan, karena merupakan tempat keluarnya telur (North,
1978).

Organ Tambahan

Organ tambahan mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan dengan


adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk mengekskresikan
material dari organ tambahan ke saluran pencernaan yang berguna untuk
kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga organ pencernaan tambahan yaitu
hati, pankreas dan limpa (North, 1978).

a. Hati

Hati terletak diantara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan terdiri
dari dua lobus, yaitu lobus dexter dan sinister. Hati mengeluarkan cairan berwarna
hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan lemak (North, 1978).
Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu
yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan
merangsang kantung empedu untuk mengkerut dan menumpahkan cairan empedu
(Akoso, 1993).
Hati juga menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil
sisa protein menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994).

b. Pankreas

Pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan


pankreas ke duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim yang
mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).

c. Limpa

Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada titik
antara proventriculus, gizzard dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa sampai
sekarang belum diketahui, hanya diduga sebagai tempat untuk memecah sel darah
merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.

2.2. Pencernaan Hewan Poligastrik

Hewan Poligastrik (ruminansia) adalah hewan herbivora yang mencerna


makanannya dengan dua langkah, pertama dengan menelan bahan makanan
mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari
perutnya dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan ruminansia tidak hanya
memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi memiliki lebih dari satu ruang
(poligastrik). Pada ruminansia dewasa, rumen adalah bagian lambung yang paling
besar. Di antara lambung-lambung tersebut lambung sejatinya adalah abomasum,
dimana dalam abomasum terjadi proses pencernaan sebagaimana lambung
monogastrik lain, karena abomasum menghasilkan cairan lambung (gastric juice).
Saat lahir abomasum bayi ruminansia berukuran 70% dari keseluruhan lambung
majemuknya, sangat kontras dengan kondisi saat dewasa dimana abomasum
hanya 8% dari total volume lambung majemuknya. ((Lehninger, 1994).

Domba adalah hewan pemamah biak , yang berarti mempunyai sistem


pencernaan yang memungkinkan penggunaan makanan jika dicerna sebanyak dua
kali kemudian dicerna khusus oleh mikroorganisme dalam rumen. Mikroba ini
terutama bertanggung jawab untuk medenkomposisi selulosa dan karbohidrat
menjadi asam lemak volatile ternak yang digunakan sebagai bahan bakar
metabolisme utama mereka (Biologigonz, 2010).

Mikroba dalam rumen juga mampu mensintesis asam amino dari non protein
nitrogen sumber, seperti urea dan amoniak. Seperti mikroba mereproduksi dalam
rumen, generasi tua mati dan sel-sel mereka melanjutkan melalui saluran
pencernaan. Sel-sel ini kemudian sebagian dicerna oleh ternak, yang
memungkinkan mereka untuk mendapatkan sumber protein berkualitas tinggi.
Fitur-fitur ini memungkinkan ternak untuk berkembang pada rumput dan vegetasi
lainnya (Bali, 2011).

Domba memiliki satu perut dengan empat kompartemen, yaitu rumen,


retikulum, omasum dan abomasum, dengan rumen menjadi kompartemen
terbesar. Retikulum kompartemen terkecil, yang dikenal sebagai "sarang lebah".
Sapi kadang mengkonsumsi benda logam yang disimpan dalam retikulum dan
iritasi dari benda logam penyebab penyakit hardware. Fungsi utama omasum
adalah untuk menyerap air dan nutrisi dari pakan dicerna. Omasum dikenal
sebagai "lapisan banyak". Abomasum adalah seperti perut manusia, inilah
mengapa dikenal sebagai "Perut sejati” (Happyfafet, 2011).

Ternak domba berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena mempunyai


lambung sejati yaitu abomasum dan lambung depan yang membesar yang
mempunyai tiga ruangan yaitu reticulum, rumen, dan omasum ( Blakely, 1991).

Rumen dan reticulum sering dipandang sebagai organ tunggal disebut sebagai
retikulorumen yang merupakan tempat terjadinya pencernaan fermentative.
Retikulum ini mendorong pakan padat dan ingesta ke dalam rumen dan
mengalirkan ingesta kedalam omasum. Retikulum membantu ruminasi dimana
bolus diregurgitasikan ke dalam mulut. Ingesta yang telah halus didorong ke
dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba. Mikroorganisme yang
terdapat dalam rumen adalah bakteri, protozoa dan fungi ( Biologigonz, 2010 ).

Omasum merupakan bagian ketiga lambung ternak domba yang


menghubungkan retikulorumen dan abomasums. Abomasum merupakan bagian
keempat yang disebut juga perut sejati. Dengan demikian ternak ruminansia dapat
memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi serta mampu mengolahnya menjadi
produk dengan nilai biologis tinggi ( Blakely, 1991 ).

Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Zat–zat gizi organik ini
terdapat dalam bentuk yang tidak larut sehingga harus dipecah menjadi senyawa–
senyawa kecil sebelum mereka dapat masuk melalui dinding saluran pencernaan
untuk kemudian diedarkan kedalam darah atau saluran limfe. Berdasarkan
perubahan yang terjadi pada bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses
pencernaan ternak ruminansia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pencernaan
mekanik, hidrolik dan fermentative. Proses pencernaan fermentative inilah yang
merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan ruminansia yang
membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia (Sarwono,
1993).

Pencernaan adalah proses perubahan senyawa–senyawa tertentu menjadi


senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat makanannya. Proses
pencernaan berupa fermentasi yang terjadi sebelum usus halus pada ternak
ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian Keuntungan yang diperoleh
dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain produk fermentasi
mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa dan dapat menggunakan non–
protein nitrogen seperti urea. Kerugian yang dialami antara lain banyak energi
yang terbuang sebagai gas methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi
mengalami degradasi menjadi NH3 (amonia) sehingga terjadi penurunan nilai
protein, ternak ruminansia peka terhadap ketosis atau keracunan asam (Frandson,
199).

Proses pencernaan fermentative ini tidak lepas dari peranan mikroba rumen.
Mikroba rumen akan mencerna karbohidrat, protein, dan lemak menjadi asam
lemak atsiri VFA (Volaltyl Fatty Acid), NH3 (amonia), gas karbondioksida (CO2)
dan gas methan (CH4). Amonia digunakan untuk membangun sel mikroba, VFA
(Volatyl Fatty Acid) akan diserap langsung dalam rumen dan retrikulum untuk
dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber energy, gas methan dan oksigen
dikeluarkan melalui proses eruktasi ( Blakely, 1991 ).

2.3. Pencernaan Kelinci

Kelinci termasuk pseudoruminant yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna


serat kasar dengan baik. Kelinci memfermentasikan pakan di coecum yang kurang
lebih 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya (Sarwono, 2001).

Menurut Arrington dan Kelly (1986), kelinci termasuk pseudoruminant tetapi


sistem digestinya tidak berfungsi seperti ruminant dan alat pencerna makanannya
mempunyai karakteristik hewan monogastrik. Perut kelinci terdiri dari 3 bagian
yaitu bagian cardiac di dekat oesophagus, fundus di sebelah kiri bagian cardiac
dan pylorus di dekat usus halus. Volume perut adalah 36% dari total volume
saluran pencernaan, pH di dalam perut adalah 1,9. Coecum adalah segmen paling
besar dari saluran pencernaan besarnya 42% dari total volume.

Menurut Blakely dan Bade (1991), sistem pencernaan kelinci merupakan


sistem pencernaan yang sederhana dengan coecum dan usus yang besar. Hal ini
memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan bahan-bahan hijauan, rumput dan
sejenisnya. Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah
seperti yang terjadi pada saluran cerna kuda. Kelinci mempunyai sifat coprophagy
yaitu memakan feses yang sudah dikeluarkan. Feses ini berwarna hijau muda dan
lembek. Hal ini terjadi karena konstruksi saluran pencernaannnya sehingga
memungkinkan kelinci untuk memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di
saluran bagian bawah atau yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi
protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecah
selulose / serat menjadi energi yang berguna.

Dari hasil pembedahan terhadap kelinci, dapat diketahui sistem pencernaan


yang terdiri dari mulut, oesophagus, ventrikulus, usus halus, usus besar, coecum,
rectum dan anus. Sistem pencernaan ini sesuai dengan uraian Nugroho (1982),
bahwa saluran pencernaan ternak non ruminansia terdiri dari mulut, oesophagus,
ventrikulus atau lambung, usus halus, coecum, usus besar, rectum dan anus.

Menurut Sarwono (2001), terdapat perbedaan panjang usus halus, hal ini
disebabkan karena pembedaan kemampuan absorbsi zat-zat makanan di dalam
usus halus. Saluran terpanjang dari kelinci adalah usus halus. Karena di dalam
usus halus terjadi absorbsi makanan dalam jumlah yang besar. Coecum pada
ternak kelinci tumbuh pada ukuran yang besar (kurang lebih 45% dari saluran
pencernaan), sehingga kelinci dapat melakukan coprophagy (memakan kembali
kotorannya yang mengandung protein atau asam amino dan vitamin hasil
fermentasi mikrobia). Oleh karena itu, kelinci sering melakukan pseudoruminansi
apabila dalam ransom atau pakan kekurangan protein atau vitamin B.

Menurut Cheeke et al., (1982), asam-asam lemak (VFA) hasil fermentasi oleh
mikrobia dalam coecum diperkirakan menyumbang 30% dari kebutuhan energi
untuk pemeliharaan tubuh. Selanjutnya kelinci mampu mencerna protein pada
tingkat yang sama dan ekstrak ether pada tingkat yang lebih tinggi dari pada
herbivore lain. Hal ini mungkin berhubungan dengan sifat-sifat coprophagy
(memakan kotoran sendiri) yang dimiliki oleh kelinci.

Pada hewan lambung tunggal (kelinci) organ saluran pencernaanya terdiri dari
mulut, faring, kerongkongan, lambung (gastrum), usus halus (intestineum tenue),
yang terdiri dari doedenum, jejenum, ileum, usus besar (intestinum crasum), yang
terdiri dari kolon, sekum, dan rektum kemudian berakhir pada anus. (Tillman,. At
al, !984).

Menurut Blakely dan Bade (1991), sistem pencernaan kelinci merupakan


sistem pencernaan yang sederhana dengan coecum dan usus yang besar. Hal ini
memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan bahan-bahan hijauan, rumput dan
sejenisnya. Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah
seperti yang terjadi pada saluran cerna kuda. Kelinci mempunyai sifat coprophagy
yaitu memakan feses yang sudah dikeluarkan. Feses ini berwarna hijau muda dan
lembek. Hal ini terjadi karena konstruksi saluran pencernaannnya sehingga
memungkinkan kelinci untuk memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di
saluran bagian bawah atau yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi
protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecah
selulose/ serat menjadi energi yang berguna.
III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan

 Alat-alat operasi
 Kloroform, kapas, nampan operasi
 Aluran pencernaan poligastrik (domba, sapi), monogastrik (ayam),
monogastrik , herbivore (kelinci)

3.2. Cara Kerja

3.2.1. Pencernaan Hewan Monogastrik (Ayam)

 Ayam dibius dengan kapas berkloroform, hati-hati karena berbahaya


 Setelah pingsan, terlentangkan, cabuti bulu daerah perut hingga dada dan
tulang punggung
 Pisahkan kulit daerah perut dari otot bawahnya
 Bukalah selaput perut didekat tulang costae (tulang rusuk) terakhir
mengikuti arah tulang tersebut hingga tulang punggung
 Potonglah bagian dada dari persendian scapulanya, sehingga bagian
tersebut terpisah dari tubuh ayam
 Preparasi secara utuh mulai dari kepala sampai ke anus. Perlu diperhatikan
bahwa organ pankreas dan hati harus tetap menempel pada alat pencernaan
tersebut.
 Perhatikan dan pelajari alat-alat pencernaan tersebut.
 Gambarlah alat pencernaan tersebut secara utuh mulai dari kepala hingga
anus.
 Buatlah sayatan mulai dari ruang mulut hingga anus
 Perhatikan bagian-bagian isi saluran pencernaan tersebut yang merupakan
gambaran proses fisiologik yang terjadi
 Gambarkanlah bagian-bagian dalam tersebut
 Di dalam laporan, tertulis secara kronologis mulai dari ransom yang
dimakan ayam, hingga sisa bahan makanan yang keluar anus
 Tulislah fungsi dari setiap bagian yang saudara pelajari

3.2.2. (Pencernaan Hewan Ruminansia: Domba/Sapi)

 Perhatikan dalam keadaan utuh, saluran pencernaan ruminansia yang


tersedia mulai dari mulut sampai anus beserta organ-organ pelengkapnya
 Gambarlah saluran pencernaan tersebut secara lengkap dan utuh
 Buatlah sayatan mulai dari mulut sampai anus
 Perhatikanlah bahan-bahan makanan yang ada di dalam bagian-bagian
saluran pencernaan tersebut
 Perhatikan anatomi permukaan bagian dalam dan luar dari saluran
pencernaan
 Buatlah laporan mengenai pengamatan saudara serta penjelasan dan
pembahasannya. Bandingkanlah dengan alat pencernaan unggas
 Gambarlah bagian-bagian dalam hewan tersebut
 Di dalam laporan, tulislah secara kranologis mulai dari ransom yang di
makan hingga sisa bahan makanan yang keluar dari anus
 Tulislah fungsi dari setiap bagian yang saudara pelajari

3.2.3. Pencernaan Kelinci

 Membius kelinci dengan kapas berkloroform, hati-hati karena berbahaya


 Setelah pingsan, membuatnya terlentang, mencabuti bulu daerah perut
hingga dada dan tulang punggung.
 Memisahkan kulit daerah perut dari otot bawahnya
 Membuka selaput perut didekat tulang costae (tulang rusuk) terakhir
mengikuti arah tulang tersebut hingga tulang punggung.
 Mempreparasi secara utuh mulai dari kepala sampai anus. Perlu
diperhatikan bahwa organ pankreas dan hati harus tetap menempel pada
alat pencernaan tersebut.
 Memperhatikan dan mempelajari alat-alat pencernaan tersebut.
 Menggambar alat pencernaan tersebut secara utuh mulai dari kepala
hingga anus
 Membuat sayatan mulai dari ruang mulut hingga anus.
 Memperhatikan bagian-bagian isi saluran pencernaan tersebut yang
merupakan gambaran proses fisiologik yang terjadi.
 Menggambar bagian-bagian dalam tersebut.
 Didalam laporan, tertulis secara kronologis mulai dari ransum yang
dimakan ayam, hingga sisa bahan makanan yang keluar anus.
 Menulis fungsi dari setiap bagian yang praktikan pelajari.
IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Pencernaan Hewan Monogastrik : Ayam

Keterangan :

1. Oesophagus 4. Gizzard
2. Crop 5. Gall Bladder
3. Proventriculus 6. Liver
7. Pancreas
8. Duodenal loop
9. Small intestine
10. Caeca
11. Cloaca
12. Large intestine
4.1.2. Pencernaan Hewan Ruminansia : Domba

Keterangan :

1. Esophagus
2. Rumen
3. Retikulum
4. Omasum
5. Abomasum
6. Usus Halus : Duodenum, Jejunum dan Ileum
7. Usus Besar : Cecum dan Rectum

4.1.3. Pencernaan Kelinci


Keterangan :

1. Oesophagus
2. Stomach
3. Liver
4. Pankreas
5. Small intestine
6. Large intestine
7. Cecum
8. Rectum
9. anus
4.2. Pembahasan

4.2.1. Pencernaan Hewan Monogastrik : Ayam

Tractus digestifus ayam adalah :

 Lingua, yang panjang sebagai tanduk.


 Faring yang berfungsi sebagai corong.
 Ingluvies sebagai kantung yang tipis.
 Oesophagus
 Proventriculus, merupakan dinding tipis yang memiliki banyak kelenjar di
dalamnya.
 Ventriculus, merupakan dinding tebal dari otot. Pada bagian dalamnya
terdapat lembaran – lembaran keratinoid dan banyak batu – batu kecil.
Pada dinding lateralnya terdapat discus tendineus.
 Duodenum, mulai muaranya dari daratan dorsal ventriculus berbentuk
huruf U melingkari pankreas.
 Intestinum lainnya, lanjutan duodenum berakhir sebagai caecum.
 Caecum, merupakan dua buah usus buntu yang pendek.
 Rectum, tebal, lanjutan dari intestinum tenue yang pendek, dan bermuara
di kloaka.
Pencernaan pada unggas pada dasarnya hampir sama dengan pencernaan
pada mammalia, hanya ada beberapa perubahan pada saluran pencernaan.
Saluran pencernaan unggas dapat dianggap sebagai sebuah pipa yang berlapis
tiga dengan modifikasi pada daerah-daerah spesifik untuk melaksanakan
berbagai fungsi. Ke-3 lapisan itu adalah lapisan muskularis, submukosa dan
mukosa. Gerak mekanis makanan dari paruh ke kloaka terselenggara oleh
kontraksi-kontraksi peristalsis lapisan muskularis. Mukus (lendir) di-sekresikan
sepanjang saluran pencernaan oleh sel-sel dalam mukosa dan bertindak sebagai
pelumas. Diantara lapisan muskularis dan mukosa terletak submukosa yang
mengandung kelenjar-kelenjar sekretoris.

Proses pencernaan makanan pada ayam yaitu paruh mengambil makanan,


lidah mendorongnya ke dalam esofagus. Mukosa mulut serta esofagus
menghasilkan saliva, proses berjalan cepat dan digesti dapat diabaikan, lalu
disalurkan ke tembolok. Adanya tembolok memungkinkan unggas untuk
menerima makanan lebih cepat daripada absorpsinya. Bila unggas dipuasakan
makanan pertama yang dimakan langsung masuk proventrikulus, lubang ke
tembolok tertutup. Makanan berikutnya disimpan dalam tembolok selama
beberapa menit sampai beberapa jam, tergantung pada konsistensinya dan
respons ventrikulus. Makanan basah yang digerus halus cepat dikeluarkan,
sedang makanan kering yang kasar tinggal lebih lama. Di alam tembolok
makanan disimpan sementara dan menjadikan makanan tersebut lembek, dan
juga terjadi aktivitas mikroba,dan terjadi vermentasi. Setelah itu makanan masuk
ke proventikulus(lambung yang mempunyai kelenjar sekretoris yang
menghasilkan HCL dan pepsin,oleh karena itu proses pencernaan unggas di usus
halus terjadi secara enzimatis. Setelah itu makanan masuk ke ventrikulus, organ
ini dilapisi oleh epitel kolumner yang berkeratin, organ ini berperan sebagai
penggerus makanan. Bahan makanan dalam empedal digerus sampai cukup
lumat untuk dikeluarkan melalui sphincter ke dalam duodenum. Jonjot-jonjot
mukosa di daerah ini mencegah keluarnya partikel makanan yang besar dan grit.
Setelah itu makanan ke intestinum tenue yang mempunyai banyak sel piala
(goblet cells) yang berfungsi mensekresi mukus. Lipatan pada submukosa (plica
kerkringi), villi sebagai absorpsi. Setelah itu ke intestinum crassum. Ke kolon
yang mampu mengadakan gerakan peristaltik, organ ini berotot yang mampu
mengadakan gerakan antiperistalsis yang membawa kembali isinya ke dalam
caeca. Sphincter pada batas ileum- colon mencegah gerakan bahan masuk ke
dalam ileum. Kolon itu sangat pendek. Lalu ke caekum sebagai kamar
vermentasi dan diproduksi vit B. Pengisiannya dan pengosongannya diatur oleh
otot-otot sphincter.

Dan yang terakhir sampai ke kloaka. Kloaka mempunyai ruang simpan yang
besar untuk urine dan faeces yaitu Coprodaeum. Ruang yang lebih kecil
(urodaeum) menerima oviduct atau jendolan genital jantan dan ureter. Ruang ke-
3 (protodaeum) yang dekat lubang keluar, fungsinya belum diketahui.
Lembaran-lembaran mukosa membatasi ke-2 ruangan itu. Kloaka dilapisi villi
pendek dan lebar serta mempunyai lapisan otot yang berkembang dengan baik
untuk mengeluarkan faeces dan untuk retroperitalsis bahan-bahan yang masih
banyak mengandung air. Oleh karena itu di caekun dan kolon juga terjadi
absorpsi air.

4.2.2. Pencernaan Hewan Ruminansia : Domba

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa anatomi organ digesti pada


ruminansia (domba) terdiri dari mulut, esofagus, lambung (rumen,
retikulum, omasum, abomasum), usus halus (duodenum, jejunum, ileum),
usus besar (sekum, kolon, rektum) dan anus. Bagian-bagian inilah yang
disebut sistem digesti. Sistem digesti pada ruminansia adalah suatu
lintasan organ dalam pengelolaan makanan yang dimulai dari mulut dan
berakhir di anus, dimana di dalamnya mengalami proses pencernaan dan
bermetabolisme alamiah pada hewan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lubis (1992) yang menyatakan bahwa sistem digesti adalah suatu lintasan
organ yang menghubungkan antara lingkungan dengan proses
metabolisme alamiah pada hewan. Hal ini didukung juga oleh Kamal
(1994) bahwa saluran pencernaan dimulai dari mulut dan diabsorbsi di
dalam usus, kemudian makanan yang sudah diserap keluar berupa fesess
dari anus.

a. Mulut
Pencernaan di dalam mulut terjadi secara mekanik dan kimiawi. Di
dalam mulut terjadi proses mastikasi, salivasi, dan deglutisi. Mastikasi
adalah proses pelembutan pakan biasanya melalui pengunyahan. Deglutisi
adalah proses penelanan makanan. Menurut Kamal (1994), mastikasi
bertujuan untuk menghaluskan atau mengecilkan ukuran pakan sehingga
mempercepat hidrolisis, mencegah terjadinya luka pada saluran
pencernaan, dan memudahkan penelanan. Salivasi merupakan
pencampuran air ludah dan makanan yang berfungsi sebagai pelincir saat
penelanan. Air liur mengandung kira-kira 99% air dan 1% yang terdiri dari
musin, mineral-mineral, dan enzim alfa-amilase (Hartadi et al., 2008).
Saliva dicurahkan ke dalam mulut oleh tiga pasang kelenjar saliva yaitu
kelenjar submaksilaris dan kelenjar submandibularis yang terletak pada
setiap sisi rahang bawah, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah
lidah, dan kelenjar parotis yang terletak di depan masing-masing telinga
(Kamal, 1994).

b. Esofagus

Esofagus pada domba berupa saluran kecil yang menghubungkan


antara mulut dengan lambung. Esofagus berfungsi sebagai jalan makanan
menuju perut besar atau lambung. Esofagus merupakan tempat lewatnya
makanan dari mulut ke lambung, yang merupakan saluran dari faring ke
kardia (Kustono et al., 2008). Esofagus tidak mengsekresikan enzim
sehingga tidak mempunyai fungsi pencernaan kemik. Organ ini dilapisi
membran mukosa pada permukaannya (Hartadi et al., 2008).

c. Lambung

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa lambung ruminansia terdiri dari


empat bagian yaitu rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Selain itu
dialam lambung juga terjadi proses pencernaan oleh mikroba. Hal ini
sesuai dengan pendapat Cole (1962) yang menyatakan bahwa ruminansia
merupakan poligastrik yang mempunyai lambung depan yang terdiri dari
reticulum (perut jala) , rumen (perut handuk), omasum (perut kitab),
abomasum (perut kelenjar/lambung sejati). Proses pencernaan di dalam
lambung depan terjadi secara mikrobial. Mikroba memegang peranan
penting dalam memecah makanan.

Rumen memiliki panjang 22 cm dan diameter 23 cm. Rumen pada


domba merupakan tempat utama proses pencernaan yang berlangsung
secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorbsi VFA
(Volatyl Fatty Acid) dan amonia, lokasi mixing, menyimpan bahan
makanan. Pakan berbentuk serat-serat kasar, disini juga terjadi proses
fermentasi untuk mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik.
Proses pencernaan fermentasi inilah yang merupakan proses khas yang
terjadi dalam saluran pencernaan ruminansia yang membedakannya
dengan proses pencernaan pada non ruminansia (Sarwono, 1993). Di
dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.
Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama, yaitu bakteri,
protozoa dan fungi Czerkawsi (1986). Kehadiran fungi di dalam rumen
diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena fungi
membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh
jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk
dicerna oleh enzim bakteri rumen. Bakteri rumen dapat diklasifikasikan
berdasarkan substrat utama yang digunakan, karena sulit
mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya, protozoa
diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat
berdasarkan penyebaran silianya.

Retikulum memiliki panjang 9 cm dan diameter 9 cm. Retikulum


bentuknya menyerupai sarang tawon atau lebah. Terletak di belakang
diafragma dan terjadi proses regurgitasi yaitu pemuntahan kembali pakan
yang sudah tertelan. Terjadi juga penyerapan benda-benda asing. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tillman et al., (1984) bahwa di dalam retikulum
terjdi proses ruminansia yaitu Regurgitasi, Reinsalivasi, Remastikasi dan
Redeglutisi. Regurgitasi adalah proses dimana pakan yang sudah masuk
dari rumen menuju retikulum kembali lagi ke mulut dan dimuntahkan. Hal
tersebut didukung juga oleh Frandson (1992) yang menyatakan bahwa
Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial seperti
yang tercermin dari namanya. Kompartemen ini bagian dalamnya
diseliputi oleh membran mukosa yang mengandung intersekting ridge
yang membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai
permukaan sarang lebah.

Omasum memiliki panjang 9 cm dan diameter 7 cm. Omasum terletak


di sebelah kanan rumen dan retikulum persis pada kaudal hati, terdapat
bentuk seperti lembar-lembar daun yang berduri. Fungsi dari omasum
adalah sebagai tempat proses fermentasi reduksi pakan dan tempat
penyerapan air. Di dalam omasum terdapat kelenjar yang memproduksi
enzim yang akan bercampur dengan bolus, makanan dijadikan lebih halus
lagi di omasum. Kadar air dari gumpalan makanan dikurangi (terjadi
absorpsi air), Di dalam abomasum makanan dicernakan lagi dengan
bantuan enzim. Hal ini sesuai dengan pendapat Frances dan Siddon
(1993) bahwa omasum disebut sebagai perut buku karena tersususun dari
lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsi omasum belum terungkap
jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam
lemak terbang dan elektrolit. Hal tersebut didukung juga oleh Akoso
(2002) yang menyatakan bahwa fungsi bagian ini adalah untuk menyaring
partikel pakan yang lebih kecil, oleh karena itu terdapat lima macam
lamina atau daun yang masing-masing mempunyai duri. PH normal pada
omasum ternak ruminanasia adalah 7 yang berarti netral.

Abomasum memiliki panjang 16 cm dan diameter 6 cm. Abomasum


terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan dari
rumen. Fungsi dari Abomasum adalah sebagai tempat proses penyerapan,
permulaan pencernaan enzim enzimatis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Blakely (1991) bahwa Abomasum merupakan perut sebenarnya, karena di
dalam Abomasum terjadi pencernaan secara kimiawi oleh enzim-enzim
pencernaan. Dengan demikian, ternak ruminansia mampu memanfaatkan
pakan berserat kasar yang tinggi, serta mampu mengolahya menjadi
produk dengan nilai biologis tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Frandson (1993) yang menyatakan bahwa abomasum terletak ventral dari
omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan dari rumen.

d. Usus Halus

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa usus halus terdiri dari tiga


bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sherwood. L (2001) yang menyatakan bahwa small intestinum
adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan.
Setelah isi lumen meninggalkan usus halus tidak lagi terjadi proses
pencernaan. Usus ini berada dalam keadaan abdomen dan terlentang dari
lambung sampai usus besar. Secara garis besar usus dibagi menjadi tiga
bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.

Duodenum memiliki panjang 956 cm dan diameter 2 cm. Duodenum


merupakan bagian yang pertama dari usus halus. Makanan dari
abomasums selanjutnya masuk ke duodenum. Di sepanjang duodenum
terdapat pankreas. Di dalam duodenum, makanan yang sudah bercampur
dengan getah lambung kemudian dicampur dengan getah pankreas yang
menghasilkan enzim-enzim yang menetralkan keasaman dari getah
lambung. Hal ini sesuai dengan pendapat Champbell (2004) yang
menyatakan bahwa pankreas menghasilkan beberapa enzim hidrolitik dan
larutan alkali yang kaya akan bikarbonat yang bekerja sebagai buffer yang
menetralisir keasaman kimus dari lambung. Hal ini juga didukung oleh
pendapat Gunawan (2006) yang menyatakan bahwa proses pencernaan di
usus dua belas jari (duodenum) sangat bergantung pada fungsi pankreas
dalam mengubah zat makanan menjadi basa, karena pencernaan baru akan
terjadi setelah suasana kimiawi makanan menjadi basa. Duodenum
berbentuk kelokan yang disebut duodenal loop. Bermuara 2 saluran yaitu
dari pancreas dan kantong empedu. Kantong empedu berisi empedu yang
dihasilkan oleh hati dan berguna untuk mengemulsikan lemak. Pankreas
menempel pada kelokan ini mengsekresikan pankreatik yang mengandung
enzim yaitu amilase yang berfungsi mengubah tepung jadi gula, tripsin
berfungsi mengubah protein jadi peptide, dan lipase yang berfungsi
mengubah trigleserid/lemak: asam lemak dan gliserol.

Berdasarkan hasil pengukuran jejunum memiliki panjang 120 cm dan


diameter 1 cm. Jejunum merupakan usus halus bagian tengah yang
berfungsi untuk pencernaan produk-produk pencernaan yang berasal dari
duodenum. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (2006) yang
menyatakan bahwa jejunum adalah lokasi akhir proses penguraian dan
sekaligus awal dari proses penyerapan zat makanan. Hal ini didukung oleh
Tillman et al, (1998) yang menyatakan bahwa usus halus terdiri dari
duodenum, jejunum dan ileum yang tersambung dan tidak ada batasan
diantara keduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Andang (1999) yang
menyatakan bahwa jejunum dan ileum merupakan lokasi akhir proses
penguraian dan sekaligus awal dari proses penyerapan zat makanan. Hal
ini juga sesuai pendapat Tray dan Raharja (2007) yang menyatakan bahwa
ileum terjadi penyerapan dari bahan gizi (asam amino, asam lemak dan
glukosa) vitamin yang melarut dalam air dan mineral (kalsium dan besi)
dan sebagian besar air. Makanan di dalam jejunum mengalami pencernaan
secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan didindig usus. Enzim-enzim
yang dihasilkan dinding usus sebagai adalah enterokinase yang berfungsi,
mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas, erepsin yang
berfungsi mengubah dipeptida/peptone menjadi asam amino, maltase
yang berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa, disakarase yang
berfungsi mengubah disakarosa menjadi monosakarida, peptidase yang
berfungsi mengubah polipeptida menjadi asam amino, sukrase yang
berfungsi mencerna sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dan lipase
yang berfungsi mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak.

Berdasarkan hasil pengukuran ileum memiliki panjang 202 cm dan


diameter 1 cm. Ileum memiliki fungsi bagian akhir yang aktif dalam
absorbsi dan bagian dari usus halus. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Frandson,1992) menyatakan bahwa ileum memiliki fungsi sebagai tempat
terjadinya perombakan lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas dan
setelah itu diabsorbsi. Menurut (Sarwono , 1993) pakan yang telah
tercerna di abomasum mengalir ke ileum dan terjadi proses digesti dan
absorbsi pakan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak
lipatan/lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili berfungsi
memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat makanan akan
lebih sempurna. Setiap vilus mengandung pembuluh limfa yang di sebut
lacteal dan pembuluh kapiler.

e. Caecum

Caecum memiliki panjang 78 cm dan diameternya mencapai 5 cm.


Caecum terletak diantara ileum dengan usus besar yang berfungsi sebagai
tempat tempat terjadinya aktivitas mikrobial. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fried et.al (2006) yang menyatakan bahwa dalam sekum,
terdapat populasi padat bakteri pencerna selulosa yang memungkinkan
tersediannya produk-produk degradasi selulosa bagi inang. Hal ini juga
sesuai dengan pendapat Rianto et.al (2009) yang menyatakan bahwa
aktivitas mikrobial terbesar didalam usus besar terjadi di sekum
menambahkan bahwa
f. Usus Besar

Usus besar berfungsi sebagai tempat observasi air dan penyerapan sisa
- sisa pakan, pencernaan diusus besar dilakukan secara enzimatis. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kamal (1994) yang menyatakan bahwa
pencernaan intestinum dilakukan oleh enzim yang terbawa bersama pakan
dari bagian saluran sebelumnya. Usus besar terdiri atas ceca yang
merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian
yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan mendatar dan
berakhir di anus menurut Tillman et al (1998) sebagian bahan-bahan yang
dicerna masuk usus besar zat – zat makanannya telah mengalami absorbsi
didalam usus halus.

g. Anus

Anus memiliki panjang 8 cm dengan diameternya 3 cm. Setelah


makanan tersebut sudah terserap oleh usus besar maka materi yang tidak
dapat terserap atau tercerna dikeluarkan lewat anus menghasilkan fases.
Feses merupakan pakan yang tidak dapat diserap tubuh dan dikeluarkan
melalui anus, Rianto et.al (2009). Feses menurut Kamal (1994) tersusun
dari air, sisa-sisa pakan yang tidak tercerna, getah dari saluran pencernaan,
sel- sel epitel usus, mikroorganisme, garam organik, indole, skesol, dan
hasil- hasil dekomposisi yang lain dari bakteri.

4.2.3. Pencernaan Kelinci

Kelinci makan dan mengunyah makanannya sekitar 300 kali dan


"memutar' makanannya ke kedua sisi rongga mulut, dan makanan turun ke
esophagus (kerongkongan). Makanan masuk ke lambung, tetapi reaksi
sebenarnya bukan disana. Lambung menyimpan makanan dan isinya
disterilisasi dan dipindahkan ke usus halus.
Di usus halus, 90% protein, karbohidrat dan gula diserap dari
makanan. Kemudian bahan-bahan berserat yang tidak dicerna bergerak
dan diseleksi. Serat bergerak ke colon (usus besar) dan membentuk tinja
yang keras. Sisa makanan yang siap untuk dicerna bergerak ke caecum
yang lebih besar dari lambung. Tinja keras yang melewati caecum
digerakkan ke colon dalam gerakan memutar dan membentuk bola-bola
bulat dan keras.

Ada 2 kelenjar bau di kedua sisi di samping anus. Bau -bauan ini
disimpan pada tinja keras saat tinja tersebut melewati anus.

Caecum adalah sebuah organ rumit yang mencerna kembali makanan.


Caecum merupakan batas antara usus halus dan usus besar. Caecum berisi
enzim-enzim dan bakteri pemecah makanan. Setiap 3-8 jam sehari caecum
berkontraksi dan mendorong bahan-bahan tersebut kembali ke colon
dimana bahan-bahan tsb dibungkus oleh sejenis lendir, kemudian keluar
melewati anus (bentuknya seperti setangkai buah anggur berwarna coklat,
tapi ukurannya jauh lebih kecil) dan si kelinci langsung memakan
"cecothropes" ini. Untungnya, hal ini biasanya terjadi pada malam hari. Si
kelinci mencerna kembali cecothropes untuk mendapatkan lebih banyak
nutrisi. Ini adalah bagian yang sangat penting dari proses pencernaan agar
kelinci tetap sehat.

a. Mulut

Berdasarkan hasil pengamatan mulut pada ternak terdapat tiga alat


pencernaan yaitu gigi, lidah dan saliva. Mulut juga digunakan untuk
menggiling makanan dengan bantuan lidah serta mencampurnya dengan
saliva, juga berperan dalam mekanisme preherensi. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Blakely dan Bade (1991) yang menyatakan bahwa yang
masuk kedalam mulut dikunyah menggunakan gigi dengan bantuan lidah.
Didukung juga oleh Frandson (1992) yang menyatakan bahwa ternak
psedoruminansia terjadi mastikasi yaitu mengambil pakan, mengunyah,
dan mencampur dengan saliva.

b. Esofagus

Esophagus memiliki panjang 10,5 cm. Esofagus terletak di antara


mulut dan lambung yang berfungsi sebagai saluran makanan dari mulut
menuju ke esofagus. Bagian esophagus yang berwarna putih, tidak
mempunyai kelenjar dan dilapisi oleh epithelium berbentuk squomous-
stantified yang tebal. Daerah ini meliputi 1/3 – 2/5 bagian dari seluruh
jaringan muko (Parakkasi, 1986). Esophagus merupakan saluran yang
sempit dan panjang dan merupakan suatu tabung otot yang dapat
mengembang. Dinding esophagus tidak berkontraksi pada saat tidak terisi
makanan sehingga udara yang berasal dari lubang hidung bagian dalam
tidak masuk ke dalam glottis (Thakir dan Puranik, 1984).

c. Lambung

Lambung kelinci memiliki panjang 17 cm. lambung adalah ruangan


yang berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyimpanan makanan,
cairan lambung terdiri dari air, garam-garam anorganik dan pepsinogen
dapat merangsang produksi pepsin. pH lambung kelinci sangat asam yaitu
sekitar pH 1-2, sehingga sangat efektif dalam membunuh mikroorganisme
pathogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al., (1991) yang
menyatakan bahwa lambung merupakan ruangan yang berfungsi sebagai
tempat pencernaan dan penyimpanan makanan. Tetapi pada saat kelinci
menyusui pH akan berubah mendekati basa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fransond (1992) yang menhyatakan bahwa kelinci yang sedang
meyusui pH lambungnya sekitar 5-6,5.

d. Usus Halus
Berdasarkan hasil pengamatan Usus halus merupakan saluran
pencernaan yang di dalamnya terjadi proses penyerapan nutrient, selain itu
usus halus juga terbagi menjadi tiga bagian yaitu duonenum, jejunum,
ileum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Parakkasi (1986) yang
menyatakan bahwa tempat utama pencernaan karbohidrat dan protein
adalah di usus kecil. Usus halus dibagi menjadi tiga yaitu duodenum,
jejunum, ileum. Didukung juga oleh Sherwood L (2001) yang
menyatakan bahwa Small intestinum adalah tempat berlangsungnya
sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Setelah isi lumen
meninggalkan usus halus tidak lagi terjadi proses pencernaan. Usus ini
berada dalam keadaan abdomen dan terlentang dari lambung sampai usus
besar. Secara garis besar usus dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum.

Duodenum menghubungkan usus halus dengan lambung, merupakan


bagian usus halus yang utama. Di dalam duodenum, makanan yang sudah
bercampur dengan getah lambung kemudian dicampur dengan getah
pankreas yang menghasilkan enzim-enzim yang menetralkan keasaman
dari getah lambung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frandson (1993)
yang menyatakan bahwa di dalam duodenum merupakan bagian dari usus
halus yang utama. Kemudian bergabung dengan jejunum. Bagian akhir
dari usus halus adalah ileum. Duodenum menghubungkan usus halus
dengan lambung sedangkan ileum menghubungkan usus halus dengan
usus besar (intestinum crassum). Usus halus terdapat empat sekresi cairan
yaitu duodenum, empedu, cairan pancreas dan cairan usus. Didukung juga
oleh Gunawan (2006) yang menyatakan bahwa proses pencernaan di usus
dua belas jari (duodenum) sangat bergantung pada fungsi pankreas dalam
mengubah zat makanan menjadi basa, karena pencernaan baru akan terjadi
setelah suasana kimiawi makanan menjadi basa. Duodenum berbentuk
kelokan yang disebut duodenal loop. Bermuara 2 saluran yaitu dari
pancreas dan kantong empedu. Kantong empedu berisi empedu yang
dihasilkan oleh hati dan berguna untuk mengemulsikan lemak. Pankreas
menempel pada kelokan ini mengsekresikan pankreatik yang mengandung
enzim yaitu amilase yang berfungsi mengubah tepung jadi gula, tripsin
berfungsi mengubah protein jadi peptide, dan lipase yang berfungsi
mengubah trigleserid/lemak: asam lemak dan gliserol.

Di dalam jejunum terjadi penyerapan zat gizi, karena di dalam jejunum


terjadi pencernaan secara kimiawi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tray
dan Raharja (2007) yang menyatakan bahwa ileum terjadi penyerapan dari
bahan gizi (asam amino, asam lemak dan glukosa) vitamin yang melarut
dalam air dan mineral (kalsium dan besi) dan sebagian besar air. Makanan
di dalam jejunum mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang
dihasilkan didindig usus. Enzim-enzim yang dihasilkan dinding usus
sebagai adalah enterokinase yang berfungsi, mengaktifkan tripsinogen
yang dihasilkan pankreas, erepsin yang berfungsi mengubah
dipeptida/peptone menjadi asam amino, maltase yang berfungsi
mengubah maltosa menjadi glukosa, disakarase yang berfungsi mengubah
disakarosa menjadi monosakarida, peptidase yang berfungsi mengubah
polipeptida menjadi asam amino, sukrase yang berfungsi mencerna
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dan lipase yang berfungsi
mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Didukung juga
oleh Andang (1999) yang menyatakan bahwa jejunum dan ileum
merupakan lokasi akhir proses penguraian dan sekaligus awal dari proses
penyerapan zat makanan.

Ileum merupakan penghubung usus halus dan usus besar (intestinum


crassum). Ileum memiliki fungsi bagian akhir yang aktif dalam absorbsi
dan bagian dari usus halus. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson
(1993) yang menyatakan bahwa ) yang menyatakan bahwa di dalam
duodenum merupakan bagian dari usus halus yang utama. Kemudian
bergabung dengan jejunum. Bagian akhir dari usus halus adalah ileum.
Duodenum menghubungkan usus halus dengan lambung sedangkan ileum
menghubungkan usus halus dengan usus besar (intestinum crassum). Usus
halus terdapat empat sekresi cairan yaitu duodenum, empedu, cairan
pancreas dan cairan usus. Didukung juga oleh Sarwono (1993) pakan yang
telah tercerna di abomasum mengalir ke ileum dan terjadi proses digesti
dan absorbsi pakan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat
banyak lipatan/lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili berfungsi
memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat makanan akan
lebih sempurna. Setiap vilus mengandung pembuluh limfa yang di sebut
lacteal dan pembuluh kapiler.

e. Caecum

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa, sekum kelinci


mengalami proses fermentasi di dalam sekum. Kelinci memiliki sekum
yang besar namun tidak dapat mencerna bahan-bahan organic. Hal ini
sesuai dengan pendapat Parakkasi (1986) yang menyatakan bahwa sekum
mempunyai fungsi seperti rumen yaitu fermentasi, serat kasar dan
karbohidrat oleh organism. Didukung juga oleh Fransond (1993) bahwa
pembentukan sekum akan menyebabkan pembesaran pada kolon, tanpa
sekum tidak ada coprophagy. Coprophagy umumnya dikeluarkan pada
pagi dan malam hari, mengandung vitamin B, protein 28,8% dan 30%
serat kasar. Sedangkan kotoran kerasnya dikeluarkan pada siang hari
mengandung 9,2% protein dan 50,3% serat kasar.

f. Usus Besar

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa


usus besar yang menuju kearah cranial sekum berlanjut ke kolon. Kolon
turun bergerak ke depan kea rah dua lapis yang menyangga usus halus.
Hal ini sesuai pendapat (Suprijanta et al., 2005) yang menyatakan bahwa
pada usus besar ini terjadi penyerapan air karena sebagia besar sari-sari
makanan sudah terserap dalam usus halus. Didukung juga oleh Kamal
(1994) bahwa pencernaan pada large intestinum dilakukan oleh enzim
yang terbawa bersama pakan dari bagian saluran pencernaan sebelumnya
oleh enzim yang berasal dari aktivitas mikroorganisme.

g. Anus

Anus memiliki panjang 2 cm. Anus berfungsi sebagai lubang


pembuangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998)
menyatakan bahwa makanan yang sudah dicerna di dalam usus besar akan
disekresikan dan dikeluarkan berupa feses melalui anus. Didukung juga
oleh Umar (1992) bahwa feses merupakan sisa makanan yang tidak
tercerna, cairan fi baktereses trancus digestivus, sel-sel epitel usus,
mikroorganisme, garam organik, stearol, dan hasil dekomposisi dari
bakteri keluar melalui anus.
V

KESIMPULAN

 Saluran pencernaan pada ayam yaitu dimulai dari mulut, esofagus,


tembolok, proventrikulus, ventrikulus, intestinum tenue ( duodenum,
jejunum, ileum), intestinum crasum(kolon, rektum, caecum). Dan yang
terakhir kloaka.
 Ruminansia memilliki sistem pencernaan yang terdiri atas esophagus,
lambung, dan juga usus. Lambung pada ruminansia terdiri dari 4 bagian.
Hal inilah yang unik pada ruminansia dan tidak dimiliki oleh hewan
lainnya. Ada rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Ukuran dapat
bervariasi sesuai dengan jenis, umur dan juga faktor makanan ruminansia.
 Kelinci makan dan mengunyah makanannya sekitar 300 kali dan
"memutar' makanannya ke kedua sisi rongga mulut, dan makanan turun ke
esophagus (kerongkongan), dan makanan masuk ke lambung, tetapi reaksi
sebenarnya bukan disana, lambung menyimpan makanan dan isinya
disterilisasi dan dipindahkan ke usus halus.
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan edisi IV. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta

Girisenta, 1980. Kawan Beternak. Yayasan Kanisius : Yogyakarta.

Siswanto. 2009. Bahan Ajar Fisiologi. Laboratorium Fisiologi Universitas


udayana : Denpasar.

Swenson, M. J. 1997. Dukes Phisiology of Domestik Animals. Cornell USA


University Press : USA

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S.


Lebdosoekojo.1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1. Saluran pencernaan pada ayam

Gambar 2. Saluran pencernaan pada domba


Gambar 3. Saluran pencernaan kelinci

Anda mungkin juga menyukai