Oleh:
Dr. Sad Likah, S.Pt.,MP
Alhamdulillah dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah Swt karena atas
limpahan kesehatan dan RahmatNya lah penulisan modul ini dapat saya selesaikan.
Modul ini merupakan revisi dari modul “Nutrisi dan Makanan Ternak” yang telah
ada dan terus dilakukan pembaharuan-pembaharuan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku sekarang dan perkembangan ilmu Pakan Ternak.
Modul ini berisi pendahulan yang membahas peran Ilmu Nutrisi dalam
peningkatan produktivitas ternak dan pembagunan sub sector peternakan, serta
kedudukannya bersama ilmu-ilmu yang lain. Bab II. Pengetahuan Bahan Pakan
Ternak, Bab III. Berisi tentang Sistem Pencernaan diikuti Zat Makanan dan Analisis
Proksimat, Uji Kualitas Pakan, sampai kepada Penyusunan Ransum untuk Unggas
dan Teknologi dalam Pakan Unggas.
Tentu saja modul ini masih jauh dari sempurna dan masih terus perlu
dilalakukan perbaikan mengikuti perkembangan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
yang terus berkembang dan proses pembelajaran yang terus berkembang pula.
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
BAB II PENGERTIAN ILMU NUTRISI DAN RUANG LINGKUPNYA .............................5
BAB III ZAT MAKANAN DAN ANALISIS PROKSIMAT.....................................................9
BAB IV SISTEM PENCERNAAN ZAT MAKANAN.............................................................20
A. Sistem Pencernaan Ternak Non-ruminansia.................................................................21
B. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia........................................................................24
BAB V PENGETAHUAN TENTANG BAHAN PAKAN TERNAK .....................................29
BAB VI FORMULASI RANSUM NON-RUMINANSIA DAN RUMINANSIA...................38
A. Formulasi Pakan Ternak Non-Ruminansia...................................................................39
B. Formulasi Pakan Ternak Ruminansia...........................................................................41
BAB VII PENILAIAN KUALITAS PAKAN ...........................................................................44
A. Penilaian Kualitas Pakan Secara Fisik.............................................................................44
B. Penilaian Kualitas Pakan Secara Kimia...........................................................................45
C. Penilaian Kualitas Pakan Secara Biologis........................................................................46
BAB VIII TEKNOLOGI PAKAN ............................................................................................48
1. Teknik dan Proses Produksi Pakan................................................................................48
2. Jenis Pakan Berdasarkan Bentuknya Pakan.................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................59
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Bahan makanan ternak dapat berasal dari tumbuhan, maupun hewan, dan yang
terkandung dalam bahan tersebut adalah zat nutrisi atau zat gizi yang diperlukan oleh
hewan baik untuk hidup pokok maupun untuk produksi. Untuk mengetahui
kandungan zat nutrisi dalam bahan makanan ternak dapat dilakukan dengan analisis
Weende atau analisa Proksimat. Nilai bahan makanan ternak tergantung dari
kandungan zat nutrisi yang terdapat didalamnya. Setiap bahan makanan ternak
umumnya mengandung zat makanan yang dibutuhkan ternak dalam jumlah yang
tidak seimbang, oleh karena itu mendapatkan ransum yang sesuai kebutuhan ternak
tentunya perlu campuran dari beberapa bahan bisa satu macam atau lebih.
Pengertian ilmu nutrisi/ ilmu gizi menurut beberapa pakar antara lain :
a. Ilmu nutrisi atau ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang rangkaian
proses dimana suatu organism mulai mengambil dan menghasilkan pangan
untuk keperluan pertumbuhan sel-sel tubuhnya dan mengganti sel-sel yang
telah rusak dan mati.
b. Ilmu nutrisi atau ilmu gizi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
pemilihan dan konsumsi makanan serta pemanfaatan zat makanan untuk
mempertahankan kelestarian hidup dan keutuhan alat-tubuh (pembaharuan sel-
sel tubuh yang aus atau terpakai) dan ilmu memenuhi tujuan produksi.
c. Ilmu nutrisi atau ilmu gizi adalah ilmu pengetahuan yang menerangkan
hubungan antara organisme (makluk hidup) dengan makanannya melestarikan
tugas makluk hidup.
Yang dimaksud dengan hubungan organism dengan makanan adalah proses :
1. Pengambilan makanan (memakan)
2. Pembebasan dan penggunaan energy yang berasal dari makanan.
3. Metabolisme dan pembentukan bahan-bahan/zat-zat dari zat-zat yang masuk
menjadi bahan pembentuk tubuh
4. Pengeluaran sisa-sisa hasil metabolism dan pencernaan
Ransum
Adalah makanan yang terdiri dari satu macam jenis atau lebih yang diberikan
kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan selama 24 jam.
Ransum terdiri dari:
1. ransum hidup pokok
2. ransum untuk produksi : untuk pertumbuhan, untuk reproduksi dan untuk proses
produksi
1. Karbohidrat
Nutrisi adalah komponen bahan pakan dan dari hasil analisa proksimat
dikelompokan menjadi : 1) air; 2) karbohidrat ; 3) protein ; 4) lemak ; 5) vitamin dan
6) mineral.
Air
Bahan makanan
Karbohidrat
Protein
Organik Lemak
Vitamin
Bahan kering
An-organik Mineral
Adalah zat organic yang mengandung zat carbon (C), hydrogen (H) dan oksigen
(O) dengan perbandingan yang berbeda-beda.
Karbohidrat banyak terkandung dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti golongan rumput-rumputan, biji-bijian dll.
Karbohidrat digolongkan ke dalam :
a. Monosacharida (gula sederhana)
b. Disacharida (dua molekul gula)
c. Trisacharida (Tiga molekul gula sederhana)
d. Polisacharida (banyak molekul gula sederhana)
Fungsi karbohidrat secara umum menurut Tillman, Hartadi, Reksohadiprodjo,
Prawirokusumo dan Labdosoekojo (1986) adalah sbb :
Fungsi pokok dari karbohidrat dalam tubuh hewan adalah menyediakan energy
untuk proses-proses dalam tubuh hewan tersebut. Dimana energy tersebut
digunakan energy untuk proses dalam tubuh juga sebagai :
1. Sebagai sumber energy badan,
2. Sebagai sumber energy lemak badan,
3. Sebagai sumber energy lemak air susu,
4. Sebagai sumber energy gula air susu,
5. Sebagai sumber energy glikogen tubuh,
6. Sebagai sumber energy gula darah
7. Dan bagian-bagian kerangka karbon untuk sintesa protein, serta
monosakarida dalam struktur polisakarida dan asam nukleat tubuh.
Tabel 1. Penggolongan Karbohidrat
a. Monosacharida :
Monosakarida hanya terdiri dari 1 jenis gula dan sering juga disebut gula
sederhana, dan hanya sedikit terdapat di alam bebas, kebanyakan merupakan
hasil fermentasi dari karbohidrat kompleks. Monosakarida dikelompokan
berdasarkan jumlah atom karbon.
Pentose ; yang termasuk golongan pentose adalah yang mempunyai 5 gugus
Karbon, dan zat-zat tersebut tak ditemukan bebas di alam, seperti Deoksiribose
terdapat dalam semua sel hidup dan merupakan bagian dari RNA dan bagian
dari beberapa enzim dan koenzim.
Heksosa ; mempunyai 6 gugus karbon, glukosa dan fruktosa merupakan gula
heksosa yang terpenting. Glukosa ditemukan dalam darah, dan sebagai gabungan
glikosa dengan gula lain seperti gabungan galaktosa dan glukosa menjadi laktosa
yaitu gula susu. Fruktosa banyak terdapat dalam buah-buahan.
b. Discharida :
Terdiri dari 2 molekul gula sederhana seperti lakosa yaitu gula yang
terkandung dalam air susu yang terdiri dari glukosa dan glaktosa. Sukrosa
mempunyai 1 molekul fruktosa ( terdapat pada gula tebu ), terdiri dari 2 molekul
glukosa.
c. Polisacharida
Terdiri dari banyak molekul-molekul gula sejenis (monosacharida) dan ada
yang terdiri dari monosacharida yang berbeda dan subtansi lain ;
Pati adalah campuran dari 2 polisacharida yang berbeda struktur yaitu
amilosa dan amilopektin. Terdapat pada umumnya pada biji-bijian (sereal) yang
mengandung pati bisa sampai 70 persen. Bila dititrasi dengan yodium akan
memberikan warna biru.
Glikogen adalah pati yang terdapat dalam tubuh hewan dan ditemukan dalam
jaringan tubuh hewan dan jasad renik (mikroorganisme) tertentu. Glikogen
adalah sumber pokok cadangan karbohidratpada hewan dan terdapat dalam hati,
otot dan jaringan lain. Glikogen ini berperan penting dalam metabolisme energy.
Dekstrin adalah hasil intermediate dari hidrolisa pati dan glikogen menjadi
maltosa. Dekstrin adalah produk/hasil transisi yang beberapa di antaranya
berwarna merah dengan titrasi yodium.
Hidrolisa
Pati
Glikogen
2. PROTEIN
Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi.
Protein mengandung ; Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan Nitrogen (N),
juga ada yang mengandung sulfur (S) dan fosfor (P). Protein mempunyai karakter
khusus, yaitu mengandung amina (NH2) yang mengikat molekul asam. Kandungan
nitrogennya rata-rata 16 persen dan beberapa diantaranya mengandung unsur
belerang (S).
Terdapat: a) dalam sel tumbuhan; b) sebagian besar sel-sel hewan; c) penyusun
hormone, enzim, antibody, dll.
3. Lemak/Lipida :
Lemak atau lipida adalah zat-zat organik yang larut dalam ether, chloroform
dan benzene. Unsur penyusunnya adalah Carbon (C), hydrogen (H) dan oksigen,
dimana jumlah C dan H lebih banyak dibanding O.
Penggolongan lemak/lipida :
1. Lemak sederhana :
Lemak adalah lipida sederhana yaitu adalah ester asam lemak dengan gliserol.
Istilah lemak ini meliputi lemak-lemak dan minyak, yang perbedaannya pada
sifat fisiknya.
2. Lemak majemuk
Adalah asam lemak campuran : selain asam lemak dan gliserol terdapat unsur
lain atau zat lain (seperti fosfor, sulfur, nitrogen, dll), yang termasuk lemak
campuran antara lain: fosfolipid, cholin sterol, cholesterol, carotene, dsb.
3. Lipida yang diperoleh dari kelompok lemak sederhana atau lemak campuran
dengan cara hidroksida .
Sifat lemak :
1. Ditentukan oleh susunan asam lemaknya
2. Lemak mempunyai titik cair berbeda-beda, diantaranya minyak bentuknya cair
pada suhu kamar, dan lemak bentuknya padat pada suhu dingin.
Penggolongan asam lemak
1. Asam lemak jenuh : asam formiat, asam asetat, asam propionate, asam butirat,
asam falerat, asam kaprilat, asam stearat.
2. Asam lemak tidak jenuh ; asam palmitat, asam linoleat, asam linolenat, asam
arachidonat.
4. Air
Air adalah zat makanan yang paling sederhana, namun penentuan kadarnya pada
analisa proksimat paling sukar.
Fungsi air :
1. Mengangkut/membawa zat makanan ke seluruh tubuh.
2. Tempat pembuat zat makanan
3. Menggelembungkan sel-sel tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk menolong sel-
sel tersebut dalam mempertahankan bentuknya.
4. Mengatur suhu tubuh
5. Zat utama dalam pembentukan zat-zat pelumas dalam tubuh.
Hewan memperoleh air dari :
1. Air bebas, dari air minum
2. Air yang ada dalam bahan makanan.
3. Air metabolik yang berasal dari hasil metabolisme glukosa, lemak dan protein.
5. Mineral :
Yang dimaksud dengan mineral adalah 96 unsur kimia seperti yang tercantum
dalam tabel periodic dan semuanya ada kemungkinan untuk menjadi mineral yang
penting dalam makanan.
Penggolongan mineral :
1. Mineral makro : Kasium (Ca), Kalium (K), Natrium (Na), Sulfur (S), Khlor (C1),
fosfor (P) dan magnesium (Mg)
2. Mineral mikro : Besi (Fe), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Yodium (J),
Kobalt (Co), Molibdium (Mo), Selenium (Se) dan Khromium (Cr).
Fungsi mineral :
1 Sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan
yang keras dan kuat.
2 Mempertahankan keadaan kalori dalam beberapa senyawa dalam tubuh
3 Memelihara keseimbangan asam-basa dalam tubuh
4 Aktifitas sistem enzim tertentu
5 Komponen pembentuk enzim
6 Menjaga kepekaan otot dan saraf.
Mineral-mineral penting antara lain :
1. Kalsium (Ca)
Fungsi : pembentuk tulang dan gigi, membantu proses pembekuan
darah, mengaktifkan enzim dan berperan
dalam kontraksi dan jantung.
Gejala defesiensi :
- Dalam tubuh akan mengakibatkan osteomalasia yaitu
pelunakan tulang pada hewan dewasa.
- Rachitis, pertumbuhan terhambat dan pertumbuhan tulang
terhambat.
- Milk fever pada sapi perah yang baru beranak dengan gejala
kejang otot dan kelumpuhan.
Sumber : susu, leguminosa, tepung tulang, kalsiumfosfat, kulit kerang
2. Fosfor (P)
Fungsi : membantu metabolism, membantu aktifitas sel, mengatur
keseimbangan asam dan basa, mengatur sistem buffer
(asam-basa) dalam urine, bagian dari DNA.
Gejala defesiensi : Rachitis dan oesteomalasia (tulang bengkok dan tulang
lemah), rendahnya reproduksi pada ternak betina, kekakuan
persendian otot dan pertumbuhan terhambat. Bulu kasar,
nafsu makan turun, pica.
Sumber : susu, telur, bungkil, tepung tulang, dicalsiumfosfat.
3. Magnesium :
Fungsi : aktifator enzim, bagian dari jaringan kerangka
Gejala defesiensi :Anarexia (nafsu makan berkurang), salivasi yang yang
berlebihan,
Sumber : semua bahan makanan terutama hasil tumbuh-tumbuhan
terutama sayuran dan butiran.
4. Natrium :
Fungsi : kontraksi urat daging, pengendali tekanan osmotik dan
cairan tubuh, bagian dari empedu yang membantu dan
pencernaan lemak.
Gejala defesiensi : kehilangan berat badan, makan tanah, nafsu makan
berkurang.
Sumber : garam dapur
5. Kalium (K)
Fungsi : menjaga keseimbangan elektrolit, aktifator enzim fungsi urat
daging
Gejala defesiensi : kerusakan jantung, berat badan turun, nafsu makan
berkurang, pertumbuhan bulu kasar.
Sumber : ransum normal.
6. Chlor (C1)
Fungsi : hubungan asam basa, memelihara tekanan osmotik dari
cairan tubuh, digunakan untuk membuat HC1 yang
diperlukan untuk pencernaan.
Gejala defesiensi : nafsu makan berkurang, bulu kasar, berat badan turun,
produksi mundur.
Sumber : garam dapur
7. Sulfur
Fungsi : sintesis asam amino dalam hewan ruminansia (bagian dari
asam amino yang mengandung Sulfur)
Gejala defesiensi : pertumbuhan terhambat, efesiensi makanan rendah
Sumber : protein supplement, hijauan dan butiran
6. Vitamin
Vitamin dikelompokkan sbb :
1. Vitamin yang larut dalam air : Vit. B dan Vit. C
2. Vitamin larut dalam lemak : Vit.A,D,E,K
- Vitamin B 1 = Thiamin
Fungsi : esensial dalam metabolisme karbohidrat
Gejala defesiensi : beri-beri gejala oedema pada kaki, nafsu makan menurun,
pada unggas gejalanya kelemahan otot, degenerasi syaraf
sampai menimbulkan kelumpuhan.
- Vitamin B 2 (Riboflavin)
Fungsi : berperan dalam metabolism karbohidrat, lemak dan protein
Gejala defesiensi : menyebabkan gangguan nafsu makan, kulit kering, mata
seperti katarak. Pada anak ayam menyebabkan penyakit curled
toe Paralisys dengan gejala ; anak ayam berjalan pada sikunya,
jari-jari melekuk kedalam, kakinya lumpuh dan daya tetas
menurun.
Sumber vitamin B2 : dari tumbuh-tumbuhan, ragi, jamur, susu, hati, dan biji-
bijian.
- Niasin (nikotinamide)
Fungsi : adalah komponen yangaktif di dalam koenzim nikotinemide
dinukleotid (NAD) dan NADP
- Vitamin B12 (Sianokobalalamin)
Fungsi : dibutuhkan dalam fungsi metabolism asam amino
Gejala defesiensi : pada babi akan menderita animea, pada unggas akan
menderita tak terkoordinasinya gerakan badan, ternak gemetar
dan pertumbuhan terhambat. Pada ternak ruminansia dapat
mencukupi kebutuhan akan vitamin ini oleh adanya sintesa
dalam rumen.
Sumber : terdapat dalam banyak makanan (ragi, hati, hijauan, biji-
bijian)
- Asam Pantotenat
Fungsi : dalam metabolism untuk oksidasi karbohidrat, lemak dan
protein makanan.
Gekala defesiensi :pertumbuhan terhambat, bulu rontok, kulit bersisik, dan untuk
unggas menurunnya daya tetas telur.
- Folasin (asam folat)
Fungsi : faktor anti anemia
BAB IV
SISTEM DAN PROSES PENCERNAAN ZAT MAKANAN
TIK
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang bagaimana sistem pencernaan pada ternak
Non-ruminansia dan Ruminansia.
Pendahuluan
Menurut Parakkasi, A., (1983) yang dimaksud dengan sistem pencernaan adalah
sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa
organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan
makanan dalam perjalanannya melalui tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga
mulut sampai ke bagian anus. Di samping itu sistem pencernaan bertanggung jawab
pula atas pengeluaran (ekskresi) bahan – bahan makanan yang tidak terserap atau
tidak dapat diserap kembali.
Sistem pencernaan pada ternak Non-ruminansia dan ruminansia memiliki
perbedaan didalamnya dan terdapat proses pencernaan secara mekanis, enzimatis dan
fermentatif pada masing – masing jenis ternak. Pada sistem pencernaan ternak non-
ruminansia memiliki pencernaan monogastrik (lambung tunggal) yang berkapasitas
kecil. Proses pencernaan secara mekanis terjadi dalam mulut dan gizzard, secara
enzimatis terjadi dalam lambung dan secara fermentatif terjadi dalam sekum dan
usus besar. Untuk saluran pencernaan pada ternak non-ruminansia dimulai dari paruh
(beak), esophagus, tembolok (crop), proventrikulus, ventrikulus (gizzard), usus
halus, usus besar dan kloaka (vent).
Sedangkan pada proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih
kompleks dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya. Perut ternak
ruminansia dibagi menjadi empat bagian yaitu rumen (perut besar), retikulum (perut
jala), omasum (perut buku) dan abomasum (perut sejati). Proses pencernaan secara
mekanis terjadi dalam mulut, enzimatis terjadi dalam abomasum dan usus halus dan
secara fermentatif terjadi dalam perut depan/lambung dan rektum. Untuk saluran
pencernaan pada ternak ruminansia dimulai dari mulut, esophagus, lambung
(Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum), usus halus, usus besar (Kolon), rektum
dan anus.
A. Sistem Pencernaan Ternak Non-ruminansia
Saluran pencernaan ternak non-ruminansia terdiri dari saluran utama atau organa
alimentara dan saluran pendukung atau organa assesoria. Saluran pencernaan utama
secara berurutan adalah mulai dari paruh (beak), esophagus, tembolok (crop),
proventikulus, ventrikulus (gizzard), usus halus, usus besar dan kloaka (vent).
Sedangkan organ pendukung pencernaan terdiri atas pankreas, hati dan empedu.
Organ pendukung digunakan untuk kesatuan suatu sistem pencernaan sehingga
terjadilah gerak peristaltic, sekresi asam lambung, sekresi enzim, sekresi elektrolit
dan hormon. Gambar saluran pencernaan pada ungags dapat dilihat sebagai berikut :
6) Usus halus
Usus halus pada ternak unggas dibagi menjadi dua bagian yaitu duodenum,
jejenum dan ileum. Di tengah bagian duodenum, yang biasanya berbentuk “U”
disebut pancreas. Usus halus merupakan tempat utama terjadinya pencernaan pakan
secara enzimatis dan absorpsi zat – zat makanan yang telah tercerna.
Pada bagian duodenum terjadi proses hidrolisis kaerbohidrat, lemak dan protein
dan sebagai tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Sekresi
enzim pankreas dipengaruhi oleh hormone kholesitokinin-pankreosimin, sekretin,
somatostatin dan glokagon. Empedu mengandung garam natrium dan kalium dan
juga zat warna bilirubin.
Pada jejenum dan ileum secara histologis tidak berbeda dengan duodenum. Antara
duodenum dan ileum, secara anatomis dipisahkan dengan keberadaan meckel’s
diverticulum. Absorpsi zat – zat makanan hasil pencernaan enzimatis itu diserap
melalui vili – vili usus. Setiap vili mengandung pembuluh limpa dan kapiler. Vili
juga tersusun atas mikro-vili sehingga luas permukaan penyerapan menjadi semakin
tinggi.
7) Usus besar
Usus besar terdiri dari beberapa bagian yaitu sekum (caecum), kolon (colon) dan
rektum (rectum). Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang memiliki
panjang 20 cm. Di dalam sekum terdapat beberapa jenis penyakit yang berkembang
dengan baik yaitu koksidiosis. Di dalam sekum juga terjadi proses pencernaan serak
kasar pada zat makanan. Sekum juga berfungsi untuk absorpsi air dan elektrolit.
Sekitar 36 % air dan 75% dari natrium yang terdapat dalam pakan diabsorpsi (shivus,
2014). Sedangkan kolon sangat pendek pada unggas dan diduga tidak banyak banyak
berperan dalam absorpsi zat makanan. Pada rektum terdapat muara ureter dari ginjal,
muara ureter dinamakan proktodeum dan muara feses dinamakan koprodeum.
8) Kloaka (vent)
Kloaka merupakan tempat keluarnya feses dan urine.
b) Saluran pencernaan pendukung
1) Hati
Hati ternak memilikiberat 3 % dari bobot badan ternak, yang berfungsi untuk
mensekresikan getah empedu yang disalurkan ke dalam duodenum melalui 2
kelenjar. Sedangkan untuk fungsi getah empedu sendiri digunakan untuk
menetralkan asam lambung (HCl) dan membentuk sabun terlarut (soluble soaps)
dengan asam lemak bebas, agar dapat diabsorpsi.
2) Cairan empedu
Cairan empedu tersimpan dalam kelenjar empedu yang membentuk kantong,
sehingga disebut kantong empedu. Dalam cairan empedu terdapat asam empedu,
jenis asam empedu tersebut adalah taurokholat dan glikokholat. Fungsi penting pada
asam empedu sendiri yaitu:
a. Membantu digesti lemak dengan membentuk emulsi.
b. Mengaktifkan lipase pankreas.
c. Membantu penyerapan asam lemak, kolesterol dan vitamin yang larut dalam
lemak.
d. Stimulasi aliran getah empedu dari hati.
e. Menangkap kolesterol dalam getah empedu.
3) Pankreas
Pankreas berfungsi untuk mensekresikan getah pankreas yang berfungsi dalam
pencernaan pati, lemak dan protein dan pankreas juga berfungsi untuk mensekresikan
insulin.
4. Usus halus
Setelah makanan telah halus dari ruang abomasum makanan tersebut kemudian
didorong masuk ke usus halus. Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum.
Duodenum memiliki sifat asam sehingga bakteri dari lambung tidak bisa hidup pada
duodenum. Pada duodenum makanan akan mengalami pencernaan dengan bantuan
enzim yang dihasilkan dari dinding usus. Makanan pada tahan ini akan lebih halus
partikelnya. Setelah itu makan akan menuju ileum, ileum memiliki banyak vili yang
berfungsi memperluas bagian penyerapan sehingga penyerapan akan lebih optimal.
Di dalam usus halus juga sari – sari makanan diserap dan diedarkan oleh darah ke
seluruh tubuh.
5. Usus besar
Pada usus besar khususnya sekum dan kolon, sisa- sisadari pencernaan
sebelumnya di dorong dengan peristaltik dari usus halus ke usus besar. Sisa – sisa
dari pencernaan sebelumnya masih mengandung mineral dan air. Penyerapan mineral
dan air paling banyak terjadi dalam usus besar, penyerapan terjadi melalui dinding
usus. Zat – zat yang diserap akan didistribusikan ke seluruh tubuh yang
membutuhkan, sedangkan sisa atau ampasdari penyerapan akan dikeluarkan melalui
anus.
6. Anus
Tempat keluarnya feses dan urin.
BAB V
PENGETAHUAN TENTANG BAHAN PAKAN TERNAK
TIK
Mahasiswa dapat menjelaskan Klasifikasi dan karaketeristik berbagai Bahan
Makanan Ternak serta dapat mengaplikasikan berbagai jenis bahan makanan
ternak yang digunakan dalam menyusun ransum ternak.
Pendahuluan
Dalam menyusun ransum, dapat digunakan satu macam atau lebih bahan makanan
sesuai dengan ketersediaan bahan makanan ternak tersebut, namun pada prinsipnya
bahwa ransum tersebut harus sesuai dengan kebutuhan ternak dalam berbagai stadia
fisiologisnya.
Bahan makanan ternak secara internasional diklasifikasikan menjadi 8 kelas
yaitu :
Kelas I. Forage dan Rauhage ;
Yaitu hijauan kering dan jerami, yang umumnya mengandung serat kasar lebih
dari 18 persen.
Kelas II. Hijauan segar atau Pasture, ramban ;
Yang termasuk kelas ini adalah semua tanaman yang diberikan kepada ternak
secara segar sebagai hijauan atau hijauan segar.
Kelas III. Silase ;
Yang termasuk kelas ini adalah hijauan yang diawetkan dalam bentuk segar
melalui proses fermentasi asam laktat.
Kelas IV. Makanan sumber energy ;
Yang termasuk kelas ini adalah semua biji-bijian yang kandungan serat kasarnya
kurang dari 18 persen, dan protein kurang dari 20 persen, hasil ikutannya, umbi-
umbian, buah-buahan.
Kelas V. Makanan sumber protein ;
Adalah semua bahan makanan baik yang berasal dari tanaman maupun hewan
yang mengandung protein 20 persen atau lebih.
Kelas VI. Makanan sumber vitamin
Kelas VII. Makanan sumber mineral
Kelas VIII. Feed additive :
Yaitu zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan kepada ransum seperti
antibiotika, zat warna, hormone, enzim dll.
1. Hijauan Makanan Ternak
Yang dimaksud dengan hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan
asal tanaman dalam keadaan segar, kering atau diawetkan yang digunakan sebagai
makanan ternak tanpa mengganggu kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi kandungan nutrisi dari hijauan adalah jenis hijauan,
umur, tingkat kematangan. Secara umum karakteristik dari hijauan adalah :
ø Sifatnya bulky yaitu mempunyai berat rendah per unit volume
ø Serat kasar tinggi lebih dari 18 persen
ø Energi rendah bila dibandingkan dengan makanan penguat
ø Daya cerna rendah, terutama dengan adanya kandungan lignin
ø Mineral, umumnya kandungan kalsium (Ca), Potasium (K) dan trace mineral
lebih tinggi disbanding dengan konsentrat, tetapi kandungan fosfor (P) rendah
ø Vitamin, kandungan vitamin yang larut lemak tinggi, untuk leguminosa kaya
akan vitamin B
ø Protein bervariasi, leguminosa dapat mencapai 20 persen atau lebih, sebaliknya
jerami hanya mengandung protein kasar 3-4 persen.
a. Hijauan segar
Hijauan segar diperoleh dari padang penggembalaan alam atau buatan, atau dari
areal pertanian. Keuntungan kehijauan yang diperoleh dari padang penggembalaan
buatan (pastura) adalah : 1) mengurangi biaya penyediaan makanan ; 2)
memperkecil defesiensi beberapa zat makanan ; 3) memperkecil biaya bangunan ;
4) meningkatkan kesuburan tanah ; 5) diperoleh hijauan dengan kualitas yang
memadai dan dalam keadaan homogeny ; 6) disamping dipergunakan sebagai
tempat mendapatkan makanan . Dapat dipergunakan juga sebagai tempat bebas
untuk bergerak bagi ternak yang bersangkutan (exercise).
b. Hijauan kering
Hijauan kering diperoleh dengan cara mengurangi kadar air dengan cara
pengeringan. Kadar air hay berkisar antara 15 – 20 persen, hijauan yang diawetkan
(hay) kualitasnya tergantung : 1) jenis hijauan yang digunakan, 2) cara
mengeringkan, 3) cara penyimpanan ketika sudah kering.
c. Jerami
Jerami adalah sisa-sisa hasil panen dari tanaman setelah bijinya diambil,
kandungan nutrisi jerami rendah, karena serat kasar lebih tinggi dari 18 persen,
kandungan proteinnya rendah. Factor nutrisi ini yang menjadi pembatas dalam
penggunaan jerami sebagai pakan ternak. Oleh karena itu untuk meningkatkan
kualitas jerami dapat dilakkukan beberapa perlakkuan dengan mekanis (dicacah,
digiling, diuapkan, dll), kimiawi (penambahan bahan kimia seperti alkali atau
asam), atau biologis (memberikan mikroorganisme untuk dilakukan fermentasi)
atau campuran dari ketiganya. Pemberian jerami baik tanpa perlakuan atau dengan
perlakuan harus diikuti dengan penambahan sumber karbohidrat tersedia
(mengandung RAC) dan jandungan N yang cukup.
d. Silase
Adalah hasil pengawetan hijauan dalam kondisi segar (kandungan air tinggi
kurang lebih 65 persen), kandungan nutrisi silase tidak banyak berubah dibanding
dengan bahan asalnya (rumput/legum). Kualitas silase yang dihasilkan tergantung :
1) umur waktu pemotongan bahan segar ; 2) kandungan karbohidrat ; 3) kandungan
bahan kering dari bahan segar ; 4) tipe silo yang digunakan ; 5) pemotongan bahan
segar dan 6) kondisi pada waktu fermentasi. Silase dapat diberikan pada ternak sapi
setelah umur ternak lebih dari 6-8 minggu. Pada sapi yang sedang laktasi sebaiknya
diberikan pada waktu setelah selesai pemerahan.
3. Mineral Suplement
Kebutuhan mineral untuk ternak tergantung : Jenis ternak, umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh, tujuan pemeliharaan dan tingkat produksi. Mineral supplement yang
dapat diberikan kepada ternak dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Yang merupakan hasil industri rumah tangga, seperti tepung tulang, yang
diperoleh dengan melalui proses pemanasan, pemasakan, perendaman dan
penekanan
2. Natural sources, dibuat sesuai sumber aslinya seperti garam dapur (NaCl), kapur
3. Synthetis ; dibuat sesuai dengan mineral khusus yang diperlukan, seperti mineral
Ca, dalam bentuk calsium carbonat, calcium okside, potassium carbonat, dll.
4. Vitamin
Vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, untuk membantu proses
metabolisme. Defesiensi atau kekurangan vitamin akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat, produksi menurun dan bahkan akan menimbulkan berbagai penyakit.
Beberapa vitamin yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan ransum ternak
antara lain ; a) vitamin A, vitamin A selalu dibutuhkan ternak, vitamin A tidak
disintesa dalam tanaman, tetapi beberapa tanaman seperti hijauan segar mengandung
karoten (prekusor vitamin A), tetapi tidak dapat disimpan lama. Kandungan karoten
akan menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman, penyimpanan dan
penyinaran. Bahan makanan yang kaya akan karoten antara lain jagung kuning, hati,
b) vitamin D, vitamin D diperlukan dalam metabolisme Ca dan P, ternak mudah
sering terserang penyakit Rickets karena kekurangan vitamin D, Ca dan P. sumber
utama dari vitamin D adalah sinar matahari, hijauan segar, minyak ikan, ragi, c)
vitamin E mempunyai hubungan erat dengan vertilitas baik pada ternak jantan
maupun ternak betina, . vitamin E banyak terdapat pada tanaman segar terutama pada
tanaman muda (kecambah), d) vitamin K, sumber antara lain terdapat pada hijauan
segar, minyak ikan, e) vitamin B komplek, untuk ternak ruminsia dapat mensintesa
vitamin B komplek melalui mikroba rumen dan usus.
Apabila ransum yang terdiri dari berbagai ragam bahan makanan asal hewan
maupun tanaman, dalam kondisi seimbang umumnya cukup mengandung vitamin
yang dibutuhkan ternak. Namun apabila dalam ransom kurang kandungan
vitaminnya, biasanya vitamin sintesis ditambahkan dalam ransum sesuai kebutuhan
ternak.
5. Feed Additives
Feed additives adalah bahan yang bukan bahan makanan yang ditambahkan
kedalam campuran bahan makanan untuk tujuan tertentu antara lain,
1. Untuk memperbaiki rasa, aroma atau merubah bentuk ransum, meningkatkan
palatabilitas, : a) perekat pellet yaitu untuk membantu dalam pembuatan pellet,
diperlukan zat perekat, preparat yang digunakan antara lain lignin sulfonat,
natrium benzoat, dll
2. Flavouring agents ; adalah bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam ransum
untuk memperbaiki rasa, aroma, atau warna sehingga ransum mempunyai
palatabilitas yang tinggi
3. Feed additives untuk membantu proses pencernaan antara lain pemberian
antibiotika, enzim, senyawa arsen,
4. Feed additive untuk meningkatkan proses metabolisme ; antara lain hormon
5. Antibiotika ; a) antibiotika sebagai perangsang pertumbuhan, misalnya
pemberian terramycin dan penicilan yang dicampurkan dalam ronsum berguna
untuk merngsang pertumbuhan anak-anak hewan, antibiotika yang biasanya
dicampur dalam ransum untuk ternak unggas dan babi kira-kira 10 gram/ton
bahan makanan dan 20 gram/ton ransum untuk anak sapi perah. b) antibiotika ini
bukan zat makanan, namun bila ditambahkan dalam dosis tertentu dalam ransum
sangat berguna untuk memberantas penyakit-penyakit tertentu. Tentunya
penggunaan antibiotik perlu rekomondasi sehinga tidak menimbulkan dampak
negatif.
Hormon ; di dalam tubuh , hormone bekerja secara otomatis dan berfungsi
menjaga agar fungsi alat-alat dan jaringan tubuh dalam keadaan seimbang. Kadar
hormon di dalam tubuh bisa abnormal (terlalu bnyak atau terlalu sedikit diproduksi).
Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya penyakit, kecelakaan dan dikarenakan
faktor keturunan. Contoh pengunaan hormon estrogen dimaksud agar ; kadar lemak
dan jaringan urat daging ayam bertambah, daging yang berwarna gelap akan menjadi
lebih terang, dan menjadi lebih empuk serta daging menjadi lebih enak. Namun
pemberian hormon yang dicampurkan dalam pakan ternak dapat juga berdampak
negatif pada manusia bila mengkosumsi hasil ternak tersebut misalnya mengganggu
keseimbangan reproduksi dan ada hubungan timbulnya kanker.
BAB VI
FORMULASI RANSUM NON-RUMINANSIA DAN
RUMINANSIA
TIK
Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana cara membuat formulasi ransum
ternak non-ruminansia dan ruminansia yang baik dan benar.
Pendahuluan
Istilah ransum digunakan untuk menyebutkan campuran dari beberapa jenis bahan
pakan, baik nabati maupun hewani yang disusun sedemikian rupa, sehingga
kandungan zat makanan yang ada dalam ransum tersebut dapat memenuhi kebutuhan
akan zat makanan untuk hidup pokok maupun untuk produksi. Menurut Parakkasi
(1983), yang dimaksud dengan ransum adalah makanan yang diberikan kepada
ternak selama 24 jam, dimana pemberiannya dapat dilakukan sekali atau beberapa
kali selama 24 jam tersebut.
Ransum komplit adalah ransum yang sudah lengkap kandungan zat makanannya
yang dibutuhkan oleh ternak, sedangkan konsentrat perlu tambahan bahan pakan
(jagung, dedak, dan lain-lainnya) dengan perbandingan tertentu, sehingga kebutuhan
ternak akan zat makanan terpenuhi. Didalam dunia usaha peternakan dikenal istilah
“ransum sempurna” dan “ransum sempurna ekonomis”. Ransum sempurna adalah
campuran beberapa jenis pakan yang bila dikonsumsi oleh ternak secara normal
dapat mensuplai zat makanan bagi ternak bersangkutan dalam perbandingan, jumlah,
bentuk sedemikian rupa, sehingga fungsi fisiologis dalam tubuh dapat berjalan
normal. Sedangkan dalam “ransum sempurna ekonomis”, maka faktor-faktor
ekonomi termasuk dalam pertimbangan bagi penyusunan suatu ransum. Hal-hal yang
dibutuhkan dalam menyusun suatu ransum antara lain:
Pengetahuan tentang kebutuhan zat makanan dari ternak bersangkutan: dewasa ini
kebutuhan akan zat-zat makanan untuk masing-masing ternak sesuai dengan fase
pertumbuhan sudah dituangkan dalam bentuk tabel-tabel khusus, sehingga
memudahkan para pemakainya.
Pengetahuan mengenai komposisi kimia dari tubuh ternak dari berbagai umur dan
berat, serta produksinya adalah penuntun utama yang baik untuk mengerti
kebutuhan zat-zat makanan yang dimaksud.
Pengetahuan tentang komposisi kimia: Seorang nutrisionis harus memahami
tentang komposisi kimia/zat makanan dari suatu bahan pakan yang akan
digunakan dalam pencampuran ransum.
Menghitung dan Merangkum bahan makanan: pengetahuan tentang cara
menghitung untuk merangkum beberapa bahan pakan, sehingga memenuhi
kebutuhan ternak akan zat-zat makanan.
Standar ransum ayam broiler dan petelur telah dibahas untuk menjadi Standar
Nasional Indonesia dengan mengadakan perubahan-perubahan. Rancangan Standar
Ransum Ayam Broiler dan Petelur SNI mempunyai persyaratan mutu seperti pada
Tabel. di bawah, selain perubahan dari syarat mutu, juga dilakukan perubahan
deskripsi dan cara pengambilan contoh dari standar ransum Departemen Pertanian
(SPI-Nak) .
Deskripsi ransum ayam petelur starter tidak diubah akan tetapi yang berbeda
adalah pada ransum ayam, petelur grower (dara), pada SPI-Nak ransum dara ayam
petelur (grower) adalah : ransum untuk umur 7 minggu sampai 21 minggu diubah
pada rancangan SNI menjadi 6 minggu sampai 20 minggu, juga standar ransum ayam
petelur (layer) yang pada SPI-Nak adalah ransum makanan ayam petelur berumur 21
minggu sampai afkir diubah menjadi makanan ayam petelur berumur 20 minggu
sampai afkir.
Tabel. Rancangan Standar Nasional Indonesia untuk Ransum Ayam Petelur dan
Pedaging
B. Formulasi Pakan Ternak Ruminansia
Ransum untuk ruminansia terdiri atas hijauan dan konsentrat sehingga berbeda
dengan ransum untuk non-ruminansia dan dasar estimasinya berdasar persen dari
berat badan. Bahan penyusun ransum ternak ruminansia yaitu hijauan (forage dan
roughage): rumput, legume, silage, jerami dan konsentrat: bekatul, jagung, dan
sebagainya. Dasar estimasi dijelaskan sebagai berikut :
Intake bahan kering (3 – 4,5% BB).
Nel/kg ransum (ternak perah).
Misal untuk ternak potong:
- Sapi BB = 400 kg, intake BK 4%
= 4/100 × 400 kg = 16 kg BK/hari.
- Domba BB = 40 kg, intake BK 3,5%
= 3,5/100 × 40 kg = 1,4 kg BK/hari.
Contoh perhitungan ransum ternak ruminansia yaitu:
- Buat ransum untuk sapi potong/penggemukan bila diketahui:
Berat badan 300 kg.
Intake bahan kering(BK)/hari: 4%.
Protein kasar ransum: 13%.
Bahan pakan yang tersedia:
Bahan BK (%) PK (%) Harga as fed/kg
1. King grass 18 9,0 Rp. 450,00
2. Bekatul 87 12,0 Rp. 2.500,00
3. Onggok 87 5,0 Rp. 1.000,00
4. Bungkil kedelai 89 47,0 Rp. 5.000,00
Jawaban:
Kebutuhan BK = (4/100) x 300 kg
= 12 kg
Jika proporsi H : K = 60% : 40%
1. Hijauan
Hijauan 60% = 60% x 12 kg = 7,2 kg BK
Dalam 7,2 kg BK hijauan terdapat protein kasar = 9% x 7200 g = 648 g PK
Kebutuhan 13% = 13% x 12.000 g = 1560 g
Kekurangan PK = 1560 g - 648 g
= 912 g harus dipenuhi dari konsentrat
2. Konsentrat
Konsentrat harus mengandung:
•Kekurangan BK = 12 kg - 7,2 kg = 4,8 kg
•Kekurangan PK = 912 g
= (912 g/4800 g) x 100%
= 19%
Susunan konsentrat:
Bahan Proporsi (%) PK (%)
Bekatul 28,6 (40% x 71,4%) 3,43 (12% x 28,6%)
Onggok 42,8 (60% x 71,4%) 2,14 (5% x 42,8%)
B. kedelai 28,6 13,44 (47% x 28,6%)
100,0 19,00
TIK
Mahasiswa dapat menjelaskan dan menganalisis penilaian pada kualitas pakan
ternak secara fisik, kimia dan biologis
Pendahuluan
Biasanya kualitas sesuatu bahan akan diketahui baik jeleknya setelah diverifikasi
dengan kualitas dari suatu bahan standar. Bagaimanapun, nilai relatif dari kualitas
suatu bahan termasuk bahan pakan, sangat penting untuk diketahui karena dapat
berguna pada setiap saat dan keadaan.
Keterkaitan antara kualitas pakan dan performans ternak sangat erat dan
mencakup tidak hanya semua komponen bahan pakan, tetapi juga kecernaan dan
metabolime dari komponen pakan tersebut. Karena itu, tantangan untuk pihak terkait
dalam produksi pakan ternak adalah memonitor dan mengevaluasi setiap aspek dari
sistem produksi pakan secara konsisten.perlu dilakukannya penilaian kualitas pakan
ternak secara fisik, kimia dan biologis agar lebih membantu mengetahui kualitas
pakan yang akan diberikan pada ternak sehingga kebutuhan nutrisipada ternak dapat
terpenuhi dengan baik,sehingga produksi ternak dapat berkembang dengan baik.
Air (moisture) Contoh dipanaskan dalam Air dan unsur yang mudah
suhu di atas titik didih air menguap
sampai beratnya konstan.
Kehilangan berat sama
dengan kandungan air.
Abu (ash) Pembakaran pada suhu 500- Unsur-unsur mineral
600 0C selama dua jam
Lemak (ether extract) Ekstraksi dengan diethyl Lemak, asam lemak, minyak,
ether lilin, resin, dan pigmen
Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen 100% Fraksi-fraksi di atas Pati (amilosa dan amilopektin),
(BETN) /Nitrogen Free Extract gula
TIK
Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana proses produksi pakan ternak dan
teknologi yang digunakannya
Pendahuluan
Definisi dari teknik produksi pakan ternak adalah serangkaian aktivitas yang
melibatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan pakan yang memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh nutrisionist. Dalam memproduksi pakan ternak
dapat dilakukan dengan berbagai cara, pada prinsipnya produk hasil
pencampurannya homogen artinya setelah dilakukan pengujian fisik tampak
tercampur merata dan bila dilakukan analisis dilaboratorium kandungan zat-zat
makanannya sesuai dengan hasil perhitungan yang direncanakan oleh ahli nutrisi.
Perbedaan peralatan yang umum ditemui di lapangan dalam hal memproduksi
pakan ternak untuk ternak unggas dan ruminansia yaitu pada pabrik pakan yang
memproduksi pakan ruminansia relatip lebih sederhana dibanding untuk ternak
unggas. Pada pabrik pakan unggas mesin yang digunakan dalam pembuatan pakan
umumnya sangat lengkap sehingga makin banyak bentuk produk yang dihasilkan.
Dalam proses produksi terdapat teknik dan proses produksi yang berbeda – beda
yaitu teknik grinding, teknik mixing, teknik conditioning, teknik pelleting, teknik
crumbling, teknik extrution dan expanding. Sedangkan untuk jenis pakan terdapat
jenis pakan mash, pellet, crumble, namun saat ini juga terdapat jenis pakan bentuk
wafer dan biscuit (Retnani, Y., 2013).
c. Teknik Conditioning
Conditioning yaitu proses mengubah ransum mash pada saat dicampur
(mixing) dengan menggunakan panas, air, tekanan, dan waktu untuk keadaan fisik
yang memudahkan pemadatan ransum (Thomas, et al. 1996). Proses conditioning
dalam pembuatan pakan khususnya pellet dapat meningkatkan kualitas fisik dan
nutrisi pakan yang diproduksi (Thomas, et al. 1997). Conditioning merupakan
proses penambahan steam pada pakan untuk meningkatkan panas dan kadar air
(Khalil dan Suryahadi 1997).
Walker (1984) menjelaskan bahwa selama proses conditioning terjadi
penurunan kandungan bahan kering sampai 20% akibat peningkatan kadar air
bahan dan menguapnya sebagian bahan organik. Proses conditioning akan optimal
bila kadar air bahan berkisar 15–18%. Winarno (1997) menjelaskan lebih lanjut
bahwa kadar air yang lebih dari 20% akan menurunkan kekentalan larutan gel
hasil gelatinisasi. Efek lain dari proses conditioning, yaitu menguapnya asam
lemak rantai pendek, denaturasi protein, kerusakan vitamin bahkan terjadinya
reaksi Maillard. Reaksi Maillard, yaitu polimerisasi gula pereduksi dengan asam
amino primer membentuk senyawa melanoidin berwarna cokelat, proses ini
terjadi akibat adanya pemanasan (Muller 1988). Warna cokelat pada bahan ini
menurut Muller (1988) menurunkan mutu penampakan warna pellet.
Selama proses conditioning terjadi peningkatan suhu dan kadar air dalam
bahan, sehingga perlu dilakukan pendinginan dan pengeringan (Walker, 1984).
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di dalam pakan
menjadi kurang dari 14%, sesuai dengan syarat mutu pakan ternak pada
umumnya. Proses pengeringan perlu dilakukan apabila pencetakan dilakukan
dengan mesin sederhana. Jika pencetakan dilakukan dengan mesin pelet sistem
kering, cukup dikering anginkan saja hingga uap panasnya hilang, sehingga pelet
menjadi kering dan tidak mudah berubah kembali ke bentuk tepung (Pfost, 1964).
d. Teknik Pelleting
Pelleting adalah proses pencetakan campuran bahan baku pakan menjadi pakan
bentuk pelet. Alat yang digunakan dalam teknik pelleting adalah mesin Pelleter
yang mencetak pakan menjadi produk pakan yang berbentuk silinder. Pelet adalah
bentuk penggumpalan pakan melalui proses pemasukan (extruding) pada tiap
bahan atau campuran adonan dengan pemampatan dan tenaga tekanan melalui
lubang die dengan proses mekanik (Robinson, 1976).
Ada dua jenis mesin dan kondisi mesin pelet, yaitu pellet mill dan farm feed
pelleter. Pellet mill yang bekerja dengan penembahan uap biasa digunakan oleh
pabrik-pabrik pakan besar, sedangkan farm feed pelleter bekerja tanpa
penambahan uap dan banyak digunakan oleh peternakan yang membuat pakan
pelet sendiri atau pabrik skala kecil.
e. Teknik Crumbling
Crumbling adalah proses pemecahan produk pakan bentuk pellet menjadi
bongkahan partikel yang lebih kecil baik ukuran panjang dan diameternya.
Crumbler atau mesin pemecah pellet biasanya digunakan untuk memecah pellet.
Mesin tersebut digunakan untuk memecah pelet menjadi bentuk butiran atau
granula atau pecahan dan biasanya disebut crumble. Pakan crumble diberikan
pada ternak seperti ayam broiler, benur ikan, burung, dan udang. Proses kerja
crumbler adalah Reducing, Cutting, Shearing, Rolling, Crumbling. Pellet yang
telah dingin masuk melalui hopper ke ruang crumbling, roller-roller berputar,
sehingga pellet terpecah dan ukuran pellet menjadi lebih kecil, kemudian crumble
dikemas (Fairfield, 1994).
Gambar. Bentuk fisik produk pakan komersil wafer pucuk dan ampas
tebu
Wafer merupakan suatu bahan yang mempunyai dimensi (panjang, lebar, dan
tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam
(ASAE 1994). Pembuatan wafer merupakan salah satu alternatif bentuk
penyimpanan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga keseimbangan
ketersediaan bahan hijauan pakan. Bentuk wafer yang padat dan cukup ringkas
diharapkan dapat (1) meningkatkan palatabilitas ternak karena bentuknya yang
padat, (2) memudahkan dalam penanganan, pengawetan, penyimpanan,
transportasi, dan penanganan hijauan lainnya, (3) memberikan nilai tambah
karena selain memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, dan (4)
menggunakan teknologi sederhana dengan energi yang relatif rendah.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan ternak berbentuk wafer ini bisa
berasal dari hijauan pakan berupa rumput, limbah pertanian, dan perkebunan serta
konsentrat yang berasal dari biji-bijian. Wafer pakan komplit yang telah
dikembangkan sejak tahun 2000 di Laboratorium Industri Pakan, Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB adalah wafer rumput
lapang, wafer pakan limbah sayuran pasar, wafer pakan komplit limbah sayuran
pasar untuk ternak domba, wafer pakan komplit untuk sapi pedet.
Bahan-bahan baku pakan dicampur dengan mixer dan dilakukan pencetakan
dengan mesin wafer dan dilakukan pengempaan panas selama 10 menit.
Pengondisian lembaran wafer dilakukan dengan cara membiarkan pada udara
terbuka (suhu kamar) sampai kadar air dan beratnya konstan. Proses pembuatan
wafer pakan, yaitu sebagai berikut.
a. Pengumpulan limbah sayuran pasar yang akan digunakan sebagai bahan baku
wafer.
b. Limbah sayuran dipotong-potong menggunakan mesin forage chopper dengan
ukuran 2–3 cm.
c. Limbah sayuran dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 15–17%.
d. Limbah sayuran yang telah kering digiling kasar dengan mesin hammer mill.
e. Kemudian hasil gilingan limbah sayuran ditimbang sebanyak 400 g dan
dicampur dengan tetes sebanyak 5% (20 g) dari bahan baku yang
dipergunakan hingga bahan-bahan tersebut tercampur dengan rata (homogen).
f. Pencetakan wafer dengan menggunakan mesin wafer yang memiliki ukuran
wafer sebesar 20 x 20 x 1,5 cm dan dilakukan pengempaan panas selama 10
menit dengan suhu 120oC.
g. Pengondisian wafer dilakukan dengan cara membiarkan pada udara terbuka
(suhu kamar) sampai kadar air dan beratnya konstan.
Bidura, Candrawati, I. M. Suasta, Putrid dan E. Puspani. 2016. Ilmu Gizi Ternak
Ruminansia. UNUD : Denpasar.
Nuswantara, L. K., 2002. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia (Sapi Perah). UNDIP :
Semarang.
Pfost HB. 1976. Grinding dan rolling. Kansas State University. In Feed
Manufacturing Technology. 1976. H.B. Pfost, Technical Editor and D.
Pickering, Production Editor. Feed Production Council, American Feed
Manufacturers Association, Inc. pp.71–84.
Wahju, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yunianto, V Dwi. 2001. Nutrisi Pakan Unggas Bibit. Makalah Seminar. Fakultas
Peternakan. Semarang: Universitas dipenogoro.