Disusun Oleh :
KELOMPOK : 1
ULFATUL HASANAH
RAHMADANI
Segala puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini,
serta salawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW. Semoga di hari kiamat nanti kita mendapatkan syafaat darinya.
Amin ya Rabba Alaamin.
Dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga menyadari dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik
maupun sarannya dari pembaca makalah ini. Sehingga di kemudian hari dapat
menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan baik dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULAN
Meningkatnya perbaikan status gizi ibu dan anak pada golongan masyarakat
yang rawan pangan, membaiknya akses rumah tangga golongan miskin terhadap
pangan, terpelihara dan terus meningkatnya kemampuan swasembada beras dan
komoditas pangan utama lainnya, menjaga harga pangan yang terjangkau bagi
masyarakat kelompok pendapatan menengah bawah, menjaga nilai tukar petani
agar dapat menikmati kemakmuran, dan meningkatkan daya tawar komoditas dan
keunggulan komparatif dari sektor pertanianmerupakan tujuan mulia yang harus
diwujudkan oleh pemerintah untuk menuju masyarakat yang sejahtera.
Kecenderungan peningkatan kebutuhan protein hewani akan berkorelasi positif
dengan peningkatan jumlah kebutuhan produksi ternak, sehingga akan merangsang
peningkatan jumlah populasi ternak, yang tentunya akan meningkatkan kebutuhan
pakan. Tumbuh kembangnya industri pakan juga akan didukung oleh ketersediaan
bahan baku lokal yang melimpah, sehingga kendala impor dapat diatasi dan bukan
merupakan suatu masalah yang besar dan ditakuti.
Melihat peranan dan kontribusi serta posisi subsektor peternakan dalam
perekonomian nasional, maka pembangunan subsektor peternakan menjadi suatu
alternatif pilihan bagi pemerintah dan masyarakat. Percepatan pembangunan
peternakan juga akan menyediakan bahan pangan hewani atau menambah
penawaran produk peternakan dan akan menciptakan pendapatan sebagaian besar
penduduk Indonesia. Paradigma baru pembangunan peternakan dalam kerangka
agribisnis memberikan peluang bisnis yang lebih banyak yang dapat di lakukan dan
diberdayakan. Pengembangan industri pakan pada sub-sistem hulu
merupakanbagian terpenting yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan
peternakan, mengingat kebutuhan terhadap pakan tidak mungkin disubtitusi oleh
sarana produksi yang lain.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan
makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan mempunyai
peranan sangat penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh,
pertumbuhan dan perkembangbiakan. Pakan berkualitas adalah pakan yang
kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang.
Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan
berpengaruh baik terhadap yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembang biak
dengan baik, jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah anak
yang lahir dan hidup sampai disapih meningkat. Sehingga pada intinya pakan dapat
menentukan kualitas ternak.
Sebelum menyusun ransum, sebaiknya kita harus mengetahui bahan baku pakan
ternak berdasarkan bentuk fisik, asal dan kelasnya dan mengelompokkannya
beberapa sampel bahan baku pakan ternak berdasarkan bentuk, fisik, asal, dan
kelasnya dari suatu bahan pakan.
Berikut Ini Klasifikasi Bahan Pakan Menurut Asalnya yang terbagi atas 3 yaitu
(Santoso, 1996) :
6
protein tinggi seperti bungkil kelapa. bungkil kedele dan bahan pakan asal
kacang-kacangan. Dan tentu saja kaya akan energi seperti jagung.
2. Bahan pakan asal hewan.
Umumnya merupakan limbah industri, sehingga sifatnya memanfaatkan
limbah. Bahan pakan hewani yang biasa digunakan adalah tepung ikan, tepung
tulang, tepung udang dan tepung kerang. Beberapa bahan pakan hewan yang
lain adalah cacing, serangga, ulat dan lain-lain. Bahan-bahan pakan ini
ditemukan ayam yang dipelihara secara intensif, cacing, serangga dan lain-lain
tidak diberikan. Tetapi bekicot yang banyak didapat di musim hujan, sudah
mulai diternakkan, merupakan bahan pakan alternatif yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan protein pada ransum ayam.
3. Bahan Pakan Asal Ikan
Adalah pakan ternak yang berasal ikan. Contohnya yakni tepung ikan dan
tepung kepala udang (tepung rese). Tepung ikan berasal dari ikan sisa atau
buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri
makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya
berkisar antara 60 – 70%. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan
karena berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal.
B. Ketersediaan Pakan
7
pabrik pakan. Makin jauh jarak sumber bahan baku pakan dengan pabrik pakan,
makin tinggi biaya transportansinya.
8
7. Pengadaan stok berdasarkan produksi dan pasar
Penerimaan bahan baku pakan ternak merupakan salah satu aktivitas penting
dalam produksi pakan ternak.
Kapasitas Produksi: Kapasitas produksi industri pakan ternak lebih kurang satu
ton per jam. Pada periode produksi awal/tahun direncanakan pabrik akan
berproduksi 80% dari kapasitas yang ada. Proses Produksi: rumput atau jerami padi
disortasi dengan mesin feeder, selanjutnya dipotongpotong dengan mesin shredder
yang secara otomatis masuk dari mesin feeder, Selanjutnya dari mesin shredder
dimasukkan ke mesin mixer dan bersamaan dengan itu dituangi mollasse dan
bekatul dari tangki masing-masing bahan. Selesai proses pencampuran pada mesin
mixer, pakan konsentrat dikemas ke dalam kantung plastik ukuran 50 kg per sak
dengan menggunakan mesin screw conveyor dan terakhir dipindah ke gudang
barang jadi.
9
E. Aspek Teknik dan Teknologi
10
Peningkatan ini merupakan dampak positif meningkatnya kembali produksi
ternak, terutama ternak unggas, karena hampir 80% produksi pakan diperuntukkan
bagi ayam dan sisanya untuk babi dan aquafeed (ikan dan udang). Peningkatan
populasi dan produksi peternakan harus didukung oleh ketersediaan sarana
produksi ternak yang memadai, murah dan mudah diperoleh, termasuk didalamnya
ketersediaan pakan. Seperti diketahui bahwa terdapat tiga unsur utama yang
menentukan produktivitas usaha peternakan, yang dikenal dengan istilah gold
triangle, yaitu Breeding, Feeding,dan Management.
11
pakan yang dapat diproses dapat bersumber dari hijauan, konsentrat, limbah
industri dan bahan pakan sisa hasil pertanian dan perkebunan. Teknologi
pengolahan pakan bahkan bisa menciptakan bahan-bahan yang kurang berguna
misalnya limbah pasar untuk diproses menjadi pakan ternak yang memiliki nilai
nutrisi tinggi dan bermanfaat bagi ternak.
Sebagian besar pakan masih mengandalkan hijauan dan sisa-sisa hasil pertanian
yang produksi dan penyediaanya sangat tergantung pada musim. Pada musim hujan
dan panen, ketersediaan pakan melimpah, namun sebaliknya pada musim kemarau
atau musim tanam produksi hijauan atau sisa pertanian sangat terbatas, sehingga
ternak pada umumnya mengalami kekurangan suplai pakan. Upaya untuk
penyediaan pakan ternak harus dilakukan secara komprehnsif tentang pakan yang
meliputi penerapan konsep budget hijauan atau pakan, pengembangan usaha
integrasi antara ternak dan tanaman pangan atau tanaman perkebunan,
pengembangan bibit hijauan unggul, pemanfaatan lahan-lahan pekarangan dan
pematang sawah, pengembangan dan pemanfaatan legum pohon secara maksimal
dan penerapan teknologi pakan ternak dan penyebaran teknologi tersebut kepada
petani/peternak. Dengan tingkat kepemilikan ternak yang terbatas, peternak lebih
mengandalkan pakan dari lahan lahan kosong di pinggir jalan, pematang sawah,
areal persawahan setelah panen dengan sistem penggembalaan (grazing) atau model
potong angkut (cut and curry).
12
Model seperti ini sangat ditentukan oleh musim, dan sulit sekali bagi peternak
untuk meningkatkan jumlah ternaknya. Pada musim kemarau tiba, kekurangan hijauan
makanan ternak (pakan) sungguh dirasakan oleh para penernak. Hal ini disebabkan karena
produksi hijauan pakan mengalami penurunan tajam atau hanya sekitar 50% dari produksi
rata-rata perbulan. Disamping itu dengan kesibukan peternak yang juga sebagai petani yang
harus mengurus tanaman di kebun atau di sawah, juga menjadi kendala dalam pengadaan
pakan untuk ternaknya.
Disisi lain dengan fokus utama sistem pertanian kita pada tanaman pangan,
maka ketersediaan sisa hasil pertanian dan perkebunan dapat dijadikan sebagai
potensi pakan bagi ternak ruminansia. Secara nasional penggunaan lahan untuk
tanaman pangan mengalami penurunan pada beberapa komoditi seperti padi,
kacang tanah, ubi jalar. Namun beberapa komoditi lain seperti jagung, kedelai dan
kacang hijau lahan yang digunakan justru mengalami kenaikan (Bamualim, dkk.,
2010). Namun secara umum, produk sampingan yang berasal dari tanaman pangan,
perkebunan dan lain-lain pada umumnya memiliki kualitas nutrisi yang rendah.
Agar bahan-bahan yang bersumber dari sisa pertanian dan lain-lain memiliki nilai
nutrisi yang lebih baik, penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan pakan
harus diterapkan. Teknologi pengolahan pakan juga menjembatani dalam
pemanfaatan sumber pakan yang melimpah pada musim kelebihan pakan dan
memanfaatkannya pada musim kekurangan. Modul ini memuat informasi dan
membahas tentang teknologi pengolahan pakan khususnya untuk ternak baik
ungags maupun ruminansia.
13
G. Tujuan Teknologi Pengolahan Pakan
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan
berpengaruh baik terhadap yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembang biak
dengan baik, jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah anak
yang lahir dan hidup sampai disapih meningkat. Sehingga pada intinya pakan dapat
menentukan kualitas ternak.
15