TIM PENGUSUL
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUH DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
MANOKWARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Direktur POLBANGTAN
Manokwari
Halaman
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iv
RINGKASAN....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
RINGKASAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selain permasalahan pakan, peternak juga disibukan dengan limbah
yang dihasilkan sebagai hasil sampingan usaha peternakan baik cair, padat
maupun gas. Berdasarkan data FAO tahun 2006 menunjukan bahwa 18%
pencemaran lingkungan berasal dari peternakan. Oleh karena itu, peternak
selain berfikir terkait pakan juga terkait pengolahan limbah, karena apabila
peternakan tidak memperhatikan pengolahan limbah akan berdampak pada
kelangsungan usahanya dan kerusakan lingkungan dalam jangka panjang.
Berdasarkan hal tersebut, munculah istilah yang dalam beberapa tahun terakhir
menjadi perbincangan di dunia peternakan yaitu peternakan berkelanjutan.
Peternakan bekelanjutan menurut Food and Agriculture Organization
(FAO) merupakan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam. Orientasi
perubahan teknologi dilakukan sedemikian rupa sehingga menjamin kebutuhan
manusia secara berkelanjutan. Beberapa strategi yang dilakukan untuk
membangun peternakan berkelanjutan seperti memilih lokasi pengembangan
ternak, memanfaatkan lahan suboptimal untuk peternakan, mengoptimalkan
program LEISA (low external input sustainable agriculture) dan zero waste,
membangun peternakan terintegrasi, dan memanfaatkan sumber daya genetik
lokal (Bahri dan Tiesnamurti, 2012). Salah satu bentuk penerapan peternakan
berkelanjutan yang dapat peternak lakukan yaitu dengan teknologi Organic
Fodder System (Sunandar et al., 2020).
Organic Fodder System adalah sistem tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai media utamanya. Sistem ini menggunakan sistem organik yang sama
sekali tidak tergantung pada bahan kimia. Organic Fodder System mampu
menghasilkan hijauan pakan yang memiliki nutrisi yang berkualitas dengan
biaya rendah dan dalam waktu yang singkat serta tidak tergantung dengan
musim, sehingga dapat diaplikasikan sepanjang tahun (Soetanto, 2002;
Sunandar et al. 2020). Pada Organic Fodder System kebutuhan nutrisi
diberikan bersamaan dengan irigasi atau dikenal dengan istilah fertigasi. Pada
fertigasi penggunaan pupuk dapat diatur dalam jumlah dan konsentrasi yang
sesuai dengan kebutuhan tanaman selama musim pertumbuhan tanaman untuk
memperoleh hasil yang optimal dengan kualitas baik (Hermanto, 2003). Nutrisi
yang diberikan pada penelitian kali ini adalah urine kelinci yang diproses
2
menjadi pupuk organik cair. Kandungan unsur hara yang relatif lebih tinggi dari
urine ternak lain yaitu N, P, dan K masing-masing 2,72%, 1,1%, dan 0,5%
menjadikan urine kelinci berpotensi mengganti nutrisi berbahan kimia untuk
fodder (Sholikhah et al., 2018). Berdasarkan hal tersebut, maka dari itu pada
penelitian ini akan mengkaji terkait pemanfaatan urine kelinci sebagai nutrisi
pada Organic Fodder System dan aplikasinya terhadap pertumbuhan ternak
kelinci.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
BAB III
METODE PENELITIAN
5
jagung dengan mencuci dan menyortir biji yang mengapung dan busuk untuk
dibuang. Kemudian biji yang terpilih direndam selama 12 jam lalu ditiriskan dan
ditempatkan di media yang telah disiapkan. Perendaman dilakukan dengan 4
(tiga) larutan sebagai perlakuan dan 5 (lima) ulangan.
L0 = Air PDAM
L1 = AB Mix
L2 = POC Urine Kelinci
L3 = EM4
2. Pemeliharaan Fooder Jagung
Biji yang sudah ditempatkan di nampan selanjutnya dilakukan
penyiraman setiap 4-8 jam/hari. Fodder jagung hidroponik ditutup dengan kain
selama 2 hari dalam kondisi gelap atau sampai tumbuh akar. Setelah tumbuh
akar dapat diangkat dan dibuka dan ditempatkan pada tempat yang terang dan
disiram dengan menggunakan larutan nutrien setiap 4-8 jam/hari. Setelah
tumbuh akar dapat diangkat dan dibuka serta ditempatkan pada tempat yang
terang. Setelah 9 hari fodder jagung hidroponik siap dipanen dengan cara
menggulung bagian akarnya. Penyiraman dilakukan dengan 3 (tiga) larutan dan
5 (lima) ulangan.
S0 = Air PDAM
S1 = AB Mix
S2 = POC Urine Kelinci
S3 = EM4
3.5.2 Pemeliharaan Kelinci
Kelinci sebanyak 16 ekor dengan jenis kelamin betina dan umur 3 bulan
dipelihara di kandang individu dengan lama pemeliharaan 3 bulan. Kelinci diberi
makan setiap pagi dan sore, serta air minum diberikan secara adlibitum.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 5 (lima) perlakuan dan 4 (empat) ulangan.
P0 = Pakan Komplit
P1 = Pakan Komplit + Fooder Jagung 15 %
P2 = Pakan Kompitl + Fooder Jagung 30 %
P3 = Pakan Komplit + Fooder Jagung 45 %
6
P4 = Pakan Komplit + Fooder Jagung 60 %
7
DAFTAR PUSTAKA
8
LAMPIRAN
Dosen :
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap :
b. NIDN/NIP :
c. Jabatan Akademik :
d. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
e. Nomor HP :
PLP:
Anggota Peneliti (5) :
a. Nama Lengkap :
b. NIP :
c. Jabatan Akademik :
d. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
e. Nomor HP :
9
Mahasiswa:
Anggota Peneliti (6):
a. Nama Lengkap :
b. NIRM :
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Semester :
e. Nomor HP :
10
Lampiran 2. Rincinan Anggaran Biaya
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan
11