TENTANG
“SNI BIBIT KERBAU KALIMANTAN”
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) MANOKWARI
2021
SNI BIBIT KERBAU KALIMANTAN
Standar Nasional Indonesia (SNI) Bibit kerbau – Bagan 1 : Kalimantan ini disusun oleh
Subkomite Teknis 67-03-S1: Bibit Ternak untuk:
1. Memberikan jaminan kepada konsumen tentang mutu bibit kerbau kalimantan, dan
2. Meningkatkan produktivitas kerbau kalimantan di Indonesia.
Standar ini merupakan hasil pembahasan rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat
konsensus yang dilaksanakan bi Bogor pada tanggal 27 November 2015 yang dihadiri oleh
anggota Subkomite Teknis 67-03-S1 dan intansi terkait lainnya.
Standar ini juga telah melalui jajak pendapat pada tanggal 28 Januari 2016 sampai dengan
28 maret 2016 dengan hasil akhir RASNI.
Pada tahun 2011, Indonesia memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) 7706. :2011 Bibit
kerbau – Bagian 1 : Lumpur, saat ini SNI tersebut telah diabolisi karena sulit diterapkan di
lapangan. Kesulitan tersebut disebabkan kerbau lumpur terdiri dari beberapa rumpun kerbau
yang memiliki karakteristik spesifik sehingga tidak bisa disatukan dalam satu standar.
Walaupun kedua rumpun ini ditetapkan dengan surat keputusan menteri yang berbeda
namun karena mempunyai habitat yang sama maka kedua rumpun ini ditetapkan menjadi satu
SNI yaitu bibit kerbau kalimantan.
1. Ruang Lingkup
standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran bibit kerbau
kalimantan.
2. Istilah dan Definisi
2.1 Kerbau Kalimantan
Gabungan rumpun Kerbau Kalimantan Timur dan Kerbau Kalimantan Selatan
yang wilayah sebaran asli geografisnya di pulau Kalimantan, mempunyai bentuk
fisik dan komposisi genetik yang speseifik.
2.2 Bibit Kerbau Kalimantan
Kerbau kalimantan yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangkan.
2.3 Rumpun
Segolongan ternak dari suatu jenis yang mempunyai ciri-ciri fenotip yang khas
dan dapat diwariskan pada keturunannya.
2.4 Dokter Hewan Berwenang
Dokter hewan yang ditetapkan oleh menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangan berdasarkan jangkauan tugas pelayanan dalam rangka
penyelenggaraan kesehatan hewan.
2.5 Penyakit Hewan Menular Strategis
Penyakit hewan yang dapat menimbulkan angka kematian dan/atau angka
kesakitan yang tinggi pada hewan, dampak kerugian ekonomi, keresahan
masyarakat, dan/atau bersifat zoonosis.
3. Persyaratan Mutu
Bibit kerbau kalimantan harus memenuhi persyaratan mutu yang terdiri dari
persyaratan umum dan persyaratan khusus.
3.1 Persyaratan Umum
Persyaratan umum bibit kerbau kalimantan terdiri dari :
1) Sehat dan bebas dari penyakit hewan menular strategis dan dinyatakan oleh
dokter hewan berwenang dengan menerbitkan surat keterangan kesehatan
hewan
2) Bebas dari segala bentuk cacat fisik dan cacat organ reproduksi genetik
3) Bibit kerbau kalimantan jantan memiliki libido dan kualitas semen yang baik
4) Bibit kerbau kalimantan betina memiliki ambing normal dan tidak memiliki
gangguan reproduksi permanen
3.2 Persyaratan Khusus
3.2.1 Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitatif bibit kerbau kalimantan terdiri dari :
1) Warna :
a) Tubuh dominan hitam keabu-abuan;
b) Kepala hitam keabu-abuan, garis leher berwarna putih hingga
merah muda yang berjumlah satu sampai tiga garis;
c) Kaki putih keabu-abuan dari lutut sampai teracak;
2) Bentuk badan besar dan kompak, segi empat dengan kaki kokoh;
3) Memiliki tanduk agak mendatar mengarah ke belakang;
4) Telinga besar, berbulu mengarah ke samping.
3.2.2 Persyaratan Kuantitatif
Persyaratan minimum kuantitatif bibit kerbau kalimantan sebagaimana
tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1-persyaratan minimum kuantitatif bibit kerbau kalimantan
4. Cara Pengukuran
Dilakukan pada posisi kerbau berdiri sempurna di atas permukaan yang rata dengan
menggunakan alat ukur dan tongkat ukur.
4.1 Umur
Menentukan umur dapat dilakukan melalui catatan kelahiran, atau menaksir umur
melalui jumlah gigi seri permanen.
4.2 Tinggi pundak
Mengukur jarak dari permukaan yang rata sampai bagian tertinggi pundak
melewati bagian scapula secara tegak lurus, menggunakan tongkat ukur dengan
ketelitian 1 mm.
4.3 Panjang badan
Mengukur jarak dari bongkol bahu (tuberositas humeri) sampai ujung tanduk
(tuberischii), menggunakan tongkat ukur dengan ketelitian 1 mm.
4.4 Lingkar dada
Cara mengukur lingkar dada dengan melingkarkan pita ukur dengan ketelitian 1
mm pada bagian dada di belakang bahu.
4.5 Lingkar skortum
Mengukur lingkar skortum dengan melingkarkan pita ukur yang ketelitiannya 1
mm pada diameter terbesar skortum.