Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENILAIAN SAPI POTONG

Di ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Tilik dan Bangsa Ternak”

Di susun oleh

Nama kelomok 5 :

Alvina Bela Surahman 19741008

Dini valia mayasari 19741024

Gading ade nata 19741033

Febri ardianto 19741029

Firmansyah 19741030

Gede abdi tri yayang 19741034

Havid hidayatullah 19741035

Dosen pembimbing : Neko Riffiandi S.Pt,M.Si

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

T.A. 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran ukuran linear tubuh dan sifat-sifat karkas merupakan cara untuk
menilai produktivitas ternak. Bobot badan sapi merupakan indikator produktivitas
ternak yang menjadi salah satu ukuran penilaian keberhasilan manajemen
pemeliharaan dan penentu harga sapi. Pendugaan bobot badan sapi pada umumnya
hanya berdasarkan nilai ukuran linear tubuh sapi tanpa memperhatikan kondisi tubuh
sapi tersebut.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi wilayah yang beragam


menyebabkan sistem pemeliharaan yang dilaksanakan berbeda-beda tergantung
potensi wilayah tersebut. perbedaan penggunaan bangsa atau tipe ternak serta pakan
yang digunakan akan menyebabkan bobot hidup yang dicapai juga berbeda-beda
meskipun ukuran kerangka ternak relatif sama. Perbedaan sistem manajemen,
penggunaan pakan dan bangsa ternak akan mengakibatkan adanya keragaman kondisi
ternak ( Wulandari, 2005 ).

Untuk melakukan penilaian terhadap hasil karkas, perlu dipelajari dan diketahui
terlebih dahulu tentang pembagian karkas sapi. Sebab dengan mengetahui pembagian
karkas tersebut, para peternak ataupun tukang potong akan mampu melakukan
penilaian dengan betul. Teknik penilaian ternak sangat bermanfaat dalam memilih
ternak yang baik sehingga dalam sebuah jual beli tidak ada yang dirugikan.

1.2 Tujuan

Pembuatan makalah ilmu bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar


tentang Ilmu Ternak Potong, mengetahui teknik penilaian ternak sapi potong, dapat
membandingkan ternak sapi potong yang baik dan tidak, dan dapat menduga kondisi
tubuh ternak.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Parameter Tubuh

Parameter tubuh adalah nilai-nilai yang dapat diukur dari bagian tubuh ternak
termasuk ukuran-ukuran yang dapat dilihat pada permukaan tubuh sapi, antara lain
ukuran kepala, tinggi, panjang, lebar, dalam dan lingkar (Natasasmita dan Mudikdjo,
1979). Indikator penilaian produktivitas ternak dapat dilihat berdasarkan parameter
tubuh ternak tersebut. Parameter tubuh sering dipergunakan dalam menilai
produktivitas antara lain tinggi badan, lingkar dada dan panjang badan. Bobot badan
juga merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan manajemen
peternakan (Blakely dan Bade, 1991).

Bobot badan merupakan bobot yang didapatkan selama sapi dipelihara dan
dalam keadaan hidup, sedangkan bobot potong merupakan bobot yang ditimbang
sesaat sebelum sapi dipotong (Narasasmita dan Mudikdjo, 1979). Bobot badan sapi
merupakan salah satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan
ukuran linear tubuh sapi (Kadarsih,2003). Perbedaan bobot badan dewasa sapi
pedaging yang berbeda-bedaakan menghasilkan tingkat kegemukannya yang berbeda
pula pada umur dan makanan yang sama (Parakkasi, 1999). Perbedaan bobot badan
tersebut dikarenakan adanya perbedaan pertambahan bobot badan harian, rataan
pakan yang dikonsumsi masing-masing individu, jumlah pertambahan otot tiap hari
serta perbedaan jumlah lemak yang telah disimpan oleh tubuh. Perbedaan tersebut
akan menjadikan komposisi tubuh atau frame size ternak berbeda (Field dan Taylor,
2002).

Ukuran-ukuran linear tubuh merupakan suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang
pertambahannya satu sama lain saling berhubungan secara linear. Kadarsih (2003)
menyatakan bahwa ukuran linear tubuh yang dapat dipakai dalam memprediksi
produktivitas sapi antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada.
Ukuran linear tubuh menurut Minish dan Fox (1979) dapat mengidentifikasi
pola atau tingkat kedewasaan fisiologis ternak sehingga dapat dijadikan parameter
penduga bobot badan ternak. Penentuan frame size menurut Field dan Taylor (2002)
dapat ditentukan berdasarkan nilai parameter tubuh ternak tersebut.

2.2 Persyaratan Mutu

1. Persyaratan Umum

Berasal dari pembibitan yang sesuai dengan pedoman pembibitan sapi potong yang
baik; sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yang dinyatakan oleh pejabat
berwenang; bebas dari segala penyakit; sapi bibit betina bebas cacat alat reproduksi,
tidak memiliki ambing abnormal dan tidak menunjukkan gejala kemajiran; sapi bibit
jantan bebas dari cacat alat kelamin dan memiliki kualitas dan kuantitas semen yang
baik serta tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat secara genetik.

2. Persyaratan Khusus

Persyaratan Kualitatif

Warna bulu putih; abu-abu, kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan bulu sekitar mata
berwarna hitam; badan besar, gelambir longgar bergantung, punuk besar dan leher
pendek; tanduk pendek
Persyaratan Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif sapi PO betina (SNI) :

Umur Parameter Kelas I Kelas Kelas


II III
(bulan)

1 18-<24 Lingkar 143 137 135


dada
minimum

Tinggi 116 113 111


pundak
minimum

Panjang 123 117 115


badan
minimum

2 ≥36 Lingkar 153 139 134


dada
minimum

Tinggi 126 121 119


pundak
minimum

Panjang 135 127 125


badan
minimum
HASIL PENGAMATAN

Sapi PO betina:

No Sapi Lingkar Tinggi Panjang Tinggi Dalam Berat


dada badan badan hip dada badan

1 A 160 124 120 128 70 331,24


kg

2 B 156 131 123 131 66 316,84


kg

3 C 157 127 115 127 57 320,41


kg
Persyaratan kuantitatif sapi PO jantan (SNI) :

No Umur Parameter Kelas I Kelas Kelas


II III
(bulan)

1 24-<36 Lingkar 143 137 135


dada
minimum

Tinggi 116 113 111


pundak
minimum

Panjang 123 117 115


badan
minimum

2 ≥36 Lingkar 153 139 134


dada
minimum

Tinggi 126 121 119


pundak
minimum

Panjang 135 127 125


badan
minimum
HASIL PENGAMATAN

No Sapi Lingkar Tinggi Panjang Tinggi Dalam Berat


dada badan badan hip dada badan

1 A 170 137 134 140 60 368,64


kg

HASIL PENGAMATAN

Persyaratan kuantitatif sapi PO bakalan:

No Sapi Lingkar Tinggi Panjang Tinggi Dalam Berat


dada badan badan hip dada badan

1 A 142 128 119 131 60 268,96


kg

2 B 144 128 108 127 63 275,56


kg

3 C 134 116 103 119 49 243,36


kg

4 D 144 123 104 126 64 275,56


kg
2.3 Umur

Dilakukan dua cara yaitu berdasarkan catatan atau berdasarkan pergantian gigi seri
permanen. Cara penentuan umur berdasarkan gigi seri permanen seperti terlihat :

No Istilah Gigi seri permanen Taksiran umur (tahun)

1 Po-el 1 1 pasang 1½-2

2 Po-el 2 2 pasang Di atas 2-3

3 Po-el 3 3 pasang Di atas 3-3 ½

Umur ternak dalam pemeliharaan mempunyai peran yang penting, karena


melalui umur peternak dapat mengetahui kapan ternak dapat dikawinkan maupun
digemukkan. Cara yang paling tepat untuk mengetahui umur ternak adalah dengan
melihat catatan produksi atau dari kartu recording ternak yang bersangkutan. Namun,
di Indonesia percatatan merupakan hal yang belum biasa dilakukan peternak. Apabila
tidak terdapat kartu recordinng, umur ternak dapat diperkirakan dengan mengamati
pergantian giginya, karena pergantian gigi waktunya relatif teratur.

Untuk menduga umur ternak berdasarkan gigi geligi terlebih dahulu harus
diketahui keadaan giginya. Jumlah gigi sapi adalah 32 buah (12 buah pada rahang
atas dan 20 buah pada rahang bawah). Pada rahang atas tidak terdapat ggi seri dan
gigi taring tetapi hanya terdapat 6 buah gigi geraham tetap dan 6 buah gigi geraham
berganti, tetapi tidak terdapat gigi taring. Dalam menduga umur ternak sapi,
pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri tetap serta keausannya dapat dijadikan
patokan utama.

2.4 Pendugaan bobot badan (BB) berdasarkan ukuran tubuh

Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan bobot badan ternak.


Namun bobot badan ternak dapat diduga dengan mengukur tubuh ternak. Ukuran-
ukuran tubuh ternak yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah
lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, serta tinggi dan
lebar kemudi. Akan tetapi yang paling sering digunakan yaitu lingkar dada,
panjang badan dan tinggi pundak :

a. Lingkar dada

Dilakukan dengan cara melingkarkan pita ukur pada bagian di belakang bahu yang
dinyatakan dengan cm.

b. Tinggi pundak

Dilakukan dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak
gumba di belakang punuk, dinyatakan dalam cm, menggunakan alat ukur yang sudah
ditera.

c. Panjang badan

Dilakukan dengan mengukur jarak dari bongkol bahu/scapula sampai ujung panggul
(procesus spinus) dinyatakan dalam cm.

Rumus:

1. Rumus menurut schoorl di belanda

(𝐋𝐃+𝟐𝟐)𝟐
= BB kg
𝟏𝟎𝟎

2. Rumus denmark

(𝐋𝐃+𝟏𝟖)𝟐
= BB kg
𝟏𝟎𝟎

3. Rumus winter

𝐋𝐃𝟐 𝐱 𝐋𝐃𝟐
= BB pounds
𝟑𝟎𝟎

Keterangan :

LD = Lingkar dada BB = Bobot Badan

PB = Panjang Badan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indikator penilaian produktivitas ternak dapat dilihat berdasarkan parameter tubuh


ternak tersebut. Ternak berasal dari pembibitan yang sesuai dengan pedoman
pembibitan sapi potong yang baik; sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yang
dinyatakan oleh pejabat berwenang; bebas dari segala penyakit; sapi bibit betina
bebas cacat alat reproduksi, tidak memiliki ambing abnormal dan tidak menunjukkan
gejala kemajiran; sapi bibit jantan bebas dari cacat alat kelamin dan memiliki kualitas
dan kuantitas semen yang baik serta tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat
secara genetik.

Untuk menduga umur ternak berdasarkan gigi geligi terlebih dahulu harus diketahui
keadaan giginya. Jumlah gigi sapi adalah 32 buah (12 buah pada rahang atas dan 20
buah pada rahang bawah). Pada rahang atas tidak terdapat ggi seri dan gigi taring
tetapi hanya terdapat 6 buah gigi geraham tetap dan 6 buah gigi geraham berganti,
tetapi tidak terdapat gigi taring. Dalam menduga umur ternak sapi, pergantian gigi
seri susu menjadi gigi seri tetap serta keausannya dapat dijadikan patokan utama.

Ukuran-ukuran tubuh ternak yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan
adalah lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, serta tinggi dan lebar
kemudi. Akan tetapi yang paling sering digunakan yaitu lingkar dada, panjang badan
dan tinggi pundak :

a. Lingkar dada

Dilakukan dengan cara melingkarkan pita ukur pada bagian di belakang bahu yang
dinyatakan dengan cm.
b. Tinggi pundak

Dilakukan dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak
gumba di belakang punuk, dinyatakan dalam cm, menggunakan alat ukur yang sudah
ditera.

c. Panjang badan

Dilakukan dengan mengukur jarak dari bongkol bahu/scapula sampai ujung panggul
(procesus spinus) dinyatakan dalam cm.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2010. Petunjuk Praktis Pengukuran


Ternak Potong. Balai Besar Pengkajian

dan Pengembangan Teknologi Pertanian NTB.

BSN (badan standarisasi nasional). 2008. Bibit sapi peranakan ongole (PO). SNI.

Muhibbah,V. 2007. Parameter Tubuh Dan Sifat-Sifat Karkas Sapi Potong Pada
Kondisi Tubuh Yang Berbeda. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Purnomoadi,A. 2003. ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA. Fakultas


peternakan. Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai