Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KANDANG TERNAK DAN PERALATAN

“MANAJEMEN TERNAK UNGGAS


BIOSECURITY PADA PETERNAKAN KOMERSIAL”

Oleh:
Eggy Irman Maulana 19741025

2
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020/2021

3
KATA PENGENTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha Esa atas segala
limpahan rahmat, inayah, taufiq, dan hinayahnya. Sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupum pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi paa pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupum isi makalah ini sehngga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang berifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bandar lampung, 21 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...........................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1. Biosecurity.........................................................................................................2
2.2. Pelaksanaan Biosecurity.....................................................................................3
2.3. Pencegah Dan Penanganan Penyakit Unggas...................................................13
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pesatnya perkembangan industri perunggasan di negara tropis seperti di
Indonesia membawa berbagai kendala yang kompleks. Masalah penyakit dalam
industri perunggasan merupakan gangguan dan ancaman yang serius. Kerugian
yang ditimbulkan oleh gangguan penyakit pada usaha peternakan tidak hanya
kematian, tetapi juga pertumbuhan lambat, produksi telur yang menurun bahkan
terhenti sama sekali. Program biosekuriti dalam tata laksana peternakan
merupakan suatu hal yang harus dijalankan. Program ini merupakan salah satu
cara untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam karena tidak
satupun program pencegahan penyakit yang dapat bekerja dengan baik tanpa
penerapan program biosekuriti. Pelaksanaan biosekuriti meliputi kegiatan sanitasi
kandang, desinfeksi, vaksinasi, pengelolaan waste product, dan isolasi hewan
yang sakit.
Menurut Winkel (1997) biosekuriti merupakan suatu sistem untuk mencegah
penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan
produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk
mensejahterakan hewan (animal welfare).
Keberhasilan program biosekuriti tergantung dari cara pelaksanaannya.
Wabah penyakit dapat masuk peternakan karena pelaksanaan biosekuriti yang
tidak dilakukan dengan baik.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Apa yang dimaksud biosecurity ?
2. Bagaimana pelaksanaan biosecurity di peternakan komersil?
3. Contoh beberapa penyakit unggas?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud biosecurity

1
2. Untuk mengetahui pelaksanaan biosecurity di peternakan komersil

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Biosecurity
Asal kata biosekuritas adalah dari kata asing biosecurity yaitu bio artinya
hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurity adalah
sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang
sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen
penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman.
Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk
mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk
mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian
untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Biosecurity adalah program yang
dilaksanakan oleh peternak untuk mencegah bibit penyakit masuk di dalam
lingkungan peternakan maupun keluar lingkungan peternakan (Widyantara et al.,
2013). Biosecurity memiliki tujuan meminimalkan keberadaan penyebab penyakit
dan meminimalkan agen penyakit untuk terkontaminasi dengan lingkungan dalam
maupun luar lingkugan peternakan (Fadilah dan Polana, 2011). Pada awalnya
konsep biosekuritas diterapkan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit
tertentu (spesific patogen free) untuk keperluan penelitian secara eksperimental.
Tetapi saat ini telah diterapkan pada berbagai jenis peternakan sebagi upaya
praktis untuk mencegah masuknya organisme penyebab penyakit (patogen) dari
luar ke dalam peternakan. Bahkan diterapkan juga di negara-negara berdaulat
sebagai upaya untuk melindungi industri peternakannya dari berbagai penyakit
berbahaya yang tidak ditemukan di wilayahnya (penyakit eksotik).
Program biosekuriti memerlukan pendekatan yang berstruktur menyangkut
langkah-langkah sebagai perencanaan, penentuan lokasi sumber daya,
implementasi (pelaksanaan), pengendalian (pengawasan). Keempat langkah

2
tersebut hendaknya menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi suatu program
biosekuriti yang bersifat luas (komprehensif) pada perusahaan pembibitan atau
kompleks peternakan komersial. Menurut Simon (1998) komponen biosekuriti
meliputi suatu hierarkhi dengan tiga tingkatan yang masing-masing berpengaruh
terhadap biaya dan keefektifan seluruh program.
Biosekuriti Konseptual adalah tingkat pertama, merupakan basis dasar dari
seluruh program pencegahan penyakit. Biosekuriti konseptual meliputi pemilihan
lokasi usaha peternakan disuatu daerah spesifik untuk memisahkan jenis/umur
unggas, mengurangi kepadatan ternak (biodensity), dan menghindari kontak
dengan burung atau unggas yang hidup bebas (Simon 1998).
Biosekuriti Struktural adalah biosekuriti tingkat kedua meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan tataletak (layout) peternakan, pemasangan pagar, pembuatan
saluran pembuangan (drainase), jalan-jalan yang dapat dilalui untuk segala cuaca
(Simon 1998).
Biosekuriti operasional adalah tingkat ketiga, terdiri atas prosedur manajemen
dan rutin yang dimaksudkan untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi di
dalam kompleks atau perusahaan peternakan (Simon 1998). Anonym (2010),
menambahkan ada tiga konsep pendukung biosekuriti yang lainnya yaitu isolasi,
pengaturan lalu lintas, dan sanitasi (pembersihan & desinfeksi)..

2.2. Pelaksanaan Biosecurity


Dibawah ini contoh denah pelaksanaan Biosecurity

3
Gambar 1.1. Denah Pelaksanaan Biosecurity

Keterangan :

1. Pintu Gerbang

Untuk gerbang masuk dan keluar disatukan. Setiap orang tidak bebas masuk

dan keluar ke area peternakan. Untuk masuk disediakan desinfektan untuk

membersihkan tangan dan kaki, dan diisediakan baju ganti dan sepatu booth.

Selain itu kendaraan yang akan masuk area peternakan pula harus dibersihkan

roda nya dengan melewati bak air desinfektan yang ada di pintu masuk.
2. Pos Satpam

Setiap yang mau masuk dan keluar wajib lapor satpam dan satpam memeriksa

semua barang bawaan. Tidak dapat sembarang orang masuk ke peternakan apalagi

yang tidak memiliki kepentingan di peternakan tersebut, karena bias saja orang

tersebut membawa bibit penyakit untuk peternakan tersebut.

3. Tempat Parkir

Setiap kendaraan di parkirkan dengan rapi pada satu titik, dan tempat parkir

ini terdapat pembatas dengan kandang agar meminimalisir bakteri atau bibit

penyakit dari kendaraan tersebut meskipun telah melewati bak air desinfektan.

4. Tempat Pembuangan Bangkai

4
Ayam yang terkena penyakit dan harus dimusnahkan akan dibakar di tempat

ini. Ayam yang mati atau terkena penyakit dan harus dimusnahkan harus segera

ditangan dengan dibakar agar tidak terjadi penyebaran penyakit.

5. Kantin dan Mes Karyawan

Kantin di letakan diluar kandang agar tidak mengganggu kenyamanan ternak

dan mengurangi suara keributan di area kandang.

Pintu Masuk kandang

Pembatas antara zona luar dan zona dalam kandang. Disediakan booth

untuk masuk kandang

Gudang pakan

Penempatan gudang pakan sudah cukup strategis dan memudahkan

dalam tata laksana karena berada dekat dengan kandang.

Kandang

Kandang membujur dari timur ke barat sehingga sinar matahari dapat

masuk merata kekandang dan membunuh bakteri, jamur dan virus yang berada di

kandang.

Kantin

Mess Anak Kandang

Kandang Karantina

Kandang karantina berada terpisah dari kandang lainnya. Hal ini karena

apabila terdapat ayam yang sakit langsung dapat dipisahkan.

2.2.1. Kontrol Lalu Lintas


Pengaturan lalulintas orang, peralatan, barang atau kendaraan tamu
bertujuan agar tidak menyebarkan bibit penyakit masuk ke dalam peternakan.
Pengaturan lalu lintas ini harus dapat mengatur kapan DOC/ bibit, pakan,
sapronak (obat, vaksin, peralatan peternakan), litter/ sekam, kotak telurmasuk
kedalam farm. Selain itu juga harus dapat mengatur bagaimana penangan atau

5
pengeluaran bangkai ayam, litter keluar dari lingkungan kandang serta kapan
ayam harus di panen atau afkir. Pembatasan jumlah orang dan kendaraan yang
masuk ke dalam lingkungan kandang juga masuk dalam konsep ke dua ini.
Menurut Ritonga (2008) penanganan lalulintas perlu dilakukan penyemprotan
dengan desinfektan terhadap peralatan dan kendaraan yang akan masuk kedalam
kandang, dan dihindari terjadinya pinjam-meminjam peralatan antar farm. Orang
yang tidak berkepentingan di dalam kandang dilarang masuk ke kandang. Sopir,
salesman,atau petugas lainnya sebaiknya ganti pakaian khusus dan dilakukan
penyemprotan sebelum masuk ke area kandang.
Lokasi peternakan harus jauh dari pemukimam yang bertujuan
meminimalisir kontak ternak dengan manusia, melaksanakan peraturan
pelarangan bagi orang yang tidak berkepentingan sehingga agen penyakit dapat
diminimalisir (Simanjuntak, 2013). Pembuatan pagar pembatas antara peternakan
dengan lingkungan luar bertujuan agar tidak sembarang orang dan binatang buas
masuk serta membatasi kendaraan ke kawasan peternakan (Fadilah dan
Fatkhuroji, 2013).

2.2.2. Isolasi
Isolasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan
ayam dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Isolasi ini bertujuan untuk
mencegah bibit penyakit masuk ke dalam suatu farm dan menyebar keluar dari
Manajemen peternakan (manager/pemilik farm) sangat berperan penting dalam
penerapan isolasi ini, contohnya dalam penetapan area bersih (wilayah yang harus
terjaga dari kemungkinan cemaran/ penularan penyakit) dan kotor (wilayah yang
kemungkinan banyak cemaran bibit penyakitnya). Contoh penerapan isolasi
lainnya yaitu penetapan akses karyawan atau pengunjung yang boleh masuk ke
area farm, penerapan one age farming (peternakan satu umur) pada farm ayam
layer atau penerapan pemeliharaan ayam broiler system all in all out.

2.2.3. Sanitasi (Pembersihan dan Desinfeksi)

6
Sanitasi merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui kebersihan.
Oleh karena itu, untuk memperoleh lingkungan yang bersih, higienis, dan sehat
maka tindakan sanitasi harus dilaksanakan secara teratur (Sudarmono, 2003).
Sanitasi merupakan berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan pemeliharaan
kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan kandang,
penglola kandang, serta orang dan kendaraan yang keluar-masuk komplek
perkandangan (Suprijatna dkk.,2005). Menurut Mulyatini (2010), sanitasi adalah
cara yang digunakan dalam memberantas atau mengontrol mikroorganisme yang
mempunyai pengaruh yang berbahaya terhadap kesehatan ternak.
Sasaran utama bagi sanitasi lingkungan ini meliputi seluruh kandang dan
segala peralatannya, misalnya gudang makanan dan gudang telur parit yang ada
disekitar gudang dan kandang. Sanitasi lingkungan merupakan tindakan sanitasi
yang meliputi kegiatan pencucian terhadap seluruh peralatan, pembersihan
kotoran ayam, menjaga litter, memisahkan ayam yang sakit, pembersihan lepas
produksi panen dan membakar ayam mati (Blakely dan Bade, 1985). Kendaraan
pengangkut ransum, kotoran ternak dan material lain, serta manusia adalah benda
yang dapat memindahkan penyakit, untuk itu perlu adanya desinfektan benda-
benda yang akan masuk lokasi peternakan (Gitting, 1980).
Sanitasi petugas adalah mereka yang bekerja di kandang, yang sehari-
harinya berhubungan langsung dengan ayam, baik untuk melakukan perawatan
terhadap ayam, pengelolaan kandang, penanganan terhadap produksi telur dan
sebagainya.Sebelum petugas mengawali pekerjaanya di kandang, mereka harus
dalam keadaan higienis, bebas kuman. Hal – hal yang perlu diperhatikan agar
petugas bebas kuman adalah Sebelum petugas masuk ke dalam kandang,alas kaki
harus dicelupkan ke dalam larutan desinfektan yang sudah disediakan di depan
pintu kandang, Petugas tidak dibenarkan berpindah-pindah dari kandang satu ke
kandang lain, terutama pada kelompok-kelompok ayam dengan umur yang
berbeda, Petugas harus mengenakan pakaian harian kerja. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi terjadinya kontaminasi ayam dan kandang dari penyakit luar.
Sanitasi kandang merupakan sanitasi penjagaan dan pemeliharaan
kebersihan dalam dan luar kandang, peralatan dan perlengkapan kandang, orang

7
dan kendaraan yang keluar masuk kawasan perkandangan (Suprijatna, et al,
2005). Sanitasi kandang meliputi pembersihan kandang, lingkungan dan fumigasi
yang dilakukan setelah masa afkir dengan cara kotoran ayam dibersihkan, lantai
dan dinding kandang dibersihkan dengan cara disemprot air ( Sholikin, 2011).
Sanitasi peralatan kandang sebelum digunakan harus dalam keadaan bersih
sehingga agen penyakit tidak menulari ayam dalam kandang (Tamalluddin, 2012).
Peralatan kandang sebelum dan setelah masa afkir harus melewati perlakuan
sanitasi untuk mencegah bibit penyakit menulari ayam selama pemeliharaan
(Fadilah, 2013).
Sanitasi terhadap ayam, Sasaran sanitasi bukan hanya terbatas pada
kandang dan peralatan serta petugasnya, tetapi kelompok ayam yang dikelola juga
harus mendapat perlakuan sanitasi. Upaya sanitasi terhadap kelompok ayam ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Ayam-ayam yang sakit segera di pindahkan dari kelompoknya, dan
ditempatkan di kandang isolasi untuk mendapatkan penanganan khusus.
b. Ayam-ayam yang mati, bangkainya harus segera dibasmi dengan dibakar dalam
krematorium (Sudarmono,2003).

2.2.4. Vaksinasi
Aspek lain dari biosekuriti adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi.
Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat
yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di
dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam. Vaksin virus
yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi virus
yang sangat tinggi immunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang, oleh karena
itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan
menyebabkan kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi
faktor-faktor yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Tidak semua vaksin efekstifitasnya sama. Beberapa vaksin memberikan kekebalan
yang baik tetapi menimbulkan reaksi setelah diberikan yang lebih berbahaya dari
penyakit itu sendiri. Vaksin yang lain, reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat

8
perlindungannya sangat rendah. Tetapi, kehebatan reaksi biasanya tidak
berhubungan dengan tingkat kekebalan.Virus yang ideal untuk vaksin adalah yang
tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Beberapa vaksin
untuk infeksi bakteri tertentu biasanya kurang efektif (Ritongga, 2008).
Jenis vaksin dibedakan menjadi 2 yaitu vaksin aktif dan pasif. Vaksin aktif
merupakan virus yang sudah dilemahkan sehingga mengandung virus yang relatif
lebih kuat sedangkan vaksin pasif merupakan perangsang pembentukan antibodi.
(Ayu et al., 2011).
Keberhasilan suatu vaksinasi ditentukan oleh kondisi ayam, tingkat stres,
umur ayam, jadwal vaksinasi, jenis vaksin, manajemen perkandangan dan
kandungan nutrisi pakan (Sianita et al., 2011) .Kegagalan vaksinasi disebabkan
oleh prosedur vaksinasi yang tidak sesuai, penyimpanan vaksin, pemberian
antibiotik dan vaksinator yang tidak ahli (Haryadi dan Amanu, 2010). Vaksinasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi melalui tetes mata, tetes
hidung, minum, penyuntikan dan penyemprotan (Fadilah dan Polana, 2011).
Penyuntikan dilakukan dengan cara menginjeksikan vaksin pada bagian subkutan
dan intramuskular pada ayam dalam jangka waktu tertentu, jenis vaksin yang
disuntikan dengan metode injeksi yaitu AI killed dan Reo killed (Balqis et al.,
2011). Tetes mata dilakukan dengan meneteskan vaksin kemata sesuai
dengandosis yang telah ditentukan dan tetes mata merupakan metode yang mudah
diaplikaskan serta peternak dapat melakukannya sendiri (Haryadi dan Amanu,
2010). Tusuk sayap (wing web) hanya dilakukan pada vaksin cacar (Fowl fox)
dengan menggunakan alat suntik yang bersih dari sisa pemakaian sebelumnya
dengan disterilkan dengan air mendidih (Joko et al., 2013). Sebelum
vaksindigunakan maka ayam harus dipuasakan 2 jam, vaksin harus disimpan
dalam suhu 2-8°C untuk mencegah kerusakan vaksin, sebelum dan sesudah
menggunakan peralatan vaksin maka harus disterilkan menggunakan alkohol dan
air panas untuk menghindari sisa vaksin sebelumnya yang dapat menimbulkan
bibit penyakit dan vaksinasi dilakukan pada sore atau malam hari dan sisa hasil
vaksin harus segera dibakar (Krista dan Bagus, 2012).

9
2.2.5. Pencatatan Riwayat Flok
Mencatat riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan
flok ayam. Ayam harus secara rutin diperiksa kesehatannya ke laboratorium,
dengan mengecek titer darahnya terhadap penyakit tertentu, monitoring
bakteriologis dan sampling lainnya. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium
harus disimpan bersamaan dengan data performans setiap flok atau kandang.
Laporan ini sangat bermanfaat begitu masalah muncul.

2.2.6. Pencucian Kandang Ayam Petelur


Pencucian kandang ayam merupakan kegiatan biosekuritas yang paling berat.
Segera setelah flok ayam diafkir dan liter diangkat keluar kandang, tindakan
berikutnya adalah pembersihan dan desinfeksi terhadap seluruh kandang dan
lingkungannya. Gumpalan liter harus diangkat dan sisa-sisa yang menempel harus
disikat dan disemprot air. Peralatan seperti penggaruk, sekop, truk pengangkut,
wadah-wadah pengankut kotoran (manure), dan lain-lain semuanya harus
dibersihkan dan didesinfeksi setelah dipakai.
Pencucian kandang dan desinfeksi secara menyeluruh dilakukan diantara
setiap kelompok umur remaja sangat dianjurkan. Kandang petelur dan peralatan
harus dibersihkan secara menyeluruh dari atas sampai bawah dan didesinfeksi
setelah setiap flok dipindahkan dari kandang semula dan sebelum flok baru
dimulai. Pencucian kandang secara parsial hanya dilakukan pada kandang petelur
dan peralatannya setelah flok dipindahkan dari tempat awalnya ke tempat yang
baru. Cara-cara yang dianjurkan dalam pencucian kandang petelur secara
menyeluruh adalah sebagai berikut:
a. Angkat liter keluar dari kandang sejauh mungkin, atau paling tidak 100 yard.
Usahakan liter tidak berceceran, tidak terkena air, tidak mencemari jalan atau
pintu masuk kandang, dan tutuplah rapat-rapat.
b. Sapulah dengan bersih dari atas sampai dasar kandang atau lantai, termasuk
seluruh rangkaian kabel listrik, kipas angin, dan kisi-kisi jendela. Lepas
lampu-lampu bohlam bersihkan dan ganti yang sudah putus dengan yang baru.

10
c. Seluruh atap, korden, dinding, partisi, tempat makan dan minum, dan
peralatan lainnya, setelah dibersihkan debunya, dibersihkan dengan air (air
sabun), dibilas dengan air bersih, lalu didesinfeksi dengan menggunakan
desinfektan yang kuat dan larut dalam air seperti senyawa fenol dengan
konsentrasi sesuai aturan yang terdapat pada label. Penyemprotan dilakukan
pada tekanan minimum 200 psi (pounds per square inch) agar penetrasi bahan
kimia berlangsung baik. Hati-hati jangan sampai semprotan mengenai bagian
dalam motor listrik, oleh karena itu harus diselubungi dahulu sebelum
disemprot, setelah selesai buka kembali atau motor dilepas dahulu. Seluruh
korden atau penutup pada kedua sisi harus disemprot dengan air sabun, dibilas
dengan air bersih, dan didesinfeksi. Ketika kering, korden harus digulung dan
biarkan udara mengalir dengan sempurna.
d. Bila terdapat kerusakan kandang maka perbaikan dilakukan pada saat ini.
Setelah selesai perbaikan, maka persiapan datangnya flok baru bisa dilakukan.
Masa kosong kandang sekitar dua minggu (minimal 14 hari).
e. Sediakan bak dekontaminasi sepatu di depan pintu masuk kandang. Sediakan
pula baskom dekontaminasi untuk mencuci kandang.

2.2.7. Kontrol terhadap pakan


Biosekuritas terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik
pengolahan. Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen
penyakit dan toksin yang dapat mencemari makanan.

Upaya yang harus dilakukan untuk mengamankan pakan ayam adalah:


a. Menghilangkan atau mengurangi dampak resiko terjadinya kesalahan
formulasi pakan seperi kelebihan garam dan lain-lain.
b. Melakukan pengawasan atas kualitas bahan baku secara teratur, seperti kadar
air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap kandungan
mikroorganisma, dan analisis proksimat untk mengetahui kualitas kandungan
pakan.

11
c. Memenuhi permintaan konsumen misalnya konsumen dari breeding farm
biasanya minta persayaratan pakan tertentu untuk mencegah terjadinya
salmonellosis. Pakan yang diinginkan melalui perlakuan panas (pada suhu 65-
90 °C) dan penambahan vitamin, crumbelling/pelleting, dan penambahan
acidifier (asam format, asam laktat, asam proprionant, asam butirat, atau asam
sitrat).
d. Melakukan upaya pencegahan berkembangnya toksin jamur dengan
menambahkan toxin binder.
e. Melakukan sanitasi truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat maupun
setibanya di farm konsumen.
f. Memperhatikan lama penyimpanan bahan baku ataupun penyimpanan pakan
jadi.

2.2.8. Kontrol Air


Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain melaui pakan
dan udara. Berbagai penyakit yang ditularkan melaluiair antara lain
Salmonellosis, Kolibasilosis, Aspergillosis dan Egg Drop Syndrome. Oleh karena
itu monitoring untuk program biosekuritas air adalah:
a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal sekali dalam satu tahun yang
meliputi pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal, mineral) dan bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk
menguji tingkat higienitas air minum ayam (kwalitatif dan kwantitatif).
Pengujian dilakukan secara berurutan dari hulu ke hilir, mulai dari sumber air
sampai ketempat minum ayam (drinker).
c. Perlakuan sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat
pencemarannya. Umunya sanitasi dilakukan dengan cara klorinasi, tetapi saat
ini sudah banyak produk komersial lain seperti pemberian asam organik.
d. Secara teratur melakukan flushing (penggelontoran) air di instalasi air di
dalam kandang minimal seminggu sekali. Perlakuan ini dilakukan mengingat
seringnya peternak memberikan vitamin, mineral ataupun antibiotik melalui

12
air minum. Munculnya jonjot (semacam lendir) organik pada pipa-pipa air
minum dapat mengakibatkan tersumbatnya pipa-pipa saluran tersebut.

2.2.9. Kontrol limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam mati


Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah
sudah jelas akan dijumpai. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh
mungkin sari areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang
mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di
luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar,
maka harus dipilih di lokasi di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan
sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta
mencegah pencemaran lingkungan.
Liter basah atau liter yang sudah menggumpal segera mungkin diangkat dan
diangkut ke tempat yang telah di sediakan. Ayam mati sesegera mungkin diambil
dari kandang dan setelah dilakukan pemeriksaan bedah pasca mati maka
secepatnya dibakar dan dibuang ke tempat lubang pembuangan (disposal pit) di
dalam peternakan. Disposal pit dapat dibuat dengan luasan dan kedalaman
tertentu tergantung pada sisa produksi harian serta tersedianya lahan.

2.3. Pencegah Dan Penanganan Penyakit Unggas

Penanganan penyakit adalah pengendalian dan sekaligus pembasmian


penyakit untuk mengurangi kejadian penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga
kerugian yang bersifat ekonomi dapat ditekan seminimal mungkin.
Cara pengelolaan kesehatan unggas :
 pemberian pakan yang layak,
 penggunaan bibit yang baik dan sehat,
 pengelolaan serta penanganan penyakit.
Peternak yang memelihara ayam skala rumah tangga di pekarangan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

13
 Lahan pekarangan yang cukup luas dan terdapat tanaman atau rerumputan
yang cukup terpelihara,
 Kandang ditempatkan agak jauh dari rumah bersifat semi permanen agar
mudah dipindah atau dibersihkan. Sinar matahari (pagi) dapat masuk
kedalam kandang dengan mudah dan kotoran mudah dibersihkan,
 Vaksinasi: dilakukan sesuai anjuran penggunaan vaksin.
Cara pengendalian penyakit meliputi:
1. Ayam yang mati karena penyakit, dikubur dan dibakar,
2. Bersihkan kandang dan peralatan,
3. Memberi obat cacing setiap 3 bulan sekali,
4. Menambahkan vitamin kedalam makanan dan air minum,
5. Tidak memberi pakan yang sudah berjamur atau tengik,
6. Isolasi ayam yang sakit pada kandang terpisah,
7. Bila terjadi wabah penyakit menular, kandang dan semua peralatan harus
disterilisasikan,
Banyak sekali jenis-jenis penyakit yang sering ditemukan pada ternak unggas
dapat di lihat dari beberapa contah di bawah ini:
1. Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE)
Penyebab : Penyakit Avian Encephalomyelitis disebabkan oleh virus RNA
dari family Picornaviridae. Penyakit AE umumnya menyerang anak ayam umur 1-
4 minggu, sedang pada ayam petelur hanya mengakibatkan penurunan produksi
telur antara 5-20%, yang mempengaruhi daya tetas telur yang diproduksinya. Bila
diingat bahwa Penyakit AE ini ditularkan melalui telur maka “Breeder” yang
paling dirugikan akibat serangan penyakit ini.
Gejala klinis : Pada anak ayam umumnya umur 1-2 minggu ditemukan gejala
antara lain ayam awalnya tampak sayu, diikuti ataksia karena adanya inkoordinasi
dari otot-otot kaki, sehingga ayam dapat jatuh ke samping dengan kedua kaki
terjulur ke satu sisi, tremor pada kepala dan leher terutama bila dipacu, keadaan
akan berlanjut dengan kelumpuhan dan diakhiri dengan kematian. Pada ayam
petelur gejala yang terlihat hanyalah penurunan produksi telur antara 5-10% dan
tidak diikuti gejala gangguan syaraf. Pada ayam pembibitan ditemukan adanya

14
daya tetas telur yang menurun dan anak ayam yang ditetaskan akan banyak
tertular penyakit AE.
Pencegahan dan Pengobatan : Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi. Cara
pengobatan belum ada. Pada ayam yang masih hidup dapat diberikan ransum
pakan yang baik disertai vitamin dan elektrolit.
2. Penyakit Avian Influenza (AI) / Flu Burung
Penyebab : Penyakit Avian influenza (AI) pada unggas yang disebabkan oleh
virus influenza type A subtipe H5 dan H7. Semua unggas dapat terserang virus
influenza A, tetapi wabah AI sering menyerang ayam dan kalkun. Penyakit ini
bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi karena dapat mencapai 100%.
Virus ss-RNA yang tergolong family Orthomyxoviridae, dengan diameter 80-120
nm dan panjang 200-300 nm.
Gejala Klinis : Gejala klinis yang terlihat pada ayam penderita HPAI antara
lain adalah, jengger, pial, kelopak mata, telapak kaki dan perut yang tidak
ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru keunguan. Adanya perdarahan pada kaki
berupa bintikbintik merah (ptekhie) atau biasa disebut kerokan kaki. Keluarnya
cairan dari mata dan hidung, pembengkakan pada muka dan kepala, diare, batuk,
bersin dan ngorok. Nafsu makan menurun, penurunan produksi telur, kerabang
telur lembek. Adanya gangguan syaraf, tortikolis, lumpuh dan gemetaran.
Kematian terjadi dengan cepat. Sementara itu pada LPAI, kadang gejala klinis
tidak terlihat dengan jelas.
Pencegahan dan Pengobatan : Belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan Avian Influenza. Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat
kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya dengan
memberikan tambahan vitamin dan mineral, serta mencegah infeksi sekunder
dengan pemberian antibiotik. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada
kandang.
3. Penyakit Cacar Unggas
Penyebab : Penyakit cacar unggas disebabkan oleh DNA Pox virus ukuran
besar. Terdapat 4 strain

15
Pox virus unggas yang mirip satu sama lain dan secara alami menginfeksi
spesies unggas sesuai dengan namanya, yaitu : Virus Fowl pox, Virus Turkey pox,
Virus Pigeon pox dan Virus Canary pox.
Gejala Klinis : Cacar dapat terjadi dalam salah satu bentuk yaitu bentuk kulit
atau bentuk difterik, ataupun kedua bentuk tersebut. Gejala klinis bervariasi
tergantung pada : kepekaan inang/hospes, virulensi virus, distribusi lesi dan faktor
komplikasi yang lain. Gejala umum yang timbul adanya pertumbuhan yang
lambat pada unggas muda, penurunan telur pada periode bertelur,adanya kesulitan
bernapas dan makan.
Pencegahan dan Pengobatan : Pencegahan dapat dilakukan dengan
pemberian vaksin. Seperti penyakit virus yang lain, untuk penyakit cacar tidak ada
obat yang spesifik dan efektif.
4. Penyakit Chicken Anemia Syndrome
Penyebab : Penyakit Chicken anemia syndrome disebabkan oleh Chicken
Anemia Agent (CAA), termasuk grup Circovirus. Virus berukuran 18-26,5 nm,
tergolong ss-DNA, tidak beramplop dan berbentuk ikosahedral. CAA merupakan
penyakit viral yang bersifat akut pada ayam muda. Penyakit ditandai adanya
anemia aplastika dan atrofi organ limfoid yang mengakibatkasn terjadinya
imunosupresif.
Gejala Klinis : Pada kasus akut gejala klinis muncul pada ayam umur 7-14
hari, ditandai dengan hambatan pertumbuhan dan anoreksia. Pada bagian muka,
pial dan jengger tampak pucat, bulu ayam berdiri disertai dengan terjadinya
peningkatan mortalitas ayam sekitar 5-16%, tetapi pernah mencapai 60%.
Pencegahan dan Pengobatan : Pencegahan dilakukan dengan cara vaksinasi.
Pengobatan dengan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder dapat membantu
menurunkan kasus.
5. Penyakit Egg Drop Syndrome 1976 (EDS’76)
Penyebab : EDS’76 disebabkan oleh Adenovirus dari famili Adenoviridae.
Virus EDS’76 dapat mengaglutinasi eritrosit ayam, itik dan kalkun. Virus EDS’76
diduga berasal dari adenovirus itik. Musim hujan dan kering tidak mempengaruhi

16
secara langsung penyakit EDS’76, tetapi dapat memperberat kasus penyakit akibat
faktor stres.
Gejala Klinis : Gejala klinis EDS’76 biasanya tampak pada ayam berumur
25-35 minggu dengan gejala khas berupa penurunan produksi telur dengan
kualitas jelek. Kualitas telur yang jelek dapat berupa hilang atau berkurangnya
warna kulit telur, kulit telur lunak, tipis atau bahkan tanpa kulit dan ukuran telur
menjadi sangat kecil.
Pencegahan dan Pengobatan : Pencegahan terhadap EDS’76 dapat
dilakukan dengan melakukan vaksinasi pada ayam menjelang produksi. Tidak ada
obat yang efektif dalam menurunkan keparahan ataupun mengurangi gejala
penyakit.
6. Penyakit Helicopter Disease
Penyebab : Penyebab utama penyakit ini adalah Reovirus, tetapi beberapa
agen lain dapat terlibat, seperti rotavirus, parvovirus, enterovirus-like viruses dan
toga virus-like agent. Helicopter Disease merupakan penyakit penyebab gangguan
pertumbuhan terutama pada ayam pedaging umur 1–6 minggu.
Gejala Klinis : Anak ayam yang terserang penyakit ini menunjukkan
penurunan laju pertumbuhan yang nyata pada umur pemanasan/brooding yaitu 5-7
hari. Kelainan bulu tampak pada ayam yang sakit, termasuk patahnya tungkai bulu
sayap primer dan bertahannya warna kuning pada bulu di bagian bawah kepala
sampai umur 30 hari.
Pencegahan dan Pengobatan : Untuk mencegah terjadinya malabsorbsi,
formulasi pakan dapat dievaluasi untuk meyakinkan kecukupan zat-zat gizi. Tidak
ada pengobatan yang spesifik untuk pengendalian penyakit ini.
7. Penyakit Inclusion Body Hepatitis (IBH)
Penyebab : Penyakit Inclusion Body Hepatitis (IBH) disebabkan oleh
Adenovirus, familia Adenoviridae. IBH disebabkan oleh sedikitnya 3 serotipe dari
DNA Adenovirus dan diperkirakan minimum ada 19 serotipe Avian Adenovirus
yang pernah dideteksi dari ayam, kalkun, angsa dan entok. Inclusion Body
Hepatitis (IBH) merupakan penyakit akut, menyerang ayam muda umur 4-8
minggu.

17
Gejala Klinis : Hampir semua infeksi Adenovirus tidak menunjukkan gejala
klinis yang jelas. Jengger kelihatan pucat, pial dan kulit muka juga pucat, depresi,
lemah dan kemungkinan diikuti dengan penyakit lainnya. Gangguan pernafasan
sering terjadi pada anak ayam dan pada ayam dewasa kadang terjadi penurunan
produksi telur.
Pencegahan dan Pengobatan : Pencegahan infeksi paling baik dilakukan
dengan praktek manajemen pemeliharaan yang optimal. Seperti pada penyakit
yang disebabkan virus lainnya, belum ada pengobatan untuk penyakit ini.

8. Penyakit Infectious Bronchitis (IB)


Penyebab : Penyakit Infectious Bronchitis (IB) adalah penyakit pernapasan
akut dan sangat menular pada ayam. IB disebabkan oleh virus dari genus
coronavirus dari family Coronaviridae. Virus IB termasuk virus ss-RNA,
berbentuk spherik atau pleomorfik dengan diameter 90-200 nm. Spesies rentan
terhadap penyakit IB hanyalah ayam, baik broiler ataupun layer, tetapi pernah
dilaporkan kejadian pada itik dan burung liar.
Gejala Klinis : Gejala klinis pada anak ayam ditandai dengan batuk, bersin,
ngorok, keluar leleran hidung dan eksudat berbuih di mata. Anak ayam yang
terkena tampak tertekan dan akan cenderung meringkuk di dekat sumber panas.
Gejala klinis muncul dalam waktu 36 sampai 48 jam.
Pencegahan dan Pengobatan : Belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan infectious bronchitis. Usaha yang dapat dilakukan adalah
membuat kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya
dengan memberikan tambahan vitamin dan mineral.
9. Penyakit Infectious Bursal Disease (IBD)
Penyebab : IBD merupakan penyakit menular akut pada ayam berumur muda,
disebabkan oleh Virus IBD tergolong virus RNA dari genus avibirnavirus dan
family birnaviridae. Kerugian ekonomi yang diakibatkan cukup besar karena
menyerang anak ayam berumur muda (kurang dari tiga minggu) dengan tingkat
morbiditas dan mortalitas tinggi.

18
Gejala Klinis : Ayam yang terserang ditandai dengan gejala depresi, nafsu
makan menurun, lemah, gemetar, sesak nafas, bulu berdiri dan kotor terutama
bulu di daerah perut dan dubur, selanjutnya diikuti dengan diare, feses berwarna
putih kapur dan kematian yang terjadi akibat dehidrasi.
Pencegahan dan Pengobatan : Cara pencegahan yang paling efektif adalah
melakukan vaksinasi. Tidak ada pengobatan yang efektif. Namun perlakuan
terhadap ternak ayam yang sakit dapat diberikan pengobatan, misalnya dengan
tetes 5% dalam air minum selama 3 hari, gula rnerah 2% dicampur dengan
NaHC03 0,2% dalam air minum selama 2 hari.

19
BAB III

PENUTUP

Tata laksana usaha peternakan ayam dalam skala besar juga merupakan surga
bagi perkembangan berbagai agen penyakit, meskipun jumlah dan virulensinya
rendah tetapi dapat menimbulkan efek yang serius. Bila setiap orang menjalankan
berbagai upaya isolasi secara ketat, maka tindakan karantina tidak perlu
dilakukan. Sebagian orang pasti merasa heran atau risih dengan tulisan atau
berbagai peraturan yang terpampang di pintu yang mengisyaratkan bahwa tamu
dapat membahayakan peternakan. Bagaimanapun tamu harus mengerti tujuan dari
prosedur perlakuan demikian, tidak lain adalah untuk menghentikan penyebaran
berbagai agen penyakit menular, yang sekaligus berarti mencegah kerugian bagi
orang lain.
Biosekuriti tidak lain untuk berbuat baik. Bila dipraktekkan, ia akan
membantu pemilik peternakan dan lingkungan tetangganya keluar dari berbagai
permasalahan. Pengendalian penyakit merupakan bagian dari rasa tanggung jawab
terhadap yang lain. Penyakit tidak dapat dikendalikan dan diberantas dengan cara
berdiam diri atau memberikan informasi yang salah. Ketika upaya untuk
memberantas dan mengendalikan agen penyakit dilakukan, pemilik peternakan
harus memanfaatkan peristiwa alam sekitar seperti sinar matahari, panas, kering,
hujan, angin dan waktu atau musim. Seringkali pemilik hanya memikirkan
kerugian pendapatan ketika kandangnya kosong, padahal mortalitas yang tinggi
dan penampilan yang buruk biasanya lebih merugikan lagi bila terburu-buru untuk
memasukkan flok ayam baru. Oleh karena itu lebih baik menunggu sedikit lebih
lama (sekitar dua minggu lebih) kandang dibiarkan dalam keaadaan istirahat dulu
sebelum flok berikutnya masuk

20
DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, M. 1997. Production Biosecurity. Poultry International. August:50-53.

Clauer, P.J. 1997. Biosecurity for Poultry. Virginia Cooperative Extension. Publication Number
408-310.

Griffith, D.l.V. 1989. Biosecurity in a small Island State. Poultry International. November: 45-47.

Hadi, I.K. 2001. Biosekuritas Farm Pembibitan Ayam (1). Poultry Indonesia. Desember 260: 88-
90.

Pelaksanaan Program Biosekuriti Di Peternakan Ayam Petelur Pt. Januputra Sejahtera Farm
Srunen, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Hijrah Eni Universitas Gadjah Mada, 2015 |
Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ (Dikunjungi pada tanggal 09 Desember 2019)

Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production: Where are we and where do we go?
Prosiding 11th International Congress of the World Poultry Association

https://disnak.lebakkab.go.id/penanganan-penyakit-unggas-itik-bebek-ayam/

https://mitalom.com/32-jenis-penyakit-unggas-ayam-cara-pencegahan-dan-pengobatannya-page-1/

21

Anda mungkin juga menyukai