Anda di halaman 1dari 28

USULAN PENELITIAN

POTENSI MINYAK BUAH MERAH SEBAGAI SALEP LUKA BAKAR


PADA KELINCI LOKAL (Oryctolagus cuniculus)

TIM PENGUSUL

Dr. drh. Purwanta, M.Kes 19740905 200312 1 001 (Ketua)


Ni Putu Vidia Tiara Timur, M.Si 19921127 201902 2 003 (Anggota)
Masriani, S.ST 19961012 201902 2 001 (Anggota)

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUH DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MANOKWARI
MANOKWARI
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Potensi Minyak Buah Merah sebagai Salep


Luka Bakar pada Kelinci Lokal (Oryctolagus
cuniculus)
Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. drh. Purwanta, M.Kes
b. NIP : 19740905 200312 1 001
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Nomor HP : 081342408306
Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : drh. Ni Putu Vidia Tiara Timur, M.Si.
b. NIP : 19921127 201902 2 003
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Nomor HP : 081344996200
Anggota Peneliti (2) :
a. Nama Lengkap : Masriani, S.ST
b. NIP : 19961012 201902 2 001
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Nomor HP : 082396767247

Mahasiswa yang dilibatkan:


1. Erlangga Giri Sunu NIRM 06.03.18.009
2. Idham Robo NIRM 06.03.18.012
3. Jems R. Atewa NIRM 06.03.18.017
4. Yonatan Marani NIRM 06.03.18.036
5. Daniel B. Alua NIRM 11.2.6.17.0323

Penelitian Tahun ke-1 : 2022


Sumber biaya penelitian : DIPA Polbangtan Manokwari
Sumber lain: -

ii
Menyetujui,
Ketua Peneliti,
Kepala UPPM Polbangtan
Manokwari,

Dr. drh. Purwanta, M.Kes.


Dr. O’eng Anwarudin, S.Pt, M.Si
NIP. 19740905 200312 1 001
NIP. 19790304 200312 1 003

Mengetahui,
Direktur Polbangtan Manokwari,

Dr. drh. Purwanta, M.Kes.


NIP. 19740905 200312 1 001

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................................i


Halaman Pengesahan ................................................................................................ii
Daftar Isi ....................................................................................................................1
Ringkasan...................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................6
BAB III. METODE PENELITIAN ...........................................................................14
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ...................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................19
Lampiran

1
RINGKASAN

Masyarakat di Indonesia masih sering menggunakan obat-obatan herbal


sebagai media penyembuhan berbagai macam penyakit. Buah merah sebagai salah
satu tanaman obat herbal endemik dari Papua sering dimanfaatkan dalam
mengobati berbagai penyakit dan dijadikan herbal untuk menjaga kesehatan. Buah
merah mengandung bahan aktif yang beragam dan cukup tinggi sehingga mampu
mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Kandungan antioksidan mampu
mempercepat regenerasi sel kulit mati sehingga diharapkan dapat dijadikan
pengobatan topikal pada luka bakar. Luka bakar termasuk kecelakaan yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Penggunaan sediaan obat
topikal berupa salep untuk pengobatan luka dianggap paling mudah dalam
pengaplikasiannya pada ternak. Salep Minyak Buah Merah adalah sediaan topikal
setengah padat dengan kandungan ekstrak buah merah berupa, massa lunak yang
mudah dioleskan dan digunakan untuk pemakaian epidermis dan dermis terutama
melindungi luka, melembabkan luka dan membuang jaringan nekrosis serta
kontrol terhadap infeksi/terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan
menurunkan rasa nyeri saat mengganti balutan luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui mutu dan efektifitas dari salep herbal minyak buah merah terhadap
kesembuhan luka bakar pada kelinci lokal (Oryctolagus cuniculus).

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat di Indonesia masih sering menggunakan obat-obatan herbal
sebagai media penyembuhan berbagai macam penyakit. Buah merah sebagai salah
satu tanaman obat herbal endemik dari Papua sering dimanfaatkan dalam
mengobati berbagai penyakit dan dijadikan herbal untuk menjaga kesehatan. Buah
merah adalah salah satu tanaman obat asli Indonesia yang berasal dari Papua dan
telah dikenal luas memiliki banyak manfaat untuk kesehatan karena mengandung
zat alami yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mempertahankan status
kesehatan pada manusia. Buah merah telah banyak digunakan sebagai obat herbal
dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Buah merah sebagai salah satu tanaman obat memiliki prospek yang baik
untuk dikembangkan. Salah satu alasan pengembangannya adalah kandungan
bahan aktif yang beragam dan cukup tinggi sehingga mampu mencegah dan
mengobati berbagai penyakit. Buah merah mengandung berbagai komponen aktif
yaitu α-karoten, β-karoten, β-kriptosantin, dan α-tokoferol, serta asam lemak tidak
jenuh, terutama asam oleat, linoleat dan palmitoleat (Surono, 2008). Zat aktif
yang terkandung dalam buah merah diantaranya tokoferol (vitamin E),
alfatokoferol dan betakaroten berfungsi sebagai antioksidan yang mampu
menangkal radikal bebas dan meningkatkan kekebalan tubuh (Budi and Paimin,
2005). Limbongan dan Uhi (2005) melaporkan, buah merah (Pandanus conoideus
lam) berkhasiat mengobati mata yang rabun, gatal-gatal, luka tergores, pegal dan
capek, menyuburkan rambut, mengobati kanker dan penyakit degeneratif (jantung,
kolesterol, diabetes, darah tinggi), pada manusia serta untuk kesehatan ternak.
Luka adalah salah satu gangguan kesehatan yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari baik manusia maupun ternak. Luka adalah kerusakan pada
fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel dengan
atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang dan nervus
yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena
operasi (Ryan, 2014). Luka bakar termasuk kecelakaan yang sering terjadi dalam

4
kehidupan sehari-hari. Luka bakar adalah bentuk kerusakan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi (Moenajat, 2003). Luka bakar yang sering ditemui adalah luka
bakar derajat II. Luka bakar biasanya diobati dengan sediaan gel atau salep untuk
mengurangi rasa nyeri dan menghindari infeksi sekunder. Penggunaan sediaan
obat topikal berupa salep untuk pengobatan luka dianggap paling mudah dalam
pengaplikasiannya pada ternak.
Salep Minyak Buah Merah adalah sediaan topikal setengah padat dengan
kandungan ekstrak buah merah berupa, massa lunak yang mudah dioleskan dan
digunakan untuk pemakaian epidermis dan dermis terutama melindungi luka,
melembabkan luka dan membuang jaringan nekrosis serta kontrol terhadap
infeksi/terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan menurunkan rasa nyeri
saat mengganti balutan luka (Rumbrawer et al., 2016). Salep buah merah
mengandung antioksidan yang tinggi (kandungan senyawa kimia rata-rata):
karotenoid (12.000 ppm), betakaroten (700 ppm), tokoferol (11.000 ppm), asam
oleat 58%, asam linoleat 8,8%, asam linolenat 7,8%, dekanoat 2,0% (Budi,
2001), senyawa-senyawa yang terkandung dalam sari buah merah tersebut
berkhasiat obat dan bersifat aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu
dan efektifitas dari salep herbal minyak buah merah terhadap kesembuhan luka
bakar pada kelinci lokal (Oryctolagus cuniculus).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah penelitian ini adalah :
1.2.1 Bagaimana mutu salep dengan formulasi minyak buah merah ?
1.2.2 Bagaimana efektifitas dari salep minyak buah merah terhadap kesembuhan
luka bakar pada kelinci lokal (Oryctolagus cuniculus)?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui mutu salep dengan formulasi minyak buah merah.
1.3.2 Untuk mengetahui efektifitas dari salep minyak buah merah terhadap
kesembuhan luka bakar pada kelinci lokal (Oryctolagus cuniculus).

5
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
khususnya masyarakat yang berada di Papua dan Papua Barat yang memiliki
potensi buah merah yang tinggi. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat
memperkaya literature terkait potensi buah merah khususnya minyak buah merah.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka
Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya
kontinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan
lainnya seperti otot, tulang dan nervus yang disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena operasi (Ryan, 2014). Luka merupakan
gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit (Arisanty, 2013). Luka adalah
gangguan pada struktur, fungsi dan bentuk kulit normal yang dapat dibedakan
menjadi 2 jenis menurut waktu penyembuhannya yaitu luka akut dan luka kronis
(Granic and Teot, 2012).
Ketika luka timbul ada beberapa efek yang akan muncul yaitu:
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Luka merupakan kejadian yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari
yang menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ. Luka
merupakan kerusakan secara seluler maupun anatomis pada fungsi
kontinuitas jaringan hidup (Nalwaya et al., 2009).
b. Respon stres simpatis
Reaksi pada respon stres simpatis dikenal juga sebagai alergi terkait sistem
imun tubuh. Reaksi yang sering muncul dapat diklasifikasikan menjadi
empat tipe. Tipe satu yaitu reaksi segera atau reaksi vasoaktif substansi sel
mast atau basofil yang diikuti dengan reaksi spesifik antigen atau antibodi.
Tipe dua yaitu reaksi sitotoksik berupa reaksi merusak sel, fagositosis, dan
mekanisme bula. Tipe tiga yaitu reaksi imun kompleks berupa sirkulasi
antigen atau antibodi ke jaringan inflamasi, trombosit rusak, vasoaktif
menurun, dan pemearbilitas vaskuler meningkat. Tipe empat yaitu raksi
hipersensitif (Arisanty, 2013).
c. Pendarahan dan pembekuan darah luka
Pendarahan dan pembekuan darah akibat respon imun di dalam tubuh.
Lesi kulit dapat terjadi karena gangguan pembuluh darah arteri dan vena
(Arisanty, 2013). Pendarahan dibedakan menjadi dua yaitu pendarahan
internal dan eksternal. Pendarahan internal ditandai dengan nyeri pada area

7
luka, perubahan tanda-tanda vital dan adanya hematoma yang
menyebabkan penekanan jaringan disekitarnya, sehingga dapat
menyumbat aliran darah (Treas and Wilkinson, 2013).
d. Kontaminasi bakteri
Semua luka traumatik cenderung terkontaminasi bakteri serta mikro
organisme lainnya. Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang
berpotensi menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup
tanpa bantuan, walaupun beberapa diantaranya bersifat parasit. Imunitas
terhadap bakteri bervariasi tergantung pada organisme yang hidup di
dalam atau di luar sel. Walaupun banyak bekteri dapat ditolak atau bahkan
dimusnahkan oleh sistem pertahanan tubuh dasar, beberapa bakteri telah
mengembangkan kemampuannya untuk memperdaya sistem pertahanan
tubuh (Boyle, 2009).
e. Kematian sel
Luka dapat menyebabkan kematian sel akibat beberapa faktor. Kerusakan
sel disebabkan beberapa faktor, yaitu shear (lipatan), pressure (tekanan),
friction (gesekan), bahan kimia, iskemia (kekurangan oksigen), dan
neuropati (mati rasa). Mekanisme kerusakan pada kulit menyebabkan
terjadinya luka (Arisanty, 2013).
2.2 Luka Bakar
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar
akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi
seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi dan derajat
luka bakar yang sering ditemui yaitu luka bakar derajat I dan II. Luka bakar
merupakan cedera yang mengakibatkan morbiditas kecacatan. Adapun derajat
cacat yang diderita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan cedera oleh penyebab
lainnya. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk penanganan luka bakar menjadi
cukup tinggi (Sjamsuhidajat and Jong, 2005). Berdasarkan kedalaman luka bakar
Menurut (Rahayuningsih, 2012):

8
1. Luka bakar derajat I (super facial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat
gelembung-gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang
tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna
merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai
epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat
matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
2. Luka bakar derajat II (deep partial-thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh dasar luka berwarna
merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal,
nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua
Menurut (Rahayuningsih, 2012) :
a. Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan.
3. Luka bakar derajat III (Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,
kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi
protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.

9
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
(Rahayuningsih, 2012).
4. Luka bakar derajat IV
Luka bakar derajat 4 adalah luka bakar yang mencapai lapisan otot,
tendon, dan tulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan
meliputi seluruh dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bulu,
kulit yang terbakar berwarna abu-abu, hilangnya sensori karena kerusakan
saraf sensori. Penyembuhan lebih lama karena proses epitelisasi spontan
dan luka yang lebih berat (Moenadjat, 2011)

Klasifikasi Kedalaman Morfologi Melepuh Sensasi Waktu


luka bakar luka Penyembuha
n
Derajat I Epidermis Merah Tidak Sangat 1 minggu
Ada Nyeri
Derajat II Epudermis Merah Melepuh Sangat 2-3 minggu
dan dermis jambu, Nyeri
basah dan
pengisian
kapiler
cepat
Derajat III Epidermis, Pucat, Mungkin Nyeri 3 minggu, skin
seluruh merah Melepuh berkurang graft, dan eksisi
dermis, menetap,
hingga waktu
lemak pengisian
subkutan kapiler
kurang
Derajat IV Menembus Kulit putih Tidak Tidak Eksisi dan skin
kulit dan atau coklat graft
lemak
subkutan,
mencapai

10
otot dan
tulang
Tabel 1. Klasifikasi Luka Bakar (…,…)

3 Sediaan Obat berupa Salep


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan sebagai obat
luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi secara homogen dalam basis salep
yang cocok. Fungsi salep ialah sebagai bahan pembawa obat dalam pengobatan
kulit, pelumas kulit, dan pelindung kulit. Salep harus memenuhi kualitas dasar
yaitu stabil, lunak, mudah dipakai, basis salep yang cocok, dan terdistribusi
merata. Stabil artinya salep harus stabil selama pengobatan berlangsung. Maka
harus terbebas dari inkompatibilitas, stabil dalam suhu kamar, dan kelembaban
kamar (Anief, 2006).
Salep harus dalam keadaan lunak dan homogen karena salep banyak
digunakan untuk kulit yang mengalami iritasi dan inflamasi. Dasar salep harus
cocok artinya salep harus dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan bahan
obat. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat dan
dipilih sedemikian rupa sehingga mampu melepaskan obat pada area kulit yang
diobati. Terdistribusi merata artinya bahan obat harus terdistribusi secara merata
dalam basis salep yang cocok (Anief, 2006).
4 Minyak Buah Merah
Buah merah (Pandanus conoideus) adalah jenis buah khas yang berasal
dari Pulau Papua, seperti Papua New Guinea dan Provinsi Papua (Indonesia)
(Rohman and Windarsih, 2018). Pandanus conoideus dikenal di Indonesia
sebagai pandan seran dan di Papua New Guinea sebagai buah merah (red fruit),
buah tawi (tawi fruit), atau Marita (Sarungallo et al., 2015). Tanaman buah merah
adalah salah satu aksesi pandan dengan ciri khas pada saat berbuah, yaitu buahnya
yang berwarna merah akan tumbuh pada bagian pucuk. Beberapa aksesi memiliki
buah berwarna kuning dan cokelat. Tanaman ini memiliki akar tunjang yang besar
dan banyak, tumbuh dari bagian batang di atas permukaan tanah dan berfungsi
sebagai penguat dan penunjang batang tanaman (Hadad et al., 2006). Buah merah
memiliki panjang 68-110 cm dan diameter 10-15 cm, berwarna merah, dan

11
mengandung banyak minyak (Rohman et al., 2012). Klasifikasi ilmiah buah
merah seperti tertera di bawah ini (Lim, 2012):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus conoideus Lamk
Buah merah mengandung minyak sekitar 94% yang terkandung dalam
ekstraknya, sekitar 5% adalah karbohidrat dan tidak ditemukan adanya protein dan
sebagai karotenoid, ditemukan alpha dan betakaroten, dan beta-cryptoxanthin
(Surono et al., 2008). Tokoferol, alfatokoferol, dan betakaroten dalam buah merah
berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Tokoferol
yang ada di dalam buah merah tersebut adalah vitamin E alami yang bisa
mengencerkan darah. Sementara itu, betakaroten di dalam tubuh akan diubah
menjadi vitamin A yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh manusia. Tokoferol juga
dapat menurunkan kolesterol LDL (Low Density Lypoprotein) dan meningkatkan
HDL (High Density Lypoprotein). Hasil sampingan dari pengolahan dalam
pembuatan sari/jus/minyak buah merah adalah ampas buah merah. Kandungan
senyawa aktif dalam minyak buah merah tertera pada Tabel 1 Lampiran 1.
5 Kelinci
Kelinci lokal (Oryctolagus cuniculus) merupakan kelinci yang masuk ke
Indonesia dibawa oleh orang eropa (Belanda). Pada awalnya kelinci lokal hanya
befungsi sebagai kelinci hias tetapi sekarang telah berkembang menjadi beberapa
fungsi diantaranya adalah sebagai penghasil daging, bulu, pupuk kandang. Ciri-
ciri kelinci lokal adalah bobot badan relatif kecil (rata-rata 1,5 kg), warna bulu
bervariasi hitam, putih, abu-abu dan belang campuran, merupakan keturunan
kelinci Belanda dan New Zealand (Kartadistra,1992). Kelinci pada umur 8
minggu ukuran kecil 0,77 kg, pertambahan bobot badan sekitar 156 gram/minggu
(Sandford,1998).

12
Kelinci lokal mempunyai keunggulan yang mudah sekali beradaptasi pada
lingkungan dan tahan terhadap penyakit, selain itu kelinci hewan ternak yang
mudah dipelihara dan harga bibitnya relatif murah, oleh karenanya jenis kelinci
ini cocok hidup di Indonesia dan sangat mudah dikembang biakkan. Kelinci
merupakan jenis ternak pseudo-ruminasi yaitu herbivora yang tidak dapat
mencerna serat secara baik.
Sistematika ternak kelinci sebagai berikut klasifikasi :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Orictolagus
Spesies : Orictolagus cuniculus
Sumber: Sarwono (2001)
Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci
mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di
hampir seluruh dunia. Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla,
Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana,
Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, dan Rex Amerika.
Pemeliharaan kelinci sangat 7 menguntungkan, selain modal yang
dibutuhkan tidak terlalu besar juga dapat berkembangbiak dengan cepat, karena
pada umur 4 sampai 6 bulan sudah dapat dikawinkan. Masa bunting ternak kelinci
antara 28 sampai 33 hari atau rata-rata 31 hari. Masa bunting bisa lebih lama
apabila terjadi gangguan dalam uterus (organ reproduksinya), misalnya beberapa
anak kelinci terlalu besar atau terjadi kematian di dalam uterus.
Masa istirahat atau waktu untuk mengembalikan kondisi setelah
melahirkan kurang lebih 10 hari, dapat dikawinkan lagi atau kurang lebih 50 hari
dari masa istirahat. Dengan demikian dapat diperhitungkan bahwa satu pasang
kelinci dapat beranak 4 kali dalam 1 tahun dengan jumlah anak setiap melahirkan
± 6 ekor (Whendrato dan Madyana, 2012). Anak kelinci mulai disapih setelah
berumur 6 sampai 8 minggu. Induk kelinci bisa dipertahankan dari 4 sampai 6
tahun. Menurut Kartadisastra (1997), produk yang dihasilkan dari pemeliharaan
kelinci adalah daging, kulit, bulu dan kotoran. Kelinci mempunyai kapasitas

13
reproduksi dan tingkat pertumbuhan cepat serta mempunyai potensi yang tinggi
sebagai penghasil daging dan dapat dipelihara dengan mudah dan murah (Sitorus
et al., 1982).
Daging kelinci bila dibandingkan dengan semua jenis daging ternak dan
unggas merupakan daging yang mempunyai kualitas paling baik, sebab daging
kelinci mengandung protein yang paling tinggi dan mempunyai kadar lemak
paling rendah Nugroho (1982) dan Kartadisastra (1997) menjelaskan bahwa
struktur daging kelinci lebih halus dengan warna dan bentuk fisik yang
menyerupai daging ayam.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Materi
Alat penelitian yang digunakan meliputi: timbangan duduk digital,
timbangan analitik, mangkok kaca, gunting, pinset, pot cream 100 cc, pH meter,
kaca, label, thermometer ruangan, kulkas, pencukur rambut, api Bunsen, kandang
kelinci dan perlengkapannya.
Bahan penelitian yang digunakan meliputi minyak buah merah, vaseline
album putih, parafin cair, aquadest, NaCl fisiologis, alkohol 70%, 20 ekor kelinci
lokal dan pakan.
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan
5 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah:
P0 = vaselin tanpa minyak buah merah (kontrol negatif)
P1 = salep minyak buah merah 15%
P2 = salep minyak buah merah 30%
P3 = salep minyak buah merah 45%
Variabel yang akan diukur dan diamati dalam penelitian ini meliputi: stabilitas
dari sediaan salep (uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya sebar, uji pH salep,
dan uji stabilitas Freeze Thaw Cycle) dan efektifitas dari salep minyak buah
merah terhadap luka bakar pada kelinci.
Uji Stabilitas Sediaan Salep Minyak Buah Merah
a. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati sediaan salep dari
bentuk, bau dan warna sediaan. Menurut Depkes RI, spesifikasi salep yang
harus dipenuhi adalah memilih bentuk setengah padat, warna harus sesuai
dengan spesifikasi pada saat pembuatan awal salep dan baunya tidak tengik
(Sari et al., 2016).

15
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas sediaan salep dilakukan dengan cara mengoleskan
salep pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang harus menunjukkan
susunan yang homogen. Salep yang homogen ditandai dengan tidak
terdapatnya gumpalan pada hasil pengolesan, struktur yang rata dan memiliki
warna yang seragam dari titik awal pengolesan sampai titik akhir pengolesan.
Salep yang di uji diambil tiga tempat yaitu bagian atas, tengah dan bawah dari
wadah salep (Sari et al., 2016).
c. Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gr salep diletakkan diatas kaca bulat dengan kaca lainnya
diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar salep
diukur. Setelahnya, 100 gram beban ditambahkan dan didiamkan selama 1
menit lalu diukur diameter yang konstan (Pratimasari et al., 2015). Diameter
daya sebar salep yang baik antara 5-7 cm (Sari et al., 2016).
d. Uji pH Salep
Pengukuran nilai pH menggunakan alat pH meter yang dicelupkan ke dalam
0,5 g salep yang telah diencerkan dengan 5 mL aquadest. Nilai pH salep yang
baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia (Sari et al.,
2016).
e. Uji Stabilitas Freeze Thaw Cycle
Uji stabilitas fisik dilakukan dengan metode freeze thaw cycling. Freeze thaw
cycling dilakukan dengan cara sediaan disimpan pada suhu 4◦C selama 24 jam
kemudian dipindahkan ke suhu 40◦C selama 24 jam (1 siklus). Proses ini
dihitung 1 siklus. Pengujian stabilitas dilakukan selama 6 siklus (Suryani et al.,
2017).

Uji Efektifitas Salep Minyak Buah Merah


a. Perlakuan Hewan Coba
Dua puluh ekor hewan coba telah dibagi dalam 4 kelompok perlakuan.
Hewan coba diberi perlakuan luka bakar derajat II pada bagian punggung sebelah
kiri. Dimulai dengan mencukur pada bagian punggung kiri kelinci dengan luas 5
cm x 5 cm, kemudian dilanjutkan dengan tindakan disinfeksi pada bagian

16
punggung sebelah kiri tikus yang telah dicukur, menggunakan alkohol 70%. Luka
bakar dibuat menggunakan plat logam yang memiliki luas ukuran 2 cm x 2 cm.
Plat logam besi dipanaskan terlebih dahulu dengan api yang bersuhu 100◦C
selama 30 detik. Kemudian plat logam besi ditempelkan pada bagian dorsal
sinistra kelinci secara bergantian selama 20 detik hingga membentuk luka bakar
derajat II (Khoo et al., 2010). Tindakan diakhiri dengan pemberian salep minyak
buah merah. Masing – masing kelompok perlakuan mendapatkan perlakuan
sebagai berikut:
P0 = vaselin tanpa minyak buah merah (kontrol negatif)
P1 = salep minyak buah merah 15%
P2 = salep minyak buah merah 30%
P3 = salep minyak buah merah 45%
Salep minyak buah merah dan vaselin tanpa minyak buah merah diberikan
2 kali dalam sehari secara topikal untuk masing – masing kelompok, yaitu pada
pukul 07.00 WIT dan 19.00 WIT selama 21 hari yang dimulai pada hari pertama
setelah dilakukan tindakan luka bakar derajat II pada penelitian. Pengukuran
dilakukan setiap 7 hari sekali, selama 21 hari. Setelah perlakuan selesai, pada hari
ke – 21 dilakukan kembali pemeriksaan terhadap penyembuhan luka bakar pada
hewan coba untuk melihat efek salep minyak buah merah yang diberikan pada
hewan coba.
b. Teknik Pemeriksaan Luka Bakar
Pemeriksaan penyembuhan luka bakar dilakukan dengan menggunakan
millimeter blok yang telah dimodifikasi untuk menentukan luas luka bakar pada
hewan coba selama perlakuan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini
untuk menentukan penyembuhan luka bakar adalah pengurangan luas luka bakar
dalam satuan mm (milimeter) (Milzam et al., 2021).
3.3. Analisis Data
Analisis data menggunakan Rancangan Acak Kelompok non Faktorial
dengan analisis Anova dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan menggunakan program
analisis data SPSS.

17
3.4. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Salep Minyak Buah Merah
Vaselin putih ditimbang sebanyak di atas cawan lalu ditambahkan paraffin
liquid 0,1 ml, kemudian ditambahkan minyak buah merah sesuai formulasi yang
ditentukan. Kemudian diaduk hingga ditambahkan vaselin sedikit demi sedikit ke
dalam lumpang sambil digerus lalu dimasukkan ke dalam wadah.
Perbandingan Jumlah Basis Salep dan Minyak Buah Merah
Formulasi Konsentrasi
P0 P1 P2 P3
Basis Salep 100 gram 85 gram 70 gram 55 gram
Minyak Buah Merah 0 gram 15 gram 30 gram 45 gram
Paraffin cair 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml
m.f. salep 100 gram 100 gram 100 gram 100 gram

b. Pengujian Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar


Pengujian dilakukan dengan menggunakan kelinci sebanyak 5 ekor yang
terlebih dahulu diadaptasikan dengan lingkungan baru selama 3 hari. Setelah
diadaptasi kelinci siap digunakan sebagai hewan coba. Hewan coba kelinci
dicukur pada bagian punggungnya sebanyak 1 bagian dengan ukuran 5 cm x 5 cm,
sebelum diinduksi dengan alat penginduksi panas berupa lempeng logam
berdiameter 2 cm yang dipanaskan selama 30 detik dan ditempelkan pada
punggung kelinci selama 20 detik (Khoo et al., 2021). Setiap hewan coba diberi 1
bagian luka, luka I (kontrol negatif), dan luka II, III, IV (perlakuan),
Masing-masing luka bakar diberikan perlakuan sesuai kelompoknya
masing-masing dimana setiap bagian luka diberi perlakuan diolesi dengan salep
dengan berbagai formaulasi perlakuan (15%, 30%, dan 45%). Pengolesan
dilakukan dua kali sehari. Dilakukan pengamatan terhadap efek penyembuhan
luka bakar setiap hari selama 21 hari pengamatan atau sampai luka bakar sembuh.

18
BAB IV
JADWAL PENELITIAN

4.1 Jadwal Kegiatan

Bulan ke-
Kegiatan Indikator
3 4 5 6 7 8 9 10

Persiapan penelitian
Persiapan alat dan
bahan
Pembuatan salep MBM
Pengujian mutu salep
MBM
Pelaksanaan penelitian
Persiapan kandang
Pemeliharaan kelinci
Pengaplikasian salep
pada kelinci
Pelaporan penelitian
Evaluasi hasil
penelitian
Pembuatan laporan
Publikasi hasil
penelitian

19
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Arisanty, I. P. ( 2013 ). Manajemen Perawatan Luka :Konsep Dasar. Jakarta :
EGC.
Boyle, M. 2009. Pemulihan Luka. EGC : Jakarta
Budi, I Made. 2001. Kajian Kandungan Zat Gizi dan Sifat Fisiko Kimia
Berbagai Jenis Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus) Hasil
Ekstraksi Secara Tradisional di Ka. Jaya wijaya Irian Jaya. Tesis. Institut
Pertanian Bogor.
Budi, I.M., and Paimin, F.R. 2005. Buah Merah. Jakarta: Penebar
Swadaya.Moenajat, Y. 2003. Luka Bakar dan Penanganannya Edisi
Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hadad, M., Atekan, A. Malik, dan D. Wamaer. 2006. Karakteristik dan potensial
tanaman buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) di Papua. hlm. 243–
255. Prosiding Seminar Nasional BPTP Papua, Jayapura 24−25 Juli 2006.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor
Kartadisastra, H. R., 1997. Ternak Kelinci. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Khoo Y, Halim AS, Singh KB, Mohamad N. Wound Contraction Effects and
Antibacterial Properties of Tualang Honey on Full-Thickness Burn
Wounds in Rats in Comparison to Hydrofibre. BMC Complement Altern
Med [Internet]. 2010;10(48).
Limbongan, J. dan H.T. Uhi. 2005. Penggalian data pendukung domestikasi dan
komersialisasi jenis, spesies dan varietas tanaman buah di Provinsi Papua.
hlm. 55−82. Prosiding Lokakarya I Domestikasi dan Komersialisasi
Tanaman Hortikultura, Jakarta 15 September 2005. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura, Jakarta.
Moenadjat Y. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. 4th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.
Moenadjat,Y. 2011. Luka Bakar: Masalah dan Tatalaksana. Edisi Keempat.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
NALWAYA, N., POKHARNA, G., DEB, L., and KUMARJAIN, N. Wound
Healing Activity of Latex of Calotropis gigantea. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 1, Issue 1, July-Sep. 2009.
175-181.
Nina, R 2008, ‘Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak
Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit Pungung
Kelinci New Zealand’, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Solo.

20
Rahayuningsih, T., 2012, Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio),Jurnal
Profesi Volume 08/Februari-September 2012
Sari, Amelia., Maulidya, Amy. 2016. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol
Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn). Poltekkes Kemenkes Aceh,
Lampeneurut, Aceh Besar. SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 16-23.
Sarungallo, Z. L., P. Hariyadi, N. Andarwulan, dan E. H. Purnomo. 2015.
Analysis of α-cryptoxanthin, βcryptoxanthin, α-carotene, and β-carotene of
Pandanus conoideus oil by high-performance liquid chromatography
(HPLC). Procedia Food Science 3, 231-243.
Sarwono, B., 2001. Kelinci Potong dan Hias. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Surono, I.S., T. Nishigaki, A. Endaryanto, and P. Waspodo. 2006. Indonesian
biodiversities from microbes to herbal plants as potential functional food.
J. Fac. Agric. Shinshu Univ. 44(1−2): 23−27.
Surono, I.S., T. Nishigaki, A. Endaryanto, and P. Waspodo. 2006. Indonesian
biodiversities from microbes to herbal plants as potential functional food.
J. Fac. Agric. Shinshu Univ. 44(1−2): 23−27.
Suryani., Putri, A.E.P, Agustyiani, P. 2017. Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan
Gel Ekstrak Terpurifikasi Daun Paliasa (Kleinhovia Hospita L.) yang
Berefek Antioksidan. PHARMACON 6 (3): 157-169.
Treas, L.S., and Wilkinson, J.M. 2013. Basic Nursing Concepts, Skills and
Reasoning. Davis Plus.
Lim, T.K. 2012. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants. Springer. Ed
4th :117-123.

21
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Tabel 1. Kandungan senyawa aktif dalam ekstrak minyak buah merah


Senyawa Aktif Jumlah
α-karoten (μg/100 g) 130
β-karoten (μg/100 g) 1.980
β-cryptoxanthin (μg/100 g) 1.460
α-tokoferol (μg/100 g) 21,2
Sumber: Surono et al. (2008)

22
LAMPIRAN 2
IDENTITAS PENELITI
Dosen:
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. drh. Purwanta, M.Kes.
b NIDN/NIP : ------/19740905 200312 1 001
c. Jabatan Akademik : ?
d. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan
Hewan
e. Nomor HP : 081342408306
f. Email : purwantadrhmkes@gmail.com
g. Pengalaman : 1. Os metacarpale sinistra amputation on
Penelitian/Publikasi moor macaque (Macaca maura) in south
Sulawesi, Indonesia. (Publikasi-2021)
2. Poultry lice (Menopon gallinae)
infestation in throat poach of Australian
pelican (Pelecanus conspicilatus): A case
report (Publikasi-2021)
3. Performa Broiler Fase Starter yang diberi
Fitobiotik Nanoenkapsulasi Minyak Buah
Merah (Pandanus conoideus) dalam Air
Minum di Kabupaten Manokwari
(Publikasi-2021)

Anggota Peneliti (1)


a. Nama Lengkap : Ni Putu Vidia Tiara Timur, M.Si
b NIDN/NIP : 4427119201/ 19921127 201902 2 003
c. Jabatan Akademik : Dosen Asisten Ahli
d. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan
Hewan
e. Nomor HP : 081344996200
f. Email : vidiatiaratimur@gmail.com
g. Pengalaman : 1. Prevalence of Skin Disorders in
Penelitian/Publikasi Kintamani Dog (Prevalensi Gangguan
Kulit pada Anjing Kintamani) (Publikasi-
2015)
2. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Pedagang Daging Anjing di Bali
(Penelitian-Thesis 2018)
3. VPH-1 Turning Research into Results:
Characterizing the Dog Meat Trade in
Bali to Help End the Trade (Publikasi-
2018)
4. Income Over Feed Cost pada Ayam
Kampung yang Diberi Nanoenkapsulasi

23
Minyak Buah Merah (Pandanus
conoideus) via Water Intake (Publikasi–
2019)
5. Pengaruh Pemberian Fitobiotik Minyak
Buah Merah dengan Teknologi
Nanoenkapsulasi terhadap Ukuran Organ
Dalam Broiler di KSTM Hidayattullah
Kabupaten Manokwari (Prosiding
Publikasi - 2020)
6. Efisiensi Ekonomi Pemeliharaan Ayam
Kampung Super yang Diberi Fitobiotik
dengan Teknologi Nanoenkapsulasi
Minyak Buah Merah (Pandanus
conoideus) (Publikasi-2020)
7. Mortalitas dan Profil Organ Dalam Ayam
Kampung yang diberi Fitobiotik
Nanoenkapsulasi Minyak Buah Merah
(Pandanus conoideus) (Publikasi-2020)
8. Os metacarpale sinistra amputation on
moor macaque (Macaca maura) in south
Sulawesi, Indonesia. (Publikasi-2021)
9. Poultry lice (Menopon gallinae)
infestation in throat poach of Australian
pelican (Pelecanus conspicilatus): A case
report (Publikasi-2021)
10. Performa Broiler Fase Starter yang diberi
Fitobiotik Nanoenkapsulasi Minyak Buah
Merah (Pandanus conoideus) dalam Air
Minum di Kabupaten Manokwari
(Publikasi-2021)
11. Daya Dukung Lahan Hijauan Makanan
Ternak untuk Ternak Sapi Potong di
Kampung Bowi Subur, Distrik Masni,
Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua
Barat (Publikasi-2021)
12. Efek Temperature Humidity Index
terhadap Konsumsi Air Minum dan
Performans Ayam Kampung Super
dengan Pemberian Enkapsulasi Fitobiotik
Minyak Buah Merah (Publikasi-2022)

Anggota Peneliti (2)


a. Nama Lengkap : Masriani, S.ST
b NIDN/NIP : - / 19961012 201902 2 001
c. Jabatan Akademik : Calon Pranata Laboratorium Akademik
d. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan
Hewan
e. Nomor HP : 082396767247

24
f. Email : masrianimahmud19@gmail.com
g. Pengalaman : 1. ?
Penelitian/Publikasi 2.?
3. ?
4.?
5.?

Mahasiswa yang Dilibatkan:


a. Nama Lengkap : Erlangga Giri Sunu
b NIRM : 06.03.18.009
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Semester : VII
e. Nomor HP : 082399229403

a. Nama Lengkap : Idham Robo


b NIRM : 06.03.18.012
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Semester : VII
e. Nomor HP : 081340495695

a. Nama Lengkap : Jems R. Atewa


b. NIRM : 06.03.18.017
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Semester : VII
e. Nomor HP : 081344281961

a. Nama Lengkap : Yonatan Marani


b NIRM : 06.03.18.036
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Semester : VII
e. Nomor HP : 082248440083

a. Nama Lengkap : Daniel B. Alua


b NIRM : 11.2.6.17.0323
c. Program Studi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan
d. Semester : VII
e. Nomor HP :?

25

Anda mungkin juga menyukai