BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT
Diusulkan oleh :
1. Setia Dwi Wardhani NIM. G1F008022 / Angkatan 2008
2. Irma Dwi Anggraeni NIM. G1F009051 / Angkatan 2009
3. Tita Pristi Dwi C. NIM. G1F009069 / Angkatan 2009
PKM-GT 2011
2
HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1 Judul Kegiatan : Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu
Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif
Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri
Staphylococcus aureus
2 Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( √ ) PKM-GT
PKM-GT 2011
3
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PKM-GT yang berjudul
“Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma
aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri
Staphylococcus aureus” ini tanpa suatu halangan yang berarti.
Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dra. Hj. Trisnowati, M.Si., Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi FKIK
UNSOED yang telah memberikan ijin, fasilitas dan kemudahan dalam
penyusunan PKM-GT ini.
2. Harwoko, S.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan.
3. Teman-teman Farmasi UNSOED angkatan 2008 dan 2009 yang telah
memberikan saran dan semangat selama penulisan PKM-GT ini.
4. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya PKM-GT ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan PKM-GT ini banyak kekurangan,
maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan
demi kesempurnaan PKM-GT ini di masa yang akan datang. Namun diantara
keterbatasan yang ada, kami berharap tulisan kami ini dapat bermanfaat bagi
bidang kesehatan pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Penulis
PKM-GT 2011
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
RINGKASAN.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................... 1
Tujuan ......................................................................................... 3
Manfaat ....................................................................................... 3
BAB II GAGASAN
Telaah Pustaka ............................................................................ 4
Temu Hitam ................................................................................ 4
Minyak Atsiri .............................................................................. 5
Bakteri Staphylococcus aureus ................................................... 7
Salep ............................................................................................ 8
Metode Penulisan ........................................................................ 9
Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 9
Pengolahan Data ......................................................................... 10
Analisis Sintesis ......................................................................... 10
Solusi .......................................................................................... 10
Langkah Strategis ....................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................. 13
Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PKM-GT 2011
5
RINGKASAN
PKM-GT 2011
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang
telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun.
Keuntungan penggunaan obat tradisional ialah karena mudah diperoleh, bahan
bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri dan murah. Tanaman temu-temuan
dari suku Zingiberaceae dikenal selain untuk bumbu masak juga digunakan
sebagai obat. Pada umumnya minyak atsiri yang terdapat dalam rimpang adalah
yang berkhasiat sebagai anti mikroba.12
Salah satu temu-temuan yang telah lama digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai bahan obat-obatan adalah temu hitam. Temu hitam
dimanfaatkan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit termasuk
penyakit kulit yang disebabkan karena adanya bakteri dan jamur. Dalam
pengobatan herbal, sudah banyak jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan
rimpang temu hitam, seperti menyuburkan kandungan, ambeien, nyeri haid,
membersihkan darah setelah melahirkan, batuk, meningkatkan stamina,
menambah nafsu makan, menetralkan racun dalam tubuh, penyakit kulit misalnya
koreng, kudis, borok, asma, sariawan, dan kecacingan.23 Penelitian Dwi Puspa
(2002) membuktikan bahwa rimpang temu hitam mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri maupun antijamur.
Penyebab masalah kekebalan antibiotik atau resistensi adalah
penggunaan antibiotik yang berlebihan dan pada beberapa kasus yang tidak tepat
guna.5 Masalah terjadinya resistensi terhadap antibiotik yang muncul
menyebabkan beberapa bakteri mampu bertahan hidup karena adanya perubahan
genetik. Bakteri yang bertahan hidup ini memperbanyak diri dan meneruskan
resistensi mereka, sebagai contoh, Staphylococcus aureus yang tergolong bakteri
gram positif. Antibiotik yang pertama digunakan untuk melawan bakteri ini
adalah penisilin. Namun setelah beberapa waktu, resistensi antibiotik ini mulai
terlihat sehingga dikembangkan antibiotik methisilin. Kasus resistensi ini terus
PKM-GT 2011
7
berlanjut hingga methisilin sudah tidak dapat digunakan lagi, maka vancomisin
mulai digunakan dan sekarang resistensi terhadap obat inipun mulai terlihat.1
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat juga meningkatkan biaya
pengobatan dan efek samping. Efek samping yang disebabkan oleh penggunaan
antibiotik biasanya berupa rash, vertigo, anafilaksis, dan lain-lain. Kasus efek
samping ini dapat mengalami peningkatan pada pasien lanjut usia, bayi dan anak-
anak, pasien yang menerima polifarmasi dan pasien dengan berbagai macam
penyakit termasuk gangguan liver atau ginjal. Contoh beberapa antibiotik dengan
efek sampingnya adalah siprofloksasin menyebabkan kejang, INH dapat
menyebabkan hepatitis, monolaktam yang menyebabkan perdarahan klinis,
betalaktam dapat menimbulkan reaksi anafilaktik.5
Dengan semakin banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi
bakteri, akan menjadi masalah bila antibiotik yang digunakan tidak lagi efektif
dalam malawan bakteri-bakteri penyebab infeksi (masalah resistensi), demikian
juga dengan masalah efek samping dari antibiotik itu sendiri. Oleh karena itu,
perlu dicari alternatif lain, misalnya dengan memanfaatkan tanaman-tanaman obat
yang diduga efektif menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri penyebab
infeksi, dan mudah didapat.5
Rimpang temu hitam mengandung saponin, minyak atsiri, flavonoid,
kurkuminoid, zat pahit, damar, lemak, mineral dan minyak dan saponin.22
Kandungan minyak atsiri terbesar terdapat pada irisan temu hitam, dan kadar
minyak atsiri maksimal terdapat pada waktu rimpang belum bertunas dan
mengeluarkan batang atau daun yang tumbuh.22
Penelitian tentang khasiat tanaman rimpang telah banyak dilakukan.
Yurhamen (2002) meneliti tentang tanaman lengkuas yang masih satu familia
dengan temu hitam dan membuktikan bahwa pada konsentrasi 6% - 8% dalam
etanol, minyak atsiri lengkuas dapat menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis
dan Staphylococcus aureus serta jamur Neurospora sp. dan Penicillium sp. Selain
itu, Khoridah (2007) melaporkan bahwa ekstrak etanolik rimpang temu hitam
pada konsentrasi 2,5% ; 5,0%; 7,5%; 10,0%; dan 12,5% mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
PKM-GT 2011
8
B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan
karya tulis ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan rimpang temu hitam
dalam pengobatan alternatif pada infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri S.
aureus, dan menginformasikan kepada masyarakat luas bahwa penggunaan obat
herbal sebagai anti infeksi dapat meminimalisir efek samping dibandingkan
dengan antibiotik sintesis yang dapat mengakibatkan resistensi bakteri.
C. Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penulisan karya tulis ini
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan bukti ilmiah dan sumber informasi penting bagi masyarakat
dalam penggunaan bahan alami untuk pengobatan, sehingga efek terapi
(khasiat), mutu, dan keamanan dari rimpang temu hitam untuk kesehatan kulit
eksternal lebih terjamin dan tidak hanya berdasarkan praduga atau pengalaman
empiris saja, namun sudah terbukti secara ilmiah.
2. Memberikan alternatif pengobatan herbal untuk infeksi kulit yang disebabkan
bakteri S. aureus.
3. Dengan adanya pengetahuan tentang kefarmasian, yaitu destilasi minyak atsiri
dari bahan rimpang temu hitam tersebut, maka bisa membuka peluang usaha
bagi masyarakat untuk bekerjasama dengan pihak universitas.
PKM-GT 2011
9
BAB II
GAGASAN
A. Telaah Pustaka
1. Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.)
PKM-GT 2011
10
b. Deskripsi
Temu hitam merupakan tanaman berbatang semu dengan ketinggian
mencapai 1,5 m. Tanaman ini mempunyai rimpang berwarna gelap memiliki
aroma khas. Daun tunggalnya berbentuk bulat telur dengan helaian daun berwarna
hijau, bertulang daun menyirip, dan permukaan bagian atas terlihat garis-garis
cokelat membujur. Pelepahnya melekat satu dengan yang lain hingga membentuk
batang. Sementara bunga majemuk berwarna ungu merah dengan tangkai yang
panjang mencapai 35 cm.15
c. Sifat dan khasiat
Rimpang rasanya pahit, tajam, dingin. Rimpang berkhasiat untuk
membangkitkan nafsu makan, melancarkan keluarnya darah kotor setelah
melahirkan, penyakit kulit seperti kudis, ruam, dan borok, perut mules (kolik),
sariawan, batuk, sesak nafas, dan cacingan, encok, kegemukan badan.19
d. Kandungan kimia
Rimpang temu hitam mengandung saponin, minyak atsiri, flavonoid,
kurkuminoid, zat pahit, damar, lemak, mineral dan minyak dan saponin.22
Kandungan minyak atsiri terbesar terdapat pada irisan temu hitam, dan kadar
minyak atsiri maksimal terdapat pada waktu rimpang belum bertunas dan
mengeluarkan batang atau daun yang tumbuh.22
2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah bagian komponen tanaman yang mempunyai
banyak manfaatnya. Salah satunya manfaat dalam bidang kesehatan yaitu sebagai
antibakteri. Minyak atsiri berupa cairan kental kuning emas mengandung :
monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen Curcuma aeruginosa terdiri dari
monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, D-kamfen), monoterpen alkohol (D-
borneol), monoterpen keton (D-kamfer), monoterpen oksida (sineol). Seskuiterpen
dalam C. aeruginosa terdiri dari berbagai golongan seperti bisabolen, elema,
germakran, eudesman, guaian dan golongan spironolakton. Kandungan lain
meliputi : etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-5-asam karboksilat.10 Hasil
penelitian Rahayu (1992), bahwa minyak atsiri rimpang C. aeruginosa memiliki
PKM-GT 2011
11
PKM-GT 2011
12
PKM-GT 2011
13
4. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan mudah
digunakan sebagai obat luar, bahan obat harus larut atau terdistribusi homogen
dalam dasar salep yang cocok.6
a. Syarat-syarat Salep
Salep harus memenuhi kualitas dasar antara lain :
1). Stabil
Salep harus stabil selama masih digunakan untuk mengobati. Oleh karena
itu bebas inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada
dalam panas.
2). Lunak
Salep banyak digunakan untuk kulit teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi
dan dibuat sedemikian sehingga semua zat keadaan yang halus dan seluruh produk
harus lunak dan homogen.
3). Mudah Digunakan
Kebanyakan keadaan salep adalah mudah digunakan, kecuali sediaan
salep dalam keadaan sangat kaku (keras) atau sangat encer. Salep tipe emulsi
umumnya paling mudah digunakan dan mudah dihilangkan dari kulit.
4). Dasar salep yang cocok
Dasar salep harus dapat campur secara fisika dan fisika kimia dengan
obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi
terapi dari obat dan dipilih sedemikian rupa untuk mampu melepas obat pada
daerah yang diobati.
5). Terdistribusi merata
Pengobatan dengan salep yang padat atau cair harus terdistribusi merata
melalui dasar salep. Pengobatan harus disesuaikan dengan fase yang cocok bila
dengan produk teremulsi.4
b. Penggolongan dasar salep
1). Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep hidrokarbon (bersifat lemak) bebas air, preparat yang berair
mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja, bila lebih minyak
PKM-GT 2011
14
sukar bercampur. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar
salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak
memungkinkan larinya lembab ke udara dan sukar dicuci. Kerjanya sebagai bahan
penutup saja Contoh : Vaseline, paraffin, minyak mineral.4
2). Dasar salep absorbsi
Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan
derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Dasar salep ini
juga bermanfaat untuk percampuran larutan berair ke dalam larutan berlemak.
Contoh : Petrolatum hidrofilik, lanolin anhidrida, lanolin, cold cream.4
3). Dasar salep tercuci atau yang dapat dibersihkan dengan air
Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan emulsi minyak
dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air. Dari sudut pandang
terapi mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cairan aerosol yang keluar
dari cairan dermatologi. Contoh: Salep hidrokarbon.4
4). Dasar salep larut dalam air
Basis yang larut dalam air biasanya disebut sebagai greseless karena
tidak mengandung bahan berlemak. Karena dasar salep ini sangat mudah melunak
dengan penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan ke dalam bahan
dasar ini. Dasar salep ini lebih baik digunakan untuk dicampurkan dengan bahan
tidak berair atau bahan padat. Contoh : Polietilenglikol.4
B. Metode Penulisan
1. Prosedur Pengumpulan Data
Metode penulisan program kreativitas mahasiswa ini menggunakan
metode deskriptif yang dilakukan melalui penelusuran, pengumpulan dan telaah
pustaka yang relevan, aktual dan faktual dengan masalah yang dikaji. Bahan
kajian tersebut berupa data-data sekunder, data-data primer, dan informasi yang
relevan dengan permasalahan. Data dan informasi diperoleh dari berbagai sumber
referensi seperti laporan, jurnal, skripsi, dan buku serta media elektronik
(internet).
PKM-GT 2011
15
2. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menyusun
secara sistematis dan logis.
3. Analisis-Sintesis
Teknik analisis data yang dipilih adalah analisis deskriptif argumentatif,
dengan tulisan yang bersifat deskriptif, mendeskripsikan tentang aktivitas minyak
atsiri rimpang temu hitam sebagai antibakteri. Setelah proses analisis, dilakukan
proses sintesis dengan menghimpun dan menghubungkan perumusan masalah,
tujuan penulisan serta pembahasan dilakukan untuk mendapatkan solusi dan
kesimpulan. Selanjutnya ditarik simpulan yang bersifat umum kemudian
direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.
C. Solusi
Infeksi merupakan penyebab utama sakit di dunia terutama daerah tropis
seperti Indonesia karena keadaan udara yang berdebu, temperatur yang hangat dan
lembab sehingga mikroba dapat tumbuh subur. Hal tersebut mendorong
pentingnya penggalian sumber obat-obatan antimikroba dari bahan alam.
Tanaman obat diketahui potensial dikembangkan lebih lanjut untuk penyakit
infeksi namun masih banyak yang belum dibuktikan aktivitasnya secara ilmiah.11
Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman hasil budidaya
rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya
adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang
digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam
rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau
bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat untuk keluarga
(TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal
sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan
tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud
prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. Contoh tanaman obat keluarga
adalah temu hitam (Curcuma aeruginosa). Temu Hitam, yang oleh orang Jawa
PKM-GT 2011
16
lebih dikenal sebagai temu ireng, merupakan salah satu tanaman obat yang sangat
layak untuk dibudidayakan karena khasiat dan nilai bisnisnya.3
Sekarang ini pemanfaatan obat tradisional yang berasal dari tumbuhan
berkembang dengan pesat dan banyak dijadikan alternatif oleh sebagian
masyarakat. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil, harga yang dapat
dijangkau masyarakat, efek farmakologi yang dapat dipercepat dan diperkuat
dengan cara purifikasi ekstrak serta adanya data ilmiah yang lengkap, hal ini
merupakan keunggulan obat tradisional. Fenomena ini mendorong adanya
pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembagan khasiat serta keamanan suatu
tumbuhan supaya peranan dan kualitasnya dapat lebih ditingkatkan.16
Edukasi kepada masyarakat melalui perkumpulan PKK, Posyandu, dan
lain sebagainya dilakukan agar masyarakat dapat menanam temu hitam di
pekarangan rumah masing-masing. Tanaman tersebut bisa dijadikan tanaman obat
keluarga (TOGA). Apabila program itu dapat dicanangkan, maka produksi
rimpang temu hitam yang berlimpah bisa dimanfaatkan menjadi suatu hasil yang
lebih komersial. Rimpang temu hitam tersebut dikumpulkan dalam suatu badan,
misal koperasi unit desa. Selanjutnya di koperasi, rimpang temu hitam tersebut
dilakukan destilasi secara sederhana untuk bisa mengambil kandungan minyak
atsirinya. Minyak atsiri yang sudah murni dibawa ke universitas, khususnya pada
jurusan Farmasi. Di laboratorium minyak atsiri diolah menjadi suatu bentuk
sediaan farmasi seperti salep yang berkhasiat, terjamin mutu dan keamanan serta
dapat diterima oleh konsumen (acceptable). Setelah serangkaian uji dinyatakan
memenuhi syarat, maka laboratorium tersebut mengeluarkan produk berupa salep
dengan zat aktif minyak atsiri dari rimpang temu hitam. Untuk pemasaran produk
dilakukan dengan memberdayakan masyarakat desa melalui koperasi atau
penjualan door to door. Dari hasil penjualan produk tersebut, akan dilakukan bagi
hasil antara pihak universitas dan masyarakat, sehingga bisa saling
menguntungkan.
PKM-GT 2011
17
D. Langkah Strategis
Dari uraian di atas, diperlukan suatu kerjasama antara masyarakat selaku
penghasil / pemasok rimpang temu hitam dan pihak universitas selaku pengolah
minyak atsiri dari rimpang temu hitam menjadi sediaan farmasi yang lebih
modern yaitu salep. Di laboratorium dilakukan uji mengenai sediaan salep
tersebut dan uji antibakteri salep minyak atsiri dari rimpang temu hitam untuk
membuktikan khasiat dalam mengobati infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus. Setelah uji pada sediaan salep dan uji anti bakteri selesai
dilakukan, maka dilakukan uji pre klinik pada hewan, misal kelinci. Pengujian
tersebut dilakukan untuk mendapatkan sediaan yang stabil, aman, dan khasiatnya
dapat terjamin. Setelah semua uji dinyatakan lolos, maka dilakukan
pengembangan produksi yang lebih besar. Pemasaran diserahkan kembali kepada
masyarakat melalui koperasi dengan perjanjian bagi hasil sesuai kesepakatan
antara pihak universitas dan koperasi. Di koperasi, produk salep dari laboratorium
di display sehingga bisa dilihat oleh konsumen supaya berminat untuk
membelinya. Selain itu, promosi juga bisa dilakukan melalui pamflet, leaflet,
spanduk, iklan pada sosial media misal facebook, twitter, E. commerce, dan radio
untuk pengembangan target pasar, maupun people to people promotion (getok
tular). Pembagian hasil penjualan produk dilakukan sesuai dengan perjanjian
antara masyarakat sebagai pemasok bahan baku dengan pihak universitas sebagai
pengolah bahan baku menjadi produk yang layak jual.
PKM-GT 2011
18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam gagasan penelitian ini dapat memberi informasi
kepada masyarakat mengenai data terbaru pemanfaatan rimpang temu hitam
sebagai alternatif obat herbal pada infeksi kulit yang disebabkan bakteri
Staphylococcus aureus. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan tanaman rimpang temu hitam sebagai pengganti antibiotik sintetis
untuk mengobati penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus.
2. Kerjasama antara masyarakat dan universitas bisa menghasilkan suatu produk
salep yang akan mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pengobatan
herbal dan cara destilasi minyak atsiri rimpang temu hitam sebagai bentuk
transfer of knowledge (penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi) dalam
rangka pengabdian kepada masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis, sintesis, dan kesimpulan yang diperoleh, maka
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa aktif dalam rimpang
temu hitam yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan optimasi
formula salep rimpang temu hitam.
2. Menggalakkan penggunaan tanaman obat asli Indonesia dalam terapi herbal
untuk berbagai penyakit.
PKM-GT 2011
19
DAFTAR PUSTAKA
PKM-GT 2011
20
15. Mursito, B., 2003, Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh 6-8, PT.
Penebar Swadaya Anggota IKAPI, Jakarta.
16. Pramono, S., 1999, Buku Risalah Temu Ilmiah, Fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta.
17. Rachdie, 2005, Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus
aureus dengan Metode Difusi Agar. http://skripsi.blogsome.com. diakses 20
Februari 2011.
18. Rahayu, Rita D., 1992, Uji pendahuluan toksisitas ekstrak Curcuma
xanthorrhiza Roxb, Curcuma aeruginosa Roxb, dan Kaempferia pandurata,
Laporan penelitian. Pusat Penelitian dan Pengem bangan Biologi-LIPI.
19. Setiawan, 2005, Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar, Cetakan V, Puspa
Swara Anggota IKAPI, Jakarta.
20. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan
dan Efek Samping, Edisi VI, PT Elex Media Computindo, Jakarta
21. Volk., W, dan Wheeler., M., 1990, Mikrobiologi Dasar, Edisi V, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
22. Widyawati, M., Darsono, F.I., dan Senny, Y.E., 2003, Penentuan Kadar
Kurkuminoid dari ekstrak Temu Hitam secara Densitometri.
http://www.perpus.wima.ac.id, diakses 18 Februari 2011
23. Wijayakusuma, H., 2006, Sehat dengan Temu Hitam,
http://www.yourcompany.com, diakses 18 Februari 2011.
24. Yurhamen, 2002, Uji Aktivitas Anti Mikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak
Metanol Lengkuas (Alpinia galanga), Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA,
Universitas Riau, Riau.
PKM-GT 2011
21
CURRICULUM VITAE
Ketua
Nama : Setia Dwi Wardhani
NIM : G1F008022
Alamat : Jln. Bugenvil No.25 Pasekaran Indah Batang, Kab.
Batang, Jawa Tengah
Telepon : 085640741407
E-Mail : setiadwi_wardhani@yahoo.com
Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dalam keadaan yang sebenar-benarnya.
PKM-GT 2011
22
Anggota 1
Nama : Irma Dwi Anggraeni
NIM : G1F009051
Alamat : Desa Banjaranyar RT 21/06 Randudongkal, Pemalang
Telepon : 085642555505
E-Mail : anggraeniirma@rocketmail.com
Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dalam keadaan yang sebenar-benarnya.
PKM-GT 2011
23
Anggota 2
Nama : Tita Pristi Dwi C.
NIM : G1F009069
Alamat : Jl. Raya Gumelar, Cihonje RT 01/06 Kec. Gumelar,
Banyumas
Telepon : 085647948965
E-Mail : thamon_ta@yahoo.com
Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dalam keadaan yang sebenar-benarnya.
PKM-GT 2011