Anda di halaman 1dari 24

TELAAH LAPANG BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH

(Pleurotus Ostreatus) DI GSM (GUNTUR SUMBER


MUSHROOM), DESA PANDAN SARI, BOGOR

PROPOSAL
KULIAH KERJA LAPANGAN

Oleh :
M. Dodi Jalaludin
A.1810917

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Telaah Lapang Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus


Ostreatus) di GSM (Guntur Sumber Mushroom) Desa
Pandan Sari Kecamatan Ciawi Bogor
Nama : M. Dodi Jalaludin
NIM : A.1810917
Program studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Yanyan Mulyaningsih, SP., MP. Dr. Muhammad Zainal Fanani, SP.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroteknologi

Yuliawati, SP., M.Si.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga menyelesaikan proposal kuliah kerja lapang (KKL)
ini dengan tepat waktu. Proposal KKL ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
dapat melaksanakan KKL.
Kegiatan KKL ini dilaksanakan di CV Segar Tani Cianjur, dalam pelaksanaan
kegiatan KKL ini diharapkan penulis mampu memahami proses kerja secara nyata
dalam hal budidaya tanaman tomat. Penyusunan proposal KKL ini tidak terlepas
dari bantuan dan dorongan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Yanyan Mulyanigsih, SP., MP, selaku pembimbing I dalam KKL.
2. Dr. Muhammad Zainal Fanani, SP., selaku pembimbing II dalam KKL.
3. Yuliawati, SP., M.Si., selaku ketua program studi Agroteknologi yang
telah membantu saya hingga saat ini.
4. Dr. Setyono, Ir., M.Si., selaku pembimbing akademik.
5. Guntur Pimpinan GSM (Guntur Sumber Mushroom) yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan KKL.
6. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, dan sahabat atas segala do’a dan kasih sayangnya.
Penyusun menyadari dalam pembuatan proposal ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penyusun mohon maaf dengan sebesar-
besarnya dan juga mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Mudah-mudahan proposal KKL ini dapat memberikan manfaat dan
pedoman untuk melaksanakan KKL.

Bogor, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL...................................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan Kuliah Kerja Lapang ........................................................ 3
1.3 Manfaat Kuliah Kerja Lapang ...................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Jamur Tiram ..................................................................... 4
2.2 Klasifikasi dan Morfologi ............................................................ 4
2.3 Kandungan dan Manfaat Jamur Tiram ......................................... 6
2.4 Syarat Tumbuh .............................................................................. 8
2.5 Teknik budidaya............................................................................ 9

III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 12
3.2 Metode Pelaksanaan...................................................................... 12
3.3 Pengumpulan Data ........................................................................ 12
3.4 Analisis Data ................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 15


LAMPIRAN ............................................................................................... 17
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

1. Jumlah produksi jamur Tiram Putih di Indonesia ................................... 1

2. Produktivitas jamur tiram putih pada Guntur Sumber Mushroom ......... 3

3. Kandungan gizi jamur tiram putih segar per 100 gram........................... 7


I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus) merupakan salah satu produk
pertanian yang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain.
kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein 27%, lemak 1,6%, karbohidrat 58%,
serat 11,5%, abu 9,3%, kalori 265 Kkal. Selain kandungan gizinya yang tinggi, juga
mempunyai manfaat untuk kesehatan yaitu sebagai protein nabati yang tidak
mengandung kolesterol sehingga dapat mencengah timbulnya penyakit darah tinggi
dan jantung (Pasaribu, Tahir dkk. 2002).
Budidaya jamur tiram putih di Indonesia belum dapat untuk memenuhi
kebutuhan konsumen setiap hari. Padahal prospek pengusahaan jamur tiram putih
cukup cerah, karena pangsa pasar untuk ekspor maupun lokal terbuka lebar, asal
kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan persyaratan (Suriawiria Unus. 2000).
Table 1. Jumlah produksi jamur tiram putih di Indonesia
Tahun Jumlah (kg)
2017 3.701.956
2018 31.051.571
2019 33.163.188
Sumber : Badan Pusat Statistik (2019)

Media tumbuh yang banyak digunakan untuk budidaya jamur adalah serbuk
gergaji kayu. Serbuk kayu yang terbaik sebagai bahan media tanam jamur berasal
dari jenis kayu yang keras dan tidak banyak mengandung getah misalnya kayu
sengon dan kayu gelam, disamping itu serbuk yang dipilih harus bersih dan kering.
Pada media tanam jamur tiram perlu di tambahkan beberapa bahan yaitu bekatul,
kapur, dan gips (Asegab Muad. 2011).
Persiapan media tumbuh jamur tiram harus melalui beberapa tahapan
diantaranya sterilisasi dengan pengukusan media selama 8- 10 jam, inokulasi dan
tahapan inkubasi dalam ruang gelap selama 30 hingga 40 hari (Asegab Muad.
2011)..
Di dalam kumbung baglog jamur tidak disusun tegak melainkan ditidurkan.
Lubang tumbuh dengan membuka cincin atas baglog, dapat pula di bentuk pada
2

bagian samping atau pada bagian atas media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lubang tumbuh bagian atas media menghasilkan jamur yang tumbuh berbatang
pendek, ukuran badan buah relatif seragam dan tubuh buah mudah dipetik (Trubus.
2001).
Jamur tiram putih adalah salah satu jamur yang enak dimakan serta
mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Jamur ini mengandung protein (27%),
vitamin dan mineral. Vitamin–vitamin yang terkandung dalam jamur ini meliputi
tiamin, riboflavin, niasin, biotin dan vitamin C. Mineral yang ada pada jamur ini
meliputi kalium, kalsium, magnesium, besi, natrium, kuprum, sulfur dan fosfor.
Jamur ini mengandung 18 jenis asam amino yang meliputi isoleucine, leucine,
lysine, methionine, cystine, phenylalanine, tyrosine, threonine, tryptophan, valine,
arginine, histidine, alanine, aspartat, asam glutamate, glysin, proline dan serine
(Astuti, dkk., 2013).

Jamur tiram putih mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia, jamur ini
mengandung protein nabati dan tidak mengandung kolesterol sehingga dapat
mencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung serta untuk mengurangi
berat badan dan diabetes. Kandungan asam folat (vitamin B komplek) yang tinggi
dapat menyembuhkan anemia dan obat antitumor. Jamur tiram putih dapat
digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi serta pengobatan
kekurangan zat (Suharjo E 2015). .

Adanya pandemi Covid-19, kandungan nutrisi yang terdapat pada jamur


tiram putih sangat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan yang
menyehatkan. Menurut World Health Organization (WHO), pada saat pandemi
seperti ini makanan yang harus dikonsumsi masyarakat yaitu makanan yang
mengandung tinggi protein sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan
rendah lemak untuk mencegah penyakit obesitas, tekanan darah tinggi, dan
kolesterol tinggi.

Jamur juga merupakan tanaman yang cukup potensial untuk dikembangkan


karena cara pembudidayaannya tergolong mudah dan sederhana. Terdapat empat
provinsi di Pulau Jawa yang menjadi sentra produksi jamur yaitu Jawa Barat, Jawa
3

Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan BPS (2019)
diantara keempat provinsi, Jawa Barat merupakan sentra terbesar penghasil jamur
yang memproduksi sebanyak 17.404.562 kg. Jawa Barat sendiri memiliki beberapa
wilayah penghasil jamur yang berada di Kota dan Kabupaten. Berdasarkan BPS
(2019), Kabupaten Bogor menjadi urutan kedua wilayah penghasil jamur terbesar
dengan jumlah produksi sebesar 2.795.132 kuintal. Salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang budi daya jamur tiram putih di wilayah Kabupaten Bogor
adalah Guntur Sumber Mushroom tepatnya di Kecamatan Ciawi. Jamur tiram putih
yang dihasilkan oleh Guntur Sumber Mushroom yaitu jamur tiram grade biasa dan
grade super dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi dan merupakan jamur
organik. Produktivitas jamur tiram putih pada Guntur Sumber Mushroom.

Tabel 2. Produktivitas jamur tiram putih pada Guntur Sumber Mushroom


No Bulan Tahun Grade super (kg) Grade biasa (kg) Total (kg)
1 Januari 2022 8.507 3.405 11.912
2 Februari 2022 11.453 2.802 14.255
3 Maret 2022 9.947 3.247 13.194
4 April 2022 11.207 1.835 13.042
5 Mei 2022 9.993 1.853 11.846
6 Juni 2022 11.695 1.720 13.415
7 Juli 2022 8.469 1.078 9.547
Sumber : Guntur Sumber Mushroom (2022)

1.2 Tujuan Kuliah Kerja Lapang


Kuliah Kerja lapang ini bertujuan untuk meningkatkan keahliaan budidaya,
pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus
Ostreatus) di GSM (Guntur Sumber Mushroom), Desa Pandan Sari, Kecamatan
Ciawi, Bogor.

1.3 Manfaat Kuliah Kerja Lapang


Manfaat dari kuliah kerja lapang bagi penulis yaitu untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman mengenai teknik budidaya jamur tiran. Manfaat bagi
perusahaan yang telah mengizinkan penulis melaksanakan kuliah kerja lapang
diharapkan kegiatan ini dapat berkontribusi untuk kebaikan dan kemajuan
perusahaan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Jamur Tiram
Budidaya jamur belum dikenal sekitar 1.000 tahun yang lalu. Walaupun saat
itu banyak dari penduduk setempat yang sudah mengenal jamur yang tumbuh secara
liar di lapangan yang dapat dimakan atau beracun (Suriawiria, Unus. 1995).

Jenis jamur pertama yang kemudian dicoba dibudidayakan adalah “jamur


kuping” karena perananya sebagai bahan makanan dan bahan obat, terutama
didaratan Cina. Kemudian berkembang budidaya jamur hioko atau hoangko yang
dikenal sekarang dengan nama shiitake karena rasa dan aromanya yang sedap. Cina
sejak 200-300 tahun yang lalu, merupakan pelopor pembudidayaan jamur yang
dapat dimakan dan berkhasiat obat, yang kemudian menyebar ke negara tetangga,
khususnya Korea, Burma,dan Jepang (Gujarati, D. N. 1978).

Indonesia mengenal budidaya jamur pada awal tahun 1960-an untuk jenis
jamur merang, kemudian awal tahun 1970-an untuk jenis jamur tiram dan shiitake.
Universitas Sumatera Utara Perkembangan budidaya jamur dunia sejak sekitar
1000 tahun yang lalu ternyata sangat pesat teknologinya untuk jenis jamur kompos
champignon di Benua Eropa, kemudian meluas ke Amerika dan Australia. Bahkan
di dalam bisnis jamur dunia, jamur kompos menduduki tempat teratas dalam jumlah
produksi dan nilai penjualan. Sedangkan ditinjau dari segi harga satuan berat kg
maka shiitake yang paling tinggi. Ini berkaitan bukan saja dari nilai organoleptik
sebagai makanan, juga dari segi gizi dan aspek kesehatan. Oleh orang jepang, jamur
tiram disebut shimeji. Lain lagi dengan orang Eropa dan Amerika, mereka
menyebutnya dengan oyster mushroom (Hernanto, F. 1991).

2.2 Klasifikasi dan Morfologi


Tanaman jamur tiram putih dalam tatanama (taksonomi) tumbuhan menurut
Anonymous (2001) diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai Kingdom
(Plantae), Divisi (Mycota ), Sub Divisi (Eumycota), Kelas (Basidiomycetidae),
Ordo (Himenomycelates), Sub Ordo (Agaricales), Familia (Agaricaceae), Genus
(Pleurotus), Spesies (Pleurotus ostreatus L) (Tjitrosoepomo, 2014).
5

Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh menyamping pada batang kayu
lapuk. Kehidupan jamur mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organism lain
yang telah mati (saprofit), karena tidak memiliki klorofil. Semua jenis saprofit
khususnya yang tumbuh pada kayu dapat dengan mudah dibudidayakan, meskipun
dari beberapa hal jamur sulit dipasarkan dalam jumlah besar karena sifatnya yang
lunak sehingga mudah rusak (Djarijah dan Abbas, 2001).

Ciri-ciri jamur tiram adalah daging tebal, berwarna putih, kokoh, tetapi
lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai, bau dan rasa tidak merangsang.
Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh dan tidak dipusat atau
lateral (tetapi kadang-kadang dipusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat
kering, umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar (Gunawan,
Agustin Wydia. 2004).

Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong
dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur memiliki tudung (pilues)
dan tangkai (stipes atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran
5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih
dan lunak. Sedangkan pertumbuhan tangkainya dapat pendek atau panjang
(2-6 cm). Tangkai ini menyangga tudung lateral (dibagian tepi) atau eksentris (agak
ke tengah) Jamur tiram bersih (Pleurotus florida dan P. ostreatus) memiliki tudung
berwarna putih susu atau putih kekuning-kuningan dengan garis tengah 3-14 cm
(Djarijah dan Abbas, 2001).

Permukaan jamur tiram licin dan agak berminyak ketika lembab sedangkan
bagian tepinya mulus agak bergelombang. Daging jamur cukup tebal, kokoh tapi
lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai. Jika sudah terlalu tua, daging
buah menjadi alot dan keras. Spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4µm.
Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat (Gunawan, Agustin
Wydia. 2004).

Jamur tiram memiliki inti plasma dan spora yang berbentuk sel – sel lepas
atau bersambungan membentuk hifa dan miselium. Pada titik – titik pertemuan
6

percabangan miselium akan terbentuk bintik kecil yang disebut pin head atau calon
tubuh jamur yang akan berkembang menjadi tubuh buahjamur (Parjimo dan Agus,
2007).

Permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat bilah-bilah


(lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada lamela terdapat
sel-sel pembertuk spora (basidium) yang berisi basidiospora.Basidiospora
biasanya dibentuk pada saat tubuh buah telah dewasa (mengalami kematangan).
Selama tepi tudung masih berlipat-lipat, tubuh buahdikatakan belum dewasa. Tepi
tudung yang merengah penuh maka tubuh buah mencapai fase dewasa dan dapat
dipanen. Tubuh buah yang matang biasanya rapuh dan spora dapat dilepaskan
(Striyanto, F. 2009).

Batang atau tangkai jamur tiram tidak tepat berada ditengah tudung, tetapi
agak kepinggir. Tubuh buahnya membentuk rumpun yang memiliki banyak
percabangan dan menyatu dalam satu media. Jika sudah tua, daging buahnya akan
menjadi liat dan keras. Warna jamur yang disebut dengan oyster mushroom ini
bermacam-macam, ada yang putih, abu-abu, cokelat, dan merah Di Indonesia, jenis
yang paling banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih (Parjimo dan Agus,
2007).

2.3 Kandungan dan Manfaat Jamur Tiram


Jamur Tiram putih (P. ostreatus) merupakan bahan sayuran yang mulai
banyak diminati di Indonesia. Jamur ini memiliki aroma yang khas karena
mengandung muskorin, dan penting bagi kesehatan karena mampu menyediakan
kebutuhan gizi manusia tanpa harus menaikkan tekanan darahnya (Muller, 2005).

Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih
tinggi dibandingkan jenis jamur kayu lainnya. Dalam 100 gram jamur tiram kering
mengandung protein (10,5-30,4%), lemak (1,7-2,2%), karbohidrat (56,6%),
thiamin (0,20 mg), dan riboflavin (4,7-4,9 mg) niasin (77,2 mg) dan
kalsium (314,0 mg). Kandungan nutrisi jamur tiram lebih tinggi dibanding dengan
7

jamur lainnya. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol (Djarijah dan Abbas, 2001).

Tabel 3. Kandungan gizi jamur tiram putih segar per 100 gram
Kandungan Gizi Dalam gram
Protein 13,8
Serat 3,5
Lemak 1,41
Abu 3,6
Karbohidrat 61,7
Kalori 0,41
Kalsium 32,9
Zat Besi 4,1
Fosfor 0,31
Vitamin B1 0,12
Vitamin B2 0,64
Vitamin C 5
Niacis 7,8
Sumber: Djarijah dan Abbas (2001)

Jamur tiram merupakan sumber protein nabati yang rendah kolesterol


sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi mereka
yang rentan terhadap serangan jantung. Hal tersebut dikarenakan keunggulan yang
spesifik dari jamur tiram bila dibandingkan tanaman lain maupun hewan adalah
kemampuannya dalam mengubah cellulose/lignin menjadi polisakarida dan protein
yang bebas kolesterol sehingga baik untuk menghindari kadar kolesterol yang
tinggi dalam darah dan itu dapat mengurangi serangan darah tinggi (stroke) yang
dapat muncul sewaktu-waktu.Kandungan asam folatnya (vitamin B-komplek) yang
tinggi dapat menyembuhkan anemia dan sebagai obat anti tumor, mencegah dan
menanggulangi kekurangan gizi dan sebagai obat kekurangan zat besi, serta baik
juga dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (Rismunandar, 1984).

Jamur tiram memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat radioaktif dalam
tubuh. Khasiat jamur tiram untuk kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan
mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit
diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol darah,
menambah vialitas dan daya tahan tubuh serta mencegah penyakit tumor atau
8

kanker, kelenjar gondok, influenza, sekaligus memperlancar buang air besar


(Djarijah dan Abbas, 2001).

2.4 Syarat Tumbuh


Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai macam kayu di
sembarang tempat. Tetapi, jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk yang
tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungan atau kawasan yang memiliki
ketinggian antara 600 m - 800 m diatas permukaan laut. Kondisi lingkungan
optimum untuk pertumbuhan jamur tiram adalah tempat-tempat yang teduh dan
tidak terkena pancaran (penetrasi) sinar matahari secara langsung dengan sirkulasi
udara lancar dan angin sepoi-sepoi basah (Djarijah dan Abbas, 2001).

Jamur tiram dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar


600 meter dari permukaan laut diatas lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60%
dan derajat keasaman atau pH 6-7. Jika tempat tumbuhnya terlalu kering atau kadar
airnya kurang dari 60%, miselium jamur ini tidak bisa menyerap sari makanan
dengan baik sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya, jika kadar air di lokasi
tumbuhnya terlalu tinggi, jamur ini akan terserang penyakit busuk akar (Parjimo
dan Agus Andoko. 2007).

Secara alami jamur tiram banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu


lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang
tergeletak di lokasi yang sangat lembab dan terlindung dari cahayamatahari. Pada
fase pembentukan miselium, jamur tiram membutuhkan suhu 22 - 28º C dan
kelembaban 60% - 80%. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu
16 - 22º C dan kelembaban 80% - 90% dengan kadaroksigen 10% (Parjimo dan
Agus Andoko. 2007).

Cahaya matahari langsung harus dihindari, tetapi cahaya tidak langsung


dibutuhkan untuk penginisiasian (memicu) pembentukan primordial / tubuh buah
jamur yang kecil dan untuk menstimulasi pemecahan spora jamur tiram (Gunawan,
Agustin Wydia. 2004).
9

2.5 Teknik budidaya


2.5.1 Pembuatan media dasar tanam jamur (baglog)

Dalam budidaya jamur tiram putih ada beberapa tahapan yang perlu
diperhatikan, yaitu persiapan media tanam utama (baglog), pengemasan serbuk ke
dalam plastik, inokulasi bibit, sterilisasi dan inkubasi, dan terakhir proses panen.
Tahapan pertama yang dilakukan adalah pembuatan media dasar tanam jamur
(baglog). Dalam membuat media dasar tanam jamur, hal pertama yang dilakukan
adalah mencampur serbuk gergaji dari berbagai macam kayu. Lalu, menyiramkan
air sebanyak kurang lebih 60%. Kemudian, menambahkan dedak padi sebanyak
15% dari serbuk kayu sekitar 15 kilo/100 baglog. Setelah itu, menambahkan dedak
jagung sekitar 3 kg/100 baglog dan kapur gamping 100 2,5%/100 baglog, kemudian
diaduk rata. Selanjutnya, serbuk yang telah tercampur tadi diayak. Terakhir,
melakukan fermentasi selama sehari semalam dan ditutupi terpal
(Kurniati, F., Sunarya, Y., & Nurajijah, R. 2019).

2.5.2 Pengemasan serbuk ke dalam plastik (baglog)

Tahapan kedua yang dilakukan adalah pengemasan serbuk ke dalam plastik


(baglog). Hal ini dilakukan dengan pertama, memasukkan olahan serbuk yang telah
difermentasi selama sehari semalam ke dalam wadah berbentuk plastik berukuran
khusus. Kemudian memasang cincin dan penutup hingga disebut baglog.
Selanjutnya, mensterilkan baglog dengan mengukusnya di dalam drum untuk
membunuh kuman-kuman selama 8 jam dengan suhu kurang lebih 70°C. Kemudian
mendinginkan baglog dalam ruangan tertutup (Rosmiah, Aminah, I.S., Hawalid, H.,
& Dasir. 2020).

2.5.3 Pembuatan bibit

Tahapan ketiga yang dilakukan adalah inokulasi bibit, sterilisasi dan


inkubasi bibit jagung. Tahapan pembuatan bibit dilakukan dengan pertama,
merebus jagung sampai mendidih namun sebelum jagung matang segera ditiriskan.
Kemudian, mendinginkan jagung tersebut dalam ruang tertutup (ruang steril). Lalu,
membersihkan botol dengan cara disikat dengan sabun dan air bersih agar botol
10

bersih dari kuman. Setelah jagung dingin, kemudian melakukan pengisian jagung
ke dalam botol-botol yang telah dibersihkan serta sisa bibit jagung yang sudah
difermentasi sebelumnya. Selanjutnya, mensterilkan botol berisi jagung tersebut
dengan cara dikukus di dalam drum lalu ditunggu sampai dingin di dalam ruangan
tertutup (steril) selama 17 hari (Redaksi Agromedia. 2002).

2.5.4 Hama Pada Jamur Tiram

Pada tumbuhan sejenis jamur sebenarnya hampir tidak ditemukan hama


yang bersifat merusak atau memakan tubuh buah jamur, adapun banyak ditemui
pada jamur adalah sejenis ulat atau belatung dan itu pun hanya akan muncul dari
jamur itu sendiri disaat jamur tumbuh maksimal dan membusuk, tetapi pada jamur
tiram yang dibudidayakan menurut para petani sering ditemukannya hama belatung
yang timbul dari media tanam atau biasa disebut baglog, lalu hama lain yang tertarik
dengan jamur tiram adalah lalat, dan pada jenis jamur tiram putih biasanya
ditemukan juga hama berupa nyamuk, namun sebenarnya nyamuk dan lalat
bukanlah hama yang merusak tubuh buah namun jika terlalu banyak akan
meninggalkan bekas sehingga jamur tiram akan bercak hitam (Rial Aditya, 2009)

2.5.5 Panen Jamur Tiram

Tahapan terakhir dalam budidaya jamur tiram adalah proses panen, sebelum
itu dilakukan proses pemeliharaan tumbuh kembang jamur hingga tiba saatnya
panen. Kurang lebih sebulan setelah ditanam, jamur tiram putih siap dipanen.
Ciri-ciri jamur tiram putih yang siap dipanen yaitu, jamur tiram putih memiliki
tudung yang tipis. Cara memetik jamur sangat mudah yaitu, salah satu tangan
memegang bagian atas (tudung) jamur dan tangan lainnya memegang bagian bawah
(batang) jamur, kemudian tangan bawah mengangkat naik jamur hingga jamur
terlepas dari baglog. Setelah dipanen, jamur siap diolah (Redaksi Trubus. 2001).

2.5.6 Pasca Panen

Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk


menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar.
11

Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian
bagian tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pencucian dan
pemisahan ini penting untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya petani
menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap pada bagian
pangkal dan masih memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada tubuh buah.
Setelah diyakini kebersihannya, proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan
jamur tiram berdasarkan bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh hasil yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen saat
dipasarkan (Nurhidayat Suryani Rahmat, 2011).

Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara.


Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama
untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya
dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu,
agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses
pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya.
Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi
dengan ruangan berpendingin (Nurhidayat Suryani Rahmat, 2011)
III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kuliah kerja lapangan ini akan dilaksanakan di GSM (Guntur Sumber
Mushroom) Desa Pandan Sari Kecamatan Ciawi Bogor, yang berlangsung selama
dua bulan mulai dari tanggal 8 Agustus – 8 Oktober 2022.

3.2 Metode Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan kuliah kerja lapang yang akan dilakukan yaitu melalui
observasi langsung atau dilakukan mengamati dan mengidentivikasi secara
langsung budidaya jamur tiram dilapangan. Dan melakukan proses pencarian
informasi dengan wawancara dengan pembimbing lapangan sehingga dapat
informasi yang akurat. Kemudian diperkuat dengan data yang dapat diperoleh dari
berbagai literatur ilmiah tentang budidaya jamur tiram.
3.3 Pengumpulan Data
Selama kegiatan KKL akan dilakukan pengambilan data baik berupa data
primer maupun data sekunder. Data yang diambil melalui pengamatan secara
langsung. Data yang diambil tetap mengacu pada ketentuan yang ada secara
agronomi dan sesuai dengan standar operasional perusahaan (SOP).
3.4. Analisis Data
3.4.1 Analisis Usaha Tani

Analisis usaha tani adalah metode yang dilakukan untuk mengegtahui


semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan (I)
usahatani yang dihasilkan dari selisih antara penerimaan (TR) dan pengeluaran
(TC) selama periode tertentu. Dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

I = TR – TC
Keterangan :
I = Income ( pendapatan)
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = Total Cost ( Biaya Total)
3.4.2 Analisis R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)
13

Analisa kelayakan usaha yaitu Analisis efisiensi yang bertujuan untuk


mengetahui apakah hasil usahatani budidaya tomat tersebut efisien atau tidak, maka
antara analisa R/C Ratio ( Return Cost Ratio ), dimana R/C Ratio merupakan
perbandingan antara penerimaan dengan produksi. (R/C ratio) biasa digunakan
dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu perbandingan antara total peneriman dan
total biaya yang dikeluarkan. Dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
𝑷𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏 𝑼𝒔𝒂𝒉𝒂 𝑻𝒂𝒏𝒊
R/C Ratio = 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑼𝒔𝒂𝒉𝒂 𝑻𝒂𝒏𝒊

3.4.3 Analisis Titik Impas / Break Event Point (BEP)

Analisis titik impas pulang modal atau Break Event Point (BEP) adalah
suatu kondisi yang menggambarkan hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan
modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan jika dilihat
dari pendapatan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami
kerugian. Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok, dimana Total
Reveneusama dengan total cost.
BEP Produksi
BEP produksi merupakan keadaan dimana usahatani harus menghasikan
jumlah minimal produk agar usahatani mencapai titik impas. Analisis BEP produksi
dihasilkan melalui perbandingan antara biaya total (TC) dengan harga jual produk,
diformulasikan sebagai berikut :
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏
BEP Unit = 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑱𝒖𝒂𝒍

BEP Harga
BEP harga merupakan keadaan dimana produk hasil usaha tani harus dijual
dengan harga minimum yang diperoleh dari hasil perhitungan BEP harga, agar
usahatani tidak mengalami kerugian. Analisis BEP harga dihasilkan melalui
perbandingan antara biaya total (TC) dengan jumlah hasil produksi. Diformulasikan
sebagai berikut :
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏
BEP Harga = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑯𝒂𝒔𝒊𝒍 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊

BEP Penerimaan
14

BEP penerimaan merupakan keadaan dimana usahatani harus mengasilkan


jumlah penerimaan minimal agar usahatani mencapai titik impas, analisis BEP
penerimaan dihasilkan melalui antara BEP Produksi dan BEP Harga.
Diformulasikan sebagai berikut :

BEP Penerimaan = BEP Produksi x BEP Harga


DAFTAR PUSTAKA

Asegab Muad. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang dan Jamur
Kuping. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Astuti, Kusuma H dan Kuswytasari ND, 2013. Efektifitas Pertumbuhan Jamur


Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon
(Paraserianthes falcataria) dan Sabut Kelapa (Cocos nucifera). Jurnal
Sains dan Seni Pomits Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Perkembangan Persentase Konsumsi Sayuran


per Kapita di Indonesia Periode 2017-2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Djarijah, N.M. dan Abbas, S.D. 2001. Budidaya Jamur Tiram (Pembibitan
Pemeliharaan dan Pengendalian Hama-Penyakit). Yogyakarta: Kanisius.

Gujarati, D. N. 1978. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Indonesia

Gunawan, Agustin Wydia. 2004. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar


Swadaya

Guntur Sumber Mushroom (2022) Produktivitas jamur tiram putih. Guntur Sumber
Mushroom
Hernanto, F. 1991.Usahatani.Penebar Swadaya.LP3ES.Jakarta

Kurniati, F., Sunarya, Y., & Nurajijah, R. 2019. Pertumbuhan dan hasil jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus (Jacq) P. Kumm) pada berbagai komposisi media
tanam. Media Pertanian, 4(2), 59- 68

Muller, 2005. The function of the compost and casing layer in relation to fruiting
and the growth of the citivated mushroom.

Nurhidayat Suryani Rahmat, 2011. Untung Besar Dari Bisnis Jamur Tiram.
Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Parjimo dan Agus Andoko. 2007. Budidaya Jamur: Jamur Kuping, Jamur Merang,
& Jamur Tiram. Jakarta: PT Rineka Cipta.
16

Pasaribu, Tahir dkk. 2002. Aneka Jamur Unggulan. Jakarta: PT Grasindo.

Redaksi Agromedia. 2002. Budidaya Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka.


Jakarta.

Redaksi Trubus. 2001. Pengalaman Pakar dan Praktis Budidaya Jamur. PT


Penebar Swadaya, anggota Ikapi. Jakarta

Rial Aditya, 2009. "Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Pada Jamur Tiram Serta
Pencegahannya,". ALTIFANI. International Journal of Community
Engagement, 31-35

Rosmiah, Aminah, I.S., Hawalid, H., & Dasir. 2020. Budidaya jamur tiram putih
(Pluoretus ostreatus) sebagai upaya perbaikan gizi dan meningkatkan
pendapatan keluarga. ALTIFANI. International Journal of Community
Engagement, 31-35

Striyanto, F. 2009. Jenis Jamur Tiram Putih. Jamursekolahdolan.blogspot.com,


diakses pada bulan 27 Agustus 2022

Suharjo E 2015.. Budidaya Jamur Tiram Media Kardus. Jakarta: PT Agromedia


Pustaka, 2015.

Suriawiria Unus. 2000. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu: Shitake, Kuping, Tiram.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Suriawiria, Unus. 1995. Bioteknologi Perjamuran. Percetakan Angkasa. Bandung.

Tjitrosoepomo, 2014. Gembong. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta,


bryophyta, dan Pteridophyta.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2014.

Trubus. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Edisi XXXII – Januari 2001.


LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kuliah Kerja Lapang
Judul : Telaah Lapang Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Ostreatus) di GSM (Guntur Sumber Mushroom), Desa
Pandan Sari. Kecamatan Ciawi, Bogor.
Nama Mahasiswa : M. Dodi Jalaludin
NIM : A.1810917
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian

No. Hari, tanggal Deskripsi kegiatan Lokasi Paraf


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
-
45.
Lampiran 2. Rencana Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
Minggu Ke-
KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4

Perkenalan

Penyiapan bibit

Persiapan dan pengolahan lahan

Penanaman

Perawatan

Panen

Kunjungan ke tempat pemasaran

Analisis usahatani

Penyusunan laporan

Anda mungkin juga menyukai