Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

STUDI LITERATUR MENGENAI PENGGUNAAN TISU UNTUK KEBERSIHAN


GIGI DAN MULUT PADA ANAK DARI KULIT SINGKONG

Disusun Oleh:
Kelompok 5 (subkel 2)

 Sri Winie Agustin Prihandayani 2250161016


 Salma Firda Rahmahayati 2250161030
 Galih Ayu Pratiwi 2250161034
 Reisya Fitri 2250161065

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH……………………………………………………... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………….. 2

1.3 TUJUAN …………………………………………………………………………….….. 2

1.4 MANFAAT KEGIATAN ……………………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SINGKONG……………….......…………………………………………………….…... 3

2.2 KLASIFIKASI SINGKONG …..………………………………………….......……….... 4

2.3 MORFOLOGI TANAMAN SINGKONG ....……..................................………………... 5

2.4 KANDUNGAN PADA TANAMAN SINGKONG ….......…..…………………………. 6

2.5 MANFAAT TANAMAN SINGKONG……………………………………………………

2.6 TISSUE DARI EKSTRAK SINGKONG……………………………………………..…7

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 TEKNIK PENGUMPULAN DATA………………………………………………….…...8

3.2 DESAIN PENELITIAN ………………………………………………………………..... 8

LAMPIRAN

Biodata Anggota ....…......……………………………………………………………......... 11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Kebersihan gigi dan mulut adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan
tubuh. Segala sesuatu yang masuk kedalam tubuh bermula dari mulut. Gigi dan mulut bagi
manusia berfungsi untuk mengunyah dan berbicara. Terutama pada anak usia dini,
kesehatan gigj dan mulut merupakan hal yang sangat krusial. Hal ini dikarenakan masa 5
tahun pertama tahap tumbuh kembang anak merupakan masa emas dalam tumbuh kembang
anak.
Kesehatan gigi dan mulut anak adalah hal yang penting karena pada masa ini semua
gigi sulung telah erupsi. Gigi sulung yang telah erupsi harus dijaga dengan baik, karena
apabila gigi sulung sudah rusak, akan mempengaruhi pada kesehatan secara umum dan juga
berakibat pada terganggunya proses tumbuh kembang anak, khususnya proses pertumbuhan
gigi itu tersendiri. Selain itu juga, karena gigi dan gusi yang rusak dan tidak dirawat akan
menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan, dan dapat mengganggu kesehatan tubuh
lainnya.
Kebiasaan menjaga kebersihan gigi dan mulut harus dipupuk sejak dini. Saat ini,
kebersihan mulut semakin penting dalam kedokteran gigi; Dokter gigi menyarankan untuk
melakukan pembersihan gigi baik dengan kain basah, sikat gigi, atau sikat yang disesuaikan
dengan jari. Semua metode ini berbeda-beda menurut filosofi yang berbeda, namun
semuanya harus efektif, aman, mudah digunakan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa di usia
anak-anak merupakan waktu yang sangat rawan mengalami gangguan kesehatan gigi dan
mulut. Dari rentan usia 1-4 tahun terdapat sekitar 10,4% anak yang mengalami gangguan
kesehatan gigi dan mulut. Data lainnta tercatat bahwa ada sekitar 28,9% anak usia 5-9 tahun
yang mengalami keluhan serupa.
Salah satunya adalah karies. Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut
yang paling banyak terjadi pada anak-anak. Menurut data dari World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa angka kejadian karies pada anak-anak terjadi pada rentan 60-
90%. Di indonesia tersendiri, angka kejadian karies mencapai angka 60% pada anak usia 3
tahun, 60%, 85%pada anak usia 4 tahun, dan juga 86,4% pada anak usia 5 tahun.
Dilihat dari persen angka yang tercantum, dapat dilihat bahwa kesadaran akan
menjaga kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah. Untuk itu, perlu dicanangkan
kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, khususnya
bagi anak usia dini. Hal ini sejalan dengan studi kepustakaan atau studi literatur yang sedang
kami jalankan, yakni mengenai efektifitas penggunaan tisue dari kulit singkong. Tisue yang
berbahan dasar dari limbah kulit singkong ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut anak usia dini. Selain karena bahan nya yang mudah di
dapatkan, pengolahan limbah yang relatif lebih mudah, kulit singkong juga memiliki
kandungan yang sangat bermanfaat dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Menuruti Rukmana (1997) mengatakan bahwa komposisi kimia dan nutrisi dalam
100 g kuli tsingkong sebagai berikut: protein 8.11 G; serat kasar 15,20 gram; pektin 0,22
gram; lemak 1,29 G; kalsium 0,63 gram. Kandungan protein dan juga kalsium yang terdapat
pada kulit singkong sangat baik untuk kesehatan gigi dan mulut. Kalsium melindungi dan
memperkuat enamel gigi, dan membantu mencegah gigi berlubang. Kalsium dalam air liur
Anda juga dapat memperbaiki area yang rusak akibat asam. Kalsium bekerja sama dengan
mineral lain seperti fluorida dan fosfor (yang juga membantu kalsium membentuk gigi yang
kuat).
Tisue berbahan dasar kulit singkong dapat menggantikan tissue yang berbahan dasar
serat pohon. Hal ini tentu saja lebih ramah lingkungan. Selain itu, kandungan yang terdapat
pada kulit singkong juga efektif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dilandasi
oleh kandungan dari kulit singkong itu tersendiri, yakni protein, kalsium, dan juga serat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana telaah literatur pada penggunaan tissue dari bahan dasar kulit singkong terhadap
kebersihan gigi dan mulut pada anak-anak?

1.3 Tujuan
Program kreativitas mahasiswa ini menghasilkan produk tissue pembersih gigi
sebagai wipes oral untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut yang berbahan dasar kulit
singkong.

1.4 Manfaat Kegiatan


Memberikan solusi alternatif dengan pembuatan tissue pembersih gigi dari bahan
kulit singkong yang ekonomis, berwawasan lingkungan pada pengolahan limbah dan juga
mudah didapatkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Singkong (Manihot esculenta)


Indonesia sebagai negara agraris memiliki mata pencaharian terbesar sebagai petani.
Makanan pokok berupa bersa, jagung, dan umbi-umbi lainnya banyak dijadikan mata
pencaharian di Indonesia. Makanan pokok ini dikonsumsi berdasarkan ketersediaan makanan
yang ada di daerah tempat tinggal. Singkong merupakan komoditas pertanian yang banyak
ditanam di Indonesia serta merupakan sumber karbohidrat yang tinggi setelah beras. Selain
itu, singkong juga merupakan salah satu makanan pokok yang banyak dijadikan sebagai
bahan cadangan makanan. Di daerah tertentu seperti di daerah Cireundeu, singkong adalah
makanan utama bagi para penduduknya.
Singkong mempunyai banyak nama di berbagai daerah. Ada yang menyebutnya
ketela, ubi jenderal, sampeu, huwi, kasape, dan lainnya.

2.2 Klasifikasi Singkong

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)


Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisio : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot esculenta Crantz sin. Manihot utilisma Phohl

Gambar 2.2 Tanaman Singkong (Manihot esculenta)

2.3 Morfologi Tanaman Singkong


Akar penyokong memberikan tambahan penopang untuk tumbuh tegak dan
membantu penyerapan hara. akar akan membesar dan membentuk umbi. Umbi pada singkong
merupakan akar pohon yang membesar. Umbi singkong berbeda dengan umbi tanaman umbi-
umbian lain. Umbi secara anatomis sama dengan akar, tidak mempunyai mata tunas sehingga
tidak dapat digunakan sebagai alat perbanyakan vegetatif. Bagian umbi atau daging
merupakan bagian terbesar, dan ditengahnya terdapat sumbu dimana sumbu ini berfungsi
sebagai penyalur makanan hasil fotosintesis dari daun ke akar atau umbi.
Secara morfologis, bagian umbi dibedakan menjadi tangkai, umbi, dan bagian ekor
pada bagian ujung umbi. Tangkai ujung bervariasi dari sangat pendek (kurang dari 1 cm)
hingga panjang (lebih dari 6 cm). Ekor umbi ada yang pendek dan ada yang panjang. Bentuk
umbi beragam mulai agak gemuk membulat, lonjong, pendek hingga memanjang dengan
rata-rata bergaris tengah 2-3 cm,dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang
ditanam.
Umbi singkong terdiri atas tiga lapis, yaitu kulit luar berwarna coklat, lapisan kulit
dalam berwarna putih atau kekuningan, dan lapisan daging berwarna putih atau putih
kekuningan sesuai dengan jenisnya. Di antara kulit dalam dan kulit luar terdapat jaringan
kambium yang menyebabkan umbi dapat membesar.

Gambar 2.3 Morfologi Tanaman Singkong


2.4 Kandungan Pada Tanaman Singkong
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya akan karbohidrat namun sangat
miskin akan protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong, karena
mengandung asam amino metionin. Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa da n
dapat dimakan mentah. Menurut pakar tanaman obat Prof. Hembing Wijayakusuma, efek
farmalogis dari singkong adalah sebagai antioksidan, anti kanker, anti tumor, dan menambah
nafsu makan. Umbi singkong juga memiliki kandungan kalori, protein, lemak, kalsiu m,
fosfor, zat besi, Vitamin B dan Vitamin C, dan amilum.
Kandungan selulosa dalam kulit singkong cukup besar. Santoso (2012) menyatakan
bahwa bersumber pada studi laboratorium, kulit dari singkong menyimpan 57% selulosa,
22% lignin, serta memiliki panjang serat antara 0,5-0,05 cm. Elemen terpenting dalam
produksi kertas salah satunya adalah kandungan selulosa yang juga merupakan senyawa
penting penyusun tumbuhan. Selulosa berbentuk serat merupakan bahan baku untuk
membuat kertas. Serat selulosa terdapat pada beragam tumbuhan, baik jenis tumbuhan kayu
atau bukan kayu. Selulosa terdapat pada berbagai tumbuhan seperti batang, kulit bahkan
tangkai buah.

2.5 Manfaat Tanaman Singkong


Singkong memang sudah dikenal sebagai bahan pangan tetapi masih jarang khasiat
singkong yang tidak diketahui oleh masyarakat padahal singkong mengandung senyawa -
senyawa kimia tertentu yang dapat dijadikan obat herbal untuk menyembuhkan penyakit
tertentu.

1. Antioksidan
Dari hasil penelitian bahwa singkong mengandung antioksidan. Antioksidan
berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang banyak terbentuk di dalam tubuh.
Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai molekul atau senyawa yang keadaannya
bebas dan mempunyai satu atau lebih elektron bebas yang tidak berpasangan.
Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan sangat mudah menarik elektron
dari molekul lainnya sehingga radikal bebas menjadi lebih reaktif.
2. Tiamin (Vitamin B)
Peran thiamin di dalam tubuh berkaitan dengan metabolisme karbohidrat dalam
menghasilkan energi. Bentuk aktif dari thiamin adalah di dalam koenzim
kokarboksilase yang masuk dalam siklus krebs menghasilkan metabolit berenergi
tinggi yaitu Adenosine Triphosphate (ATP). Thiamin juga berperan dalam
memperbaiki kerja reseptor insulin dan transporter glukosa dalam sel.
Sehingga GLUT-4 dapat bertranslokasi ke member Ansel membawa glukosa masuk
ke intra sel dan kadar glukosa dalam darah dapat teregulasi dengan baik. Pada serat
terdapat efek hipoglikemik yaitu serat mampu memperlambat pengosongan lambung,
memperlambat difusi glukosa, dan menurunkan waktu transit makan sehingga
absorbsi glukosa lambat. Jumlah asupan serat menurut Perkeni ±25 gram per hari.
3. Saponin
Saponin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim 𝛼-glukosidase yaitu enzim
yang ada di dalam usus yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi glukosa.
Enzim 𝛼-glukosidase inhibitor ini menghambat absorpsi glukosa pada usus halus,
sehingga berfungsi sebagai anti hiperglikemia (penurunan kadar glukosa darah).
Pengaruh saponin terhadap susunan membran sel dapat menghambat absorpsi
molekul dan menimbulkan gangguan pada sistem transporter glukosa sehingga akan
terjadi hambatan untuk penyerapan glukosa.
4. Sumber Karbohidrat
Umbi singkong mengandung karbohidrat sangat tinggi yaitu sekitar 34-38 gram, dan
mengandung energi sekitar 146-157 kkal per 100 gramnya. Dengan demikian,
singkong bisa disejajarkan dengan kentang, terigu, dan beras. Maka tak salah jika
singkong menjadi salah satu makanan pokok sebagai sumber karbohidrat. Dalam 100
gram singkong, mengandung 160 kalori, sebagian besar terdiri dari sukrosa.

2.6 Tissue Dari kulit Singkong


Salah satu faktor terpenting dalam produksi kertas adalah kandungan selulosa, yang
juga merupakan senyawa penting pada tumbuhan. Selulosa dalam bentuk serat merupakan
bahan baku produksi kertas. Serat selulosa terdapat pada berbagai jenis tumbuhan, baik
berkayu maupun tidak berkayu. Selulosa ditemukan di berbagai jenis tanaman seperti
batang, kulit bahkan tubuh buah.
Kandungan selulosa pada kulit singkong cukup tinggi. Santoso (2012) mengatakan
berdasarkan penelitian di laboratorium, kulit singkong mengandung selulosa 57%, lignin
22% dan memiliki panjang serat 0,5 sampai 0,05 cm. 6.
Tisue yang terbuat dari kulit singkong memiliki beberapa keunggulan baik yang
berhubungan dengan bidang kedokteran gigi maupun yang berhubungan dengan pelestarian
alam. Penggunaan tisue berbasis kulit singkong dapat meminimalisir limbah dari kulit
singkong itu tersendiri, sehingga lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan tisue
berbahan dasar batang pohon.
Percobaan dengan menggunakan kulit singkong menghasilkan kain dengan tekstur
yang cukup halus, tampilan seratnya sedikit, dan warnanya mirip dengan kain berbahan
kayu pada umumnya. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi bahan baku, proses pembuatan
dan waktu pengeringan. Dengan hasil seperti itu maka penggunaan kain kayu dapat
digantikan dengan kain berbahan kulit singkong. Dan yang pasti kain ini akan lebih ramah
lingkungan dibandingkan kain kayu biasa sehingga akan merampas fungsi hutan sebagai
paru-paru dunia.
Tisue ini terbuat dari limbah kulit singkong dan dapat digunakan sebagai pengganti
menjaga kebersihan mulut anak. Selain bahannya mudah didapat dan pembuangan
limbahnya relatif mudah, kulit singkong juga mengandung bahan yang sangat bermanfaat
untuk menjaga kebersihan mulut.
Menurut Rukmana (1997), komposisi kimia dan gizi 100 g kukang tsingkong adalah
sebagai berikut: protein 8,11 gram; serat kasar 15,20 gram; pektin 0,22 gram; lemak 1,29
gram; kalsium 0,63 gram. Kandungan protein dan kalsium pada kulit singkong sangat baik
untuk kesehatan mulut.
Kandungan kalsium, protein, dan juga serat yang terkandung di dalam
singkong juga dapat berhuna bagi kesehatan gigi dan mulut. Kandungan protein dan
kalsium pada kulit singkong sangat baik untuk kesehatan mulut. Kalsium melindungi dan
memperkuat email gigi serta membantu mencegah gigi berlubang. Kalsium dalam air liur
Anda juga dapat memperbaiki area yang rusak akibat asam. Kalsium bekerja secara sinergis
dengan mineral lain seperti fluorida dan fosfor (yang juga membantu kalsium membentuk
gigi kuat.
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dari
kegunaan data tertentu.istilah cara ilmiah menunjukkan arti bahwa kegiatan penelitian
didasarkan pada ciri - ciri keilmuan, yaitu sistematis; rasional; dan empiris.
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi
atau fakta - fakta dilapangan. teknik ini merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Karena, tanpa
mengetahui data dan menguasai teknik pengumpulan data, maka tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar yang ditetapkan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode library research, yaitu
studi kepustakaan.
Metode kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku
buku atau majalah dengan sumber data yang lainnya dalam perpustakaan. Kegiatan
nhypenelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai litelatur, yang
dipergunakan tidak terbatas hanya pada buku buku, tetapi dapat juga berupa bahan bahan
dokumentasi, majalah majalah, koran, dan lain lain. Metode penelitian ini tidak menuntut kita
mesti terjun kelapangan melihat fakta langsung bagaimana adanya. Dalam ungkapan
Nyoman Kutha Ratna, metode perpustakaan adalah peneliti yang mengumpulkan datanya
dilakukan melalui tempat tempat penyimpanan hasil penelitian, yaitu perpustakaan.
Maka pengumpulan data ditentukan dengan menelaahan literatur dan bahan pustaka
yang relevan terhadap masalah yang teliti baik dari buku buku dan data menggunakan bahan
bahan pustaka tentang masalah studi komperasi.

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah metode Literatur review. Studi Literatur
(literatur review) merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan
sejumlah artikel dan juga jurnal yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori - teori yang
relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan rujukan dalam
pembahasan hasil penelitian. Literatur review dilakukan dapat berasal dari beberapa macam
sumber seperti dari jurnal internasional maupun nasional dan texbook yang terkait
LAMPIRAN
BIODATA ANGGOTA

Biodata Anggota 1
Nama Lengkap : Sri Winie Agustin Prihandayani
Jenis Kelamin : Perempuan
Program Studi : Pendidikan Kedokteran Gigi
NIM : 2250161016
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 24 Agustus 2004
Alamat Email : sriwinie16@gmail.com
Nomor Telepon/HP : 089525559601

Biodata Anggota 2
Nama Lengkap : Salma Firda Rahmahayati
Jenis Kelamin : Perempuan
Program Studi : Pendidikan Kedokteran Gigi
NIM : 2250161030
Tempat dan Tanggal Lahir : Cimahi, 18 Maret 2004
Alamat Email : salmaworld295@gmail.com
Nomor Telepon/HP : 088706314123

Biodata Anggota 3
Nama Lengkap : Galih Ayu Pratiwi
Jenis Kelamin : Perempuan
Program Studi : Pendidikan Kedokteran Gigi
NIM : 2250161034
Tempat dan Tanggal Lahir : Subang, 24 Mei 2004
Alamat Email : galihayupratiwi240504@gmail.com
Nomor Telepon/HP : 082220003996

Biodata Anggota 4
Nama Lengkap : Reisya Fitri
Jenis Kelamin : Perempuan
Program Studi : Pendidikan Kedokteran Gigi
NIM : 2250161065
Tempat dan Tanggal Lahir : Subang, 26 Juni 2003
Alamat Email : reisyafitri976@gmail.com
Nomor Tekepon/HP : 082118958246
Daftar Pustaka

Aisyah. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan Kebersihan Gigi Dan Mulut Dan Kejadian
Karies.

Elfarisi , R. N., Susilawati, S., & Suwargiani, A. A. (2016). Kesehatan gigi dan mulut terkait
kualitas hidup anak usia 4-5 tahun.

Putri abadi, Y. W., & Suparno. (2019). Perspektif Orang Tua pada Kesehatan Gigi Anak Usia
Dini.

Ningrum, Paula Tyasmita Andar. "Kulit Singkong (Manihot Utilissima) Sebagai Alternatif
Bahan Pembuatan Kertas Tisu." (2019).

Sandi, Edduar. (2013). Pemanfaatan Kulit Singkong (Manihot esculenta) sebagai Bahan
Baku Alternatif Kertas Seni. Skripsi. Teknologi Hasil Hutan. Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda

Jannah, Inna Siti Nur. (2015). Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam dan Kulit Singkong sebagai
Bahan Pembuatan Kertas Seni dengan Penambahan NaOH dan Pewarna Alami. Skripsi
thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anita Kurniasari E, Tri Widayatno. (2023). PEMANFAATAN KULIT SINGKONG


(Manihot Esculenta) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PULP DENGAN
METODE TITRASI Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Indonesia

Meilawaty, Zahara, et al. "Uji antibakteri ekstrak daun singkong (manihot esculenta crantz)
terhadap fusobacterium nucleatum dan aggregatibacter actinomycetemcomitans Antibacterial
activity test of cassava leaves extract (manihot esculenta crantz) against fusobacterium
nucleatum and aggregatibacter actinomycetemcomitans." Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran 34.3 (2022): 185-193.

White, Octavina Indriyanti, Vina Nurrahmania, and Teguh Wibowo. "Pengolahan Limbah
Kulit Singkong Sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran Lingkungan." Jurnal Pengolahan
Pangan 7.1 (2022): 33-37.

Maulinda, Leni, Z. A. Nasrul, and Dara Nurfika Sari. "Pemanfaatan kulit singkong sebagai
bahan baku karbon aktif." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4.2 (2017): 11-19.

Anda mungkin juga menyukai