Anda di halaman 1dari 7

PENGETAHUAN DAN PRAKTEK IBU HUBUNGANNYA

DENGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN KARIOGENIK DAN

STATUS KARIES GIGI PADA ANAK USIA 2-4 TAHUN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Andhika Supeza

H1081211011

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021/2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….. 2

BAB I………………………………………………………………………………………………….. 3

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………. 3

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….. 4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………… 5

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………………….. 5

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………………… 5


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Peneliti Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang Berjudul Hubungan
Percintaan. Penyusunan Proposal Penelitian ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
Bahasa Indonesia.

Dalam Penelitian Ini, peneliti Mengucapkan terima kasih kepada Nurhaidah.M.Pd.


selaku dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Universitas TanjungPura yang telah
memberikan tugas mengenai Proposal Penelitian ini sehingga Pengetahuan Peneliti dapat
bertambah.

Peneliti menyadari bahwa Proposal Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Peneliti telah berusaha Menyusun proposal penelitian ini dengan sebaik mungkin. Oleh
karena itu, peneliti menerima semua kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Pontianak, 26 Oktober 2021

Peneliti

ANDHIKA SUPEZA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh
keseluruhan.(1) Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara
dan mempertahankan bentuk muka.(2) Mengingat kegunaannya yang demikian penting maka penting
untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut.

Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang
lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi ( caries dentis ) di
samping penyakit gusi.(3) Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin
dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi
periapeks yang dapat menyebabkan rasa nyeri.(4)

Penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat perhatian dari orang tua
karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi tetap.(5) Orang tua kurang menyadari bahwa
dampak yang ditimbulkan sebenarnya akan sangat besar bila tidak dilakukan perawatan untuk
mencegah karies sejak dini pada anak. Dampak yang terjadi bila sejak awal sudah mengalami karies
adalah selain fungsi gigi sebagai pengunyah yang terganggu, anak juga akan mengalami gangguan
dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sehingga anak tidak mau makan dan akibat yang lebih
parah bisa terjadi malnutrisi, anak tidak dapat belajar karena kurang berkonsentrasi sehingga akan
mempengaruhi kecerdasan. Akibat lain dari kerusakan gigi pada anak adalah penyebaran toksin atau
bakteri pada mulut melalui aliran darah, saluran pernapasan, saluran pencernaan apalagi bila anak
menderita malnutrisi, hal tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak akan
mudah terkena penyakit. Bila gigi sulung sudah berlubang dan rusak maka dapat diramalkan gigi
dewasanya tidak akan sehat nantinya.(2)

Proses karies dan faktor risiko terjadinya karies gigi tetap dan gigi sulung tidak berbeda namun
demikian proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah dibandingkan
gigi tetap. Hal ini selain disebabkan karena faktor dari dalam sendiri yaitu struktur enamel gigi sulung
yang kurang solid dan lebih tipis serta morfologi gigi sulung yang lebih memungkinkan retensi
dibanding gigi tetap juga disebabkan faktor luar yang menjadi faktor risiko anak terhadap proses
kerusakan gigi seperti keadaan kebersihan mulut anak yang umumnya lebih buruk dan anak lebih
banyak dan sering makan dan minum kariogenik dibandingkan orang dewasa. Besar kecilnya faktor
risiko terhadap timbulnya karies gigi sulung pada anak usia prasekolah dipengaruhi oleh pengetahuan,
kesadaran orang tua dalam merawat kesehatan gigi. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki
orang tua antara lain yang berkaitan dengan cara membersihkan diri, jenis makanan yang
menguntungkan kesehatan gigi dan cara makan minum yang benar.(6)

Makanan atau substrat merupakan salah satu unsur penting untuk dapat terjadi karies. Makanan pokok
manusia adalah karbohidrat, lemak dan protein. Dari berbagai penelitian tampak ada hubungan antara
intake karbohidrat dengan karies dan hubungan yang lebih kompleks dengan lemak, protein, vitamin
dan mineral. Selain itu ternyata ada hubungan langsung antara bertambahnya konsumsi makanan yang
mudah dicerna terutama karbohidrat yang berupa tepung dengan bertambahnya karies.(6)

Karbohidrat dalam makanan yang sifatnya paling dapat merusak gigi adalah jenis sukrosa. Proses
karies selain ditentukan oleh jenis karbohidrat juga tergantung pada frekuensi dan bentuk fisik
karbohidrat tersebut. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan atau yang bersifat lengket serta
mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies. Dari penelitian Alfano (1980)
tehadap tikus ternyata makanan yang paling kariogenik adalah coklat sedangkan sugar free biskuit,
kacang-kacangan, roti dedak menduduki urutan paling rendah. Dalam penelitian Rugg-Gunn
menyatakan bahwa banyaknya intake gula harian lebih besar hubungannya dibanding dengan
frekuensi makan gula. Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dibanding total diet
karena snack lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi dan makanan kariogenik yang sering
dimakan di antara dua waktu makan mempunyai ciri-ciri pH rendah, mengandung gula tinggi dan
lengket. Hampir semua anak menyukai makanan minuman kariogenik yang merupakan faktor risiko
terhadap karies yang dimakan di antara dua waktu makan.(6)

Dalam perkembangannya anak membutuhkan orang lain dan orang lain yang paling utama dan
pertama bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Orang tua bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan anak juga dalam hal makanan. Perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi
oleh orang-orang yang dianggapnya penting seperti ibu.(7) Penyediaan makanan untuk dikonsumsi
anggota keluarga merupakan hasil proses pengambilan keputusan. Tindakan pengambilan keputusan
oleh ibu dalam penyediaan makanan yang baik serta pemeliharaan kesehatan anak sangat dipengaruhi
kesiapan psikologi ibu diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu.(8) Hasil
penelitian Sanjur dan Scoma (1971) mengenai kebiasaan makan anak, diketahui bahwa makanan yang
tidak disukai oleh ibu juga tidak disukai oleh anaknya dan ketidaktahuan ibu terhadap jenis makanan
tertentu akan mempengaruhi ketidaktahuan anak terhadap makanan tertentu.(9) Bagi sebagian
masyarakat, jenis makanan yang telah terbiasa mereka pelajari untuk menyukainya sejak masa kanak-
kanak akan berlanjut menjadi makanan kesukaannya pada saat dewasa.(10)

Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan hal menarik karena prevalensi karies dan
penyakit periodontal mencapai 80% dari jumlah penduduk (Ibone Effendi dan Mooler, 1973).
Prevalensi karies gigi dan penyakit periodental tidak berbeda tahun 1973 dan 1983.(11) Sampai
sekarang ini di Indonesia data tentang frekuensi karies gigi sulung anak usia prasekolah masih langka.
Data yang adapun tidak dapat dipakai sebagai indikator kesehatan gigi anak karena tidak mewakili
keadaan gigi sulung di Indonesia, walaupun hasil observasi lapangan menunjukkan adanya karies
rampan gigi sulung yang cukup luas (Armasastra dan Antonraharjo, 1986). Di Yogyakarta, dari 7
lokasi pemeriksaan didapatkan angka frekuensi karies gigi sulung anak usia 3-5 tahun sebesar 75%
dengan def-t rata-rata 5,2 (Supartinah, 1982). Tahun 1985 dilaporkan fekuensi karies gigi di 100
Sekolah Taman Kanak-kanak di Yogyakarta sebesar 85 %, tanpa melaporkan indeks def-nya (Rinaldi
dan Iwa-Sutardjo, 1985). Di Medan frekuensi karies gigi sulung anak usia balita karena minum susu
botol di beberapa Puskesmas adalah 61 % (Lina dan Situmorang, 1985). Frekuensi karies gigi sulung
merupakan indikator kesehatan gigi anak usia prasekolah yang diperlukan untuk menilai keadaan
kesehatan gigi sekaligus juga keberhasilan upaya kesehatan gigi anak usia prasekolah dan usia
balita.(6)

Anak usia 2-4 tahun umumnya sudah mempunyai gigi sulung yang lengkap yaitu berjumlah 20 buah
dan perilaku anak dalam menjaga kesehatan termasuk kesehatan gigi masih sangat tergantung pada
orang dewasa terutama ibu yang merawatnya. Kesehatan gigi anak usia ini dipengaruhi oleh perilaku
ibu khususnya dalam menjaga kebersihan gigi maupun dalam memberikan makanan minuman yang
dapat menyebabkan karies gigi.

Kelurahan Tegalsari merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Candisari.
Letak kelurahan yang berada ditengah kota dan berbentuk perkampungan menyebabkan banyak
tersedia kemudahan dalam mendapatkan variasi konsumsi makanan dan minuman kariogenik dan
keragaman tingkat pendidikan ibu yang akan turut mempengaruhi keadaan kesehatan gigi anak pada
usia 2-4 tahun yang umumnya masih diasuh oleh ibu. Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik
untuk mengetahui gambaran keadaan kesehatan gigi anak pada usia 2-4 tahun di Kelurahan Tegalsari.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut “ Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan praktek ibu dalam pemberian makanan
jajanan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik dan status karies gigi pada anak usia
2-4 tahun di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari Kota Semarang.”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan praktek ibu dengan frekuensi konsumsi makanan
jajanan kariogenik dan status karies gigi pada anak usia 2-4 tahun di Kelurahan Tegalsari Kecamatan
Candisari Kota Semarang.

2. Tujuan khusus

Mendapatkan informasi tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 2-4 tahun di Kelurahan Tegalsari
Mengetahui jenis-jenis makanan jajanan menurut status kariogenitas jajanan yang sering dikonsumsi
oleh anak usia 2-4 tahun

Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan frekuensi
konsumsi makanan jajanan kariogenik anak usia 2-4 tahun. Mengetahui hubungan praktek ibu dalam
pemberian makanan jajanan dengan frekuesi konsumsi makanan jajanan kariogenik anak usia 2-4
tahun. Mengetahui hubungan frekunsi konsumsi makanan jajanan kariogenik dengan tingkat
keparahan karies gigi pada anak usia 2-4 tahun. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dalam
pemberian makanan jajanan dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 2-4 tahun.
Mengetahui hubungan praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan tingkat keparahan
karies gigi pada anak prasekolah usia 2-4 tahun.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung dalam melakukan
penelitian dan penulisan karya ilmiah.

Bagi masyarakat

Menjadi bahan masukan dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap karies gigi dan perawatan
gigi sejak masih anak-anak.

Bagi Instansi terkait

Menjadi bahan masukan untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan upaya kesehatan gigi
anak usia prasekolah dan usia balita

Bagi mahasiswa

Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang karies
gigi.

Anda mungkin juga menyukai