Anda di halaman 1dari 11

‘’HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MENYIKAT GIGI

DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH’’

Disusun guna memenuhi Tugas mata kuliah metodologi penelitian

Dosen Pembimbing :

Titi Indriyati,SKM.,M.Epid

Disusun Oleh :

Amani Nur Solehah (1032181041)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA
TA.2020-2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karies merupakan suatu kondisi patologis yang menyebabkan terjadinya


disolusi struktur gigi akibat produk dari hasil aktivitas metabolik bakteri (Kidd
dan Fejerkov, 2016). Karies atau gigi berlubang merupakan penyakit rongga
mulut yang banyak ditemui di masyarakat.
Prevalensi karies di Indonesia menyentuh angka 45,3% yaitu tertinggi di
antara penyakit gigi lainnya (Kemenkes RI, 2018). Tingginya prevalensi karies di
Indonesia menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia terhadap
kesehatan gigi dan mulut masih rendah sehingga dibutuhkan upaya untuk
menurunkan prevalensi karies (Suratri dkk., 2018).
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemui di
masyarakat. Karies gigi banyak menyerang pada anak-anak dikarenkan anak-anak
menyukai makanan yang manis yang bisa menyebabkan karies gigi. Di Indonesia
karies gigi masih menjadi masalah utama dan mengenai 60—90% murid sekolah.
Hasil penelitian di Jakarta menunjukkan 85% anak prasekolah sudah mengalami
karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit atau kelainan yang terjadi pada
jaringan keras gigi akibat demineralisasi jaringan keras gigi. Hal ini karena
adanya interaksi antara host (keadaan gigi dan saliva), mikroorganisme dalam
mulut, subsrat (sisa makanan), bakteri dan host, serta waktu (Andayasari dkk,
2016).
Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi sangat penting. Karies gigi
merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemui di masyarakat.
Karies gigi banyak menyerang pada anak-anak karena anak-anak menyukai
makanan yang manis yang bisa menyebabkan karies gigi. Di Indonesia karies gigi
masih menjadi masalah utama dan mengenai 60—90% murid sekolah. Hasil
penelitian di Jakarta menunjukkan 85% anak prasekolah sudah mengalami karies
gigi. Karies gigi merupakan penyakit atau kelainan yang terjadi pada jaringan
keras gigi akibat demineralisasi jaringan keras gigi. Hal ini karena adanya
interaksi antara host (keadaan gigi dan saliva), mikroorganisme dalam mulut,
subsrat (sisa makanan), bakteri dan host, serta waktug karena merupakan faktor
yang penting dalam memberikan pengaruh pada kesehatan dan penyakit gigi
anak. Pengetahuan iu didasari juga oleh bebrapa faktor sepeti pekerjaan, tingkat
pengetahuan, pengalaman mengasuh anak , lingkungan tempat tinggal serta status
ekonomi. Salah satu faktor yang jelas mempengaruhi yaitu lingkungan dan tempat
tinggal responden. (Rompis, 2016).
Pada penelitian ini, fokus penelitian terletak pada hubungan pengetahuan ibu
tentang menyikat gigi dengan kejadian karies gigi pada usia anak prasekolah.
Peneliti tertarik untuk meneliti topik ini karena Ibu merupakan salah satu
pemegang peran penting dalam pencegahan karies pada usia prasekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana ada hubungan pengetahuan ibu tentang menyikat gigi dengan kejadian
karies gigi pada anak usia prasekolah?

1.3 Pertanyaan Peneliti

Apakah pengetahuan ibu yang baik tentang kesehatan gigi dan mulut
dapat menurunkan tingkat karies pada anak prasekolah?

1.4 Tujuan Penilitian

1.4.2.1.1.1 Tujuan Umum


Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang
menyikat gigi dengan kejadian karies gigi pada anak
usia prasekola

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1.1 Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang menyikat


gigi

1.4.2.1.1.2 Mengidentifikasi kejadian karies gigi pada anak usia


prasekolah

1.5 Manfaat Penelitian

1.4.2.1.1.5.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dalam


bidang keperawatan yaitu tentang kejadian karies gigi
dengan cara memberikan informasi dan memberikan
kuesioner.

1.4.2.1.1.5.2 Manfaat Praktis

.5.2.2 Bagi respoden

Yaitu untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan


tentang ibu menggososk gigi dengan kejadian karies
gigi pada anak usia prasekolah . sehingga ibu dapat
mebebrikan informasi kepada anak tentang menyikat
gigi sehingga dapat mencegah kejadian karies gigi pada
anak usia prasekolah.

.5.2.2 Hasil penelitian selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk
mempermudah dalam mengkaji permasalahan tentang
kejadain kebersihan gigi pada anak usia prasekolah

1.4.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan tentang hubungan pengetahuan ibu


tentang menyikat gigi dengan kejadian karies gigi pada anak usia
prasekolah. Sample penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun yang
memenuhi kriteria inklusi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Menyikat Gigi


dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Prasekolah ini bertujuan untuk meneliti
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki ibu dalam menyikat gigi anaknya
terhadap tingkat karies gigi pada anak prasekolah. Tinjauan pustaka secara singkat
akan membahas tentang karies gigi pada anak, pengetahuan ibu, dan cara menyikat
gigi dengan benar.

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Karies Gigi

Karies merupakan penyakit mulut yang paling umum di dunia.


Prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8 %, tertinggi di antara
penyakit gigi dan mulut lainnya (Kemenkes RI, 2018). Karies bersifat
kronis dan menyebabkan larutnya jaringan keras pada gigi karena
adanya asam hasil fermentasi bakteri. Karies dikenal sejak 5000 SM
yang merupakan penyakit disebabkan oleh tooth worms (Xuedong,
2016).

Karies diketahui sebagai penyakit mulut yang multifaktor atau


disebabkan oleh interaksi antarfaktor. Faktor yang berperan dalam
terjadinya karies adalah bakteri, inang, diet, dan waktu. Inang
merupakan permukaan gigi antara lain email, dentin, dan sementum
yang dapat dilekati oleh bakteri. Bakteri yang menyebabkan karies
disebut bakteri kariogenik, terdiri atas Lactobacillus sp. dan
Streptococcus mutans. Faktor diet terdiri atas makanan yang
mengandung karbohidrat atau glukosa yang dapat menjadi asam saat
dihidrolisis oleh bakteri kariogenik. Ketiga faktor tersebut dalam
waktu yang cukup dapat menyebabkan terbentuknya kavitas pada
permukaan gigi (Acevedo, 2016).

2.1.2 Patofisiologi Karies

Terjadinya karies diawali dengan akumulasi biofilm atau plak pada


permukaan gigi. Salah satu bakteri yang terdapat pada plak gigi adalah
Streptococcus mutans (Featherstone, 2008). Streptococcus mutans merupakan
bakteri kariogenik yang dapat melakukan metabolisme gula menjadi asam
organik, salah satunya adalah asam laktat yang berperan penting dalam
pembentukan karies.
Ketika asam yang dihasilkan S. mutans meningkat, pH di sekitar
permukaan gigi akan menurun menjadi asam dan mulai terjadi demineralisasi
struktur permukaan gigi. Demineralisasi mengakibatkan hilangnya mineral
yang berdampak pada bertambahnya porositas, melebarnya jarak antara kristal
email dan menipisnya permukaan gigi. Proses demineralisasi dapat terhenti
saat gula dibersihkan dari rongga mulut dan saliva sebagai buffer menetralisir
pH yang asam. Remineralisasi dimulai ketika gigi menerima ion fosfat,
kalsium, dan fluor yang cukup. Jika asam tetap terbentuk dan pH terus
menurun proses demineralisasi dapat berlanjut hingga terbentuk kavitas pada
email, dentin, dan permukaan akar (Pitts dkk., 2017).

2.1.3 Penyebab Karies


Faktor penyebab karies gigi yaitu oleh bakteri Streptococcus dan
Lactobacilli.karena baketri ini yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada
makanan menjadi asam yaitu dengan melalui fermentasi. Dan asam terus di
produksi oleh bakteri muali bekerja 20 menit setalah makan (Pratiwi, 2007).
Berdasarkan penelitian bahwa faktor penyebab ialah mengkonsumsi
makanan kariogenik yaitu kebiasaan mengkonsumsi makanan atau minuman
yang dapat memicu timbulnya kerusakan gigi .Seperti akanan yang kaya akan
gula serta makanan yang lunak dan melekat pada gigi, seperti: permen,
cokelat, biskuit, roti, cake, es krim, dan makanan atau minuman manis lainnya
dan menyebabkan risiko untuk menderita karies gigi bila mengkonsumsi
makanan kariogenik 3 kali sehari. (Nurlilah, 2010). Penyebab dari karies gigi
adalah adanya interaksi berbagai faktor, diantaranya adalah faktor perilaku
dalam memelihara kebersihan gigi, mulut, faktor diet, atau kebiasaan makan
dan faktor ketahanan dalam kekuatan gigi (Parianti, 2018).

2.1.4 Faktor resiko

Akibat menurut karies gigi tentunya mengakibatkan rasa sakit dalam


subjek, berupa rasa sakit impulsif juga lantaran adanya rangsang prosedur
menurut kuliner itu sendiri, yg dalam akhirnya akan mengganggu fungsi
pengunyahan. Terganggunya fungsi pengunyahan akan berpengaruh dalam
asupan zat gizi dalam responden & berpengaruh terhadap status gizinya. Anak
menggunakan fungsi pengunyahan yg terganggu akan menghindari atau
menentukan kuliner tertentu, sebagai akibatnya asupan kuliner akan berkurang
& akan berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut (Kartikasari, 2014)

2.2 Sikat Gigi

Sikat gigi adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya


karies. Sikat gigi adalah cara yang digunakan untuk proses pembersihan gigi
dari kotoran atau plak di gigi. Menyikat gigi adalah metode untuk
mengobntrol jumlah plak secara mekanis. Beberapa sikat gigi memiliki
ukuran, desain, tekstur dan kekerasan bulu yang berbeda-beda.
Metode menyikat gigi beragam, yaitu Bass, Stillman, Horizontal,
Vertical, dan Roll. Berbagai metode yang digunakan menunjukkan gerakan
yang berbeda-beda. Pada metode horizontal, gigi disikat ke arah kiri dan
kanan, serta ke depan dan belakang. Metode horizontal sesuai dengan bentuk
anatomis dari permukaan oklusal dan masuk ke sulkus interdental secara lebih
baik. Metode vertical adalah metode dengan gerakan menutup rahang dan gigi
disikat ke atas dan ke bawah. Metode roll adalah metode dengan
mengarahkan sikat ke akar gigi dan digerakkan perlahan dengan membentuk
lengkungan pada permukaan gigi.
Menurut Haryanti dkk (2014), metode roll adalah metode yang baik
untuk kontrol plak pada anak usia 6-12 tahun. Metode ini mudah untuk
dilakukan serta efektif untuk membersihkan plak dan mencegah terjadinya
karies pada anak usia 6-12 tahun.

2.5 Pengetahuan Ibu


Pengetahuan merupakan hasil yang didapatkan dari seseorang melalui
proses penginderaan. Seorang ibu sebagai salah satu orang yang penting bagi
anaknya perlu mengenal dan memahami kesehatan gigi dan mulut secara
cukup. Tingkat pemahaman dalam pengetahuan ibu dipengaruhi oleh berbagai
hal, antara lain tingkat pendidikan, usia, lingkungan, status sosial ekonomi,
informasi yang didapat dari media, dan pengalaman. Selain itu, ibu juga perlu
membiasakan untuk menyikat gigi bersama anak agar anak dapat mencontoh
dengan baik (Rompis dkk., 2016)

2.6 Keaslian Penelitian


Penelitian sebelumnya oleh Jyoti dkk (2019) membahas mengenai
hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku ibu terhadap kejadian
karies anak di TK Titi Dharma, Denpasar. Variabel yang diteliti adalah tingkat
pengetahuan dan perilaku yang dilakukan oleh ibu dan tingkat karies pada
anak. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah 67,9% dari ibu
berpengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut anak dengan baik, serta
terdapat 65,22% ibu yang perilakunya baik dalam merawat gigi anak. Tingkat
karies pada siswa TK Titi Dharma Denpasar adalah 3,9 atau sedang.
Penelitian lain yang digunakan sebagai jurnal acuan adalah penelitian
Haryanti dkk. (2014) yang membahas efektivitas penyikatan gigi
menggunakan metode horizontal, vertikal, dan roll pada anak-anak berusia 9
sampai 11 tahun. Variabel yang diteliti adalah keberhasilan atau efektivitas
dari masing-masing metode penyikatan yaitu horizontal, vertikal, dan roll.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa metode sikat gigi yang efektif untuk
anak usia 9 sampai 11 tahun adalah metode roll.

2.7 Kerangka Teori

Pengetahuan

Faktor-faktor yang Faktor penyebab karies


memepengaruhipengetahuan gigi:

1.Pendidikan .1. bakteri Streptococcus


dan Lactobacilli
2. Usia
2. faktor diet
3Lingkungan
3. Faktor makan yang
4. sosial ekonomi manis
5.informasi
DAFTAR PUSTAKA

Acevedo, A., 2016, Role of Fluoride in Dental Caries and Risk Management,
J Clin Dent.
Andayasari, Rofingatul, Muljati, Jovina, Surarti, Nurhayati, Indirawaty. 2016.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi Pada Anak
Taman Kanak-kanak. 6.(2), 1-10.
Haryanti, D., Adhani, R., Aspriyanto, D., dan Dewi, I. 2014. Efektivitas
Menyikat Gigi Metode Horizontal, Vertical, dan Roll Terhadap
Penurunan Plak pada Anak Usia 9-11 Tahun. Dentino. 11(2): 150-154.
Jyoti, N., Giri, P., Handoko, S., Kurniati, D., dan Rahaswanti, L. 2019.
Hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dalam merawat gigi
anak terhadap kejadian karies anak di TK Titi Dharma Denpasar. Bali
Dental Journal. 3(2): 96-102.
Kemenkes RI, (2018) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia tahun 2018, Jakarta: Kemenkes.
Kidd, E., dan Fejerkov, O., (2016) Essentials of Dental Caries (4th ed.).
London: Oxford University Press. Hal. 17
Rompis, C., Pangemanan, D., dan Gunawan, P. 2016. Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Kesehatan Gigi Anak Dengan Tingkat Keparahan Karies
Anak TK di Kota Tahuna. Jurnal e-GiGi. 4(1), 1-7.
Pratiwi. 2007. Gigi Sehat. Penerbit Kompas Media Nusantara.
Parianti. 2018. Analisi Faktor Yang Berpengaruh Terhadapa Status Karies
Gigi Sulung Pada Anak TK Aisyiyah Btp .Volume17.(2),1-11
Xuedong, Z., (2016) Dental Caries Principles and Management. Chengdu:
Springer.

Anda mungkin juga menyukai