( SISTEM MUSKULOSKELETAL )
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. N DENGAN RUPTUR
ROTATOR CUFF DI RUANG RUBBY RS RADJAK HOSPITAL
SALEMBA (Tanggal 27 – 8 januari)
DI SUSUN OLEH:
ARVELLA FATHARANI (1032181029)
a. Patofisiologi
Dari keempat tendon yang terdapat pada rotator cuff ini, yang
berisiko tinggi mengalami cedera adalah tendon supraspinatus. Biasanya
terjadi karena terjadi tarikan secara tiba-tiba, misalnya, jatuh dengan
tangan lurus atau abduksi yang tiba-tiba melawan beban berat yang
dipegang dengan tangan. Pada orang tua, ruptur dapat terjadi akibat trauma
yang ringan saja, misalnya disebabkan oleh adanya degenerasi pada
“rotator cuff”. Pada keadaan tersebut, biasanya tanpa disertai keluhan
nyeri. Keluhannya hanya berupa kesulitan mengabduksi lengan. Otot dan
tendo supraspinatus dapat menjalarkan nyeri ke lengan, nyeri dirasakan
sebagai nyeri dalam di sisi lateral bahu, bagian tengah otot deltoid turun ke
insersi deltoid. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epicondylus lateral siku.
Penyembuhan trigger point dapat dilakukan dengan mengatur posisi pasien
berbaring miring atau duduk. Sisi medial trigger point biasanya lebih
sensitif. Dengan posisi lengan flexi, penekanan dilakukan di atas trigger
point yang terletak di atas spina clavicular, sebelah lateral batas vertebra
(bagian atas bahu, agak ke belakang).
c. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, umumnya pasien dilaksanakan pemeriksaan
Drop-Arm Test atau Tes Moseley, tes ini dilakukan untuk mengungkapkan
ada tidaknya kerusakan pada otot-otot serta tendon yang menyusun
rotator cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder pasien sampai
900 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara perlahan-lahan
pada sisi tersebut sebisa mungkin. Tes ini positif jika pasien tidak dapat
menurunkan lengannya secara perlahan-lahan atau timul nyeri hebat pada
saat mencoba melakukan gerakan tersebut, hasil test positif indikasi
cidera pada rotator cuff complex.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Cedera rotator cuff dapat dibuktikan dari pengkajian riwayat aktivitas
pasien dan gejala nyeri bahu yang dirasakan oleh pasien. Selama
pemeriksaan, dokter dapat mengobservasi peningkatan rasa nyeri yang
spesifik dan kelemahan pada bahu ketika membandingkan kekuatan
antara lengan yang sehat (berfungsi dengan baik) dengan lengan yang
mengalami cedera.
2) Pemeriksaan X-Ray pada bahu akan dilakukan jika terdapat dugaan
terjadinya cedera/kerobekan pada rotator cuff. Pemeriksaan X-Ray
pada bahu tidak begitu perlu dilakukan sebelum melakukan treatment
(pengobatan) awal, namun jika gejalanya tetap ada, pemeriksaan X-
Ray harus dilakukan terlebih dahulu. Dokter akan mencari tanda-tanda
cedera rotator cuff meskipun cedera rotator cuff itu tidak dapat
dilihat/dideteksi oleh X-Ray yang biasa. Tanda-tanda dalam sebuah
masalah cedera rotator cuff ini adalah dimana terdapat ruang sempit
pada rotator cuff dan adanya tonjolan tulang di sekitar tendon rotator
cuff.
3) Pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk mendiagnosa cedera
rotator cuff adalah MRI. Pameriksaan MRI sangat membantu karena
dapat menunjukkan cedera rotator cuff secara keseluruhan dan cedera
rotator cuff parsial/sebagian. Pemeriksaan MRI juga dapat
menunjukkan fakta terjadinya bursitis dan masalah-masalah cedera
bahu lainnya, termasuk cedera rotator cuff ini.
e. Penatalaksanaan
1. Pengobatan cedera rotator cuff tergantung pada keparahan cedera
pada tendon rotator cuff dan kondisi dasar pasien. Sama halnya
dengan cedera rotator cuff yang kompleks, pengobatan standar
diawali dengan tindakan konservatif. Cedera rotator cuff tidak dapat
sembuh dengan baik dalam waktu yang singkat. Cedera ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki dan
menstabilisasi ukuran. Pada pasien yang usianya lebih muda (anak-
anak dan remaja), hal ini akan menjadi masalah apabila cedera
tersebut tidak segera diperbaiki/ditangani dengan baik dan dalam
waktu yang tepat. Cedera rotator cuff yang kronik dapat menyebabkan
terjadinya nyeri kronik, kelemahan, berkurangnya pergerakan, dan
dapat terjadi arthritis jika tidak segera ditangani. Cedera rotator cuff
ini tidak selalu membutuhkan tindakan operasi untuk
menyembuhkannya, biasnya pengobatan awal yang sering dilakukan
adalah pengobatan secara non-operatif/tanpa pembedahan. Meskipun
ukuran rotator cuff yang mangalami cedera tidak menunjukkan
perbaikan setelah dilakukan tindakan konservatif, namun gejala-
gejalanya dapat berkurang. Sedangkan jika ditemukan cedera rotator
cuff pada yang usianya muda (anak-anak dan remaja), maka
disarankan untuk melakukan tindakan operasi secepatnya agar tidak
terjadi masalah yang lebih parah.
Pasien umumnya diterapi untuk mengurangi rasa sakitnya terlebih
dahulu. pengobatan non-operative nyeri bahu yang berkaitan dengan
robekan rotator cuff yaitu dengan pemberian obat-obatan oral yang
berfungsi sebagai penghilang rasa sakit seperti obat anti inflamasi,
analgesik topikal dan bila perlu dapat diberikan injeksi steroid atau
injeksi anestesi lokal untuk memblokir rasa sakit dan dan dilanjutkan
dengan pengobatan anti-inflamasi.
Awal terapi fisik mungkin mampu menghilangkan nyeri dan
membantu untuk mempertahankan gerak. terapi fisik konservatif
dimulai dengan istirahat dan pembatasan gerak sejak terjadinya
trauma. Dalam situasi normal, peradangan biasanya dapat
dikendalikan dalam waktu 1 sampai 2 minggu dengan menggunakan
NSAIDs dan injeksi steroid subacromial untuk mengurangi
peradangan.
Icing mematikan rasa daerah itu untuk mengurangi nyeri dan juga
mempersempit pembuluh darah untuk meminimalisasi bengkak dan
memar. pendinginan lebih dari 15-20 menit akan menimbulkan cedera
berbeda pada jaringan lunak.
Nyeri
Kurang
pengetahuan
Rasa sakit
hebat Resiko
Gangguan Kurang pajanan infeksi
mobilitas fisik informasi
Cemas
Upaya aktivitas
berlebihan
Teknik
Resiko Perubahan tidak steril
Kontraktur status
sendi kesehatan Tindakan
pembedahan
Syndrom use
Kekakuan less
sendi Tidak ada
perbaikan
Tidak ada
pergerakan Membatasi gerak
a. Inspeksi:
Kesimetrisan
Klavikula, sendi akromioklavikular, klavikulosternal Sulkus deltopektoral,
kelompok otot, skapula
b. Palpasi:
Periksa dari belakang pasien Akromiaon, puncak korakoid, muskulus deltoid
Sendi akromioklavikular selama fleksi dan abduksi Sulkus bisipital selama
rotasi internal dan eksternal
c. Evaluasi bahu untuk:
1). Atrofi otot
2). Aktif dan pasif ROM; pasien dengan manset air mata biasanya memiliki
pasif lebih besar dari ROM aktif.
Kekuatan otot: Aktif di bidang skapula (supraspinatus) Aktif eksternal rotasi
dengan lengan di samping (infraspinatus) Gerber lift-off test (mengangkat
tangan dari punggung bawah) dan tekan perut (menekan tangan ke dalam
perut ketika mencoba untuk menjaga siku jatuh posterior) (subscapularis)
Menyingkirkan patologi tulang belakang leher.
2. Diagnosis keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan otot yang
ditandai dengan rasa sakit di area bahu pasien, bahu pasien tampak
bengkak, dan iritasi, serta pasien terlihat meringis kesakitan
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gejala penyakit yang
ditandai dengan pasien tampak lemah, cemas, takut, gelisah, tidak dapat
rileks, merintih, berkeluh kesah dan menyatakan ketidaknyamanan
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan
pembedahan, perubahan status kesehatan yang ditandai dengan pasien
gelisah, takut, khawatir, tampak waspada, tegang, dan pasien sering
bertanya tentang kondisi kesehatannya
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
tindakan pembedahan yang ditandai dengan pasien bingung, dan
mengungkapkan ataupun menanyakan kondisi dan efek terapi yang
diperolehnya
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasive yang tidak steril
f. Resiko kontraktur sendi berhubungan dengan kekakuan sendi
3. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil Keperawatan
1 Nyeri Tujuan: NIC:
berhubungan NOC: Pain level, Pain Management
dengan inflamasi pain control 1. Kaji ulang lokasi, 1. Untuk mengetahui
4. Daftar Pustaka
Amin & Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Rasjad C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone.