Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Nyeri pada bahu merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup

gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga
timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma.Keluhan utama
yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan
keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif.
Nyeri bahu secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan
terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff,
capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal
terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan penyakit tersebut. Frozen
shoulder juga dapat disebabkan oleh trauma langsung pada bahu, immobilisasi atau
disuse dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur disekitar bahu yang pada fase
penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak aktif yang dilakukan secara teratur pada
bahunya, disamping itu juga karena faktor immunologi serta hubungannya dengan
penyakit lain misalnya: Tuberkulosa paru, hemiparase,ischemic heart desease,
bronchitis kronis dan Diabetus Melitus.
Tendinitis merupakan peradangan pada tendon. Peradangan tersebut bisa
disebabkan oleh beberapa sebab, misalnya dikarenakan oleh regangan, olaraga yang
berlebihan, luka, repitisi gerakan, gerakan yang tidak biasa dan tiba-tiba. Sebagian besar
tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia lanjut, karena tendon menjadi lebih
peka terhadap cedera..
1.2

Latar Belakang
1. Bagaimana anatomi dan fisiologis shoulder?
2. Apakah definisi tendinitis supraspinatus?
1

3. Bagaimana etiologi tendinitis supraspinatus?


4. Bagaimana patofisiologi tendinitis supraspinatus?
5. Bagaimana gejala dan tanda tendinitis supraspinatus?
6. Bagaimana diagnosa tendinitis supraspinatus?
7. Bagaimana prosedur pemeriksaan Bahu pada kasus Tendinitis
Supraspinatus?
8. Bagaimana cara penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Tendinitis
Supraspinatus?
9. Bagaimana prognosis tendisitis supraspinatus?
1.3

Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fisiologis shoulder
2. Mengetahui definisi tendinitis supraspinatus
3. Mengetahui etiologi tendinitis supraspinatus
4. Mengetahui patofisiologi tendinitis supraspinatus
5. Mengetahui gejala dan tanda tendinitis supraspinatus
6. Mengetahui diagnosa tendinitis supraspinatus
7. Mengetahui prosedur pemeriksaan Bahu pada kasus Tendinitis
Supraspinatus
8. Mengetahui cara penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Tendinitis
Supraspinatus
9. Mengetahui prognosis tendisitis supraspinatus

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologis Shoulder Joint
Shoulder adalah sendi proksimal dari ekstremitas atas dan merupakan sendi yang
paling mobile dari semua sendi-sendi dalam tubuh manusia. Bergerak dalam 3 bidang
yaitu sagital (flexi-extensi), frontal (abd-add) dan transversal (horizontal abd-add).
Sendi shoulder terdiri dari 4 tulang yaitu os. humerus, os. scapula, os. klavikula dan os.
sternum. Dan sendi shoulder ini merupakan sendi yang kompleks yang terdiri dari
beberapa sendi yaitu sendi glenohumeral, acromioclavicular, sternoclavicular ,
coracoclavicular dan scapulothoracic dimana setiap gerakannya saling ketergantungan
satu dengan yang lainnya.
Beberapa otot pada sendi shoulder adalah Rotator Cuff yang terdiri dari m.
supraspinatus, m. infraspinatus, m. teres minor, m. subscapularis (SITS). Pada scapula
terdiri dari m. rhomboids (major & minor), m. pectoralis minor, m. trapezius, m. levator
scapulae, m. serratus anterior. Dan pada humerus terdiri dari m. latissimus dorsi, m.
triceps, m. pectoralis major, m. biceps, m. deltoid, m. coracobrachialis, m. teres major.
Berikut mengenai origo, insersio, persyarafan dan funsi dari Rotator Cuff:
Supraspinatus
Origo

: fossa supraspinatus

Insersio

: diatas tuberculum majus

Persyarafan

: nervus suprascapularis (C5)

Fungsi

: abduksi

Infraspinatus
Origo

: fossa infraspinata

Insersio

: tuberculum majus, agak dorsal dan distal dari insersio otot


Supraspinatus

Persyarafan

: nervus suprascapularis (C5)

Fungsi

: eksorotasi

Subscapularis
Origo

: permukaan scapula ventral


3

Insersio

: tuberculum minus

Persyarafan

: nervus subscapularis superior dan inferior (C5-C6)

Fungsi

: endorotasi

Teres minor
Origo

: permukaan belakang lateral scapula

Insersio
Persyarafan
Fungsi

: distal dari tuberkulum majus humerus


: nervus axillaris (C5)
: membantu gerakan abduksi horizontal

Otot supraspinatus merupakan sebuah otot yang terdapat pada fascia supraspinatus
dan fossa supraspinatus. Otot ini sebagian tertutup oleh m. trapezium (pada daerah
origo) dan sebagian oleh m. deltoideus (pada daerah insertio). Berjalan diatas kapsul
sendi sampai permukaan atas tuberkulum majus. Melekat pada humerus tepat pada
lekukan sendinya. Ligaments pada sendi ini adalah ligament cromioclavicular, ligament
coracoclavicular (trapezoid dan conoid), ligament transverse, ligament sternoclavicular,
ligament Corocoacromial dan ligament Costoclavicular.

A. Biomekanik Shoulder
Gerakan yang terjadi pada shoulder joint adalah gerakan flexi-extensi, abduksiadduksi, external-internal rotasi, dan kombinasi gerakan (horizontal abduksi-adduksi,
circumduction). Setiap sendi memiliki tipe sendi dan pergerakan yang berbeda baik

ostheokinematika dan arthokinematika menurut bentuk permukaan sendinya, berikut


penjelasannya:
1. Glenohumeral Joint
Sendi glenohumeral memiliki tipe sendi ball and socket joint. Dibentuk oleh cavitas
glenoidalis (concave) dengan caput humeri (convex). Dimana pemukaan sendi yang
berbentuk

convex

bergerak

pada

concave

sehingga

ostheokinematika

dan

arthokinematikanya berlawanan. Resting posisinya adalah 70 fleksi shoulder dan 30


fleksi (horizontal adduksi). Dan Close Pack Position (CPP) adalah 90 abd shoulder dan
full exorotasi. Sendi glenohumeral memiliki beberapa gerakan, yaitu:
a)

Flexi - extensi:
Fleksi dihambat oleh ligament glenohumeral inferior
Ekstensi dihambat oleh ligament glenohumeral superior dan middle
Arthokinematika:
Flexi
: glide posterolateral
Extensi
: glide anteromedial
b)
Abduksi - adduksi:
Abduksi dihambat oleh ligament glenohumeral inferior
Adduksi dihambat oleh trunk
Arthrokinematika:
Abduksi : glide ke inferior
c)
Eksorotasi - endorotasi
Eksorotasi dihambat oleh ligament coracohumeral (superior medial - inferior)
Endoroatasi dihambat oleh ligament coracohumeral inferior
Arthrokinematika:
Endorotasi : glide posterolateral
Exorotasi : glide anteromedial
2. Sternoclavicula Joint
Dibentuk oleh sternum (saddle-shaped manubrium sterni) dan clavicula (saddleshaped medial end of clavicula). Memiliki tipe sendi saddle joint. Pada sendi ini ada
beberapa gerakan diantaranya :
a)
Elevasi depresi
Elevasi dibatasi oleh ligament Costoclavicula, ligament interclavicula dan oleh

b)

c)

m. subclavius.
Depresi dibatasi oleh costa 1.
Protraksi retraksi
Protraksi dibatasi oleh ligament sternoklavikula posterior dan ligament
costoclavicular.
Retraksi dibatasi oleh ligament sternoclavicula anterior.
Anterior - posterior rotasi, total ROM 3
5

Gerakan ini terjadi bila lengan elevasi.


Dibatasi oleh ligament acromioclavicular, ligament trapezoid dan ligament
conoidea.
3. Acromioclavikula Joint
Dibentuk oleh acromion (concave menghadap ke medial) dan clavicula (convex).
Memiliki tipe sendi yaitu plane atau gliding joint . Serta diperkuat oleh kapsul sendi,
ligament conoidea dan ligament trapezoid (ligament coracoclavicular),

ligament

acromioclavicular cranial dan caudal. Close Pack Position dalam protraksi penuh. Sendi
ini juga memiliki gerakan, antara lain:
a)

Protraksi-retraksi (concave bergerak pada convex)


Protraksi dihambat oleh ligament conoidea
Retraksi dihambat oleh lig trapezoidea
Arthrokinematika
Protraksi : acromion rolling dan sliding ke ventral
Retraksi : acromion rolling dan sliding ke dorsal

b)

Abduksi adduksi (concave bergerak pada convex)


Abduksi dihambat oleh ligament trapezoidea
Adduksi dihambat oleh ligament conoidea
Arthrokinematika
Abduksi : acromion rolling dan sliding ke proksimal
Adduksi : acromion rolling dan sliding ke distal
Anterior-posterior rotasi (ROM 30)
Rotasi ke anterior menyebabkan scapula sedikit terangkat ke depan sehingga

c)

angulus inferior menjauhi thorax.


Rotasi ke posterior menyebabkan scapula sedikit terangkat ke belakang
sehingga angulus inferior menekan thorax.
Gerakan rotasi dihambat oleh ligamen conoidea dan trapezoidea
2.2 Definisi
Tendinitis merupakan peradangan pada tendon. Tendinitis pada bahu, rotator cuff
dan tendon biceps bisa terjadi radang biasanya sebagai akibat dari terjepitnya strukturstruktur yang ada di sekitarnya. Permasalahan yang timbul pada tendinitis supraspinatus
berupa keluhan nyeri bahu yang disertai adanya keterbatasan gerakan sendi bahu.
Daerah nyeri biasanya dirasakan diseluruh daerah sendi bahu dan rasa nyeri bertambah
saat lengan diangkat.
6

2.3 Etiologi
Tendinitis

supraspinatus

adalah

penyebab

tersering

keluhan

nyeri

bahu.

Permasalahan yang timbul pada tendinitis supraspinatus berupa keluhan nyeri bahu
yang disertai adanya keterbatasan gerakan sendi bahu. Daerah nyeri biasanya dirasakan
diseluruh daerah sendi bahu dan rasa nyeri bertambah saat lengan diangkat.
Tendon mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah yang mengalir melalui
tendon. Pembuluh darah tendon rentan terhadap penguluran, tekanan dan trauma yang
berulangulang. Adanya cidera atau trauma menyebabkan terjadinya kerobekan serabutserabut tendon, sehingga akan terjadi perubahan pada tendon. Cairan yang keluar dari
sistem sirkulasi akan mengambil tempat ke arah celah tendon yang robek dan dapat
menjalar ke sekitarnya kemudian cairan tersebut mengendap dan membentuk hematom.
Hematom ini akan menekan ujungujung saraf sensoris di sekitarnya hingga akan
menambah rasa nyeri. Apabila penekanan yang mengakibatkan peradangan ini terjadi
berulangulang maka tendon semakin menebal. Hal ini mengakibatkan gerakan tendon
terbatas atau terhambat. Sehingga suplay darah terganggu yang akan mengakibatkan
tendinitis.
Nyeri bahu pada pekerja yang dalam aktifitasnya harus mengangkat beban berat,
bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan terjadi bila lengan harus diangkat
sebatas atau melebihi tinggi akromion. Posisi yang sedemikian ini bila berlangsung
terus-menerus

juga

akan

menyebabkan

terjadinya

ischemia.

Jadi,

tendinitis

supraspinatus disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan

yang

berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama antara tendon supraspinatus dengan
tendon dari caput longus biseps. Hal ini terjadi karena tendon kedua otot tersebut saling
bertumpang tindih dalam melewati trowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang
dibungkus oleh kapsul sendi glenohumeral sebagai dasarnya dan ligament
coracoacromial serta acromion sebagai penutup atasnya. Terkadang neurovascular yang
mendampingi tendon otot supraspinatus ikut terjebak sehingga terjadi ischemia otot
supraspinatus yang di ikuti atrofi dan parese.
2.4 Patofisiologi
7

Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus humeri, akan
melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan
bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum
coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya.
Disini tendon tersebut akan saling bertumpang tindih dengan tendon dari kaput
longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka
waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot
supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.
Tendinitis supra spinatus dapat disertai ataupun tanpa adanya klasifikasi. Ada
tidaknya klasifikasi mempunyai hubungan langsung dengan ada tidaknya rasa nyeri.
Rasa nyeri dapat timbul bila defosit berdiameter 5 mm atau lebih (kadang defosit
kalsiumnya kurang dari 1,5 cm dimeternya bersifat asimtomatis).
Bila ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu. Rasa
nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Pada malam
hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan bertambahnya nyeri bila lengan diangkat.
Keluhan umum yang biasanya disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir
rambut, memasang konde atau kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung
bahunya terasa nyeri.
2.5 Gejala dan Tanda-Tanda
A. Nyeri
Nyeri bila di tekan pada tendon otot supraspinatus yaitu tepatnya pada
daerah tuberculum majus humeri sedikit proximal. Nyeri tekan juga terjadi pada
otot deltoid medial sebagai nyeri rujukan. Saat lengan digerakan, nyeri yang
paling dirasakan adalah saat lengan melakukan abduksi 600 - 7 00 secara aktif.
Rasa nyeri ini kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Pada
malam hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan bertambahnya nyeri bila
lengan diangkat.
B. Kaku Sendi /Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi
Keterbatasan gerak pada sendi bahu terutama untuk gerakan abduksi dan
eksorotasi. Keluhan nyeri timbul bila lengan diabduksikan aktif dari 600 - 7 00.
8

Keterbatasan ini disebabkan oleh karena adanya rasa nyeri yang dirasakan di
seluruh daerah bahu dan dapat mengganggu tidur.
C. Kelemahan otot dan Atrofi

2.6 Diagnosa
A. Anamnesis
Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
antara terapis dengan sumber data. Dilihat dari segi pelaksanaannya anamnesis
dibedakan atas dua yaitu : Autoanamnesis, merupakan anamnesis yang langsung
ditujukan kepada pasien yang bersangkutan dan Heteroanamnesis, merupakan
anamnesis yang dilakukan terhadap orang lain (keluarga, teman, ataupun orang
terdekat dengan pasien yang mengetahui keadaan pasien tersebut). Anamnesis
yang akan dilakukan berupa:
- Identitas Pasien
Berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, hobi dan
agama. Data yang erat hubungannya dengan penderita tendinitis supraspinatus
berupa umur, menyerang umur setengah baya, pekerjaan dan hobi yang
berhubungan dengan aktivitas sendi bahu yang dilakukan terus-menerus secara
berulang-ulang sehingga menimbulkan gesekan pada tendon otot dengan
struktur-struktur yang berada di sekitarnya.
- Keluhan Utama
Berisi keluhan umum yang mendorong penderita tendinitis supraspinatus
datang ke fisisoterapi adalah rasa nyeri sehingga luas gerak sendi terbatas dan
terganggunya aktivitas yang melibatkan sendi bahu. Keluhannya berupa
kesulitan memakai baju, mengambil dompet dari saku, menyisir rambut,
memasang konde, mengambil bumbu dapur dari rak gantung, mengambil buku
di rak buku atau mengambil suatu barang yang letaknya lebih tinggi dari pada
bahu.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama, yang
berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis dengan jelas dan lengkap
9

serta keterangan tentang riwayat pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya


dan hasil yang diperoleh.
Biasanya terjadi dalam melakukan aktifitas dengan mengangkat beban
berat secara terus menerus. Nyeri memberat ketika mengangkat tangan. Rasa
nyeri ini kumat-kumatan, namun pada malam hari nyeri ini dirasakan terusmenerus.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik maupun
psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Meliputi penyakit sewaktu anakanak, penyakit serius, trauma, pembedahan dan riwayat hospitalisasi. Hal ini
perlu diketahui karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialami ada
hubungannya dengan penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya untuk
penderita tendinitis supraspinatus pernah mengalami trauma bahu.
- Riwayat Keluarga
Dalam hal ini menanyakan tentang penyakit keturunan yang diderita oleh
keluarga pasien itu sendiri. Misalnya: Hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit
jantung.
- Riwayat Status Sosial
Riwayat sosial berisi tentang problem pasien yang akan fisioterapi catat,
misalnya: lingkungan kerja, tempat tinggal, aktifitas rekreasi dan diwaktu
senggang, aktifitas sosial. Untuk penderita tendinitis supraspinatus sering
mengangkat beban berat saat melakukan pekerjaannya.
B. Pemeriksaan Obyektif
- Tanda Vital
Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengetahui keadaan umum
penderita berupa : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, temperatur,
tinggi badan dan berat badan.
- Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati.
Pemeriksaan pada penderita tendinitis supraspinatus unilateral akan terlihat
perbedaan yang sangat mencolok antara bahu yang mengalami gangguan dengan
bahu yang tidak mengalami gangguan. Dijumpai adanya pembengkaan dan
kemerah-merahan di sekitar sendi bahu karena adanya peradangan. Terkadang
-

juga dijumpai adanya atrofi otot supraspinatus.


Palpasi
10

Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan jalan meraba, menekan, dan


memegang bagian tubuh pasien untuk mengetahui tentang adanya spasme otot,
nyeri tekan maksimum, suhu, oedema (pitting atau non-pitting), kelembaban
kulit dan tonus otot (hipertoni, normal dan hipotoni). Pada kasus ini akan
dijumpai spasme otot sekitar bahu, nyeri tekan pada tendon m. supraspinatus
yaitu pada tuberculum mayor humeri, dan adanya peningkatan suhu lokal di
daerah bahu.
- Auskultasi
Auskultasi adalah merupakan pemeriksaan dengan menggunakan indera
pendengaran menggunakan alat bantu stetoskop. Pada kondisi tendinitis
-

supraspinatus tidak dilakukan.


Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk mengetahui
keadaan suatu rongga pada bagian tubuh tertentu. Pada kondisi tendinitis
supraspinatus tidak dilakukan.

C. Pemeriksaan Gerak Dasar


Dalam pemeriksaaan gerak dasar meliputi: gerak aktif, pasif, dan isometric. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah kualitas gerak, lingkup gerak sendi, sifat-sifat nyeri
sepanjang LGS, hambatan yang terjadi selama gerak serta pada akhir gerak (end feel)
dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi muscle spasme. Berikut penjelasannya:
1. Gerak Aktif
Gerakan ini dilakukan sendiri oleh pasien atas permintaan fisioterapi.
Sementara gerakan tersebut dilakukan pasien, kita memperhatikan pola
gerakan, koordinasi, dan jangkauan gerakan serta pemeriksa menanyakan
apakah pola gerakan tersebut menimbulkan rasa nyeri. Pada kondisi
tendinitis supraspinatus gerakan abduksi akan terasa nyeri sehingga akan
terjadi keterbatasan gerak sendi bahu. Nyeri timbul sebagai proteksi bagi
tubuh karena tendon m. supraspinatus mengalami pergesekan dengan
sturuktur yang ada di sekitarnya.
2. Gerak Pasif
Gerakan dilakukan oleh terapis sementara penderita dalam keadaan
rileks, bertujuan untuk mengetahui luas garak sendi, end feel, pola kapsuler,
ada atau tidaknya rasa nyeri. Pada gerakan abduksi pasif, penderita
11

tendinitis supraspinatus tidak mengeluh adanya rasa nyeri, karena ototnya


dalam keadaan rileks.
3. Gerak Isometrik
Gerakan yang dilakukan oleh penderita secara aktif sementara terapis
memberikan tahanan yang berlawanan dengan arah gerakan yang dilakukan
oleh pasien tanpa adanya pergerakan sendi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
memprovokasi nyeri pada muskulotendinogen. Pada kondisi tendinitis
supraspinatus, rasa nyeri akan bertambah saat pasien diminta melakukan
gerakan abduksi yang ditahan.
2.7 Pemeriksaan Spesifik
Pemeriksaan spesifik yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosa ataupun menyusun tujuan dan tindakan fisioterapi.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain:
a.

Tes Pengukuran Nyeri


Untuk mengetahui derajat atau tingkatan rasa nyeri pada kondisi tendinitis
supraspinatus dapat diukur dengan menggunakan VAS (Verbal Analogue Scale).
VAS merupakan cara pengukuran derajat nyeri dengan menujukkan satu titik pada
garis skala nyeri dari nol sampai dengan sepuluh (0-10) setiap nomor memiliki
jarak yang sama. Salah satu ujung garis menujukkan tidak nyeri dan ujung lain
menunjukkan nyeri yang hebat kemudian titik tengah dari garis tersebut
menunjukkan rasa nyeri sedang.

12

b.

Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi


Pengukuran luas lingkup gerak sendi menggunakan goniometer, dilakukan
untuk mengetahui adanya keterbatasan gerak pada sendi bahu, dengan arah gerakan
abduksi baik aktif maupun pasif. Pengukuran LGS pada kondisi tendinitis
supraspinatus dengan arah gerakan abduksi-adduksi goniometer diletakkan pada
axis antero-posterior dari sendi bahu. LGS normal pada sendi bahu untuk gerakan
abduksi-adduksi adalah F 180 0 45.

c.

Pemeriksaan Kemampuan Fungsional


Untuk mengetahui nilai dari kemampuan fungsional pasien tendinitis
supraspinatus dapat digunakan indeks Barthel yang dimodifikasi. Penilaian ini

d.

berdasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsional.
Tes Khusus
Tes khusus yang dapat dilakukan pada kondisi tendinitis supraspinatus antara
lain:
1)

Tes Supraspinatus (Supraspinatus Challenge Test)


Lengan penderita diposisikan abduksi 90 dengan rotasi netral dan
terapis memberikan tahanan untuk gerakan abduksi kemudian lengan
diposisikan medial rotasi dan menyudut ke depan 30 sehingga ibu jari
menghadap ke lantai. Pemeriksa memberi tahanan lagi sambil mencari
gambaran yang muncul, bila gambaran yang muncul adalah rasa nyeri atau
kelemahan kontraksi menunjukkan adanya kelainan pada otot supraspinatus.

13

2)

Tes Lengan Jatuh (mosley)


Penderita mengabduksikan secara penuh lengannya dalam posisi lurus
kemudian penderita disuruh untuk menurunkan lengannya secara perlahanlahan. Bila pada posisi abduksi 90 penderita tiba-tiba menjatuhkan
lengannya, berarti penderita tidak dapat mempertahankan penurunan lengan
secara bertahap karena merasakan nyeri di persendian bahu bagian atas
akibat gangguan pada musculus supraspinatus.

3)

Tes Appley
Penderita disuruh menggaruk-garuk di daerah sekitar angulus medialis
scapula dengan tangan sisi contralateral melewati belakang kepala. Dalam
pola gerakan itu otot-otot abductor, rotator external dari bahu bekerja. Pada
tendinitis supraspinatus tes appley tidak dapat dilaksanakan oleh penderita
karena adanya nyeri di sekitar persendian bahu.

14

2.8 Diagnosa Fisioterapi


A. Impairment
Dibagi menjadi direct atau primary impairment (pengaruh langsung dari patologi)
dan indirect atau secondary impairment. Permasalahan dalam bidang fisioterapi yang
berkaitan dengan impairment Tendinitis Supraspinatus misalnya : Adanya nyeri pada
bahu, adanya kelemahan pada otot rotator cuff terutama otot supraspinatus, adanya
keterbatasan gerak abduksi karena nyeri dan adanya spasme pada otot supraspinatus
B. Functional Limitation
Aktifitas ini meliputi aktifitas dasar keseharian seperti kesulitan memakai baju,
mengambil dompet dari saku, menyisir rambut, memasang konde, mengambil bumbu
dapur dari rak gantung, mengambil buku di rak buku atau mengambil suatu barang yang
letaknya lebih tinggi dari pada bahu. Selain itu tidak mampu melakukan aktifitas yang
melebihi tinggi kepala disebabkan keterbatasan gerak sendi.
C. Disability/ Partipation Restriction
Merupakan ketidak mampuan untuk melakukan atau berpartisipasi dalam aktifitas
dan tugas yang berhubungan dengan dirinya, aktifitas rumah, kerja, rekreasi dan
bermasyarakat. Contohnya pada pasien tendinitis supraspinatus yaitu: tidak dapat
melakukan pekerjaanya berhubungan dengan mengangkat beban yang berat
2.9 Penatalaksanaan
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dapat dilanjutkan pelaksanaan program
terapi pada penderita tendinitis supraspinatus dengan menggunakan beberapa modalitas
sesuai dengan kondisi pasien, antara lain:
A. Kompres Hangat
Kompres hangat untuk mengurangi spasme pada otot supraspinatus. Alat yang
diperlukan adalah handuk yang direndam air panas dengan suhu 55 C. Bila handuk

15

tidak terasa hangat perlu direndam lagi agar handuk tetap hangat. Lamanya terapi ini 2030 menit. Bagian yang di terapi harus bebas dari pakaian.
B. Massage pada Tendon Supraspinatus
Menggunakan tekhnik transver friction. Bertujuan untuk mengurangi nyeri,
relaksasi otot dan peningkatan vaskularisasi.
C. Penggunaan Ultrasound dengan Metode Kontak Langsung
- Persiapan Alat
Sebelum alat digunakan periksa keadaan mesin US, kabel, tranduser dan
tombol dalam keadaan baik atau rusak, serta sediakan handuk dan gel. Untuk
mengetahui mesin berfungsi dengan baik lakukan tes dengan cara meneteskan air di
tranduser yang menghadap ke atas. Kemudian mesin dihidupkan maka air tadi akan
bergetar, ini menandakan mesin dalam keadaan baik. Selanjutnya pilih jenis
tranduser yang sesuai dengan luas daerah yang akan diterapi. Pastikan sebelum
terapi dilaksanakan semua kontrol tombol diposisikan nol.
-

Persiapan Penderita
Pasien diposisikan senyaman mungkin, daerah yang akan diterapi harus

terbebas dari pakaian. Kemudian lakukan tes sensasi pada kulit yang akan diterapi.
Setelah itu kontak medium gel dioleskan di kulit yang akan diterapi. Sebelum
mesin US dihidupkan tranduser sudah menempel di daerah yang akan diterapi. Dan
terapis memberitahukan kepada pasien rasa yang akan timbul saat diterapi adalah
hangat dan apabila selama terapi berlangsung ada perasaan tidak enak, pasien
diminta untuk memberitahukannya.
- Pelaksanaan
Terapis mengatur parameter pada mesin US, tentukan frekuensi yang akan
dipakai (1 MHz atau 3 MHz), tentukan jenis energi yang diberikan (kontinue atau
intermitten), berapa intensitas yang diberikan. Sebelum mesin dihidupkan tranduser
harus sudah menempel pada daerah yang akan diterapi. Selama terpi berlangsung
tranduser harus selalu digerakkan dengan irama yang teratur dengan pelan-pelan
termasuk juga pada metode semi statis. Selama terapi berlangsung, terapis harus
selalu menanyakan kepada pasien tentang apa yang dirasakan.Setelah terapi selesai,
mesin dimatikan dan tranduser diangkat. Bersihkan daerah yang diterapi dengan
tissue atau handuk. Begitu juga dengan trandusernya.
16

D. Terapi Latihan
1. Latihan Pasif
Latihan pasif merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari
luar tanpa adanya kontraksi otot dari dalam. Luas gerak sendi pada latihan pasif
ini disesuaikan dengan toleransi penderita sampai batas nyeri yang tertahan oleh
penderita. Arah gerakan kesemua arah gerak sendi bahu dan terutama pada arah
gerak yang terhambat, dan rasa nyeri yang timbul perlu diperhatikan terutama
untuk gerakan abduksi dan internal rotasi. Karena pada arah tersebut
kemungkinan terjadi penekanan, pada bursa, tendon diantara caput humeri dan
ligament coracoacromialis. Gerakan kuat, kejut dan cepat merupakan kontra
indikasi, karena dapat merusak kapsul.
2. Latihan Aktif Assisted
Latihan aktif merupakan gerakan yang dilakukan secara sadar dan terjadi
kontraksi otot dari dalam tanpa melawan tenaga dari luar (gaya gravitasi). Latihan
ini biasanya lebih mengungtungkan karena adanya kontraksi secara sadar yang
berarti penderita dapat ikut mengontrol gerakan yang terjadi sampai batas
toleransinya sehingga penderita merasa lebih aman dan kemungkinan timbulnya
ketegangan otot karena takut dapat dieliminir dan gerakan lebih mudah dilakukan.
Arah gerakan dan luas jarak sendi sama dengan pada saat latihan pasif.
3. Latihan Isometrik
Merupakan latihan dimana penderita melakukan suatu gerakan, terapis
memberikan tahanan yang berlawan arah dan gerakan yang dilakukan penderita
tanpa adanya pergerakan pada sendi. Diberikan pada otot sekitar sendi bahu yang
terkena terutama otot-otot yang bila dikontraksikan tidak menimbulkan nyeri.
Intensitas kontraksi disesuaikan dengan toleransi penderita. Latihan dapat
dikerjakan kira-kira 3 5 menit tiap jam disesuaikan keadaan penderita.
2.10 Problematik Fisioterapi
2.10.1
2.10.2
2.10.3
2.10.4

Nyeri pada Bahu


Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Kekuatan Otot menurun
Aktivitas Fungsional Terganggu

17

2.11 Planing Fisioterapi


2.11.1
2.11.2
2.11.3
2.11.4

Membantu mengurangi nyeri


Meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS)
Meningkatkan kekuatan otot
Membantu mengembalikan aktivitas fungsional penderita

2.12 Prognosis
Secara umum, prognosis baik untuk tendonitis rotator cuff yang segera dan benar
didiagnosis dan diobati

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tendinitis supraspinatus adalah penyebab tersering keluhan nyeri bahu.
Permasalahan yang timbul pada tendinitis supraspinatus berupa keluhan nyeri bahu
yang disertai adanya keterbatasan gerakan sendi bahu. Daerah nyeri biasanya
dirasakan diseluruh daerah sendi bahu dan rasa nyeri bertambah saat lengan
diangkat.
Di dalam evaluasi terapi, fisioterapis akan melakukan evaluasi pada pasien setelah
dilakukan intervensi. Hal ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari
intervensi, mengalami perkembangan atau tidak ada perkembangan. Evaluasi ini
meliputi: Evaluasi nyeri dengan VAS, evaluasi LGS dengan goniometer dan
evaluasi aktivitas fungsional.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Graham Apley and Louis Solomon. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley. Vol 7 ( Diakses
dari google book tanggal 24 Maret 2015 )
2. Darmawan J.Tatalaksana terapi nyeri sendi bahu. Terjemahan dari the bulletin in the
rheumatic disease.vol 32, No.9
3. Birnbaum J.S, The Muskuloskletal Mlanual Ed. Taiwan 1983.
4. Kuntono H.P.. ManagementNyeri Muskuloskeletal. Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi XV.
Semarang. 2000.
5. Mancini RM.. Muskuloskeletal Pain in : Halstead LS. Grabois M eds. Medical
Rehabilitation. New York. Raven Press. 1995.

19

Anda mungkin juga menyukai