LAPORAN KASUS
OLEH
PENDAHULUAN
Fraktura adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau
cartilago dengan atau tanpa disertai dislokasio fragmen. Fraktur os radius dan
fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang
kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma terjadi
pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut. Fraktur tulang radius dan tulang ulna
sering terjadi pada hewan kucing dan anjing, lokasi fraktur sering terjadi pada
bagian tengah dari tulang radus atau pada bagian distal tulang raduis dan ulna atau
fraktur akibat gangguan langsung yaitu berupa trauma yang merupakan penyebab
kompresi. Penyebab fraktur secara intrinsik dapat diakibatkan kontraksi dari otot
yang menyebabkan avulsion fraktur, seperti fraktur yang sering terjadi pada
hewan yang belum dewasa. Fraktur patologis adalah fraktur yang diakibatkan oleh
menyebabkan fraktur.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Anatomi
1. Sistem Tulang
a. Os Humerus
lekukan yaitu fossa coronoid (bagian depan) dan fossa olecrani (bagian
belakang).
b. Os Radius
3
yang membatasi antara bagian lateralis dan facies posterior. Facies
c. Os Ulna
4
b.sendi siku
ini merupakan sendi engsel (Putz, dan Pabst, 2002). Kedua sendi ini
radius, sendi ini sesuai dengan sendi engsel (Putz, dan Pabst, 2002).
Pabst, 2002).
radius mengelilingi ulna dan tulang saling bersilang satu sama lain
5
disebut pronasi. Axis pergerakan tulang lengan bawah ini berjalan dari
Pabst, 2002)
c.ligament
Sendi siku itu sangat stabil. Sendi siku diperkuat oleh ligamen-ligamen
tepi radial. Ligamen tersebut merupakan bundle yang kuat melekat pada
Ligamen ini berbentuk segitiga datar yang kuat. Ligamen ini terdiri
coronoideus humeri,
humeri ke olekranon,
6
Bentuknya seperti cincin melekat pada ventral dan dorsal incissura
2. Sistem Otot
7
hiper ekstensi teres mayor tidak berfungsi lagi, hanya sampai 90° dan
eksternal rotasi. Otot-otot yang berkerja pada fase ini adalah deltoid,
mayor serta otot sub scapulari. Luas gerak sendinya pada bidang
frontal.
otot sub scapularis, pectoralis mayor, latisimus dorsi dan teres mayor
8
3) Pronasi : m.pronator teres, pronator quadratud.
Brevis.
B. Fraktur
tulang dan di tentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang di
kenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. Menurut
dan krepitasi. Menurut Price dan Wilson (2006), Fraktur adalah patah tulang,
9
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa
sebelah volar menyebakan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal kea rah
Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar.
Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi
radioulnar.
Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan
sendi radioulnar.
tulang humerus atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas
humerus. Dibagi menjadi tipe ekstensi dan tipe fleksi. Fraktur ini dapat terjadi
oleh beberapa faktor utama yaitu trauma kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian dan posisi berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang,
fisiologis dari jaringan tulang itu sendiri, spontan karena tarikan otot yang sangat
kuat.
10
Indikasi dilakukannya operasierasi ORIF yaitu fraktur yang tidak bisa
sembuh, fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup, fraktur yang dapat direposisi
C. Klasifikasi Fraktur5
tulang dengan dunia luar, displacement fraktur, dan pola garis fraktur.
1. Berdasarkan etiologi
a. Fraktur Traumatik
normalnya dapat menahan stress, dan patah apabila terpapar stress yang
b. Fraktur Patologis
Fraktur yang terjadi pada tulang yang rapuh akibat penyakit disebut
2. Berdasarkan displacement
a. Fraktur undisplace
b. Fraktur displace
oleh beberapa faktor yaitu tekanan dari fraktur, otot menarik fragmen
11
3. Berdasarkan hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi
dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh)
lunak sekitarnya.
jaringan subkutan.
Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit
dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah.
12
Tabel 1. Klasifikasi Gustillo-Anderson6
Soft tissue Laserasi soft-tissue yang luas, Trauma soft tissue yang luas Sama dengan tipe IIII-B
13
bebas untuk menutupi tulang.
dalam menyelamatkan
lima yaitu:
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan
d. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
e. Fraktur Avulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi
f. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
14
g. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
h. Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
15
Tabel 3. Kerangka Waktu Penyembuhan Otot
E. Tes Diagnostik
d. Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respons stress normal setelah
trauma.
Problematika fisioterapi yang sering muncul pada pasca operasi fraktur 1/3
1. Impairment
16
suatu reaksi radang atau respon tubuh terhadap cedera jaringan, (2) adanya
nyeri gerak pada wrist akibat luka sayatan operasi yang menyebabkan
ujung-ujung saraf sensoris teriritasi dan karena adanya oedem pada daerah
sekitar fraktur, (3) penurunan luas gerak sendi wrist dan elboe sinistra
karena adanya nyeri dan oedem pada daerah sekitar fraktur,(4) adanya
2. Functional limitation
toileting.
3. Disability
melakukan aktivitasnya.
G. Intervensi Fisioterapi
1. Static Contraction
17
pergerakan sendi. Tujuan dari kontraksi isometris atau static contraction
berkurang.
Gerakan murni berasal dari luar atau terapis tanpa disertai gerakan
dari anggota tubuh pasien. Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot secara
pasif, oleh karena gerakan berasal dari luar atau terapis sehingga dengan
gerak relaxed pasive exercise ini diharapkan otot menjadi rileks dan
3. Hold relax
4. Active exercise
kekuatan otot dan anggota tubuh itu sendiri tanpa bantuan, gerakan yang
18
dihasilkan oleh kontraksi dengan melawan gravitasi penuh. Active exercise
dilakukan secara sadar dengan adanya kontraksi aktif dari anggota tubuh
miring, duduk long sitting, lalu duduk dengan posisi kaki terjuntai dari tepi
bed. Latihan ambulasi dapat dilakukan mulai dari duduk ke berdiri, duduk
dari bed pindah ke kursi, dan berjalan. Latihan ini bertujuan agar pasien
19
BAB III
LAPORAN KASUS
wrist joint
3. Asymetric
a. Inspeksi :
Statis:
- Tangan kiri semi fleksi
20
Dinamis :
- Mampu mengangkat tangan.
- Sulit memutar tangan kiri
b. Tes Orientasi
- Tes fungsional (mengambil benda)
IP : Pasien Mampu
c. Palpasi
1) Spasme pada m.biceps brachii
2) Kontur kulit yang teraba kering
3) Terjadi atrofi pada otot
21
ROM nyeri
4. Restrictive
a. Limitasi range of motion (ROM) : Keterbatasan ROM pada elbow,
dan phalangers joint sinistra.
b. Limitasi activity daily living ( ADL) : pasien melakukan ADL
(toileting dan dressing) dengan bantuan.
c. Limitasi pekerjaan dan rekreasi
Pasien tidak dapat melakukan pekerjaan dan hobinya semenjak
masuk RS
6. Spesific Test
a. VAS
Nyeri Gerak : 5,2 (Sedikit Sedang); Nyeri Diam : 2,8 (Sedikit
Nyeri); Nyeri Tekan : 3,2 (Sedikit Nyeri)
b. Tes Sensorik
1. Tes rasa nyeri (Tajam dan Tumpul)
2. Tes raba (halus dan kasar)
3. Tes diskriminasi dua titik
IP: DBN
c. MMT
0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi
1 : Terdapat sedikit kontraksi, namun tidak ada pergerakan
2 : Didapatkan gerakan, tetapi tidak melawan gravitasi
22
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gravitasi
4 : Melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5 : Melawan gravitasi dengan tahanan penuh, tidak ada kelemahan
(normal)
MMT Grup Otot Dextra Sinistra
Shoulder Joint Fleksi/ekstensi 5 4
Abduksi/adduksi 5 4
Elbow Joint Fleksi/ekstensi 5 4
Supinasi/pronasi 5 3
Wrist Joint Fleksi/ekstensi 5 4
Radial/ulnar 5 4
Phalangeal Joint Fleksi/ekstensi 5 3
IP : Kelemahan pada m.biceps brahchii, m.triceps brachii, m.fleksor
carpi radialis, m.extensor carpi radialis
d. Index ADL
IP : Mampu melakukan dengan bantuan minimal
e. ROM
IP : -
g. Radiologi :
sinistra
23
- Fraktur 1/3 proximal os radius sinistra dan fraktur 1/3 os ulna
sinistra
h. HRS-A
Interpretasi :
<17 = Kecemasan ringan
18-24 = Kecemasan sedang
25-30 = Kecemasan Berat
Tingkatan :
0 : Tidak Ada
1 : Ringan
2 : Sedang
3 : Berat
4 : Sangat Berat
Deskripsi Skor
1. Perasaan Cemas 3
Kecemasan, harapan buruk, ketakutan, lekas marah
2. Tekanan 2
Merasa tertekan, kelelahan, respon kaget, mudah menangis, merasa tidak
tenang, sulit tenang
3. Ketakutan 0
Kegelapan, orang asing, dibiarkan sendiri, hewan, keramaian
4. Imsomnia 2
Sulit tertidur, tidur tidak lelap dan kelelahan ketika bangun, mimpi buruk,
dan terror malam
5. Intelektual 0
Sulit berkonsentrasi, ingatan buruk
6. Perasaan depresi 2
Kehilangan minat, kehilangan kesenangan melakukan hobi, depresi,
bangun lebih awal
7. Somatic (Otot)] 0
Nyeri dan ngilu, kejang, kekakuan, gigi mengertak, suara tidak stabil,
peningkata tonus otot.
8. Somatic (Sensorik) 0
24
Tinnitus (telinga berdenging); penglihatan kabur; muka merah atau pucat,
lemas; perasaan ditusuk-tusuk.
9. Respon Kardiovaskular 0
Takikardi, palpitasi, nyeri dada, nadi berdenyut kencang, perasaan ingin
pingsan, hilang irama jantung
10. Respon Pernafasan 0
Tekanan atau sesak di dada, perasaan muntah, mendesah, dyspnea
11. Gejalan Gastrointestinal 2
Kesulitan menelan, nyeri perut, perasaan terbakar, perut kembung, mual,
muntah, bunyi perut, mencret, kehilangan berat badan, konstipasi
12. Respon Genitourinaria 0
Sering buang air kecil terutama malam hari dikala tidur; tidak haid,
darah haid sedikit sekali; nyeri haid; tidak ada gairah seksual dingin
(firgid); ejakulasi premature; kehilangan nafsu sex; impotensi
13. Respon Autonom 2
Mulut kering, kemerahan, pucat, kecenderungan berkeringat,
pusing, sakit kepala tipe tegang, kuduk berdiri.
14. Perilaku saat Wawancara 2
Gelisah, kegelisahan atau mondar-mandir, tremor tangan, alis
berkerut, tegang wajah, mendesah atau respirasi cepat, wajah pucat,
menelan,
TOTAL SKOR 15
IP : Kecemasan Ringan
i. Circum ferentia
25
C. Diagnosis Fisioterapi
Orif Fraktur 1/3 proxsimal antebranchii pasca trauma sejak 3 bulan lalu”
D. Problem Fisioterapi
a. Problem primer
b. Problem Sekunder
1. Menurunkan Nyeri
2. Keterbatasan ROM
c. Problem Kompleks
26
BAB IV
PEMBAHASAN
superior sinistra
a. Mengurangi nyeri
c. Mengurangi spasme
B. Program Fisioterapi
No. Problematik Modalitas Dosis
F : 1x/ hari
Komunikasi I : Pasien fokus
1. Rasa cemas terapeutik FT T : Motivasi
T : 15 menit
27
T : 6 menit
F : 1x/hari
Elektro therapy I : 30 ma
(Interferensi) T : animal segmental
T : 5 menit
F : 1x/hari
Spasme m.biceps I : 8-10x hitungan, 5 repetisi
3. Manual terapi
brachii T : NMT, Friction tranversal
T :5 menit
F : 1x/hari
I : 8-10x hitungan, 4-
4. Stiffness Joint Exercise 6xrepetisi/1xterapi
T : AROMex,PROMEx
T : 5 menit
F : setiap hari
I : 8-10x hitungan, 4-
5. Kelemahan otot Exercise 6xrepetisi/1xterapi
T : Active Exercise
T : 10 menit
F : 3x/hari
I : 4-6x repetisi
6. Gangguan ADL ADL Exercise T : menggenggam bola
T : 5-10 menit
28
C. Home Program
D. Evaluasi
Hasil
Sebelum Setelah
Problem Parameter Interpretasi
(5/6/15) (10/8/14)
Masih dalam
Cemas HRS-A 15 13 kategori
kecemasan ringan
Shoulder : 4 Shoulder: 4+
Terjadi
Kelemahan Elbow : 3 Elbow : 4
MMT peningkatan
otot Wrist : 4 Wrist : 4+
kekuatan otot
Phalangeal : 3 Phalangeal : 3+
Terjadi penurunan
Spasme Palpasi + _
spasme
Masih mengalami
Gangguan Ketergantungan ketergantungan
Index ADL Ketergantungan sedang
ADL minimal tapi terjadi
peningkatan
E. Modifikasi
secara berkala sesuai dengan zona latihan pasien. selain itu, teknik latihan
ADL juga disesuaikan dengan kemampuan pasien dan jika kondisi pasien
29
bernar-benar stabil, dapat dilakukan latihan yang berhubungan dengan
hobi pasien
F. Kemitraan
30
DAFTAR PUSTAKA
31