PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siku merupakan subjek cedera yang sering dalam olahraga karena
jangkauan geraknya yang luas, susunan tulang lateral yang lemah, dan kelenturan
relatif pada jaringan lunak sekitar sendi. Setiap cedera yang mengenai jaringan
lunak maupun pada jaringan keras didaerah siku tersebut telah memiliki nama
sendiri berdasarkan lokasinya dan macam-macam cederanya. Cedera tersebut bisa
terjadi karena penetrasi yang dalam atau rangkaian pukulan pada proporsi siku
yang tajam dan langsung, gerakan resitif yang berlebihan, mikro trauma berulangulang, gerakan insersio dari otot ekstensor lateral epicondilus dan gerakan fleksi
dari pergelangan tangan dengan kekuatan penuh yang berulang-ulang dan putaran
tenaga yang ekstrim valgus dari siku. 1
Setiap cedera yang mengenai jaringan lunak maupun jaringan keras di
daerah siku tersebut memiliki nama sendiri seperti kontusio, olecranon bursitis,
strains, elbow sparain, lateral epicondylitis, medial epicondylitis, elbow
osteochondritis dissecans, little leque elbow, cubital tunnel syndrome, dislokasi
elbow, fracture dan contractur volkmans. 1
Cidera/kelainan pada medial ganglion regio cubiti (daerah siku) paling
sering diasosiasikan dengan cubital tunnel syndrome, dengan prevalensi 8%.
Dilaporkan gejala nyeri di daerah medial didapatkan di 25 dari 38 pasien, dan
mati rasa pada jari manis dan kelingking didapatkan di 29 pasien. Cubital tunnel
syndrome sendiri didapatkan pada pria tiga sampai delapan kali lebih banyak
daripada wanita. 2
Feindel dan Stratford pertama kali menggunakan istilah cubital tunnel pada
tahun 1958. Mereka menemukan bahwa nervus ulnaris terjepit di daerah siku
karena berbagai macam kelainan anatomi di regio tersebut. Di tahun 1898, Curtis
menampilkan kasus managemen pertama kali tentang neuropati nervus ulnaris di
siku, dimana mengandung transposisi dari subcutaneus anterior. 2
Pernah dilaporkan juga tentang medial ganglia regio cubiti yang
menyangkut tentang cubital tunnel syndrome. Metode studi kasus pernah
1
dilaporkan di Amerika Serikat dari 487 pasien ditemukan 472 pasien menderita
cubital tunnel syndrome di rentang tahun 1980 sampai 1999. Dimana hampir
kesemuanya menderita translokasi dari nervus ulnaris. 2
1.2 Identifikasi Masalah
a. Apa definisi dari cubital tunnel syndrome?
b. Apa yang menjadi penyebab/etiologi dari cubital tunnel syndrome?
c. Bagaimana patogenesa dari cubital tunnel syndrome?
d. Bagaimana atau gejala apa saja yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk
membuat diagnosa dari cubital tunnel syndrome?
e. Apa saja program rehabilitasi medik yang dapat dikerjakan?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud karya tulis ilmiah ini adalah untuk membuat uraian mengenai
cubital tunnel syndrome secara menyeluruh dan lengkap. Tujuan karya tulis ilmiah
ini adalah untuk menguraikan mengenai cubital tunnel syndrome dengan lebih
memfokuskan pada penatalaksanaan dibidang rehabilitasi medik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Siku
Sendi siku tersusun atas tiga tulang yaitu: humerus (tulang lengan atas),
radius (tulang pengupil lengan bawah) dan ulna (tulang hasta). Ujung bawah
humerus membentuk dua articulatio kondilus (tonjolan pada tulang) yang
tersambung dengan baik. Kondilus lateral adalah kapitulum (ujung yang
membesar seperti kepala tongkat) dan kondilus medial disebut trochlea.
Kapitulum yang membulat berhubungan dengan kepala konkaf radius. Trochlea,
yang berbentuk gelondong, berada di dalam suatu alur yang berhubungan, takik
semilunar (berbentuk bulan sabit), yang disediakan oleh ulna antara proses-proses
olecranon (ujung atas tulang hasta yang berupa taju) dan coronoid. Di atas tiaptiap kondilus adalah suatu proyeksi yang disebut epikondilus. Rancangan struktur
persendian siku memungkinkan fleksi dan ekstensi oleh hubungan trochlea
dengan takik semilunar ulna. Pronasi lengan bawah (pemutaran lengan bawah ke
dalam) dan supinasi lengan bawah (pemutaran lengan bawah ke luar) dapat terjadi
karena kepala radius bersandar pada kapitulum dengan bebas tanpa batasanbatasan tulang apapun. 3
Jaringan lunak superfisial dekat dengan kulit di siku sebelah depan terdapat
pembuluh darah vena yang menuju ke jantung. Jauh di dalam fosa/lekuk
antecubital terdapat arteri-arteri brachial dan medial yang memasok area ini
dengan darah yang teroksigenasi. Saraf-saraf yang berasal dari vertebrae
servicalis ke lima sampai ke delapan dan vertebrae thoracis mengendalikan otototot
siku.
Dalam
fossa
cubital
saraf-saraf
ini
menjadi
saraf-saraf
Otot-otot utama
Gerakan melawan
Saraf-saraf
yang terlibat
Pelenturan siku
Biceps brachii
Brachial
Brachioradial
Perluasan siku
Triceps brachii
Biceps brachii
Supinator
Radial (servikal 6)
Pronator teres
Pronator quadratus
tangan, kesemutan atau mati rasa di jari manis dan kelingking. Dan sering
didapatkan juga nyeri di daerah bahu. 2
Penjepitan Nervus Ulnaris merupakan entrapment neuropati atau sindroma
jepitan saraf perifer yang merupakan gangguan fungsi saraf perifer oleh karena
keadaan/posisi yang abnormal atau gangguan vaskularisasi yang menyebabkan
iskemi pada saraf. Persarafan dalam tubuh kita dilindungi oleh tulang,
ligamentum, dan otot. Daerah tersebut sewaktu-waktu dapat menyempit dan
menjepit saraf di daerah itu. 5
Penekanan saraf ini dapat menimbulkan suatu masalah. Jika penghimpitan
berlangsung lama, aliran darah dan nutrisi ke sel saraf terganggu, akibatnya sel
saraf akan mati dan akan menimbulkan kerusakan yang permanen. Kerusakan
tersebut dapat berupa hilangnya sensasi atau fungsi seperti yang telah dijelaskan
di atas. Hal ini tergantung pada saraf dan daerah yang terjepit. 5
Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan jepitan saraf perifer. Saraf
perifer dalam perjalanannya ke distal pada anggota gerak atas maupun anggota
gerak bawah melewati beberapa terowongan yang berbatasan dengan tulang,
jaringan tendo atau jaringan muskuler. 5
Nervus ulnaris masuk dalam kompartemen ekstensor dari lengan atas
melalui septum intermuskularis ulnaris pada insersi muskulus deltoideus.
Selanjutnya saraf ini berada di belakang epikondilus medialis humerus dan
mencapai kompartemen fleksor pada lengan bawah dan berjalan diantara
olecranon dan caput epicondilus dari fleksor carpi ulnaris. 5
2.2.2 Anatomi Saraf Ulnaris
Nervus ulnaris merupakan cabang utama dari fasciculus medialis, berada di
sebelah medial a.axillaris, selanjutnya berada di sebelah medial a.brachialis. Pada
pertengahan brachium, saraf ini berjalan ke arah dorsal menembusi septum
intermusculare medial, berjalan terus ke caudal dan berada pada facies dorsalis
epicondylus medialis humeri, yaitu di dalam sulcus nervi ulnaris humeri. Di
daerah brachium n.ulnaris tidak memberi percabangan. 6
Nervus ulnaris adalah bagian akhir dari plexus brachialis medialis, setelah
cabang medial dari nervus medianus terpisah dari nervus ulnaris dengan serat
7
saraf dari cervical 8 thoracal 1. Awalnya nervus ulnaris terletak di medial arteri
axillaris dan kemudian di sebelah arteri brachialis sampai ke bagian tengah
lengan, menembus septum intermuskular dan mengikuti ujung medial dari otot
triceps sampai berada diantara olecranon dan epicondilus medialis humeri.
Selanjutnya menyilang pada siku membentuk percabangan pada flexor carpi
ulnaris dan setengah medial flexor digitorum profundus. Nervus ini terdapat di
antara dua flexor carpi ulnaris yang berjalan sampai ke tangan di antara otot dan
flexor digitorum profundus. 6
Otot-otot hypothenar:
o Opponens digiti minimi
o Abductor digiti minimi
o Flexor digiti minimi brevis
o Adductor pollicis
o Muskulus lumbricalis 3 dan 4
o Interosseus dorsal
o Interosseus palmaris
11
Grade II
Grade III
12
paralisis, claw hand deformity hingga atrofi otot pada daerah yang di
persyarafinya.
Pada gambar ini menjelaskan bahwa dampak dari kerusakan dari nervus
ulnaris mengakibatkan fleksinya tendon dari muskulus flexor digitorum
profunda dan tidak bekerjanya tendon dari muskulus flexor digitorum
superficialis.
2.2.6 Gambaran Klinis
Berikut ini adalah gejala tersering yang timbul secara klinis seperti: 7
- Nyeri yang dirasakan dalam disekitar siku
- Nyeri bertambah parah saat siku tertekan
- Parestesia sampai mati rasa pada jari manis dan kelingking
- Kelemahan tangan, terutama saat menggenggam sesuatu
Tanda-tanda jepitan nervus ulnaris adalah sebagai berikut: 7
- Sensasi sensoris dermatom nervus ulnaris yaitu jari kelingking dan setengah
medial jari manis berkurang, dibuktikan dengan pin-prick test, tes raba ringan,
dan diskriminasi dua titik.
- Hilangnya rangsang sensoris juga dapat ditemukan di dorsal region ulnaris
(dikarenakan terlibatnya ramus dorsal nervus ulnaris di proksimal pergelangan
tangan) .
- Gejala lanjut dapat berupa mati rasa yang parah dan kelumpuhan total otot
disertai atrofi otot-otot intrinsic yang dipersarafi.
13
- Kelemahan otot abductor dan adductor interossei dan adductor pollicis mungkin
dapat ditemukan, sementara abductor pollicis normal.
- Ulnar claw hand mungkin dapat ditemukan dengan ektensi jari kelingking dan
jari manis.
- Dengan sedikit ketukan ringan pada nervus diterowongan cubittal, menyebabkan
perasaan keram dan atau geli pada region yang dipersarafi (tes ketuk). Fleksi
lengan dan sedikit penekanan pada terowongan cubittal juga dapat menyebabkan
parestesia dan nyeri.
14
15
yang ada, palpasi sarafnya, dan catat kelainan pergerakan. Perhatikan massa yang
ada, dan jika masih ada pertanyaan, periksa siku yang sehat sebagai perbandingan.
Bagian saraf dari lengan bawah sampai pergelangan tangan juga dipalpasi. Fleksor
carpi ulnaris dan fleksor digitorum profundus harus diukur kekuatannya. Fungsi
otot intrinsik dites dengan meminta pasien menyilangkan jari tengah dan jari
telunjuk. Hanya 2 otot yang dapat dites secara akurat pada tangan, yaitu abductor
digiti dan m.dorsal interoseus yang pertama. 12,13
2.2.9 Diagnosa Banding 6
1. Guyons Canal Syndrome
2. Trombosis arteri Ulnaris
3. Sindrom Carpal Tunnel
2.2.10 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: 13
Radiografi (Foto X-Ray)
Hal ini dilakukan untuk melihat tanda-tanda fraktur dan dislokasi tulang.
Radiografi pada siku untuk melihat abnormalitas anatomi, seperti deformitas
valgus, bone spurs atau fragmen tulang, osteochondroma, dan lesi destruksi
(tumor, infeksi, kalsifikasi abnormal).
Radiografi pada pergelangan tangan untuk melihat fraktur daerah hamatum,
dislokasi tulang, massa jaringan lunak dan kalsifikasi.
MRI
Biasanya tidak diperlukan kecuali menggambarkan adanya massa jaringan
lunak atau visualisasi edema atau abnormalitas lain pada saraf yang diinginkan.
MRI dilakukan bila dicurigai terdapat gejala yang menetap
2.2.11 Penatalaksanaan
Terapi Konservatif
Pasien-pasien dengan gejala minor atau tidak mengalami defisit neurologis,
dari tempat tidur, dan sandaran siku pada jendela mobil saat mengemudi adalah
semua penyebab parestesi yang dapat dikoreksi tanpa pembedahan. 13
Terapi konservatif pada kompresi nervus ulnaris berhasil bila parestesinya
transient dan disebabkan oleh malposisi siku atau truma tumpul. Anti inflamasi
non-steroid berguna untuk meredakan iritasi saraf. Vitamin B6 oral bisa
membantu untuk gejala-gejala yang ringan. Terapi ini diteruskan selama 6-12
minggu bergantung respons dari pasien. Intervensi bedah dilakukan bila timbul
peningkatan parestesi walaupun dilakukan terapi konservatif yang adekuat dan
ada perubahan tanda-tanda motorik. 13,14
Terapi Operatif
Indikasi dilakukannya pembedahan adalah: 12
Tak ada penyembuhan gejala 6-12 minggu setelah perawatan konservatif
Paralisis atau kelumpuhan progresif
Bukti klinis adanya lesi yang sudah lama (wasting otot, clawing jari-jari
ke-4 dan 5).
Untuk Cubital Tunnel Syndrome, terapi operatif yang biasa digunakan
adalah: 13,14,15
1. Dekompressi insitu
Dekompresi in situ sebenarnya adalah dekompresi saraf lokal, dilakukan
dengan insisi ligamen osborne dan membuka terowongan dibawah 2 otot
flexor capi ulnaris dengan menginsisi fasia yang mengikatnya. Hal ini
dilakukan dengan insisi kecil, dimulai pada titik tengah antara olekranon dan
epikondilus medial dan diperluas 6-8 cm ke distal sampai m. flexor carpi
ulnaris. Tindakan ini dilakukan setelah dilakukan tourniquet supaya saraf
dapat dilihat dengan baik. Pasca operasi, imobilisasi tidak diperlukan dan
ekstremitas harus digerakkan secara aktif. Pelepasan ke proksimal ke alur
epikondilus tidak dianjurkan karena kemungkinan timbulnya subluksasi saraf.
2. Transposisi subkutaneous anterior
Dekompresi dengan transposisi anterior biasanya adalah operasi pilihan untuk
kompresi nervus ulnaris pada siku karena pada operasi mengeluarkan nervus
ulnaris dari tempat kompresinya dan menempatkannya pada tempat yang
18
tulang di eksisi dapat merusak ligamen kolateral medial pada siku dan
kelainan valgus dapat timbul. Jika terlalu sedikit di eksisi, prosedur tidak akan
sukses karena masih ada daerah kompresif.
2.2.12 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini yaitu berkembangnya sindroma jepitan saraf
yang dapat berubah menjadi neuropati yang kronik sehingga menghasilkan
manifestasi berupa serangan paroksismal yaitu perasaan seperti ditusuk-tusuk dan
dapat meluas diluar saraf dan akar-akar saraf yang relevan. 16
Komplikasi paling serius dari prosedur pembedahan adalah: Trauma pada
saraf saat dekompresi atau saat
2.2.13 Prognosa
Dengan dekompresi yang tepat dan dilakukan pada waktu yang tepat, maka
hasilnya bisa mengembalikan fungsi normal. Jika dekompresi in situ dilakukan
dengan tepat, kembalinya fungsi normal dapat terjadi segera setelah dilakukan
dekompresi. Dengan dilakukan transposisi setelah dekompresi, imobilisasi postop dan proses rehabilitasi, maka dalam waktu 3-6 bulan pasien sudah bisa
mendapatkan kembali fungsi normal tangannya. 13,14
Pada kelumpuhan yang kronik (lebih dari 3-4 bulan) dengan gejala nyeri,
kelemahan otot, dan/atau atrofi, maka hasil operasi tidak bisa diprediksikan. Lama
penjepitan dan parahnya mati rasa dan kelemahan otot adalah faktor yang penting
pada prognosis. Penyembuhan mungkin terbatas atau tidak terjadi setelah
dekompresi dan transposisi pada kasus-kasus kronik, tetapi dengan dekompresi
yang tepat maka progresivitas dapat dihentikan. 12,14
2.3 Rehabilitasi Medik
2.3.1 Rehabilitasi Neurologik
Gangguan neurologis sering menyebabkan gangguan sementara atau
permanen yang dapat menghambat kerja sehari-hari, aktivitas intelektual, dan
kegiatan yang kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkanlah rehabilitasi untuk
mengadaptasikan atau memulihkan kondisi gangguan neurologis tersebut.
Neurolog memainkan peran penting dalam menentukan terapi rehabilitasi guna
memaksimalkan pemulihan. Pemilihan jenis dan waktu terapi memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap kualitas hidup yang optimal bagi pasien dan
keluarganya meskipun gangguan neurologis tersebut persisten. 17
Dua pendekatan utama digunakan dalam program rehabilitasi. Pendekatan
pertama adalah mengadaptasikan pasien yang mengalami kerusakan neurologis
sehingga dapat beraktivitas dengan normal. Misalnya, seseorang yang mengalami
kelumpuhan pada salah satu tangan dilatih untuk menggunakan tangan satunya
untuk
beraktivitas
secara
normal.
Keberhasilan
pendekatan
ini
dapat
pelatihan treadmill.
rehabilitasi pada cedera khususnya cedera berat agar pemulihan yang terjadi
berjalan dengan baik. Rehabilitasi lesi saraf perifer akibat cedera ekstremitas
dilakukan dalam 3 tahap yaitu penilaian awal, program rehabilitasi, dan evaluasi
hasil. 18
Pemeriksaan klinis awal adalah penilaian luas kerusakan fungsional yang
dirancang untuk menentukan tingkat kerusakan saraf perifer. Pada pasien sadar,
ini dapat dilakukan dengan pengujian otot dan pengujian batas untuk sensibilitas.
Uji otot, dengan grading manual seperti yang diperkenalkan oleh Robert W., akan
menentukan tingkat lesi saraf berdasarkan otot aktif dan tidak aktif. Gerakangerakan umum lebih mudah untuk mendapatkan jenis gangguan pasien, misalnya,
"silangkan jari Anda" adalah tes yang digunakan untuk mengetahui keadaan
fungsi motorik dari saraf ulnar. Sensibilitas juga berhubungan dengan respon
pasien sadar. 18
Program rehabilitasi harus dilakukan sejak awal terjadinya cedera agar dapat
memperkecil terjadinya komplikasi. Ekstremitas harus dijaga dalam posisi yang
fungsional dan keadaan dinamis. Adanya gerak aktif harus tetapi dipertahankan,
namun dibatasi. Sebuah aspek penting dari program rehabilitasi adalah
penggunaan splints dinamis yang sesuai untuk pasien. Pada ekstremitas atas,
22
BAB III
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Siku. (Online).
diakses
pada
26
28