TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI 1
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya
disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rhinosinusitis.
Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus,
yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. Sinusitis dikarakteristikkan
sebagai suatu peradangan pada sinus paranasal.
Sinusitis diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai
beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis
disebut pansinusitis. Disekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus
maksilaris (terletak di pipi), sinus etmoidalis (kedua mata), sinus frontalis
(terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang dahi).
EPIDEMIOLOGI 2,7
Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan, dengan dampak
signifikan pada kualitas hidup dan pengeluaran biaya kesehatan, dan dampak
ekonomi pada mereka yang produktivitas kerjanya menurun. Diperkirakan
setiap tahun 6 miliar dolar dihabiskan di Amerika Serikat untuk pengobatan
rhinosinusitis. Pada tahun 2007 di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa angka
kejadian rhinosinusitis mencapai 26 juta individu. Di Indonesia sendiri, data
dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus
berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar
102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksila dan sinusitis ethmoid,
sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid lebih jarang ditemukan. Pada
anak hanya sinus maxilla dan sinus etmoid yang berkembang sedangkan
sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada anak berusia kurang
lebih 8 tahun. Sinusitis pada anak lebih banyak ditemukan karena anak-anak
mengalami infeksi saluran nafas atas 6 8 kali per tahun dan diperkirakan
5% 10% infeksi saluran nafas atas akan menimbulkan sinusitis.
FAKTOR RISIKO 1,3,8
Beberapa faktor predisposisi terjadinya sinusitis antara lain ISPA akibat virus,
bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil,
polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka,
sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan
imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom Kartagener, dan di luar
negeri adalah penyakit fibrosis kistik.
Faktor predisposisi yang paling lazim adalah polip nasal yang timbul pada
rinitis alergika; polip dapat memenuhi rongga hidung dan menyumbat sinus. Pada
anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis
sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan
menyembuhkan rhinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosis dengan
foto polos leher posisi lateral. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah
lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok.
Keadaaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
ETIOLOGI 1,8
Berbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi
dalam terjadinya obstruksi akut ostium sinus atau gangguan pengeluaran cairan
oleh silia, yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara lain
adalah rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Infeksi sinusitis akut dapat
disebabkan berbagai organisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur.Virus
yang sering ditemukan adalah rhinovirus, virus parainfluenza, dan virus
influenza. Bakteri yang sering menyebabkan sinusitis adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarralis.Bakteri anaerob
juga terkadang ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris, terkait dengan
infeksi pada gigi premolar.Sedangkan jamur juga ditemukan sebagai penyebab
sinusitis pada pasien dengan gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi
invasif yang mengancam jiwa. Jamur yang menyebabkan infeksi antara lain
adalah dari spesies Rhizopus, Rhizomucor, Mucor, Absidia, Cunninghamella,
Aspergillus, dan Fusarium.
Sinusitis Dentogen
Merupakan penyebab paling sering terjadinya sinusitis kronik. Dasar sinus
maksila adala prosessus alveolaris tempat akar gigi, bahkan kadang-
kadang tulang tanpa pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi
gigi apikal akar gigi, atau inflamasi jaringan periondontal mudah
menyebar secara langsung ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan
limfe. Harus dicurigai adanya sinusitis dentogen pada sinusitis maksila
kronik yang mengenai satu sisi dengan ingus yang purulen dan napas
berbau busuk. Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae,
Hemophilus influenza, Streptococcus viridans, Staphylococcus aureus,
Branchamella catarhalis dan lain-lain.
Sinusitis Jamur
Sinusitis jamur adalah infeksi jamur pada sinus paranasal, suatu keadaan yang
jarang ditemukan.Angka kejadian meningkat dengan meningkatnya
pemakaian antibiotik, kortikosteroid, obat-obat imunosupresan dan
radioterapi. Kondisi yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
sinusitis jamur antara lain diabetes mellitus, neutopenia, penyakit
AIDSdan perawatan yang lama di rumah sakit. Jenis jamur yang sering
menyebabkan infeksi sinus paranasal ialah spesies Aspergillus dan Candida.
PATOGENESIS 1,3,8
Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril.Sinusitis dapat terjadi bila klirens
silier sekret sinus berkurang atau ostium sinus menjadi tersumbat, yang
menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan
parsial oksigen.Lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme
patogen.Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus
yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis.Pada dasarnya patofisiologi dari
sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksi drainase sinus (sinus ostium),
kerusakan pada silia, serta kuantitas dan kualitas mukosa. Sebagian besar episode
sinusitis disebabkan oleh infeksi virus.Virus tersebut sebagian besar menginfeksi
saluran pernapasan atas seperti Rhinovirus, Influenza A dan B, Parainfluenza,
Respiratory syncytial virus, Adenovirus dan Enterovirus.Sekitar 90 % pasien yang
mengalami ISPA memberikan bukti gambaran radiologis yang melibatkan sinus
paranasal.
KLASIFIKASI 1,9
Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya
berlangsung kurang dari 12 minggu, sedangkan kronis berlangsung lebih dari 12
minggu. Tetapi apabila dilihat dari gejala, maka sinusitis dianggap sebagai
sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda radang akut. Sinusitis kronis adalah suatu
inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang dapat ditegakkan berdasarkan
riwayat gejala yang diderita sudah lebih dari 12 minggu, dan sesuai dengan 2
kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor.Berdasarkan
beratnya penyakit, rinosinusitis dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat
berdasarkan total skor visual analogue scale (VAS) (0-10) :
- Ringan = VAS 0-3
- Sedang = VAS >3-7
- Berat = VAS >7-10
Untuk menilai beratnya penyakit, pasien diminta untuk menentukan dalam
VAS jawaban dari pertanyaan: Berapa besar gangguan dari gejala rinosinusitis
saudara?
DIAGNOSIS 1,3,8
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Tabel 1 : Tanda dan gejala sinusitis
Rhinosinusitis task force, 1996
Pada rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema, pada
sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak nanah
di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis
sphenoid nanah tampak keluar dari meatus superior. (Pada sinusitis akut
tidak ditemukan polip, tumor maupun komplikasi sinusitis. Jika ditemukan
maka kita harus melakukan penatalaksanaan yang sesuai). Pada rinoskopi
posterior tampak pus di nasofaring (post nasal drip). Pada posisional test
yakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang lebih 5 menit, dan
provokasi test, yakni suction dimasukkan pada hidung, pemeriksa memencet
hidung pasien kemudian pasien disuruh menelan ludah dan menutup mulut
dengan rapat. Jika positif sinusitis maksilaris, maka akan keluar pus dari
hidung.
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah foto polos atau CT-Scan. Foto polos
posisi Waters, PA, lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-
sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat
perselubungan, air-fluid level , atau penebalan mukosa. Rontgen sinus dapat
menunjukkan kepadatan parsial pada sinus yang terlibat akibat pembengkakan
mukosa atau dapat juga menunjukkan cairan apabila sinus mengandung pus.
Pilihan lain dari rontgen adalah ultrasonografi terutama pada ibu hamil untuk
menghindari paparan radiasi.CT-Scan sinus merupakan gold standard diagnosis
sinusitis karena mampu menilai secara anatomi hidung dan sinus, adanya
penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. CT
scan mampu memberikan gambaranyang bagus terhadap penebalan mukosa,
air-fluid level, struktur tulang, dan kompleks osteomeatal. Namun karena
mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusitis kronis yang
tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator
saat melakukan operasi sinus.
DIAGNOSIS BANDING 8
Diagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis tidak
sensitif dan spesifik.Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan
kokain, rinitis alergika, rinitis vasomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang
dengan gejala pilek dan kongesti nasal.Rhinorrhea cairan serebrospinal harus
dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat cedera kepala.Pilek persisten
unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing
nasal.Tension headache, cluster headache, migren, dan sakit gigi adalah diagnosis
alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri wajah.Pasien dengan demam
memerlukan perhatian khusus, karena demam dapat merupakan manifestasi
sinusitis saja atau infeksi sistem saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau
abses intrakranial
https://de.wikipedia.org/wiki/Sinusitis
b. Foto kepala lateral
Dilakukan dengan film terletak di sebelah lateral dengan sentrasi di luar
kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksilaris
berhimpit satu sama lain. Pada sinusitis tampak : penebalan mukosa, air
fluid level (kadang-kadang), perselubungan homogen pada satu atau lebih
sinus para nasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus
kronik)
Gambar 4 : Foto lateral menunjukkan gambaran air fluid level di sinus maksila
http://atlas.mudr.org/img
http://www.ssmedika.co.id/ref/sinusitis/
9,10,11
TATALAKSANA
a. Antibiotik
Antibiotik merupakan kunci dalam penatalaksanaan sinusitis supuratif
akut. Amoksisilin merupakan pilihan tepat untuk kuman gram positif dan
negatif.Vankomisin untuk kuman S. pneumoniae yang resisten terhadap
amoksisilin. Pilihan terapi lini pertama yang lain adalah kombinasi
eritromisin dan dulfonamide atau cephalexin dan sulfonamide.Terapi
antibiotik harus diteruskan minimum 1 minggu setelah gejala terkontrol.
Karena banyaknya distribusi ke sinus-sinus yang terlibat, perlu
mempertahankan kadar antibiotika yang adekuat bila tidak, mungkin terjadi
sinusitis supuratif kronik. Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk
membantu memperbaiki drainase dan pembersihan sekret dari sinus.
Untuk sinusitis maxilaris dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedangkan
untuk sinusitis ethmoidalis frontalis dan sinusitis sfenoidalis dilakukan
tindakan pencucian Proetz. Irigasi dan pencucian dilakukan 2 kali dalam
seminggu. Bila setelah 5 atau 6 kali tidak ada perbaikan dan klinis
masih tetap banyak sekret purulen, maka perlu dilakukan bedah radikal.
KOMPLIKASI 1,3
Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis
kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial.
Komplikasi infeksi rinosinusitis sangat jarang dan paling sering terjadi pada
anak dan pasien imunocompromised. Perluasan yang tidak terkendali dari
penyakit bakteri atau jamur mengarah kepada invasi struktur sekitarnya
terutama orbital dan otak.Sinusitis merupakan suatu penyakit yang tatalaksananya
berupa rawat jalan. Pengobatan rawat inap di rumah sakit merupakan hal yang
jarang kecuali jika ada komplikasi dari sinusitis itu sendiri. Walaupun tidak
diketahui secara pasti, insiden dari komplikasi sinusitis diperkirakan sangat
rendah. Salah satu studi menemukan bahwa insiden komplikasi yang
ditemukan adalah 3%. Sebagai tambahan, studi lain menemukan bahwa
hanya beberapa pasien yang mengalami komplikasi dari sinusitis setiap
tahunnya. Komplikasi dari sinusitis ini disebabkan oleh penyebaran bakteri yang
berasal dari sinus ke struktur di sekitarnya.Penyebaraan yang tersering
adalah penyebaran secara langsung terhadap area yang mengalami
kontaminasi. Komplikasi dari sinusitis tersebut antara lain :
1. Komplikasi lokal
a) Mukokel
b) Osteomielitis (Potts puffy tumor)
2. Komplikasi orbital
a) Inflamatori edema
b) Abses orbital
c) Abses subperiosteal
d) Trombosis sinus cavernosus.
3. Komplikasi intrakranial
a) Meningitis
b) Abses Subperiosteal
PROGNOSIS 2,3
Sinusitis tidak menyebabkan kematian yang signifikan dengan sendirinya.
Namun, sinusitis yang berkomplikasi dapat menyebabkan morbiditas dan dalam
kasus yang jarang dapat menyebabkan kematian. Sekitar 40 % kasus sinusitis
akut membaik secara spontan tanpa antibiotik. Perbaikan spontan pada
sinusitis virus adalah 98 %.Pasien dengan sinusitis akut, jika diobati dengan
antibiotik yang tepat, biasanya menunjukkan perbaikan yang cepat. Tingkat
kekambuhan setelah pengobatan yang sukses adalah kurang dari 5 %. Jika
tidak adanya respon dalam waktu 48 jam atau memburuknya gejala, pasien
dievaluasi kembali.