PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Bila mengenai beberapa
sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal
disebut pansinusitis. Sesuai dengan anatomi sinus yang terkena dapat dibagi
menjadi sinusitis maksila, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal dan sinusitis
sphenoid. Pada anak hanya sinus maxilla dan sinus ethmoid yang berkembang
sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada anak berusia
kurang lebih 8 tahun. 1,2
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di
dunia. Prevalensi sinusitis tinggi di masyarakat. Di Amerika Serikat diperkirakan
0,5% dari ISPA karena virus dapat menyebabkan sinusitis akut. Sinusitis kronis
mengenai hampir 31 juta rakyat Amerika Serikat. Data dari DEPKES RI tahun
2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25
dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan
di rumah sakit. Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM JanuariAgustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut
adalah 435 pasien, 69%nya adalah sinusitis. 1,3,4
Prevalensi sinusitis tertinggi pada usia dewasa 18-75 tahun dan kemudian
anak-anak berusia 15 tahun akibat rentannya usia ini dengan infeksi Rhinovirus.
Perempuan lebih sering terkena sinusitis dibandingkan laki-laki karena mereka
lebih sering kontak dengan anak kecil. Angka perbandingannya 20% perempuan
disbanding 11.5% laki-laki. 1,3,4
Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga
sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit
inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat
prevalensinya. Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh
infeksi bakteri. Rhinitis alergi dan infeksi virus pada saluran nafas atas yang
berkepanjangan akan menyebabkan terjadinya sinusitis. 1,3,4
Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan
maksila. Yang berbahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan
intrakranial. Komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor
predisposisi yang tak dapat dihindari, sehingga diperlukan tatalaksana dan
pengenalan dini yang baik untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan. 1,3,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Hidung
Hidung terdiri dari nasus externus (hidung luar) dan cavum nasi. 5
Nasus externus
Melekat di dahi melalui radix nasi atau jembatan hidung. Lubang luar
hidung adalah kedua nares. Setiap nares dibatasi oleh ala nasi dan di medial
B. Sinus Paranasal
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang
sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada setiap
individu.Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu
sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.
Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai
muara (ostium) ke dalam rongga hidung. 1,5
lebarnya 2,4 cm, dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat
sekat dan tepi sinus berlekuk lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang
yang relatif tipis dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi dari
sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase
melalui ostiumnya yang terletak di resessus frontal. Resessus frontal
adalah bagian dari sinus etmoid anterior.
Suplai darah diperoleh dari arteri supraorbital dan arteri
supratrochlear yang berasal dari arteri oftalmika yang merupakan salah
satu cabang dari arteri carotis interna. Inervasi mukosa disuplai oleh
cabang supraorbital dan supratrochlear cabang dari nervus frontalis yang
trigeminus. 1,5
Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum
intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan
lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7,5 ml.
Batas- batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media
dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral
berbatasan dengan sinus kavernosus dan a. karotis interna dan di sebelah
posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons. 1,5
C. Kompleks ostiomeatal
Kompleks ostiomeatal dideskripsikan sebagai area yang terdapat di
dinding lateral hidung dimana terdapat meatus medius yang merupakan
muara dari sinus paranasalis (kecuali sinus sfenoid). KOM merupakan unit
fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan draenase dari sinus-sinus
yang letaknya di anterior yaitu sinus maksila, sinus etmoid anterior, dan
sinus frontal. Jika terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, maka akan
7
hiatus
semilunaris,
resesus
frontalis,
bulla
ethmoid,
Sistem Mukosiliar
Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa
bersilia dan palut lender di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara
teratur untuk mengalirkan lender menuju ostium alamiahnya mengikuti
jalur-jalur yang sudah tertentu polanya. 1,5
Pada sinus maksila sistem transport mukosiliar menggerakan secret
sepanjang dinding anterior, medial, posterior, dan lateral serta atap
rongga sinus membentuk gambaran halo atau bintang yang mengarah ke
ostium alamiah. Setinggi ostium secret akan lebih kental tetapi
drainasenya lebih cepat untuk mencegah tekanan negative dan
berkembangnya infeksi. Kerusakan mukosa yang ringan tidak akan
menghentikan atau menguba transport dan secret akan melewati mukosa
yang rusak tersebut. Tetapi jika secret lebih kental, secret akan terhenti
pada mukosa yang mengalami defek.
Gerakan sistem mukosiliar pada sinus frontal mengikuti gerakan
spiral. Secret akan berjalan menuju septum interfrontal, kemudian ke
8
atap, dinding lateral dan bagian inferior dari dinding anterior dan
posterior menuju ressesus frontal. Gerakan spiral menuju ke ostiumnya
terjadi pada sinus sphenoid sedangkan pada sinus etmoid terjadi gerakan
rektilinier jika ostiumnya terletak di dasar sinus atau gerakan spiral jika
ostium terdapat pada salah satu dindingnya.
Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transport mukosiliar
dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang
bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan
muara tuba Eustachius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus
posterior bergabung di ressesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring
di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati
secret pasca nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada secret di
rongga hidung. 1,5
10
Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sehingga sekret dari sinus
Virus
Virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas, infeksi virus
yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus.
Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan mukosa hidung
dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat
meluas ke sinus. Antara agen virus tersering menyebabkan sinusitis
antara lain: Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus dan
adenovirus
Bakteri
Organisme penyebab tersering sinusitis akut mungkin sama dengan
penyebab otitis media. Yang sering ditemukan antara lain:
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Branhamella
cataralis,
Streptococcus
alfa,
Staphylococcus
aureus
dan
Veillonella).
Jamur
Biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes, terapi immunosupresif,
dan immunodefisiensi misalnya pada penderita AIDS. Jamur
penyebab infeksi biasanya berasal dari genus Aspergillus dan
Zygomycetes.
C. Faktor Risiko
asing.
Trauma yang menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal. 1,2
D. Klasifikasi
reversible.
Sinusitis Kronis, yaitu sinusitis yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Perubahan histologik mukosa sinus paranasal sudah irreversible.
ostia yang mencegah adanya kontaminasi pada ruang sinus. Ostium sinus
maksilaris hanya berdiameter 2,5mm, apabila ada edema mukosa sebesar
1-3mm, akan menyebabkan kongesti (dapat disebabkan oleh alergi, virus
iritasi bahan
dapat
menginfeksi
rongga
sinus.
Patofisiologi
dari
pada
gerakan
sel
goblet
mukus
menjadi
sangat
kental.Berubahnya
14
Inflamasi
akut
dari
mukosa
sinus
menyebabkan
dapat
menyebabkan
perubahan
pada
mukosa
Akut
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas.
1)
Gejala subjektif dibagi menjadi gejala sistemik, yaitu demam dan lesu,
serta gejala gejala lokal, yaitu hidung tersumbat, ingus kental, post
nasal drip, halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri
di daerah sinus yang terkena, serta kadang disertai nyeri alih ke tempat
lain.
a) Sinusitis Maksilaris
Sinus maksila disebut juga Antrum Highmore. Pada sinusitis
maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar
ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan
depan telinga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan
menusuk. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan
terkadang berbau busuk dan batuk iritatif non produktif
b) Sinusitis Ethmoidalis
15
2)
16
yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal
Kronik
Temuan pemeriksaan klinis tidak seberat akut dan tidak terdapat
pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan
sekret kental, purulen dari meatus medius atau meatus superior, dapat
juga ditemukan polip, tumor atau komplikasi sinusitis. Pada rinoskopi
posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.
Transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, yakni pada sinus
yang terinfeksiakan terlihat suram dan gelap.
3)
Pemeriksaan Penunjang
17
tulang dan jaringan lunak yang tumpang tindih pada daerah sinus
paranasal, kelainan-kelainan jaringan lunak, erosi tulang kadangkadang sulit dievaluasi.Pemeriksaan ini dari sudut biaya cukup
ekonomis dan pasien hanya mendapat radiasi yang minimal.
Pemeriksaan foto kepala untuk mengevaluasi sinus paranasal terdiri
atas berbagai macam posisi antara lain:
a) Foto kepala posisi anterior-posterior ( AP atau posisi Caldwell)
Foto ini diambil pada posisi kepala meghadap kaset, bidang
midsagital kepala tegak lurus pada film. Idealnya pada film tampak
pyramid tulang petrosum diproyeksi pada 1/3 bawah orbita atau pada
dasar orbita. Hal ini dapat tercapai apabila orbito-meatal line tegak
lurus pada film dan membentuk 1500 kaudal.
e) Foto Rhese
Posisi Rhese atau oblique dapat mengevaluasi bagian posterior
sinus ethmoidalis, kanalis optikus, dan lantai dasar orbita sisi lain.
19
Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan sekarang merupakan pemeriksaan yang
sangat unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat
menganalisis dengan baik tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk
jaringan lunak, irisan axial merupakan standar pemeriksaan paling baik
yang dilakukan dalam bidang inferior orbitomeatal (IOM). Pemeriksaan
ini dapat menganalisis perluasan penyakit dari gigi geligi, sinus-sinus
dan palatum, terrmasuk ekstensi intrakranial dari sinus frontalis.
Pada kasus-kasus sinusitis sphenoid, kira-kira 50% foto polos sinus
sphenoidalis yang normal, tapi apabila dilakukan pemeriksaan CT-Scan,
maka tampak kelainan pada mukosa berupa penebalan.
pemeriksaan CT.
o Tumor
Pemeriksaan MRI 3,6
MRI memberikan gambaran yang lebih baik dalam membedakan
struktur jaringan lunak dalam sinus. Kadang digunakan dalam kasus
suspek tumor dan sinusitis fungal. Sebaliknya, MRI tidak mempunyai
keuntungan dibandingkan dengan CT Scan dalam mengevaluasi
sinusitis. MRI memberi hasil positif palsu yang tinggi, penggambaran
tulang yang kurang, dan biaya yang mahal. MRI membutuhkan waktu
lama dalam penyelesaiannya dibandingkan dengan CT Scan yang
relatif cukup cepat dan sulit dilakukan pada pasien klaustrofobia.
MRI mungkin merupakan pilihan terbaik untuk mendeteksi dan
mengenali mukokel.MRI dengan kontras merupakan teknik terbaik
ada di dalam sinus, dan letak dan keadaan dari ostium sinus. Yang
menjadi masalah adalah pemeriksaan sinoscopy memberikan suatu
keadaan yang tidak menyenangkan buat pasien.
G. Tatalaksana
Tujuan terapi ialah mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi dan mencegah akut menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah
membuka sumbatan di kompleks ostio-meatal (KOM) sehingga drainase
dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
22
setelah 5 atau 6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak
1) Pembedahan Radikal
Pembedahan radikal yaitu pengangkatan mukosa yang patologik dan
membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maxillaris
dilakukan operasi Caldwell-luc, sedangkan untuk sinus ethmoidalis
dilakukan ethmoidektomi yang bisa dilakukan dari dalam hidung
(intranasal) atau dari luar (ekstranasal). Drainase sekret pada sinus
frontalis dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dari luar
(ekstranasal) seperti dalam operasi Kilian. Drainase sinus sphenoidalis
dilakukan dari dalam hidung (intranasal).
2) Pembedahan Non-Radikal
Akhir-akhir ini dikembangkan metode operasi sinus paranasal dengan
menggunakan endoskop yang disebut Bedah Sinus Endoskop
Fungsional (BSEF). Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan
daerah kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber sumbatan dan
infeksi, sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat lancar kembali
melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali
normal
H. Komplikasi
Terdapat 5 tahapan :
1) Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita
akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama
ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan
orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok
umur ini.
2) Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif
menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.
3) Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding
tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.
4) Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur
dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis
optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak
otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva
merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin
bertambah.
5) Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri
melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk
suatu tromboflebitis septik.
I. Prognosis
25
Sinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan 70%
penderita sembuh tanpa pengobatan. Sedangkan sinusitis kronik memiliki
prognosis yang bervariasi. Jika penyebabnya adalah kelainan anatomi dan
telah diterapi dengan bedah, maka prognosisnya baik.lebih dari 90%
pasien membaik dengan intervensi bedah, namun pasien ini kadang
mengalami kekambuhan. 1,2,3
DAFTAR PUSTAKA
26
27