MENIERE DISEASE
OLEH :
1
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
RUMAH SAKIT AR BUNDA
KOTA LUBUK LINGGAU
2019
2
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
3. Definisi ....................................................................................................16
4. Epidemiologi............................................................................................17
5. Etiologi.....................................................................................................17
6. Patofisiologi..............................................................................................18
7. Gejala Klinis.............................................................................................18
8. Diagnosis..................................................................................................19
9. Penatalaksanaan........................................................................................20
10. Prognosis....................................................................................................23
2
BAB I
ILUSTRASI KASUS
Objektif Presentasi :
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Audit
Bahasan : □ Kasus
3
Keluhan Utama : Telinga kiri berdenging sejak 2 minggu SMRS
Pasien datang dengan keluhan telinga kiri berdenging sejak ± 2 minggu SMRS. Telinga kiri
berdenging dirasakan saat serangan pusing, telinga berdenging terdengar seperti suara bising
bergemuruh. Tidak ada riwayat sakit telinga, keluar cairan ataupun konsumsi obat-obatan dalam
jangka waktu lama. Keluhan disertai kepala pusing berputar dan penurunan pendengaran. Pasien
mengeluh pusing dan sudah 2 minggu ini ini 7x kambuh. Lama pusing dirasakan sekitar 10
menit hingga 30 menit hilang timbul dan muncul secara mendadak dan tidak dipengaruhi
perubahan posisi kepala. Keluhan kepala pusing berputar sejak ± 2 minggu SMRS dan sekarang
dirasa semakin berkurang. Pasien mengatakan tidak ada demam. Tidak ada riwayat penurunan
kesadaran ataupun kelemahan anggota gerak saat serangan muncul. Trauma kepala atau telinga
dan riwayat operasi telinga sebelumnya disangkal. Pendengaran telinga kiri berkurang muncul
saat serangan dan terutama saat pasien mendengar suara yang perlahan. Pasien mengatakan
tidak ada riwayat mendengar suara yang sangat keras sebelumnya.
- Riwayat sakit gigi : disangkal - Riwayat ISPA : disangkal - Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat Pekerjaan : Pasien pegawai swasta di salah satu Perusahaan swasta dikota
Lubuklinggau, . Pekerjaan rutin sebagai petugas di bidang administrasi yang tidak memiliki
risiko mengalami trauma pada organ pendengaran
Hasil Pembelajaran :
4
1. Anatomi dan Fisiologi Nervus Vestibularis
2. Anatomi dan Fisiologi Nervus Koklearis
3. Definisi
4. Epidemiologi
5. Etiologi
6. Patofisiologi
7. Gejala Klinis
8. Diagnosis
9. Penatalaksanaan
10. Prognosis
1. Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan telinga kiri berdenging sejak ± 2 minggu SMRS. Telinga kiri
berdenging dirasakan saat serangan pusing, telinga berdenging terdengar seperti suara bising
bergemuruh. Tidak ada riwayat sakit telinga, keluar cairan ataupun konsumsi obat-obatan dalam
jangka waktu lama. Keluhan disertai kepala pusing berputar dan penurunan pendengaran. Pasien
mengeluh pusing dan sudah 2 minggu ini ini 7x kambuh. Lama pusing dirasakan sekitar 10 menit
hingga 30 menit hilang timbul dan muncul secara mendadak dan tidak dipengaruhi perubahan
posisi kepala. Keluhan kepala pusing berputar sejak ± 2 minggu SMRS dan sekarang dirasa
semakin berkurang. Pasien mengatakan tidak ada demam. Tidak ada riwayat penurunan
kesadaran ataupun kelemahan anggota gerak saat serangan muncul. Trauma kepala atau telinga
dan riwayat operasi telinga sebelumnya disangkal. Pendengaran telinga kiri berkurang muncul
saat serangan dan terutama saat pasien mendengar suara yang perlahan. Pasien mengatakan tidak
ada riwayat mendengar suara yang sangat keras sebelumnya. Riwayat penyakit lain disangkal.
Pasien memiliki kebiasaan merokok. Pekerjaan pasien tidak berisiko terhadap organ
pendengaran.
5
2. Objektif :
Suhu : 36,70c
a. Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Bentuk : Normosefali, tidak ada deformitas, tidak ada nyeri tekan
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-), cekung (-/-)
Status Lokalis
1.Telinga Pemeriksaan Rutin Umum Telinga dextra sinistra
Aurikula Bentuk (N) Benjolan (-) Nyeri tekan (-) Bentuk (N) Benjolan (-) Nyeri tekan
(-) Preaurikula Tragus pain (-) Fistula (-) Abses (-) Tragus pain (-) Fistula (-), Abses
(-) Retroaurikula Nyeri tekan (-) Edema (-) Hiperemis (-) Nyeri tekan (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Mastoid Nyeri tekan (-) Edema (-) Hiperemis (-) Nyeri tekan (-) Edema
(-) Hiperemis (-) CAE Discharge (-) Serumen (-) Hiperemis (-) Edema (-) Corpus
allienum (-) Discharge (-) Serumen (-) Hiperemis (-) Edema (-) Corpus allienum (-)
membrean tympani Perforasi (-), MT intak (-), MT intak -Cone of Light (+) bentuk
kerucut arah jam 5 (+) bentuk kerucut ke arah jam 7 -Warna Putih seperti mutiara
6
Putih seperti mutiara -Bentuk -Buldging Cekung (-) Cekung (-)
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-) faring hiperemis (-) Tonsil T1-
T1, uvula ditenga
7
Leher : Tidak tampak bengkak, warna kulit sama dengan sekitar . tidak teraba
pembesaran KGB. Nyeri tekan (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bunyi Jantung I > Bunyi jantung II, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, NT (-)
Ekstremitas: Turgor normal, Akral dingin, CRT 2 detik, edema (-). Ptekie (-)
b. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
3/10/2019
DARAH LENGKAP
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 0-4 %
Mielosit 0 0%
Band 0 0-6%
Segmen 69 40-70%
Limfosit 32 30-45%
8
Monosit 9 2-10%
Hematokrit 38 35 – 47%
MCV 80 74-108
MCH 28 27-32 pg
KIMIA DARAH
3. Assesment:
Pasien datang dengan keluhan telinga kiri berdenging sejak ± 2 minggu SMRS. Telinga
kiri berdenging dirasakan saat serangan pusing, telinga berdenging terdengar seperti suara bising
bergemuruh. Tidak ada riwayat sakit telinga, keluar cairan ataupun konsumsi obat-obatan dalam
jangka waktu lama. Keluhan disertai kepala pusing berputar dan penurunan pendengaran. Pasien
mengeluh pusing dan sudah 2 minggu ini ini 7x kambuh. Lama pusing dirasakan sekitar 10 menit
hingga 30 menit hilang timbul dan muncul secara mendadak dan tidak dipengaruhi perubahan
posisi kepala. Keluhan kepala pusing berputar sejak ± 2 minggu SMRS dan sekarang dirasa
semakin berkurang. Pasien mengatakan tidak ada demam. Tidak ada riwayat penurunan
kesadaran ataupun kelemahan anggota gerak saat serangan muncul. Trauma kepala atau telinga
dan riwayat operasi telinga sebelumnya disangkal. Pendengaran telinga kiri berkurang muncul
saat serangan dan terutama saat pasien mendengar suara yang perlahan. Pasien mengatakan tidak
9
ada riwayat mendengar suara yang sangat keras sebelumnya. Riwayat penyakit lain disangkal.
Pasien memiliki kebiasaan merokok. Pekerjaan pasien tidak berisiko terhadap organ
pendengaran.
4. Terapi :
Non Medikamentosa:
- Diet rendah garam dan kolestrol
- fisioterapi
Medikamentosa
- IVFD RL xx/gtt macro
- Betahistin 3x6 mg
- Flunarizine 2x5 mg
- Inj. Mecobalamin 3x500 mg
- Inj. Ondansentron 2x8 mg
Prognosis
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NERVUS VESTIBULARIS
1. Anatomi dan Fisiologi
11
Nervus vestibulocochlearis merupakan nervus cranialis ke delapan yang
terdiri dari 2
12
vestibularis lateralis (Deiter) dan inti vestibularis inferior (Spinal). Sebagian kecil
dari serabut saraf vestibularis berjalan langsung ke serebelum dan berakhir di
korteks lobus nodulo-flokularis. Dari kelompok inti-inti vestibularis ini keluar
serabut-serabut yang mengadakan hubungan dengan inti-inti atau daerah lainnya,
diantaranya adalah dengan batang otak, medulla spinalis, serebelum dan mungkin
juga serebrum.2
Hubungan batang otak. Serabut dengan inti vestibularis mengadakan
hubungan dengan inti saraf otak III, IV, dan VI (yang mengurus otot
ekstraokuler). Sistem vestibuler memainkan peranan yang dalam mengurus gerak
terkonjugasi bola mata yang reflektoris terhadap gerakan serta posisi kepala.
Sistem vestibuler yang ikut berperan dalam membuat mata dapat memfiksasi pada
benda yang diam pada saat kepala dan badan berada dalam keadaan bergerak.2
Hubungan dengan medulla spinalis. Hubungan dengan medulla spinalis
terjadi melalui traktus vestibule-soinalis lateralis dan medialis. Impuls yang
melalui serabut pada traktus ini ikut membantu reflex miotatik local, ikut
mengatur tonus otot ekstensor badan dan anggota gerak terhadap gravitasi dan
mempertahankan sikap tegak.2
Hubungan dengan serebelum. Bagian vestibuler dari cerebellum
(archicerebellum) berperan dalam mempertahankan keseimbangan. Hal ini
dilakukan melalui serabut dari inti vestibularis ke motor neuron medulla spinalis,
dan melalui hubungan serebelo-retikuler dan retikulospinalis. Paleocerebellum
mempengaruhi tonus otot, dalam hubungannya dengan sikap dan gerakan, melalui
inti-inti vestibuler dan nucleus ruber.2
13
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan timbul bila hanya ada perubahan
konsentrasi O2 saja, tapi harus ada faktor lain yang menyertainya, misalnya
sklerosis pada salah satu dari arteri auditiva intern, atau salah satu arteri tersebut
terjepit. Dengan demikian bila ada perubahan konsentrasi O 2 hanya satu sisi saja
yang mengadakan penyesuaian, akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial
antara vestibuler kanan dan kiri. Akibatnya akan terjadi serangan vertigo.6
Vertigo merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita
dengan gangguan sistem vestibuler. Ini merupakan rasa bergerak (penderita
merasa bahwa sekitarnya bergerak, atau dirinya yang bergerak), dan biasanya
disertai oleh rasa tidak stabildan kehilangan keseimbangan.2
14
- Lesi lobus temporalis
- Neoplasma
3. Lain-lain
- Toksik (misalnya antikonvulsan fenitoin, sedative)
- Infeksi
- Hipotiroid
B. NERVUS KOKLEARIS
1. Anatomi dan fisiologi
Reseptor pendengaran ialah sel-sel rambut di organ Corti. Dari sini impuls
dihantar melalui serabut-serabut sel bipolar ganglion spiral (kokhlear), yang
membentuk saraf kokhlearis. Saraf kokhlearis ini berjalan di lantai meatus
akustikus internus, bersama-sama nervus vestibularis dan nervus fasialis, dan
keluar melalui porus akustikus internus, kemudian memasuki batang otak di
bagian atas dari medulla oblongata pada perbatasannya dengan pons.2
Serabut nervus kokhlearis (bersinaps) di inti kokhlearis bagian dorsal dan
ventral. Dari sini keluar serabut, yang sebagian menyilang dan sebagian lagi tidak
menyilang, dan meneruskan diri melalui leminkulus lateralis menuju korpus
genikulatum medial, serabut ini melalui inti lemniskus lateralis dan olivarius
superior. Pada inti ini ada serabut yang bersinaps. Dari korpus genikulatum
medial, setelah bersinaps, serabut melanjutkan diri ke korteks aufitif.2
15
- Pada tuli saraf, disebabkan oleh lesi yang mengenai organ korti, nervus
kokhlearis, atau jaras auditorik sentral.5
2. Tinitus ialah persepsi bunyi berdenging di telinga, yang disebabkan oleh
eksitasi atau iritasi pada alat pendengaran, sarafnya, inti serta pusat yang
lebih tinggi.2
3.Hiperakusis atau meningginya ketajaman pendengaran yang bersifat
patologis didapatkan pada paralisis muskulus stapedius, pada migren
psikoneurosis dan dapat juga merupakan aura dari epilesi lobus temporalis.2
16
C. DEFINISI
Penyakit meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo,
tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di
telinga. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia
tidak mampu mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh
adanya hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.1
Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian
vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar
dapat disertai gejala lain, tertutama jaringan otonomik akibat gangguan alat
keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing
saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, unstable), gejala otonom seperti pucat, keringat dingin, mual, muntah,
dan pusing.8
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu
mendengar bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi
tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri (impuls sendiri). Namun tinnitus
hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus dicari penyebabnya.8
Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan
pendengaran yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan
pendengaran pada penyakit Meniere yang parah dapat mengakibatkan hilangnya
pendengaran secara permanen.1,2,8
D. EPIDEMIOLOGI
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa.
Paling banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Kemungkinan ada komponen
genetic yang berperan dalam penyakit Meniere. Pasien dengan resiko besar
terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi,
merokok, stress, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengkonsumsi
aspirin.
17
E. ETIOLOGI
Penyebab pasti Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai teori
termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang
menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi
dan autoimun.6
F. PATOFISIOLOGI
18
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi rupture labirin membrane dan endolimfa
akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi
di telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan
pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka
membrane akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dn endolimfe
tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.5,6
G. GEJALA KLINIS
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala
lain bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering
disebut trias Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli sensorineural fluktuatif
terutama nada rendah. Serangan pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo
disertai rasa mual dan muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan
merasa berputar, mual, dan muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai
beberapa mingu, kemudian keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa
sembuh tanpa obat dan gejala penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan
kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali.
Pada penyakit Meniere, vertigonya periodic dan makin mereda pada serangan-
serangan selanjutnya.6
19
Vertigo periodic biasanya dirasakan dalam dua puluh menit sampai dua
jam atau lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi
periode remisi. Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap
serangan biasanya disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga
tidak dapat beraktivitas dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan
pulih kembali. Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan
penyakit lainnya yang juga memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis
multiple, neuritis vestibularis atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ).6
Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan
tekanan udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava
dan Toynbee.1,5,6
20
H. DIAGNOSIS
Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada
telinga.
Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural.
Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya Tumor N.VIII.
pada tumor N.VIII serangan vertigo periodic, mula-mula lemah dan
semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multiple vertigo periodic dengan
intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan
vertigo tidak periodic dan makin lama makin menghilang. Pada VPPJ,
keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang dirasakan
sangat berat.dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak
berlansgung lama.
Pemeriksaan Fisik
Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisi
telinga kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan
dan dipastikan kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis
didapatkan kelainan tuli saraf fluktuatif dan ternyata dilakukan dengan
hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere,
sebab tidak ada tuli saraf yang membaik kecuali pada penyakit Meniere.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere adalah
: 1,6
21
o Pemeriksaan Audiometri
o Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan
o Elektrokokleografi (ECOG)
o Brain Evoked Response Audiometry (BERA)
o Magnetic Resonance Imaging (MRI)
I. PENATALAKSANAAN
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yang bersifat simptomatik, seperti sedative dan bila perlu
diberikan antiemetic. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya.
Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut : 6
22
pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan obat-obatan yang
bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperparah tinnitus.
B. Farmakologi
C. Latihan
23
Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem
vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat
diatasi dengan latihan yang teratur dan baik. Orang-orang yang karena
profesinya menderita vertigo dapat diatasi dengan latihan yang intensif
sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaan sehari-
hari.1,5,6
24
J. PROGNOSIS
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit.
Sebaiknya pasien dengan vertigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil,
naik tangga, dan berenang. 4,6
25
BAB III
KESIMPULAN
26
Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang diakibatkan adanya
kelainan pada telinga dalam berupa hidrops (pembengkakan) endolimfa pada
kokhlea dan vestibulum. Gejala dari penyakit meniere disebut trias meniere yang
terdiri dari vertigo (sakit kepala berputar), tinnitus, dan gangguan pendengaran
berupa tuli sensori neural. Gangguan pendengaran ini bersifat fluktuatif dimana
gangguan pendengaran terjadi saat serangan dan dapat normal diluar serangan.
Pada dasarnya, etiologi pasti dari penyakit Meniere ini belum diketahui.
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telingan yang abnormal dan diduga disebabkan oleh
terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus.
DAFTAR PUSTAKA
27
2. Lumbatobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Badan
Penerbit FK UI, Jakarta 2013
3.http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Modul
%20B3%20%20Pemeriksaan%20Saraf%20Kranialis.pdf
4. http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_198Vertigo.pdf
5. Baehr, Mathias. Diagnosis Topik Neurologi DUUS : anatomi, fisiologi, tanda
dan gejala . Ed. 4. Jakarta : EGC, 2010
6. Soepardi, E.A, Iskandar, N, Bashiruddin, J, Restuti, R.D.(2007) Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala&leher. Ed.6. Jakarta : Balai
penerbit FKUI.
28