DISUSUN OLEH :
CI INSTITUSI CI LAHAN
(………………………) (………………………..)
2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1)Anterior compartment
2)Medial/adductor compartment
Otot: adductor longus, gracilis, dan adductor magnus
Nerve: sciatic nerve
3)Posterior compartment
Otot: biceps femoralis, semitensinosus, dan semimembranosus
Nerve: obturator nerve
b) Fisiologi Tulang
Kaufmann dkk. (2018) menjelaskan bahwa fungsi utama sistem
skeletal pada manusia meliputi 3 hal, yaitu support, movement, dan
protection. Sistem skeletal manusia terdiri dari tulang rawan, ligamen, dan
jaringan lain yang melakukan fungsi penting untuk tubuh manusia.
Komponen komponen tersebut melakukan fungsi sebagai berikut:
1) Melindungi organ tubuh internal
2) Memproduksi dan menyimpan lemak
3) Memproduksi sel darah merah
4) Memproduksi dan menampung mineral. Tulang menyimpan 97%
kalsium dan fosfor tubuh
5) Mendukung pergerakan tubuh
6) Menyokong rangka dan bentuk tubuh
4. Klasifikasi Fraktur
Nurafif dan Kusuma (2015) menjelaskan bahwa fraktur
diklasifikasikan secara klinis menjadi 3, yaitu:
6. Manifestasi Klinis
(Belleza, 2016) menjelaskan bahwa manifestasi klinis fraktur adalah
sebagai berikut:
a. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
b. Kehilangan fungsi
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur
menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot.
c. Pemendekan ekstremitas
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Saat
ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
yang lainya.
d. Edema dan ecchymosis lokal
Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai
akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
8. Komplikasi
(Belleza, 2016) menjelaskan bahwa komplikasi yang dapat terjadi
pada pasien dengan fraktur adalah:
a. Syok hipovolemik. Kondisi ini terjadi akibat adanya perdarahan berlebih
yang sering ditemukan pada pasien trauma akibat fraktur pada tulang
pelvis, femur, atau fraktur lain dengan jenis fraktur terbuka.
b. Fat embolism syndrome. Kondisi ini terjadi akibat fraktur pada tulang
panjang, atau fraktur lain yang menyebabkan jaringan sekitar hancur,
sehingga emboli lemak dapat terjadi.
c. Compartement syndrome. Kondisi ini merupakan keadaan yang
mengancam ekstremitas yang terjadi ketika tekanan perfusi turun atau
lebih rendah daripada tekanan jaringan. Hal ini disebabkan karena
penurunan ukuran compartment otot karena fasia yang membungkus otot
terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat ataupun
peningkatan isi kompatement otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan cidera
remuk).
d. Osteomyelitis. Kondisi tulang yang mengalami fraktur merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya osteomyelitis. Penyakit ini merupakan infeksi
pada tulang yang penatalaksanaannya melalui terapi medikasi dengan
antibiotik, serta pembedahan ketika infeksi bersifat persisten.
9. Pemeriksaan Penunjang
Belleza (2016) menjelaskan bahwa periksaan yang dapat dilakukan
pada pasien dengan diagnosa fraktur femur adalah:
a. Pemeriksaan X ray, berfungsi untuk menentukan lokasi dan luas fraktur
b. Bone scans, tomograms, computed tomography (CT) atau Magnetig
Resonance Imaging (MRI), bertujuan untuk memfisualisasi fraktur,
perdarahan, kerusakan jaringan, dan membedakan antara ftaktur akibat
trauma dengan neoplasma tulang
c. Arteriogram, yaitu pemeriksaan yang dapat dilakukan aabila dicurigai
terjadi kerusakan pembuluh darah okuli
d. Complete Blood Cound (CBC). Jika hasil pemeriksaan hitung darah
lengkap menunjukkan bahwa hematokrit mengalami peningkatan atau
penurunan (hemokonsentrasi) menunjukkan adanya perdarahan pada
lokasi fraktur atau organ di sekitar lokasi trauma. Hasil pemeriksaan
hitung darah lengkap yang menunjukkan peningkatan sel darah putih
(WBC) merupakan tanda respon stres normal setelah trauma atau
terjadinya fraktur
e. Urine creatinine (Cr) clearance, untuk mengetahui trauma atau Fraktur
yang terjadi menyebabkan meningkatnya Cr pada ginjal
f. Coagulation profile, bertujuan untuk mengetahui perubahan akibat
kehilangan darah.
10. Penatalaksanaan
Norvell (2017) menjelaskan bahwa penatalaksanaan pada pasien
dengan fraktur adalah melalui metode RICE, yaitu:
a. Rest
Nyeri merupakan sinyal tubuh bahwa telah terjadi suatu masalah. Hal
yang harus dilakukan ketika mengalami nyeri adalah menghentikan kegiatan
fisik dan yang paling penting harus dilakukan 2 hari pertama.
b. Ice
Kompres menggunakan es pada hari pertama hingga hari kedua pasca
terjadinya trauma bertujuan untuk mengurangi nyeri atau rasa sakit, dan
menghentikan perdarahan.
c. Compression
Pemberian tekanan pada tubuh yang mengalami trauma dapat
dilakukan menggunakan elastic medical bandage atau ACE bandage.
d. Elevation
Hal terakhir yang bisa dilakukan untuk menangani fraktur adalah
dengan mengelevasikan bagian yang trauma lebih tinggi dari jantung. Hal ini
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi.
e. Pembedahan
Muttaqin (2008) menjelaskan bahwa penatalaksanaan fraktur melalui
pembedahan dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragment tulang
pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi, dapat
dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih
bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap
sama.Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus disiapkan
untuk menjalani prosedur dan harus diperoleh izin untuk melakukan
prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu
dilakukan anesthesia. Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus
ditangani dengan lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Reduksi tertutup pada banyak kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragment tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
b) Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)
Pada Fraktur tertentu dapat dilakukan dengan reduksi eksternal atau yang
biasa dikenal dengan OREF, biasanya dilakukan pada fraktur yang terjadi
pada tulang panjang dan fraktur fragmented. Eksternal dengan fiksasi,
pin dimasukkan melalui kulit ke dalam tulang dan dihubungkan dengan
fiksasi yang ada dibagian luar. Indikasi yang biasa dilakukan
penatalaksanaan dengan eksternal fiksasi adalah fraktur terbuka pada
tulang kering yang memerlukan perawatan untuk dressings. Tetapi dapat
juga dilakukan pada fraktur tertutup radius ulna. Eksternal fiksasi yang
paling sering berhasil adalah pada tulang dangkal tulang misalnya tibial
batang.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor rekam medis, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Identifikasi adanya nyeri pada lokasi fraktur atau tidak
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang femur,
bagaimana mekanisme terjadinya, pertolongan apa yang sudah di
dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun patah tulang.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah tulang
sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker
tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat
beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit diabetes
menghambat penyembuhan tulang, riwayat pembedahan, alergi, riwayat
obat-obatan yang dikonsumsi.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang femur adalah
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetic, DM, anemia, hipertensi dan cancer
f) Pola Fungsional
1) Pola pemeliharaan kesehatan
Kebiasaan merokok, cara penanganan kesehatan yang lain, mencari
pertolongan pengobatan misalnya ke dukun, ke dokter.
2) Pola Nutrisi
Turgor kulit buruk, peningkatan/penurunan nafsu makan,
peningkatan/penurunan IMT.
3) Pola Eliminasi
Konstipasi
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Penurunan rentang gerak
5) Pola Tidur dan Istirahat
Penurunan kualitas tidur
6) Pola kognitif
Ansietas, kurang pengetahuan tentang penyakit
7) Pola Persepsi Diri
Gangguan citra diri
8) Pola peran dan hubungan
Terjadi masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarganya
9) Pola seksualitas-reproduksi
Pola seksualitas terganggu, kehamilan sering berakhir dengan
keguguran.
10) Pola nilai kepercayaan
Tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang dianut
oleh individu tersebut. Nervus, tegang, gelisah, cemas.
g) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat merupakan tanda-
tanda, seperti :
(a) Kesadaran penderita : apatis, sokor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien
(b) Kesakitan / nyeri keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang,
berat, dan pada kasus pada fraktur bisanya akut
(c) Tanda- tanda vital : tekanan darah meningkat/menurun, pernafasan
meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun, suhu
meningkat/menurun
2) Secara sistemik:
(a) System integument: Terdapat erythema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, udem, nyeri tekan.
(b) Kepala :Sakit kepala/ nyeri kepala
(c) Leher : -
(d) Muka :-
(e) Mata : -
(f) Telinga :-
(g) Hidung :-
(h) Mulut : Mukosa bibir kering, pucat, sianosis.
(i) Thoraks
- Inspeksi : Inspirasi ekspirasi memanjang/memendek
- Palpasi : Pergerakan dada sama dan simetris, permitus teraba
sama.
- Perkusi : Suara ketuk sonor, tak ada redup atau suara tambahan
lainnya.
- Auskultasi :Suara nafas normal, tidak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan bronchi
(j) Jantung
- Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
- Palpasi : ictuscordis tidak teraba
- Auskultasi : Suara s1 dan s2 tunggal, taka da mur-mur
(k) Abdomen
- Inspeksi : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
- Palpasi : turgor baik, hepar tidak teraba
- Perkusi : suara tympani
- Auskultasi : bising usus kurang dari 5 kali/menit
(l) Ekstremitas
akral teraba dingin/hangat, CRT > 2 detik. Pemeriksaan dengan
menggerakkan ekstremitas : terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Dilakukan pencatatan rentang gerak, dilakukan
pemeriksaan gerak aktif dan pasif, berdasarkan pemeriksaan didapat
: gangguan atau keterbatasan gerak tungkai, ketidakmampuan
menggerakkan tungkai, penurunan kekuatan otot.
Format Skala kekuatan otot
Skala Nilai Keterangan
Normal 5/5 Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup
gerak penuh, mampu melawan gaya gravitasi,
mampu melawan tahanan dengan penuh.
Baik 4/5 Mampu menggerakkan persendian dengan gaya
gravitasi, mampu melawan dengan tahan sedang
Sedang 3/5 Hanya mampu melawan gaya gravitasi
Buruk 2/5 Tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakkan
pasif)
Sedikit 1/5 Kontraksi otot dapat di palpasi tanpa gerakkan
persendian
Tidak 0/5 Tidak ada kontraksi otot.
ada
1. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
3) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
3. Perencanaan Keperawatan
Pemantauan Nutrisi
Observasi
identifikasi penurunan berat badan
monitor asupan oral
identifikasi pola makan
Teraupetik
timbang berat badan
hitung perubahan berat badan
Edukasi
jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
informasikan hasil pemantauan
Perawatan luka
Tindakan:
Observasi
monitor karateristik luka
monitor tanda-tanda operasi
Terapiutik
lepaskan balutan dan plester secara berlahan
bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih nontosik
sesuai kebutuhan
berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
pasang balutan sesuai jenis luka
pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Edukasi
jelaskan tanda dan gejala infeksi
anjurkan mengonsumsi makana tinggi kalori dan protein
kolaborasi
kolaborasi pemberian antibiotic
1. Evaluasi Keperawatan
2. Discharge Planning
Nurafif dan Kusuma (2015) menjelaskan bahwa discharge planning
untuk pasien fraktur adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan masukan cairan
2) Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu
3) Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat
4) Kontrol sesuai jadwal
5) Mimun obat sesuai dengan yang diresepkan dan segera periksa jika ada
keluhan
6) Menjaga masukan nutrisi yang seimbang
7) Hindari trauma ulang
8) Melakukan terapi latihan untuk pemulihan pasca pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisis 13. Jakarta:
EGC.
Keiler, J., Sidel, R., Wree, A. 2018. The femoral vein diameter and its correlation
with sex, age and body mass index – An anatomical parameter with clinical
relevance. The Journal of Venous Desease. 0(0): 1-12.
Risnanto dan U. Insani. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Sietem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.