Anda di halaman 1dari 74

REFERAT

ANATOMI, FISIOLOGI, PATOFISIOLOGI


MUSKULOSKELETAL

Disusun oleh :
Afifah Hanum Rozana (1102015010)
Faras Qodriyyah Sani (1102015074)
Kartilia Nurani Putri (1102015111)
Keviano Bobby Saputro (1102015113)
Yana Dwi Suciati (1102015247)

Pembimbing:

dr. Ilma Fiddiyanti, Sp.Rad

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD CILEGON
PERIODE 29 JULI 2019 – 31 AGUSTUS 2019

  1  
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi ................................................................................................................... 5
2.2 Fisiologi ................................................................................................................. 27
2.3 Patofisiologi ........................................................................................................... 38
BAB III KESIMPULAN .............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 73

  2  
BAB I
PENDAHULUAN

Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang yang membentuk


suatu kerangka tubuh yang kokoh. Tulang-tulang tersebut tersusun skeleton axiale
yang dibagi atas ossa cranii (tulang tengkorak) sebanyak 29 tulang, columna
vertebralis (tulang belakang) sebanyak 26 tulang, skeleton thoracis sebanyak 25
tulang. Skeleton appendiculare dibagi atas ossa membri superioris (anggota gerak
atas) sebanyak 64 tulang, dan ossa membri inferioris (anggota gerak bawah)
sebanyak 62 tulang, sehingga total tulang penyusun rangka manusia dewasa
sekitar 206 tulang. Rangka manusia juga disusun atas persendian yang merupakan
artikulasi dari dua tulang atau lebih.1
Sistem rangka pada dasarnya memiliki fungsi untuk memberikan topangan
dan bentuk pada tubuh, perlindungan yaitu melindungi organ-organ lunak yang
ada dalam tubuh, pembentukan sel darah (hematopoiesis), tempat penyimpanan
mineral, dan pergerakan. Pada fungsi pergerakan, tulang berartikulasi dengan
tulang lain pada sebuah persendian dan berfungsi sebagai pengungkit. Otot-otot
yang tertanam pada tulang akan berkontraksi sehingga kekuatan yang diberikan
pada pengungkit menghasilkan gerakan.1
Jaringan otot sendiri mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, umumnya
terdiri atas sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui konstraksi, sel-sel
otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Selain fungsinya untuk
pergerakan dengan tulang dan bagian-bagian organ internal tubuh, otot juga
berperan sebagai penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang
rangka dan mempertahankan tubuh dalam posisi berdiri atau duduk terhadap gaya
gravitasi. Otot juga memiliki peran dalam produksi panas sebagai hasil
metabolisme dari kontraksi otot untuk mempertahankan suhu normal tubuh.2
Gangguan pada sistem persarafan dapan mengganggu mekanisme kerja
otot baik dalam melakukan kontraksi ataupun relaksasi. Salah satu gangguan
mekanisme kerja otot akibat kerusakan sistem saraf pusat adalah penyakit
parkinson. Penyakit ini mengakibatkan penderita tremor atau melakukan gerakan

  3  
kontraksi otot berulang-ulang yang sulit dikendalikan terutama pada bagian
ekstremitas superior atau anggota gerak atas.2
Melihat adanya permasalahan klinik berkaitan dengan mekanisme kerja
otot, merupakan hal penting untuk mengetahui peranan serta mekanisme tulang
dan otot dalam pergerakan. Dengan mengetahui kondisi normal pada sistem
muskuloskeletal ekstremitas atas dan memahami mekanisme kerja otot dapat
menjadi awal persiapan dalam menghadapi masalah klinik berkaitan dengan kerja
otot. Maka dari itu, penting untuk mengetahui kelainan muskuloskeletal melalui
gambaran radiologi.

  4  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut
periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum
mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat
mengandung osteoblast. Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu membran
vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam
tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship
(cekungan pada permukan tulang).2
Sumsum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sumsum
(batang) tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak
di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggungjawab dalam
produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang baik.
Tulang kanselus menerima asupan darah melalui pembuluh metafis dan epifis.
Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal
volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan
memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient
memasok darah ke sumsum tulang, System vena ada yang keluar sendiri dan ada
yang mengikuti arteri.2

Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :2


a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan
2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan proteoglikan).
Matrik tulang merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun
terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.

  5  
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang).
Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya
terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang disebut
lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat
prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak kurang lebih 0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang.
Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Tulang
merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi
dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti 18%
pertahun.

  6  
Gambar 1. Anatomi Tubuh Manusia4

  7  
Anatomi Rangka : Rangka Aksial
Rangka aksial terdiri dari tulang-tulang dan bagian kartilago yang
melindungi dan menyangga organ-organ kepala, leher, dan dada. Bagian rangka
aksial meliputi tengkorak, tulang hyoid, osikel auditori, kolumna vertebra,
sternum, dan tulang iga.3
A. Tengkorak tersusun dari 22 tulang : 8 tulang kranial dan 14 tulang fasial
1. Kranium membungkus dan melindungi otak
a. Tulang frontal membentuk dahi, langit-langit rongga nasal, dan
langit-langit orbita (kantong mata).
b. Tulang Parietal membentuk sisi dan langit-langit kranium.
c. Tulang Oksipital membentuk bagian dasar dan bagian belakang
kranium.
d. Tulang Temporal membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium.
e. Tulang Etmoid adakah struktur penyangga penting dari rongga nasal
dan berperan dalam pembentukan orbita mata.
f. Tulang Sfenoid berbentuk seperti kelelawar dengan sayap
terbentang. Tulang ini membentuk dasar anterior cranium dan
berartikulasi kea rah lateral dengan tulang temporal dan ke arah
anterior dengan tulang etmoid dan tulang frontal.
g. Osikel auditori tersusun dari maleus, inkus, dan stapes (tapal kuda).
Fungsinya dalam proses pendengaran.
h. Tulang Wormian adalah tulang-tulang kecil yang jumlahnya
bervariasi, dan terletak dalam sutura

  8  
Gambar 2.2 Sisi Anterior Tulang Tengkorak3

Gambar 2.3 Sisi Lateral Tulang Tengkorak3

  9  
B. Vertebra
1. Kolumna vertebra menyangga berat tubuh dan melindungi medulla
spinalis. Kolumna ini terdiri dari vertebra-vertebra yang dipisahkan diskus
fibrokartilago intervertebral.3
a. Ada tujuh tulang vertebra serviks, 12 vertebra toraks, 5 vertebra
lumbal, dan 5 tulang vertebra sacrum yang menyatu menjadi sacrum
dan tiga sampai lima tulang koksigeal yang menyatu menjadi tulang
koksiks.
b. Ke-31 pasang saraf spinal keluar melalui foramina (foramen)
intervertebralis di antara vertebra yang letaknya bersebelahan.
2. Struktur khas vertebra
a. Badan atau sentrum menyangga sebagian besar berat tubuh.
b. Lengkung saraf (vertebra) yang terbentuk dari dua pedikel dan lamina,
membungkus rongga saraf dan menjadi lintasan medulla spinalis.
c. Sebuah prosesus spinosa menonjol dari lamina kea rah posterior dan
inferior untuk tempat perlekatan otot.
d. Prosesus transversa menjorok kearah lateral.

 
Gambar 2.4 Columna vertebrae

  10  
Gambar 2.5 Radiografi Vertebrae lumbales4

Gambar 2.6 Radiografi Vertebrae lumbales, dan sacrum4

  11  
C. Tulang Sternum dan Iga
1. Sternum (tulang dada) terbentuk dalam tiga bagian: manubrium atas,
badan (gladiolus), dan prosesus sifoid.3
a. Artikulasi manubrium dengan klavikula (tulang kolar) adalah pada
insisura (takik) jugular (suprasternal), yang merupakan salah satu
tanda khas tulang yang mudah dipalpasi.
b. Badan tulang membentuk bagian utama sternum. Takik kostal lateral
berartikulasi langsung dengan kartilago kostal tulang iga ke-8 sampai
ke-10.
c. Bagian inferior prosesus sifoid adalah jaringan kartilago
2. Tulang iga. Ke-12 pasang tulang iga berartikulasi kearah posterior dengan
faset tulang iga pada prosesus transversa di vertebra toraks.3
a. Tujuh pasang tulang yang pertama (1 sampai 7) adalah iga sejati dan
berartikulasi dengan sternum di sisi anterior
b. Tiga pasang kemudian (8 sampai 10) adalah iga semu. Tulang-tulang
ini berartikulasi secara tidak langsung dengan sternum melalui
penyatuan kartilago tulang tersebut dengan iga di atasnya dan
kemudian menyatu dalam suatu persendian kartilago dengan kartilago
kostal ke-7
c. Tulang iga ke-11 dan ke-12 adalah iga melayang yang tidak memiliki
perlekatan di sisi anteriornya

  12  
Gambar 2.7 Sisi Anterior Rangka Toraks3

Gambar 2.8 Sisi Posterior Rangka Toraks3

  13  
Anatomi Rangka: Rangka Apendikular
Rangka apendikular terdiri dari girdel pektoral (bahu), girdel pelvis, dan tulang
lengan serta tungkai.3
A. Setiap girdel pektoral memiliki dua tulang – klavikula dan skapula – dan
berfungsi untuk melekatkan tulang lengan ke rangka aksial.
1. Skapula (tulang belikat) adalah tulang pipih triangular dengan tiga tepi;
tepi vertebra (medial) yang Panjang terletak pararel dengan kolumna
vertebra; tepi superior yang pendek melandai kea rah ujung bahu; dan
tepi lateral (merupakan tepi ketiga pelengkap segitiga) mengarah ke
lengan.
a. Bagian spina pada skapula adalah bubungan tulang yang berawal
dari tepi vertebra dan melebar saat mendekati ujung bahu.
b. Spina berakhir pada prosesus acromion, yang berartikulasi dengan
klavikula; bagian ini menggantung persendian bahu.
c. Prosesus korokoid adalah tonjolan berbentuk kait pada tepi superior
yang berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot dinding dada
dan lengan.
d. Rongga glenoid (fosa glenoid) adalah suatu ceruk dangkal yang
ditemukan pada persendian tepi superior dan lateral. Bagian ini
mempertahankan letak kepala humerus (tulang lengan).
2. Klavikula (tulang kolar) adalah tulang berbentuk S, yang secara lateral,
berartikulasi dengan prosesus akromion pada skapula dan secara medial
dengan manubrium pada takik klavikular untuk membentuk sendi
sternoklavikular.
a. Dua pertiga bagian medial dari tulang klavikula berbentuk konveks,
atau melengkung ke depan.
b. Sepertiga bagian lateral tulang klavikula berbentuk konkaf, atau
melengkung ke belakang.
c. Klavikula berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot leher,
toraks, punggung dan lengan.

  14  
B. Lengan atas tersusun dari tulang lengan, tulang lengan bawah, dan tulang
tangan.3
1. Humerus adalah tulang tunggal pada lengan. Humerus terdiri dari bagian
kepala membulat yang masuk dengan pas ke dalam rongga glenoid,
bagian leher anatomis, dan bagian batang yang memanjang kearah distal.
2. Tulang-tulang dari lengan bawah adalah ulna pada sisi medial dan tulang
radius di sisi lateral (sisi ibu jari) yang dihubungkan dengan suatu
jaringan ikat fleksibel, membrane interoseus.
a. Ulna
(1) Ujung proksimal (ujung atas) tulang ulna tampak seperti pilinan
yang terurai. Bagian atas pilinan tersebut adalah prosesus
olekranon, yang masuk dengan pas ke dalam fosa olekranon
humerus saat lengan bawah berekstensi penuh. Bagian bawah
pilinan adalah prosesus koronoid, yang masuk dengan pas ke
dalam fosa koronoid humerus saat lengan bawah berfleksi
penuh. Takik radial, yang terletak di bawah prosesus koronoid,
mengakomodasi bagian kepala dari tulang radius.
(2) Ujung distal (bawah) tulang ulna memiliki perpanjangan pilinan
batang yang disebut kepala. Bagian ini berartikulasi dengan
prosesus ulnar tulang radius. Bagian kepala memanjang ke atas
prosesus stiloid tulang ulna.
b. Radius
(1) Ujung proksimal tulang radius adalah kepala berbentuk diskus
yang berartikulasi dengan kapitulum humerus dan takik radial
tulang ulna.
(2) Tuberositas radial untuk tempat perlekatan otot biseps terletak
pada batang radius tepat di bawah bagian kepala
(3) Ujung distal tulang radius memiliki permukaan karpal konkaf
yang berartikulasi dengan tulang pergelangan tangan, sebuah
takik ulnar pada permukaan medialnya untuk berartikulasi
dengan tulang ulna, dan sebuah prosesus stiloid di sisi lateral.

  15  
3. Tulang pergelangan tangan (karpus). Pergelangan tangan terbentuk dari
delapan tulang karpal irregular yang terususun dalam dua baris, setiap
baris berisi tempat tulang.
a. Barisan tulang karpal proksimal dari sisi ibu jari dalam posisi
anatomis terdiri dari tulang berikut ini:
(1) Navikular (skafoid), dinamakan demikian karena bentuknya
menyerupai perahu
(2) Lunatum dinamakan demikian karena bentuknya seperti bulan
sabit.
(3) Trikuetral (triangular), dinamakan demikian memiliki tiga sudut.
(4) Pisiform, yang berarti kacang, dinamakan demikian karena
ukuran dan bentuknya menyerupai kacang.
b. Barisan tulang karpal distal terdiri dari:
(1) Trapezium, sebelumnya disebut tulang multangular besar karena
permukaannya yang banyak.
(2) Trapezoid, berukuran lebih kecil, tetapi multi-sisi juga.
(3) Kapitatum, dinamakan demikian karena kepala tulang yang
bulat dan besar.
(4) Hamatum, berarti kait, dinamakan demikian karena ada tonjolan
yang menyerupai kait, yang meluas pada sisi medial
pergelangan tangan.
4. Tangan (metakarpus) tersusun dari lima tulang metacarpal.
a. Semua tulang metacarpal sangat serupa, kecuali untuk ukuran
panjang metacarpal pertama pada ibu jari.
b. Setiap tulang metakarpal memiliki sebuah dasar proksimal yang
berartikulasi dengan barisan distal tulang karpal pergelangan tangan,
sebuah batang, dan sebuah kepala terpilin yang berartikulasi dengan
sebuah tulang falang, atau tulang jari. Kepala tulang metakarpal
membentuk buku jari yang menonjol pada tangan

  16  
5. Tulang-tulang jari disebut phalanges; tulang tunggalnya lebih sering
disebut tulang falang.
a. Setiap jari memiliki tiga tulang, yaitu falang proksimal, medial, dan
falang distal.
b. Ibu jari hanya memiliki tulang falang proksimal dan medial.

Gambar 2.9 Ekstremitas Atas4

  17  
Gambar 2.10 Ossa manus4
 

 
Gambar 2.11 Radiografi Articulatio cubiti4

  18  
 
Gambar 2.12 Radiografi Articulatio cubiti4
 
 

 
Gambar 2.13 Radiografi Manus4

  19  
C. Gridel pelvis mentransmisiskan berat trunkus ke bagian tungkai bawah dan
melingdungi organ-organ abdominal dan pelvis. Bagian ini terdiri dari dua
tulang panggul (disebut juga ossa koksa atau tulang pelvis) yang bertemu
pada sisi anterior simfisis pubis dan berartikulasi di sisi posterior dengan
sakrum. Setiap tulang panggul menyerupai bentuk kipas angina listrik dengan
sebuah poros pemegang serta dua baling-baling.3
a. Poros tersebut disebur asetabulum, yang menerima kepala femur atau
tulang paha di persendian panggul.
b. Ileum adalah lempeng tulang lebar, yang menjulang ke atas dan ke luar
asetabulum. Bagian ini naik posisinya sampai mencapai krista iliaka tebal
yang dapat teraba pada posisi tangan di pinggul.
c. Tulang iskium merupakan baling-baling posterior dan inferior dari kipas.
Tepi medialnya turut membentuk takik sklatik besar.
d. Tulang pubis melengkapi baling-baling anterior dan inferior tulang
panggul. Bagian ini terutama terdiri dari dua batang tulang: ramus pubis
superior dan inferior.

D. Tungkai Bawah, secara anatomis, bagian proksimal dari tungkai bawah antara
girdel pelvis dan lutut adalah paha; bagian antara lutut dan pergelangan kaki
adalah tungkai.3
1. Femur, bahasa latin yang berarti paha, adalah tulang terpanjang, terkuat,
dan terberat dari semua tulang pada rangka tubuh.
a. Ujung proksimal femur memiliki kepala yang membulat untuk
berartikulasi dengan asetabulum. Permukaan lembut dari bagian
kepala mengalami depresi, fovea kapitis, untuk tempat perlekatan
ligament yang menyangga kepala tulang agar tetap di tempatnya dan
membawa pembuluh darah ke kepala tersebut.
b. Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal,
yang terus memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada
permukaan anteripr dan krista intertrokanter di permukaan posterior
tulang membatasi bagian leher dan bagian batang.

  20  
c. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol, trokanter
besar dan trokanter kecil, sebagai tempat pelekatan otot untuk
menggerakan persendian panggul.
d. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja,
linea aspera, yaitu lekuk kasar untuk perlekatan beberapa otot.
e. Ujung bawah batang melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus
lateral. Pada permukaan posterior, dua kondilus tersebut membesar
dengan fosa interkondilar yang terletak diantara keduanya. Area
triangular di atas fosa interkondilar disebut permukaan popliteal.
Pada permukaan anterior, epikondilus medial dan lateral berada di
atas dua kondilus besar. Permukaan articular halus yang terdapat di
antara kedua kondilus adalah permukan patellar, yang berbentuk
konkaf untuk menerima patella (tempurung lutut).
2. Tulang tungkai adalah tulang tibia media dan tulang fibula lateral
a. Tibia adalah tulang medial yang besar, tulang ini membagi berat
tubuh dari femur ke bagian kaki.
1) Bagian kepala tulang tibia melebar ke kondilus medial dan
lateral yang bebentuk konkaf untuk berartikulasi dengan
kondilus femoral.
2) Kartilago pipih berbentuk biji, kartilago semilunar (meniskus)
medial dan lateral (meniscus) berada di pinggir kondilus untuk
memperdalam permukaan articular.
3) Tonjolan interkondilar terletak di antara kedua kondilus.
4) Kondilus lateral menonjol untuk membentuk faset fibular, yang
menerima bagian kepala fibula.
5) Tuberositas tibial, yang berfungsi untuk tempat perlekatan
ligament patella, menonjol pada permukaan anterior yang tajam
dan melengkung ke bawah.
6) Krista tibia (anterior), lebih umum disebut tulang kering, adalah
punggung batang tulang dengan permukaan anterior yang tajam
dan melengkung ke bawah.

  21  
7) Ujung bawah tibia melebar untuk berartikulasi dengan tulang
talus pergelangan kaki. Maleolus medial adalah tonjolan yang
membentuk benjolan (mata kaki) pada sisi medial pergelangan
kaki.
b. Fibula adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh, panjangnya
proporsional, dan tidak turut menopang berat tubuh. Kegunaan
tulang ini adalah untuk menambah area yang tersedia sebagai tempat
pelekatan otot pada tungkai.
1) Bagian kepala fibula berartikulasi dengan faset fibular di bawah
kondilus lateral tulang tibia.
2) Ujung bawah batang berartikulasi secara medial dengan takik
fibular pada tulang tibia, dan memanjang kearah lateral menjadi
maleolus lateral, seperti maleolus tibia lateral, dapat diraba di
pergelangan kaki.
3. Pergelangan kaki dan kaki tersusun dari 26 tulang yang diatur dalam tiga
rangkaian. Tulang tarsal menyerupai tulang karpal pergelangan tangan,
tetapi berukuran lebih besar; Tulang metatarsal juga menyerupai tulang
metacarpal tangan, dan falang pada jari kaki juga menyerupai falang jari
tangan.

 
Gambar 2.14 Ekstremitas Bawah4

  22  
 
Gambar 2.15 Pelvis4

 
Gambar 2.16 Femur4
 
 
 
 

  23  
 
Gambar 2.17 Tibia

 
Gambar 2.18 Fibula4

  24  
 
Gambar 2.19 Tulang Kaki4
 
 
 

 
Gambar 2.20 Tulang Kaki4

  25  
 

 
Gambar 2.21 Radiografi Pelvis4
 
 

 
Gambar 2.22 Radiografi Sendi Lutut4

  26  
 

 
Gambar 2.23 Radiografi Sendi Lutut4

2.2 Fisiologi
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur
ini.2
Sistem skeletal dapat dibagi menjadi 2 bagian fungsional :

a. Skeleton aksial terdiri dari tulang kepala (cranium/tengkorak), leher (os


hyoideum dan vertebrae cervicales), dan tubuh (costae, sternum, vertebrae,
dan sacrum).
b. Skeleton apendikular terdiri dari tulang ekstremitas, yang meliputi tulang
yang membentuk gelang bahu dan panggul.

  27  
Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya
yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%. Fungsi dari
tulang adalah sebagai berikut :2
• Penopang tubuh dan ronga-rongga vitalnya
• Proteksi struktur-struktur vital
• Dasar mekanis untuk gerakan (pengungkit)
• Simpanan untuk garam (misalnya, kalsium)
• Suplai kalsium sel-sel darah baru (dihasilkan oleh sumsum tulang)

Klasifikasi tulang3
• Tulang panjang berbentuk tubular (misalnya humerus pada lengan)
• Tulang pendek kuboidal dan hanya ditemukan pada pergelangan kaki (tarsus)
dan pergelangan tangan (carpus)
• Tulang pipih biasanya memberikan fungsi perlindungan (misalnya, tulang-
tulang karium yang melindungi otak)
• Tulang irregular (misalnya pada wajah) memiliki berbagai bentuk selain
panjang, pendek, atau pipih
• Tulang sesamoid (misalnya patella atau tempurung lutut) berkembang pada
tendo tertentu dan ditemukan pada di tempat tendo menyilang ujung tulang
panjang pada ekstremitas.

Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut


periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum
mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat
mengandung osteoblast. Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu membran
vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam
tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship
(cekungan pada permukan tulang).

  28  
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum
(batang) tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak
di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggungjawab dalam
produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang baik.
Tulang kanselus menerima asupan darah melalui pembuluh metafis dan epifis.
Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal
volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan
memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient
memasok darah ke sumsum tulang, Sistem vena ada yang keluar sendiri dan ada
yang mengikuti arteri.3

Gambar 2.24. Proses Pembentukan Tulang

Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah


bermula sejak umur embrio 8 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osemua
tulang berasal dari mesenkim (jaringan ikat embrionik) melalui 2 proses yang
berbeda : Osifikasi intramembranosa secara langsung dari mesenkim dan
Osifikasi endokondral (dari kartilago yang berasal dari mesenkim).1,3

  29  
Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila
daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas,
bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan
(kartilago). Mulva-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian
tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi
osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta,
perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada
bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi
primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan
pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian
terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada
sel-sel tulang rawan ini.1
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan
pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan
masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk
sumsum tulang.1
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise
sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan
demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting
dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang
disebut dengan cakram epifise.1
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-
menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di
daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan
tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah
rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar,
dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan
tulang baru di daerah permukaan.1

  30  
Cartilago (tulang rawan)
Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat,
tetapi fleksible dan tidak bervasculer. Nutrisi melaui proses difusi gel perekat
sampai ke kartilago yang berada pada perichondium (serabut yang membentuk
kartilago melalui cairan sinovial), jumlah serabut collagen yang ada di cartilage
menentukan bentuk fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous (fibrocartilago) memili
paling banyak serabut dan memiliki kekuatan meregang. Fibrus cartilage
menyusun discus intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus, putih,
mengkilap, dan kenyal membungkus permukaan persendian dari tulang dan
berfungsi sebagai bantalan. Cartilago yang elastis memiliki sedikit serat dan
terdapat pada telinga bagian luar.2

Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat
keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang
dan mempertahankan stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral, collateral dari
lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta ligament cruciate
anterior dan posterior di dalam kapsul lutut yang mempertahankan posisi
anteriorposterior yang stabil. Ligament pada daerah tertentu melengket pada
jaringna lunak untuk mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium yang
melalui ujung tuba ke peritoneum.1,2

Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung
dari otot yang menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung dari otot dan
menempel kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang
bersambungan dengan aperiosteum. Selaput tendon berbentuk selubung dari
jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu terutama pada pergelangan
tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn dengan membrane sinovial yang
menjamin pelumasan sehinggga mudah bergerak.2

  31  
Fascia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung di bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai
pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf
dan pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia dalam.1

Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana
digunakan di atas bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang
dan tendon, otot-otot. Bursae dibatasi membrane sinovial dan mengandung
caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang
bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.1

Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia atau otot. Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang
satu berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang
disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial).
Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon. Sedangkan,
jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang disebut ligamen.
Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa, sinovial. Dan
berdasarkan fungsionalnya sendi dibagi menjadi: sendi sinartrosis, amfiartrosis,
diarthroses.1.2.3

Secara struktural dan fungsional klasifikasi sendi dibedakan atas:3


1. Sendi Fibrosa/ sinartrosis
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin
gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi fibrosa tidak mempunyai lapisan tulang
rawan dan tulang yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh jaringan
penyambung fibrosa. contohnya sutura pada tulang tengkorak, sendi kaitan dan

  32  
sendi kantong (gigi), dan sindesmosis (permukaan sendi dihubungkan oleh
membran).

2. Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis


Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian- persendiannya
dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin sedikit gerakan. Sendi tersebut
ujung-ujung tulangnya dibungkus tulang rawan hyalin, disokong oleh ligament
dan hanya dapat sedikit bergerak.
Ada dua tipe kartilago :
• Sinkondrosis : Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan
hialin
• Simfisis : Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis
tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.
Contohnya : simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang mempersatukan kedua
tulang pubis), sendi antara manubrium dan badan sternum, dan sendi temporer/
sendi tulang rawan primer yang dijumpai antara diafisis dan epifisis.

3. Sendi Sinovial/ diarthroses


Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam
yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan
sinovium yang membentuk suatu kantong yang melapisi suatu sendi dan
membungkus tendon-tendo yang melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan
yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya
bening, tidak membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang ditemukan pada tiap-
tiap sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula juga sebagi sumber
nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Tulang rawan memegang peranana penting, dalam membagi organ tubuh.
Tulang rawan sendi terdi dari substansi dasar yang terdiri dari kolagen tipe II dan
proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang

  33  
ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan
rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban berat.
Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
cedera atau ketika usia bertambah.
Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya. Berbagai jenis
sendi sinovial yaitu sendi datar / sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi
kondiloid, sendi berporos, dan sendi pelana / sendi timbal balik.Gerak pada sendi
ada 3 kelompok utama yaitu gerakan meluncur, gerkan bersudut / anguler, dan
gerakan rotasi.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah fleksi,
ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi, sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti
supinasi, pronasi, inversion, eversio, protaksio.

Enam jenis utama sendi synovial digolongkan berdasarkan bentuk artikulasi


permukaan dan/atau jenis gerakan yang ditimbulkan :3
1. Articulatio plana memungkinkan gerakan meluncur atau geser pada bidang
permukaan articular. Permukaan yang berlawanan pada tulang rata atau
hampir rata, dengan gerakan terbatas pada kapsula sendi yang ketat. Contoh
articulatio plana adalah articulatio akromioklavikularis di antara acromion
scapula.
2. Ginglymus memungkinkan fleksi dan ekstensi saja, gerakan yang terjadi pada
satu bidang (sagital) di sekitar satu sumbu yang berjalan transversal; oleh
karena itu, ginglymus adalah sendi uniaksial. Kapsul pada sendi tersebut tipis
dan lemah di sebelah anterior dan posterior di mana gerakan terjadi; namun,
tulang disatukan oleh ligament kolateral kuat yang terletak di lateral.
Contohnya adalah articulation cubiti (sendi siku).
3. Articulatio sellaris memungkinkan abduksi dan adduksi serta fleksi dan
ekstensi, gerakan yang terjadi di sekitar dua sumbu pada sudut kanan
terhadap yang lain oleh karena itu articulation sellaris merupakan sendi-sendi
biaksial yang memungkinkan gerakan pada dua bidang, sagittal dan frontal.
Kinerja gerakan tersebut secara melingkar (sirkumduksi) juga mungkin

  34  
terjadi. Permukaan articular yang berlawanan berbentuk mirip suatu sadel
(yaitu, secara resiprokal konkaf dan konveks). Articulatio carpometacarpalia
pada dasar ibu jari adalah suatu articulation sellaris.
4. Articulatio ellipsoidea memungkinkan fleksi dan ekstensi serta abduksi dan
adduksi; oleh karena itu, articulation ellipsoidea juga biaksial. Namun,
gerakan pada satu bidang (sagittal) biasanya lebih besar (lebih bebas)
daripada gerakan terhadap yang lain. Sirkumduksi, lebih tertahan daripada
artculatio sellaris, juga mungkin terjadi. Contohnya adalah articulation
metacarpophalangealis (sendi buku jari).
5. Articulatio spheroidea memungkinkan gerakan pada banyak aksis dan bidang;
fleksi dan ekstensi, abduksi dan adduksi, rotasi medial dan lateral, dan
sirkumduksil oleh karena itu, articulation spheroidea merupakan sendi
multiaksial. Pada sendi yang sangat mobil ini, permukaan sferoidal satu
tulang bergerak di dalam socket yang lain. Contohnya adalah articulatio
coxae; pada sendi ini caput femoris sferis mengalami rotasi di dalam socket
yang dibentuk oleh acetabulum os coxae.
6. Trochoidea memungkinkan rotasi di sekitar aksis sentral; oleh karena itu,
sendi ini bersifat uniaksial. Pada sendi ini, tonjolan tulang yang bundar
berputar dalam suatu cincin. Contohnya adalah articulation atlantoaxialis
centralis; pada sendi ini, atlas (vertebra C1) berputar di sekitar tonjolan mirip
jari, dens (processus odontoideus) axis (vertebra C2) selama rotasi caput.

  35  
Gambar 2.25 Persendian3

Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan
terutama adalah jaringan penyambung, yang tersusun dari sel-sel dan substansi

  36  
dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel yang
tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung, seperti sel mast, sel
plasma, limfosit, monosit, leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang
peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan peradangan yang terlihat pada
penyakit-penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam sel penyambung ini
adalah sel yang tetap berada dalam jaringan seperti fibroblast, kondrosit,
osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan dari
substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan pemyambung memiliki susunan
sel yang tersendiri. Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah
kolagen dan elastin. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat
ini didapat dalam ligament, dinding pembuluh darah besar dan kulit. Elastin
dipecah oleh enzim yang disebut elastase.1,2

Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi
otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas
untuk mempertahankan temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas semua
jaringan kontraktil. Menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh
bagian tubuh otot dikelompokkan dalam :3
• Otot rangka (striadted / otot lurik).
Terdapat pada sistem skelet, memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
• Otot polos (otot visceral).
Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh darah. Otot ini
mendapat rangsang dari saraf otonom yang berkontraksi di luar kesadaran
• Otot jantung.
Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian.

  37  
Gambar 2.26 Otot3

2.3 Patofisiologi
Fraktur
Fraktur adalah kondisi medis di mana kontinuitas tulang patah. Jenis-jenis
fraktur adalah trauma berat, trauma spontan/patologik, trauma stress/fatigue. Sifat
fraktur adalah eksternal : tertebarak, jatuh, dan sebagainya, internal : kontraksi
otot yang kuat dan mendadak seperti serangan epilepsi, tetanus, renjatan listrik,
keracunan striknin, trauma ringan namun terus-menerus.5
Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang
sebelumnya telah mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau
sekunder, myeloma multiple, kista tulang, osteomyelitis, dan sebagainya.5

  38  
Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus-menerus,
misalnya fraktur march pada metatarsal, fraktur tibia pada penari balet, fraktur
fibula pada pelari jarak jauh, dan sebagainya.5

Pemeriksaan Radiologik
Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dibuat 2 foto
tulang yang bersangkutan. Sebaiknya foto anteroposterior (AP) dan lateral. bila
hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat.5

Fraktur disebabkan trauma berat


Jenis fraktur yang terjadi bisa bervariasi dan bergantung pada berbagai
faktor, misalnya : besar/kuatnya trauma, trauma langsung/tidak langsung , umur
penderita, lokasi fraktur. Bila trauma terjadi pada atau dekat persendian, mungkin
terdapat fraktur pada tulang disertai dislokasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Beberapa tipe fraktur, yaitu :5
• Fraktur transversal
• Fraktur spiral atau oblik
• Fraktur kominutif : lebih dari 2 fragmen
• Fraktur avulasi
• Fraktur greenstick pada anak-anak
• Fraktur epifisis dengan separasi
• Fraktur kompresi : papda vertebra
• Fraktur impresi : pada tengkorak

  39  
Gambar 2.27 Tipe-tipe Fraktur5,6

A = Fraktur transversal E = Fraktur greenstick


B = Fraktur oblik F = Fraktur epifisis dengan separasi
C = Fraktur kominutif G = Fraktur Kompresi
D = Fraktur avulsi H= Fraktur Impresi

  40  
Hal-hal yang haru diperhatikan pada pemeriksaan foto rontgen:
- Adakah fraktur, dimana lokasinya?
- Tipe (jenis) fraktur dan kedudukan fragmen
- Bagaimana struktur tulang
o Biasa ?
o Patologik ?
- Bila dekat / pada persendian :
o Adakah dislokasi ?
o Fraktur epifisis?
o Pelebaran sela sendi karena efusi ke dalam rongga sendi?

Pemeriksaan radiologik selanjutnya adalah untuk kontrol :


- Segera setelah reposisi untuk menilai kedudukan fragmen. Bila dilakukakn
reposisi terbuka perlu diperhatikan kedudukan penintramedular (kadang-
kadang screw lepas)
- Pemeriksaan periodik untuk menilai penyembuhan fraktur
o Pembentukan callus
o Konsolidasi
o Remodeling : terutama pada anak-anak
o Adanya komplikasi

Komplikasi pada fraktur yang dapat dilihat pada foto roentgent, adalah:5
1. Osteomielitis : terutama pada fraktur terbuka.
2. Nekrosis avascular : hilangnya/terputusnya supply darah pada suatu bagian
tulang sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut. Nekrosis avascular
sering terjadi pada kaput femoris yaitu fraktur kolum femoris, pada
navikulare manus, dan talus.
3. Non-union : biasanya karena imobilisasi tidak sempurna. Juga bila ada
interposisi jaringan di antara fragmen-fragmen tulang. Radiologis terlihat
adanya sclerosis pada ujung-ujung fragmen sekitar fraktur dan garis patah
menetap. Pembentukan kalus dapat terjadi sekitar fraktur, tetapi garis patah
menetap.

  41  
4. Delayed union : umumnya terjadi pada
• Orang-orang tua karena aktivitas osteoblast menurun
• Distraksi fragmen-fragmen tulang karena reposisi kurang baik, misalnya
traksi terlalu kuat atau fiksasi internal kurang baik
• Defisiensi vitamin C dan D
• Fraktur patologis
• Adanya infeksi
5. Mal-union : disebabkna oleh reposisi fraktur yang kurang baik, timbul
deformitas tulang.
6. Atrofi Sudeck : suatu komplikasi yang relatif jarang pada fraktut ekstremitas,
yaitu adanya disuse osteoporosis yang berat pada tulang distal dan fraktur
disertai pembengkakan jaringan lunak dan rasa nyeri.

Fraktur pada anak-anak


Terdapat perbedaan fraktur pada anak-anak dan dewasa, hal ini
disebabkan oleh :5
- Sifat trauma yang berbeda
- Pada anak-anak tulang berada dalam fase pertumbuhan

Pada anak-anak, fraktur lengan bawah, sekitar siku, dan tungkai bawah
lebih banyak terjadi daripada pada orang dewasa. Banyak dari frakur ini tidak
lengkap (incomplete) dan kadang-kadang hanya menunjukkan tekukan pada
korteks yang dikenal sebagai greenstick fracture. Pada anak-anak penyembuhan
fraktur lebih cepat daripada orang dewasa dan pembetukan kalus sudah dapat
dilihat dalam beberapa hari. Remodeling sangat baik, deformitas berat karena
fraktur dapat dikoreksi dan bentuk tulang dapat normal kembali. Remodeling
lebih baik bila fraktur dekat ujung tulang daripada diafisis. Vertebra yang
mengalami fraktur kompresi juga dapat menunjukkan remodeling sempurna.
Tetapi remodeling tidak dapat mengoreksi : sisa deformitas karena rotasi, coxa
vara, fraktur pada tulang wajah.5

  42  
Jenis fraktur lain pada anak-anak adalah fraktur epifisis dengan separasi
(epiphyseal fracture separation). Pada fraktur ini ada kemungkinan fusi epifisis
tulang terjadi lebih awal (prematur) sehingga tulang tersebut menjadi lebih
pendek. Pada lengan hanya timbul efek ksometik, tetapi bila terjadi pada tungkai
bawah akan menyebabkan pincang. Klasifikasi fraktur epifisis dengan separasi
menurut Salter dan Harris, yaitu : remodeling setelah fraktur, penyembuhan
fraktur.5

Trauma Skelet regional


I. Fraktur dan dislokasi pada pergelangan tangan dan tangan
Fraktur radius bagian distal
a. Fraktur Colles : fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung
distal) dengan angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan
deviasi fragmen distal ke radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat
disertai fraktur prosessus styloid ulna.

Gambar 2.28 Fraktur Colles7

  43  
b. Fraktur Smith : fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau
dislokasi fragmen distal ke voler.

Gambar 2.29 Fraktur Smith8

c. Pada anak-anak fraktur epifisis denngan separasi menyerupai fraktur


Colles hanya garis fraktur pada lempeng epifisis.

Fraktur tulang navikulare manus


Ada sifat umum pada tulang-tulang yang terdiri atas tulang spongiosa yang
banyak dengan korteks yang tipis, yaitu :5
• Sukar melihat garis fraktur
• Pembetukan reaksi periosteal yang minim atau sama sekali tidak ada.

  44  
Gambar 2.30 Fraktur pada tulang scapoid9

Fraktur jenis ini sangat sukar dilihat karena garis fraktur sangat tipis dan
lebih mudah dilihat setelah beberapa hari. Hal ini karena trabekula yang letaknya
dekat garis fraktur diabsorbsi sehingga jarak antara kedua fragmen tulang lebih
lebar. Fraktur melalui pinggang (waist) tulang navikulare dapat menimbulkan
gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal dan menimbulkan nekrosis
avascular.5

  45  
Fraktur metacarpal
Fraktur ini sering terjadi dan fraktur distal metacarpal V seringkali terjadi
setelah meninju.5

Gambar 2.31 Fraktur metacarpal V10

II. Fraktur dan dislokasi pada siku dan lengan bawah


1. Fraktur dislokasi siku :5
- Fraktur salah satu/lebih tulang sekitar sendi siku dengan dislokasi sendi
siku.
- Disebabkan trauma berat.

  46  
Gambar 2.32 Fraktur dislokasi siku11

2. Fraktur suprakondiler humerus :


Biasanya ada angulasi dan dislokasi fragmen distal ke posterior

Gambar 2.33 Fraktur suprakondiler humerus12

3. Fraktur interkondilus (T-fracture) humerus :


• Biasanya pada orang dewasa.

  47  
• Kombinasi fraktur suprakondiler dan fraktur vertikal antara kedua
kondilus.

Gambar 2.34 Fraktur Intercondilar12

4. Fraktur radius dan ulna :


• Fraktur Monteggia : fraktur ulna bagian proksimal dengan dislokasi
kaput radii

Gambar 2.35 Fraktur Monteggia13

  48  
• Fraktur Galeazzi : fraktur radius bagian distal dengan dislokasi ulna
bagian distal.

Gambar 2.36 Fraktur Galeazzi14

III. Fraktur dan dislokasi pada bahu dan lengan atas


1. Fraktur klavikula:5
Fraktur ini paling sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.
Juga dapat ditemui pada neonatus waktu persalinan. Kadang-kadang
kedudukan fragmen-fragmen buruk (angulasi, overriding) dan reposisi yang
baik sangat penting supaya tidak menimbulkan deformitas. Lokasi paling
sering di 2/4 medial, sedangkan ¼ medial dan ¼ lateral lebih jarang.

  49  
Gambar 2.37 Fraktur Clavicula15

2. Dislokasi sendi akriomio – klavikularis:


− Sela sendi tampak melebar.
− Lebih   baik   bila   dibuat   foto   kedua   sendi   dengan   kedua   lengan  
mengangkat  beban.

Gambar 2.38 Dislokasi akromioklavikular16

  50  
3. Dislokasi sendi bahu:
a. Dislokasi anterior (subkorakoid) :
Terlihat kaput humeri keluar dari fossa glenoidalis dan berada di bawah
prosesus korakoid.

Gambar 2.39 Dislokasi anterior (subkorakoid)17

b. Dislokasi posterior (subakromial) :


Jarang terjadi. Agak sukar dilihat pada foto AP bila dilihat secara teliti
tampak kaput humeri berbentuk bulat dan permukaan kaput tidak sejajar
lagi dengan fossa glenoidalis. Biasanya terjadi karena spasme otot yang
kuat seperti pada epilepsi atau renjatan listrik. Pada trauma bahu sebaiknya
dibuat foto aksial di samping foto AP.

  51  
Gambar 2.40 Dislokasi posterior (subakromial)18

4. Fraktur kolum humeri :


- Biasanya fraktur collum chirurgicum.
- Untuk penentuan kedudukan dibuat foto AP dan foto lateral melalui
toraks. Foto lateral ini secara teknis buruk tetapi memberi cukup
informasi mengenai kedudukan fragmen-fragmen.

Gambar 2.41 Fraktur kolum humerus19

  52  
IV. Fraktur Pelvis
- Biasanya karena kecelakaan lalu lintas atau pada pekerjaan industri
- Kelaianan pada jaringan lunak seringkali lebih serius / parah daripada
fraktur itu sendiri. Fraktur pelvis : Stabil dan Tidak stabil

Pelvis merupakan suatu struktur berbentuk cincin. Fraktur pelvis


stabil adalah suatu fraktur yag tidak menyebabkan terputusnya cincin atau
bila cincin terputus hanya 1 tempat saja. Fraktur pelvis tidak stabil Bila
cincin pelvis terputus pada 2 atau lebih tempat di mana salah satu berada di
atas sendi panggul (misalnya pada tulang illium, sendi sakro-iliaka, sakrum).5

Gambar 2.42 Fraktur pelvis tidak stabil5

  53  
Komplikasi fraktur pelvis
• Perdarahan yang bisa massif
• Ruptur buli-buli dan uretra
• Kadang-kadang ruptur rectum atau vagina (jarang).

Fraktur tulang sacrum kadang-kadang suka dilihat, terutama bila banyak udara
atau tinda dalam usus, sebaiknya dilakukan lavemen sebelum dibuat foto.5

V. Fraktur dan dislokasi pada sendi panggul dan femur

Seringkali akibat kecelakaan lalu lintas.5


1. Dislokasi sendi panggul :
- Dislokasi posterior paling sering terjadi.
- Dislokasi anterior jarang, terjadi akibat abduksi berlebihan.
- Dislokasi sentral dengan fraktur asetabulum.

Gambar 2.43 Dislokasi panggul posterior20

  54  
2. Fraktur dislokasi sendi panggul :
Fraktur asetabulum dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
a) Fraktur rima posterior
b) Fraktur pars ilio-iskal
c) Fraktur transversal
d) Fraktur pars ilio-pubik

Kaput femoris cenderung mengalami subluksasi atau dislokasi pada masing-


masing tipe ini.

Gambar 2.44 Hip fracture21

3. Fraktur kollum femoris :


Terutama pada orang-orang tua dan yang tulangnya porotik. Bila fraktur
intraskapuler, hal ini sering mengakibatkan nekrosis avascular kaput femur
karena terputusnya aliran darah ke kaput femur. Pembentukan kallus pada fraktur

  55  
kollum femur biasanya sedikit. Penentuan konsolidasi terutama didasarkan
adanya kontinuitas trabekula melalui garis fraktur.

Gambar 2.45 Fraktur kolum femoris22

VI. Fraktur dan dislokasi pada lutut dan tungkai bawah


1. Fraktur patella
− Fraktur kominutiva : disebabkan oleh trauma langsung
− Fraktur transversal : biasanya disebabkan kontraksi otot kuadrisep
femoris
− Fraktur vertikal : kadang-kadang hanya dapat dilihat pada foto aksial.

  56  
Gambar 2.46 Fraktur patella23

2. Fraktur suprakondiler femur / Distal femur fracture


Bila fraktur kominutiva, garis fraktur dapat menuju sendi di daerah
interkondiler.

Gambar 2.47 Fraktur distal femur24

  57  
3. Fraktur tibia proksimal
− Fraktur kondilus medial atau lateral tibia (tibial plateu fracture)
− Fraktur avulsi dari eminensia interkondiloidea, biasanya dengan ruptur
ligament krusiatum anterior

Gambar 2.48 Fraktur tibia proksimal25

VII. Fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki


Banyak fraktur pada sendi pergelangan kaki disertai dislokasi dan
dikenal sebagai fraktur Pott. Klasifikasi menurut Lauge-Hansen: tipe adduksi, tipe
adduksi dan rotasi eksternal, tipe abduksi , tipe abduksi dan rotasi eksternal
(paling sering terjadi), tipe kompresi vertikal.5

  58  
Berat kelainan pada sendi dinyatakan dalam derajat I, II, dan III, sesuai
fraktur pada malleolus, termasuk bagian posterior tibia yang dianggap sebagai
malleolus posterior. Pada derajat I hanya terdapat fraktur pada satu malleolus,
derajat II terjadi fraktur pada kedua malleolus, dan seterusnya.5

Gambar 2.49 Fraktur dislokasi pergelangan kaki5


Tipe abduksi
A = derajat I
B = derajat II
C = derajat III

VIII. Trauma pada tulang belakang

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada trauma tulang beakang adalah :5

- Pemeriksaan konvensional : pemeriksaan utama dan pemeriksaan yang


pertama harus dilakukan
- Tomografi konvensional

  59  
- CT Scan : melengkapi pemeriksaan konvensional untuk evaluasi yang lebih
detail atau melihat kelainan yang tidak dapat diihat pada pemeriksaan
konvensional
- MRI : melengkapi pemeriksaan konvensional untuk evaluasi yang lebih detail
atau melihat kelainan yang tidak dapat diihat pada pemeriksaan konvensional,
misalnya kelainan pada medulla spinalis.

1. Tulang belakang servikal

Foto terpenting adalah foto lateral dengan pasien berbaring dan sinar
horizontal. Biasanya segmen bawah tulang leher (CVI-CVII) tertutup oleh bahu.
Untuk mengatasi hal ini bahu direndahkan dengan cara menarik kedua lengan
penderita ke bawah. Proyeksi oblik dapat menambah informasi tentang keadaan
pedikel, foramina intervertebral dan sendi apofiseal. Bila keadaan pasien lebih
baik, sebaiknya dibuat :5

− Foto AP, termasuk dengan mulut terbuka untuk melihat CI dan CII
− Foto lateral
− Foto oblik kanan dan kiri

Klasifikasi trauma servikal5


a. Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma
o Hiperfleksi
1) Dislokasi anterior : terjadi robekan pada sebagian ligament di
posterior tulang leher ligament longitudinal anterior utuh. Termasuk
lesi stabil. Tanda penting pada dislokasi anterior adalah adanya
angulasi ke posterior (kifosis) lokal pada tempat kerusakan ligament.
Tanda-tanda lainnya: jarak yang melebar antara prosesus spinosus,
subluksasi sendi apofiseal
2) Bilateral interfacetal dislocation
Terjadi robekan pada ligaen longitudinal anterior dan kumpulan
ligament di posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak
dislokasi anterior korpus vertebra. Dislokasi total sendi apofiseal

  60  
3) Flexion tear drop fracture dislocation
Tenaga fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan
robekan pada ligament longitudinal anterior disertai fraktur avulsi
pada bagian antero-inferior korpus vertebra. Lesih tidak stabil.
Tampak tulang servikal dalam fleksi :
- Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior
korpus vertebra.
- Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
4) Wedge fracture
Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal
anterior dan kumpulan ligame posterior utuh sehingga lesi ini
bersifat stabil
5) Clay shoveler’s fracture
Fleksi tulang leher di mana terdapat kontraksi ligament posterior
tulang leher mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus
spinosus, biasanya terjadi pada CVI – CVII stsu TH1.
o Fleksi-rotasi
Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun
terjadi kerusakan pada ligament posterior termasuk kapsul sendi
apofiseal yang bersangkutan. Tampak dislokasi anterior korpus
vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan vertebra
proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya
tetap dalam posisi lateral.
o Hiperekstensi
1. Fraktur dislokasi hiperekstensi
Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina
dan prosesus spinosus. Frakur avulsi korpus vertebra bagian
postero-inferior. Lesi tidak stabil karena terdapat kerusakan
pada elemen posterior tulang leher dan ligament yang
bersangkutan.

  61  
2. Hangman’s fracture
Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior CII
terhadap CIII
o Ekstensi-rotasi
Terjadi fraktur pada prosesus artikularis satu sisi
o Kompresi vertikal
Fraktur ini terjadi akibat dierukannya tenaga trauma melalui
kepala, kondilus oksipitalis, ke tulang leher.
1. Bursting fracture dari atlas (Jefferson’s fracture)
2. Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah

b. Klasifikasi berdasarkan dengan kestabilan


o Stabil
o Tidak stabil

Stabilitas pada trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya komponen


ligamento-skeletal pada saat terjadinya trauma, sehingga memungkinkan tidak
terjadinya pergeseran satu segmen tulang leher terhadap lainnya.

2. Tulang belakang torakal dan lumbal

Pemeriksaan radiologi rutin untuk trauma tulang belakang torakal dan lumbal
adalah proyeksi AP dan lateral. fraktur vertebra torakal bagian atas dan tengah
jarang terjadi, kecuali bila trauma berat atau ada osteoporosis. Karena kanalis
spinal di daerah ini sempit, Maka sering disertai kelainan neurologik. Mekanisme
trauma biasanya bersifat kompresi atau trauma langsung. Pada kompresi terjadi
fraktur kompresi vertebra, sedangkan pada trauma langsung dapat timbul fraktur
elemen posterior vertebra, korpus vertebra dan iga didekatnya. Pada fraktur
kompresi tampak korpus vertebra berbentuk baji pada foto lateral.5

Pada foto AP, adanya pelebaran banyangan mediastinum di daerah yang


bersangkutan menunjukkan adanya hematom paravertebral. Pada daerah

  62  
torakolumbal dan lumbal, mekanisme trauma dapat bersifat fleksi, ekstensi, rotasi,
atau kompresi vertikal. Trauma fleksi adalah trauma yang paling sering dan
menimbulkan fraktur kompresi.5

Trauma rotasi paling sering terjadi pada vertebra torakolumbal (TX-L1) dan
dapat menimbulkan fraktur dislokasi disebabkan karena kerusakan pada elemen
posterior vertebra. Pengendara mobil yang memakai sabuk pengaman dapat
mengalami seat-belt injury (Chance fracture) di daerah lumbal bila kendaraan
yang melaju cepat mendadak direm. Trauma vertebra terjadi karena fleksi tulang
belakang dan menyebabkan kerusakan pada elemen posterior vertebra.5

Gambar 2.50 Fraktur kompresi vertebra T115

  63  
IX. Trauma tengkorak
Trauma pada tengkorak dapat berupa :5
1) Fraktur impresi (depressed fracture)
Biasanya disertai kerusakan jaringan otak dan pada foto terlihat
sebagai garis atau 2 garis sejajar dengan densitas tinggi pada tulang
tengkorak. Penting untuk membuat foto tangensial untuk konfirmasi dan
untuk menentukan dalamnya impresi.

Gambar 2.51 Fraktur impresi26

2) Fraktur linier
Fraktur ini harus dibedakan dengan sutura dan pembuluh darah.
Pada foto, fraktur ini terlihat sebagai garis radiolusen, paling sering di
daerah parietal. Garis fraktur biasanya lebih radiolusen daripada
pembuluh darah dan arahnya tidak beraturan.

  64  
Gambar 2.52 Fraktur linier27

Fraktur pada dasar tengkorak seringkali sukar dilihat. Sebaiknya


disamping foto basis cranium dibuat juga foto lateral kepala dengan pasien
telentang dan sinar horizontal. Adanya bayangan cairan (air-fluid level) dalam
sinus sfenoid menunjukkan adanya fraktur basis cranium.

Osteoartritis (OA)
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai
dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa
degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Hal tersebut disertai dengan
peningkatan ketebalan dan sklerosis dari subchondral yang bisa
disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan kapsul
artikular, synovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot-otot yang
menghubungkan persendian. 28

  65  
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam
proses terjadinya osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan
mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot
persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi
multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut.
Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout,
rheumatoid arthritis, dan sebagainya.28

Secara umum, osteoarthritis dikategorikan menjadi :29


1) Osteoarthritis primer (idiopatik).
2) Osteoarthritis sekunder, yaitu osteoathritis yang disebabkan trauma,
komplikasi dari penyakit lain, dan akibat deposisi kalsium pirofosfat.

Perkembangan osteoarthritis terbagi atas 3 fase, yaitu sebagai berikut :30


• Fase 1 : terjadi penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme
kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim
metalloproteinase yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit
juga memproduksi penghambat protease yang akan mempengaruhi proeolitik.
Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago.
• Fase 2 : pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,
disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan
synovia.
• Fase 3 : proses penguraian dari produk kartilago yang meginduksi respons
inflamasi pada synovia. Produksi makrofag synovia seperti interleukin 1 (IL-
1), tumor necrosis factor-alpha (TNF alfa), dan metalloproteinase menjadi
meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan
secara langsung memberikan dampak adanya destruksi pada kartilago.
Molekul-molekul pro-inflamasi lainnya seperti nitrite oxide (NO) juga ikut
terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi, dan
memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi.

  66  
Perubahan arsitekstur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada
permukaan articular menjadikan kondisi gangguan yang progresif.

Gambaran Radiologi

Bagian yang sering terkena OA Lutut5

a. Sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial pada rongga sendi.


b. Kompartemen bagian medial merupakan penyangga tubuh yang
utama, tekanannya lebih besar sehingga amper selalu menunjukkan
penyempitan paling dini.

Gambar 2.53 Perbedaan joint space normal dengan OA31

Klasifikasi Kellgren & Lawrance :30

• 0 - Tidak ada

• 1 - Diragukan

• 2 - Minimal

• 3 - Sedang
• 4 – Parah

  67  
A. Grade 1 : meragukan, dengan gambaran sendi normal, tampak osteofit
minimal

B. Grade 2 : minimal, tampak osteofit, celah sendi menyempit

C. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat,


permukaan sendi menyempit, dan tampak sclerosis subkondral.

D. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit


secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi

 
Gambar 2.54 Derajat OA32
 
Gout Arthritis
Gout disebabkan oleh adanya kristal monosodium urat monohidrat di
ruang sendi dan jaringan lunak yang dapat mengakibatkan nyeri sendi yang
ditandai dengan episode nyeri berulang dan peradangan sendi. Semua pasien
dengan gout memiliki hiperurisemia, tetapi serangan gout tidak disebabkan oleh
kadar asam urat tetapi oleh perubahan akut pada kadar asam urat. Gout primer
berhubungan dengan ekskresi asam urat yang kurang atau kelebihan produksi
asam urat, yang sering dikaitkan dengan kelebihan makanan atau terlalu sering
mengonsumsi alkohol dan sindrom metabolik. Gout sekunder berkaitan dengan
obat atau kondisi yang menyebabkan hiperurisemia, seperti penyakit

  68  
mieloproliferatif dan pengobatannya, gangguan kulit hiperproliferatif, defek
enzimatik, dan gagal ginjal.

Pemeriksaan laboratorium
Pada gambaran roentgent akan terlihat gambaran opak, Punch out lesion.

Gambar 2.55 Gout Artritis33

Rheumatoid Artritis (RA)


Rheumatoid arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun dimana
persendian mengalami peradangan sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Penyebab dari
RA terkait dengan keterlibatan persendian simetrik poliartikular, manifestasi
sistemik dan tidak dapat disembuhkan. RA diduga akibat dari disregulasi sistem
imun tubuh sehingga manifestasinya sistemik, akan tetapi etiologi pastinya belum
diketahui.

  69  
Ciri radiografi rheumatoid arthritis adalah:
- Pembengkakan jaringan lunak
o Fusiform dan periarticular; merupakan kombinasi efusi sendi, edema dan
tenosinovitis
o Ini bisa menjadi temuan radiografi awal
- Osteoporosis: awalnya juxta-artikular, dan kemudian digeneralisasi
- Penyempitan ruang sendi: simetris atau konsentris
- Erosi marginal

Gambar 2.56 Reumatoid artritis34

Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Tulang yang sering terkena
adalah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius, dan ulna
bagian proksimal dan distal, serta vertebra. Penyebab paling sering adalah
staphylococcus, penyebab lain adalah streptococcus, pneumococcus, salmonella,

  70  
jamur, dan virus. Infeksi dapat terjadi secara hematogen (dari fokus yang jauh
seperti kulit, tenggorok), kontaminasi dari luar (fraktur terbuka, tindakan operasi
pada tulang), perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya.5

Osteomielitis pada tulang panjang


Kuman biasanya bersarang dalam spongiosa metafisis dan membentuk pus
sehingga timbul abses atau beberapa abses kecil. Pus menjalar kearah diafisis dan
korteks, mengangkat periost dan kadang-kadang menembusnya. Pus meluas di
bawah periost dan pada tempat-tempat tertentu membentuk fokus sekunder.
Nekrosis tulang yang timbul dapat luas dan terbentuk sekwester. Bila arteri
nutrisia mengalami trombosis, maka dapat menimbulkan sekwester tulang yang
luas. Periost yang terangkat oleh pus kemudian akan membentuk tulang
dibawahnya, yang dikenal sebagai reaksi periosteal. Kelainan tulang yang terjadi
pada foto rontgen biasanya baru dapat dilihat kira-kira 10 sampai 14 hari setelah
infeksi. Sebelumnya mungkin hanya dapat dilihat pembengkakan jaringan lunak
saja. Gambaran radiologi osteomielitis pada tulang panjang meliputi :5
- Terdapat soft tissue swelling sebagai tanda awal
- Terdapat reaksi periosteal
- Destruksi tulang (tampak daerah daerah yang berdensitas lebih rendah
daripada tulang)

Gambar 2.57 Brodie abses pada osteomyelitis35

  71  
BAB III
KESIMPULAN

Muskuloskeletal adalah suatu sistem pada tubuh manusia yang meliputi


sistem gerak yang terdiri dari otot dan tulang. Otot merupakan organ tubuh yang
mempunyai kemampuan berkontraksi untuk menggerakkan rangka. Sistem rangka
adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago)
sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.
Dengan mengetahui kondisi normal pada sistem muskuloskeletal dan
memahami mekanisme kerja sistem muskuloskeletal dapat menjadi awal
persiapan dalam menghadapi masalah klinik berkaitan dengan sistem
muskuloskeletal. Maka dari itu, penting untuk mengetahui kelainan
muskuloskeletal melalui gambaran radiologi. Gambaran-gambaran dari penyakit
tersebut dapat memudahkan dokter untuk menegakan diagnosis.

  72  
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, Hall JE. 2011. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-12.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Sherwood L. 2015. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Sloane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
4. Pulsen, Friedrich; Waschke, Jens. 2013. "Sobotta : Atlas of Human
Anatomy, Internal Organs". Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol. 2,
15th ed., English/Latin. London : Urban & Fischer.
5. Rasad, S. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit
FK UI.
6. Aotrauma. 2018. AO/OTA Fracture and Dislocation Classificaton
Compendium. Switzerland : AO Foundation.
7. Seymour, T. 2017. Colles Fracture: What You Need to Know.
Medicalnewstoday.com.
8. Chang, et al. 2013. Early Clinical Experience with Resorbable poly-
5D/95L-lactide (PLA95) Plate System for Treating Distal Radius
Fracture.
9. Scaphoid Fracture. Revolvy.com
10. Faust. K., Leversedge. F.J. 2018. Hand Fractures. Orthoinfo.aaos.org.
11. Irianto, Hidayatullah. 2017. Medial Condyle Fracture pada Anak-anak.
Jurnal Kesehatan Andalas
12. Tomori. Y. et al. 2017. Intercondylar Fracture of the Distal Humerus in a
7-year-old Child. Semanticscholar.org.
13. Alaydrus, M. M. 2017. Fraktur Monteggia : Tantangan Klinisi dalam
Menghadapi Fraktur Dislokasi yang Sering Misdiagnosis. Jurnal
Kedokteran Unram.
14. Luijkx, et al. 2019. Galeazzi Fracture-Dislocation. Radiopedia.org
15. Muniraj, S. 2019. Communicated Clavicular Fracture. Radiopedia.org
16. Thurston, M. et al. 2019. Acromioclavicular Injury. Radiopedia.org

  73  
17. Shah, V. et al. 2019. Anterior Shoulder Dislocation. Radiopedia.org
18. Murph, A. et al. 2019. Posterior Shoulder Dislocation. Radiopedia.org
19. Bell, D. J. et al. Proximal Humeral Fracture. Radiopaedia.org
20. Hip Dislocation. Orthoinfo.aaos.org
21. LeBLANC, et al. 2014. Hip Fracture: Diagnosis, Treatment, and
Secondary Prevention. American Family Physician.
22. Thurston M, et al. 2019. Femoral neck fracture. Radiopaedia.org
23. Ahnl. 2019. Patella Fracture. Orthobullets.com
24. Daym. 2018. Distal Femur Fracture. Orthobullets.com
25. Singh, A.P. Proximal Tibia Fractures or Fractures of Upper Third of
Tibia. Boneandspine.com
26. Sorrentiono S. 2019. Impression Fracture of the Skull. Radiopaedia.org
27. Ciurea, A. V. et al. 2011. Traumatic Brain Injury in Infants and Toddlers
0-3 years old. Researchgate.net
28. Felson, David T. 2012. Osteoarthritis : Harrison’s Principles Of
Internal Medicine. Ed 18. The McGraw-Hill Companies.
29. Soeroso J, Isbagio H, et al. 2014. Osteoarthritis : Buku Ajar Ilmu Penyakit
dalam. Ed 6. Jakarta : Interna Publishing.
30. Arden N, Blanco F J, Bruyere O, et al. 2018. Atlas of Osteoarthritis. Ed 2.
London : Springer Helathcare.
31. Arthritis of the Knee. Orthoinfo.aaos.org.
32. Campbell. 2019. Osteoarthritis. teachmesurgery.com
33. Smelser, C. D. et al. 2017. Gout Imaging. emedicine.medscape.com
34. Hacking, C. et al. 2019. Rheumatoid Arthritis (Musculoskeletal
Manifestations). Radiopedia.org
35. Jin, T. Y. et al. 2019. Osteomyelitis. Radiopedia.org

  74  

Anda mungkin juga menyukai