Nama :JihanDiniPramesti
Mata Kuliah : Keperawatan Medical Bedah III (Semester 5 A)
SISTEM MUSKULOSKELETAL
1) Otot (muscle)
2) Tulang (skeletal)
3) Sendi
4) Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang.
5) Ligamen : jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung-ujung.
6) Bursae : kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit, antara tulang dan
tendon atau diantara otot.
7) Fascia : jaringan penyambung longgar dibawah kulit atau pembungkus otot, saraf
dan pembuluh darah.
SISTEM SKELETAL
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang, yang terbagi dalam 2 bagian besar:
Axial dan Appendicular .
1. Axial skeletal :
Tulang Kepala
a. Tulang otak = 8 buah
b. Tulang wajah = 14 buah
c. Tulang telinga = 6 buah
d. Tulang hyoid (tulang lidah di pangkal leher) = 1 buah
Tulang belakang dan pinggul = 26 buah
Kerangka Dada = 25 buah
2. Appendicular skeletal/rangka pendukung gerak:
Eksremitas atas, tulang yang membentuk angka gerak atas = 64 buah
Eksremitas bawah, tulang yang membentuk anggota gerak bawah = 62 buah
TENGKORAK
Dibagi menjadi 2 :
1. 8 tulang kranium
2. 14 tulang wajah
Tulang Kranium
a. Bagian Rahang
2 Os maksila (Tulang Rahang Atas)
1 Os mandibula (Tulang Rahang Bawah)
2 Os zigomatikum (Tulang Pipi)
2 Os palatum (Tulang Langit-langit)
b. Bagian Hidung
2 Os nasale (Tulang Hidung)
1 Os vomer (Sekat Rongga Hidung)
2 Os lakrimalis (Tulang Mata)
2 Os konka nasal (Tulang Karang Hidung)
Tulang-tulang Batang Tubuh (Rangka Dada)
a. Sternum (tulang dada) = 1 buah
b. Iga (costae) = 12 buah
c. Kolumna Vertebralis = 12 ruas
Tulang Iga
7 pasang iga sejati (I-VII), karena melekat pada sternum melalui
tulang rawan.
5 pasang iga palsu (VIII-XII), karena iga VIII-X melekat padda tulang
rawan iga di atasnya dan XI – XII melayang bebas pada ujung
anteriornya.
Vertebra
7 vetebra servikalis
12 vertebra torakalis
5 vertebra lumbalis
5 vertebra sakralis
4 vertebra koksigis
Tulang Eksremitas Atas
SENDI
Persambungan / artikulasio : pertemuan antara dua atau lebih dari tulang rangka.
Artrologi : ilmu yang mempelajari persendian.
Sendi berdasarkan strukturnya
a. Fibrosa : hubungan antara sendi oleh jaringan fibrosa
b. Kartilago/tulang rawan : ruang anta sendinya berikatan dengan tulang rawan.
c. Sinovial/sinovial joint ; ada ruang sendi dan ligament untuk mempertahankan
persendian.
SENDI BERDASARKAN JENIS PERSAMBUNGANNYA
Sinatrosis
Sendi yang terdapat kesinambungan karena di anatar kedua ujung tulang yang
bersendi terdapat suatu jaringan, contohnya pada tulang tengkorak.
Amphiathrosis
Sendi yang dapat sedikit bergerak, contohnya tulang persendian vertebrae
Diatrosis
Sendi terdapat ketidak-sinambungan karena di antara tulang yang bersendi terdapat
rongga (cavum articulare), contohnya sendi panggul, lutut, bahu, dan siku.
B. Jelaskan Pengertian, etiologi, tanda dan gejala dan patofisiologi dari Fraktur dan
Dislokasi ?
1. FRAKTUR
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umunya akibat trauma. Faktor
digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapt terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsi.
Kasifikasi Fraktur
Fraktur terbagi menjadi 2, yaitu Fraktur Terbuka dan Fraktur Tertutup.
Fraktur juga di bedakan ats :
Derajat I
i. Luka <1cm
ii. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda lunak.
iii. Fraktur sederhana, transversal oblik, atau kominutif ringan.
iv. Kontaminasi minimal.
Derajat II
i. Laserasi >1cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
iii. Fraktur kominutif sedang
iv. Kontaminasi sedang
Derajjat III
Terjadi kerusakn jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat
III terbagi atas :
i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat
kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa
melihat besarnya ukuran luka.
ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar
atau kontaminassi masif.
iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
B. Etilogi
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namuncukup
mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur disebabkan oleh:
Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gaya puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
Letih karena otto tidak dapat mengabsorbsikan energi seperti berjalan kaki
terlalu jauh.
Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
C. Tanda dan Gejala Fraktur
Nyeri, hilangnya fungsi deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi,
pembengkakan lokal dan perubahan warna.
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya fragmen tulang di imobilisasi.
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapt digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa), bukan tetap rigid seperti
normalnya.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.
Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derki tulang yang
satu dengan tulang yang lain.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan pendarahan yang mengikuti fraktur.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapaat pada setiap fraktur.
D. Patofisiologis
Jenis Fraktur :
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biassanya
mengalami pergeseran.
Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
Fraktur terbuka (fraktur komplikaata/kompleks), merupakan fraktur dengan
luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur
terbuka digradasi menjadi:
Grade I dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya dan sakit jelas
Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, dan
Grade III yang sangat berkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensi, merupakan yang paling berat.
2. DISLOKASI
A. Pengertian
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
mnejadi lecet.
Klasifikasi Dislokasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya (Brunner Suddart, 2002, KMB, edisi
8, vol 3 , halaman 2356) adalah :
Dislokasi kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering pada
pinggul.
Dislokasi Spontan
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang.
Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susuna saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan).
Klafikasi berdasarkan tipe kliniknya (Brunner Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3
, halaman 2356) adalah :
Dislokassi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi
yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut Dislokasi
Berulang.
Klasifikasi Dislokasi berdasarkan tempat terjadinya :
Dislokasi Sendi Rahang. Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
mneguap atau terlalu lebar dan terkena pukulan keras ketika rahang
sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya
kembali.
Dislokassi Sendi Bahu. Pergeseran kaput humerus dari sendi
glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi posterior)
dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
Dislokasi Sendi Siku. Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh
pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah
posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan
tonjolan-tonjolan tulang siku.
Dislokasi Sendi Jari, sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak
ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku.
Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal. Merupakan
dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
Dislokasi Panggul. Bergesernya kaput femur dari sendi panggul, berada di
posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum
(dislokasi anterior), dan kaput femur menembus acetabulum (dislokasi
sentra).
Dislokasi patella. Paling sering terjadi ke arah lateral, reduksi di capai
dengan memberikan tekanan ke atas medial pada sisi lateral patella sambil
mengeksterensikan lutut perlahan-lahan. Apabila dislokasi dilakukan
berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
B. Etiologi
Dislokasi di sebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski,
volly, dan basket.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan mmotor biasanya dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diats lantai yang licin.
Faktor prediposisi (pengaturan posisi)
Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir
Trauma akibat kecelakaan
C. Tanda dan Gejala Dislokasi
Penderita mengalami nyeri hebat dimana akan mencegah pergerakan bagian yang
terpengaruh.
Tanda dan gejala dislokasi traumatik menurut (Brunner&suddarth,2001.Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed-8,vol-3, jakarta : EGC) adalah:
1. Nyeri
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang eksremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi.
D. Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong
kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-
kadang posterolateral kaput hancur. Mensti jarang prosesus akromium dapat
mengungkit kaputr ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta(dengan tangan
mengarah : lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi di bawah
karakoid).
Masalah Keperawatan:
a. Nyeri Akut b.d spasme otot
b. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka
c. Risiko Infeksi b.d ketidakadekuatan perthanan primer
2. PATHWAY DISLOKASI
Masalah Kperawatan :
a. Nyeri b.d prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
b. Potensi perubahan perfusi jaringan perifer b.d pembengkakan, alat yang
mengikat, dan gangguan peredaran darah.
c. Perubahan citra diri dan harga diri b.d dampak muskuloskeletal.
E. Buat Asuhan keperawatan pasien fraktur dan dislokasi secara singkat (Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Intervensi) ?
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien fraktur sebagai berikut :
d. Nyeri Akut b.d spasme otot, gerakan fragmeen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
e. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen,kawat,sekrup)
f. Risiko Infeksi b.d ketidakadekuatan perthanan primer (kerusakan kulit, trauma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d spasme otot, gerakan fragmeen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan : klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukan
tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan
tepat, dll.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Patahkan imobilisasi bagian 1. Mengurangi nyeri dan mencegah
yang sakit dengan tirah baring, malformasi.
gips, bebat atau traksi. 2. Meningkatkan aliran balik vena,
2. Tingkatkan posisi ekstremitas mengurangi edema/nyeri.
yang terkena. 3. Mempertahankan kekuatan otot
3. Lakukan dan awasi latihan dan meningkatkan sirkulasi
gerak pasif/aktif. vaskuler.
4. Lakukan tindakan untuk 4. Meningkatkan sirkulasi umum,
meningkatkan kenyamanan menurunkan area tekanan lokal
(masase, perubahan posisi) dan kelelahan otot.
5. Ajarkan penggunaan teknik 5. Mengalihkan perhatian terhadap
manajemen nyeri (latihan naps nyeri, meningkatkan kontrol
dalam, imajinasi visual, terhadap nyeri yang mungkin
aktivitas dipersional). berlangsung lama.
6. Lakukan kompres dingin 6. Menurunkan edema dan
selama fase akut (24-48jam) mengurangi rasa nyeri.
pertama, sesuai indikasi. 7. Menurunkan nyeri melalui
7. Kolaborasu pemberian analgetik mekanisme penghambatan
sesuai indikasi. rangsang nyeri baik secara sentral
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, maupun perifer.
petunjuk verbal dan non verbL, 8. Menilai perkembangan masalah
perubahan tanda-tanda vital). klien.
b. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen,kawat,sekrup)
Tujuan : klien mengatakan ketidaknyaman hilang, menunjukan perilaku tekhnik
untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi,
mencapai penyembuhan luka sesuai waktu penyembuhan lesi terjadi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan tempat tidur yang 1. Menurunkan risiko
nyaman dan aman kerusakan/abrasi kulit yang
(kering,bersih,alat tenun lebih halus.
kencang,bantalan bawah siku, 2. Meningkatkan kelemasan
tumit) kulit dan otot terhadap
2. Masase kulit terutama daerah tekanan yang relatif konstan
penonjolan tulang dan area sital pada imobilisasi.
bebat/gips. 3. Mencegah gangguan
3. Lindungi kulit dan gips pada integritas kulit dan jaringann
perianal. akibat kontaminasi fekal.
4. Observasi keadaan kulit, 4. Menilai perkembangan
penekanan gips/bebat terhadap masalah klien.
kulit, insersi pen/traksi.
d. Risiko Infeksi b.d ketidakadekuatan perthanan primer (kerusakan kulit,
trauma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang.
Tujuan : klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen
atau eritema dan demam.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Lakukan perawatan pen steril 1. Mencegah infeksi sekunder dan
dan perawatan luka sesai mempercepat penyembuhan
protokol. luka.
2. Ajarkan klien untuk 2. Meminimalkan kontaminasi
mempertahankan sterilitas 3. Antibiotika spektrum luas atau
insersi pen. spesifik dapat digunakan secara
3. Kolaborasi pemberian profilaksis, mencegah atau
antibiotika dan toksoid tetanus mengatasi ineksi. Toksoid
sesuai indikasi. tetanus untuk mencegah infeksi
4. Analisa hasil pemeriksaan tetanus.
laboratorium (hitung darah 4. Leukositosis biasanya terjadi
lengkap, LED, kultur dan pada proses infeksi, anemia dan
sensivitas luka/serum/tulang). peningkatan LED dapat terjadi
5. Observasi tanda-tanda vital dan pada osteomielitis. Kultur untuk
tanda-tanda peradangan lokal mengidentifikasi organisme
pada luka. penyebab infeksi.
5. Mengevaluasi perkembangan
masalah klien.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
(1) Nyeri berukurang/hilang
(2) Klien tampak tenang
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri pasien 1. Mengetahui skala nyeri pada
2. Tinggikan ekstremitas yang pasien.
dioperasi 2. Membantu mengontrol edema
3. Kompres dingin bila perlu agar nyeri berkurang.
4. Ajarkan tekhnik relaksasi dan 3. Untuk mengontrol nyeri dan
distraksi edema
5. Kolaborasidalam pemberian 4. Hal ini dapat mengurangi dan
obat analgesik mengontrol nyeri
b. Potensi perubahan perfusi jaringan perifer b.d pembengkakan, alat yang
mengikat, dan gangguan peredaran darah.
Tujuan : memlihara perfusi jaringan adekuat
Kriteria Hasil : Tidak ada sianosis
INTERVENSI RASIONAL
1. Rencana pra operatif 1. Meneruksan tindakan
dilanjutkan keperawatan
2. Pantau status neurovaskular, 2. Parastesi pada bagian yang
warna kulit, denyut nadi, nyeri, dioperasi, dan laporkan segera
edema. pada dokter bila ada temuan
3. Anjurkan latihan otot yang mengaruh pada gangguan.
4. Anjurkan latihan pergelangan 3. Untuk mencegah atrofi oto.
kaki dan otot betis setiap jam 4. Untuk memperbaiki peredaran
darah.
c. Perubahan citra diri dan harga diri b.d dampak muskuloskeletal.
Tujuan : terjadi peningkatan konsep diri.
Kriteria Hasil : klien dapat bersosialisasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Rencana perawatan pra operatif 1. Melanjutkan rencana tindakan
dilanjutkan. keperawatan.
2. Libatkan pasien dalam 2. Mempercepat rencana tindakan
menyusun rencana kegiatan keperawatan,
yang dilakukan. 3. Stres, dan menarik diri akan
3. Bantu pasien menerima citra mengurangi motivasi untuk
dirinya, serta beri dukungan, proses penyembuhan.
baik dari perawat, keluarga
maupun teman dekat.