Anda di halaman 1dari 20

RESUME

“ANATOMI & FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL”

Nama :JihanDiniPramesti
Mata Kuliah : Keperawatan Medical Bedah III (Semester 5 A)

A. Anatomi & Fisiologi Sistem Muskuloskeletal terdiri dari kata:


a. Muskulo : Otot
b. Skeletal : Tulang
Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh (ilmu = Myologi)
Skeletal atau steo adalah tulang kerangka tubuh (ilmu = Osteologi)
Muskuloskeletal disebut juga “lokomotor”.

SISTEM MUSKULOSKELETAL
1) Otot (muscle)
2) Tulang (skeletal)
3) Sendi
4) Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang.
5) Ligamen : jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung-ujung.
6) Bursae : kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit, antara tulang dan
tendon atau diantara otot.
7) Fascia : jaringan penyambung longgar dibawah kulit atau pembungkus otot, saraf
dan pembuluh darah.

SISTEM SKELETAL
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang, yang terbagi dalam 2 bagian besar:
Axial dan Appendicular .
1. Axial skeletal :
 Tulang Kepala
a. Tulang otak = 8 buah
b. Tulang wajah = 14 buah
c. Tulang telinga = 6 buah
d. Tulang hyoid (tulang lidah di pangkal leher) = 1 buah
 Tulang belakang dan pinggul = 26 buah
 Kerangka Dada = 25 buah
2. Appendicular skeletal/rangka pendukung gerak:
 Eksremitas atas, tulang yang membentuk angka gerak atas = 64 buah
 Eksremitas bawah, tulang yang membentuk anggota gerak bawah = 62 buah

TENGKORAK
Dibagi menjadi 2 :
1. 8 tulang kranium
2. 14 tulang wajah

 Tulang Kranium

 1 tulang okspital (Tulang Kepala Belakang)


 2 tulang parietal (Tulang Ubun-ubun)
 1 tulang frontal (Tulang Dahi)
 2 tulang temporal (Tulang Pelipis)
 1 tulang etmoid (Tulang Tapis)
 1 tulang sfenoid(Tulang Baji)
 Tulang Wajah

a. Bagian Rahang
 2 Os maksila (Tulang Rahang Atas)
 1 Os mandibula (Tulang Rahang Bawah)
 2 Os zigomatikum (Tulang Pipi)
 2 Os palatum (Tulang Langit-langit)
b. Bagian Hidung
 2 Os nasale (Tulang Hidung)
 1 Os vomer (Sekat Rongga Hidung)
 2 Os lakrimalis (Tulang Mata)
 2 Os konka nasal (Tulang Karang Hidung)
 Tulang-tulang Batang Tubuh (Rangka Dada)
a. Sternum (tulang dada) = 1 buah
b. Iga (costae) = 12 buah
c. Kolumna Vertebralis = 12 ruas
 Tulang Iga
7 pasang iga sejati (I-VII), karena melekat pada sternum melalui
tulang rawan.
5 pasang iga palsu (VIII-XII), karena iga VIII-X melekat padda tulang
rawan iga di atasnya dan XI – XII melayang bebas pada ujung
anteriornya.
 Vertebra

 7 vetebra servikalis
 12 vertebra torakalis
 5 vertebra lumbalis
 5 vertebra sakralis
 4 vertebra koksigis
 Tulang Eksremitas Atas

a. Tulang Gelang Bahu:


Skapula 2 buah
Klavikula 2 buah
b. Humerus 2 buah
c. Lengan Bawah
Radius 2 buah
Ulna 2 buah
d. Tangan
8 pasang tulang karpal
5 pasasng tulang metakarpal
14 pasang tulang falange
 Tulang Eksremitas Bawah

a. Tulang Pangkal Paha (Os coxae)


Ilium (tulang usus)
Pubis (tulang kemaluan)
Iskhium(tulang duduk)
b. Femur = 2 buah
c. Tungkai Bawah
Fibula = 2 buah
Tibis = 2 buah
d. Tulang 2 Kaki
Tarsal = 14 buah
Metatarsal = 10 buah
Falangus = 28 buah
 TRUNCUS DAN PELVIS
Tulang Panggul (Pelvis)
a. Tulang sakrum : gabungan dari 5 vetebrasakralis
b. Tulang koksigis : gabungan dari 3 vetebra koksigis
c. Tulang coxae : ilium (tulang usus), pubis 9tulang kemaluan), dan
iskhium (tulang duduk)

FISIOLOGI SISTEM TULANG


Fungsi tulang secara Umum :
a) Formasi kerangka (penentu bentu dan ukuran tubuh)
b) Formasi sendi (penggerak)
c) Perlengketan otot
d) Pengungkit
e) Menyokong berat badan
f) Proteksi (membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak, seperti
otak, jantung dan paru)
g) Haemopoesis (pembentukan sel darah (red marrow)
h) Fungsi Imunologi : RES sumsum tulang membentuk limfosit B dan makrofag
i) Penyimpanan mineral (kalsium & fosfat) dan lipid (yellow marrow)
Fungsi Tulang secara Khusus:
a) Sinus-sinus paranasalis : menimbulkan nada pada sauara
b) Email gigi: memotong, menggigit dan menggilas makanan
c) Tulang Kecil telinga : mengkonduksi gelombang antara
d) Panggul Wanita : memudahkan proses partus
Komposisi Tulang :
a) Mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan0
b) Kalsium dan fosfat
Faktor Pertumbuhan Tulang
a) Herediter
b) Nutrisi
c) Faktor Endokrin
d) Faktor Pernafasan
e) Faktor Mekanis
f) Penyakit-penyakit
Tulang menurut bentuknya
a) Ossa longa (tulang panjang) : tulang yang ukuran panjangnya terbesar, contohnya
os humerus
b) Ossa brevia (tulang pendek) : tulang yang ketiga ukurannnya kira-kira sama besar,
contohnya ossa carpi
c) Ossa plana (tulang gepeng/pipih) : tulang yang ukurannya lebih terbesar,
contohnya os parietale
d) Ossa irregular (tulang tak beraturan) : contohnya os sphenoidale
e) Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contohnya os maxilla

SEL PENYUSUN TULANG

1) Osteoblast (pembentukan tulang) : menghasilkan jaringan osteoid fan mengekresikan


fosfatase dalam pengendapan kalsium dan fosfat de dalam matrix tulang
2) Osteoit : sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang uang padat.
3) Osteoclast (penghancuran tulang) : sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan
matrix tulang.

SENDI
 Persambungan / artikulasio : pertemuan antara dua atau lebih dari tulang rangka.
 Artrologi : ilmu yang mempelajari persendian.
 Sendi berdasarkan strukturnya
a. Fibrosa : hubungan antara sendi oleh jaringan fibrosa
b. Kartilago/tulang rawan : ruang anta sendinya berikatan dengan tulang rawan.
c. Sinovial/sinovial joint ; ada ruang sendi dan ligament untuk mempertahankan
persendian.
SENDI BERDASARKAN JENIS PERSAMBUNGANNYA
 Sinatrosis
Sendi yang terdapat kesinambungan karena di anatar kedua ujung tulang yang
bersendi terdapat suatu jaringan, contohnya pada tulang tengkorak.
 Amphiathrosis
Sendi yang dapat sedikit bergerak, contohnya tulang persendian vertebrae
 Diatrosis
Sendi terdapat ketidak-sinambungan karena di antara tulang yang bersendi terdapat
rongga (cavum articulare), contohnya sendi panggul, lutut, bahu, dan siku.

SISTEM MUSKULUS (OTOT)

 Sistem otot terdiri dari ; otot, fascia, tendon


 Otot membnetuk 43% berat badan; > 1/3-nya merupakan protein tubuh dan
stengahnya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.
 Proses vital di dalam tubuh (seperti, konraksi jantung, kontriksi pembuluh darah,
bernapas, peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot.
 Fungsi otot adalah sebagai alat gerak aktif, menyimpan cadangan makanan, memberi
untuk luar tubuh.
 Tipe Jaringan Otot
1. Otot Polos
Memiliki 1 inti yang berada di tengah, di persarafi oleh saraf otonom
(involunter0, serat otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh (vi
seral), sumber Ca2+ dari CES, sumber energi terutama dari metabolisme aerobik,
awal kontraksi lambat, kadang mengalami tetani, tahan terhadap kelelahan.
2. Otot Rangka / otot serat lintang
Memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik somatik (volunter), melekat
pada tulang, sumber Ca2+ dari retikulum sarkoplasma(RS), sumber energi dari
metabolisme aerobik dan anaerobik, awal kontrasksi cepat, mengalami tetani dan
cepat lelah.
3. Otot Jantung
Memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter),
serat otott berserat, hanya ada di jantung, sumber Ca2+ dari CES & RS, sumber
energi dari metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tidak mengalmi tetani,
dan tahan terhadap kelelahan.

FUNGSI SITEM OTOT RANGKA

1) Menghasilkan gerakan rangka.


2) Mempertahankan sikap dan posisi tubuh.
3) Menyokong jaringan lunak.
4) Menunjukan pintu masuk dan kleuar saluran dalam sistem tubuh.
5) Mempertahankan suhu tubuh: kontraksi otot: energi menajdi panas.

MEKANISME GERAKAN OTOT


 Otot yang dapat menggerakkan rangka adalah otot yang melekat pada rangka.
 Garis-garis gelap dan terang pada otot rangka adalah miofibril yang merupakan
sumber kekuatan otot dalam melakukan gerakan kontraksi, karena massa
utamanya adalah serabut.
 Setiap miofibril tersusun atas satuan-satuan kontraktil yang disebut sarkomer.
 Zona Z merupakan bagian tumpang tindih dua molekul protein filamen otot, yaitu
aktin dan miosin.
 Pada saat serabut otot berkontraksi terjadilah perubhan panjang zona Z dan zona
H. Jika otto berkontraksi maksimum, ukuran otot dapat 20% lebih pendek dari
ukuran saat berelaksasi.

MEKANISME MEKANISME OTOT


Rangsangan – asetilkolin – terurai menjadi asetil dan kolin – miogen – merangsang aktin
dan kiosin bergeser – otot akan berkontraksi atau memendek.

B. Jelaskan Pengertian, etiologi, tanda dan gejala dan patofisiologi dari Fraktur dan
Dislokasi ?
1. FRAKTUR
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umunya akibat trauma. Faktor
digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapt terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsi.
Kasifikasi Fraktur
Fraktur terbagi menjadi 2, yaitu Fraktur Terbuka dan Fraktur Tertutup.
Fraktur juga di bedakan ats :
 Derajat I
i. Luka <1cm
ii. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda lunak.
iii. Fraktur sederhana, transversal oblik, atau kominutif ringan.
iv. Kontaminasi minimal.
 Derajat II
i. Laserasi >1cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
iii. Fraktur kominutif sedang
iv. Kontaminasi sedang
 Derajjat III
Terjadi kerusakn jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat
III terbagi atas :
i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat
kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa
melihat besarnya ukuran luka.
ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar
atau kontaminassi masif.
iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
B. Etilogi
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namuncukup
mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur disebabkan oleh:
 Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gaya puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
 Letih karena otto tidak dapat mengabsorbsikan energi seperti berjalan kaki
terlalu jauh.
 Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
C. Tanda dan Gejala Fraktur
Nyeri, hilangnya fungsi deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi,
pembengkakan lokal dan perubahan warna.
 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya fragmen tulang di imobilisasi.
 Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapt digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa), bukan tetap rigid seperti
normalnya.
 Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.
 Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derki tulang yang
satu dengan tulang yang lain.
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan pendarahan yang mengikuti fraktur.
 Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapaat pada setiap fraktur.
D. Patofisiologis
Jenis Fraktur :
 Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biassanya
mengalami pergeseran.
 Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
 Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
 Fraktur terbuka (fraktur komplikaata/kompleks), merupakan fraktur dengan
luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur
terbuka digradasi menjadi:
Grade I dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya dan sakit jelas
Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, dan
Grade III yang sangat berkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensi, merupakan yang paling berat.
2. DISLOKASI
A. Pengertian
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
mnejadi lecet.
Klasifikasi Dislokasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya (Brunner Suddart, 2002, KMB, edisi
8, vol 3 , halaman 2356) adalah :
 Dislokasi kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering pada
pinggul.
 Dislokasi Spontan
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang.
 Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susuna saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan).
Klafikasi berdasarkan tipe kliniknya (Brunner Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3
, halaman 2356) adalah :
 Dislokassi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
 Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi
yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut Dislokasi
Berulang.
Klasifikasi Dislokasi berdasarkan tempat terjadinya :
 Dislokasi Sendi Rahang. Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
mneguap atau terlalu lebar dan terkena pukulan keras ketika rahang
sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya
kembali.
 Dislokassi Sendi Bahu. Pergeseran kaput humerus dari sendi
glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi posterior)
dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
 Dislokasi Sendi Siku. Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh
pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah
posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan
tonjolan-tonjolan tulang siku.
 Dislokasi Sendi Jari, sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak
ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku.
 Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal. Merupakan
dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
 Dislokasi Panggul. Bergesernya kaput femur dari sendi panggul, berada di
posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum
(dislokasi anterior), dan kaput femur menembus acetabulum (dislokasi
sentra).
 Dislokasi patella. Paling sering terjadi ke arah lateral, reduksi di capai
dengan memberikan tekanan ke atas medial pada sisi lateral patella sambil
mengeksterensikan lutut perlahan-lahan. Apabila dislokasi dilakukan
berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
B. Etiologi
Dislokasi di sebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski,
volly, dan basket.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan mmotor biasanya dislokasi.
3. Terjatuh
 Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diats lantai yang licin.
 Faktor prediposisi (pengaturan posisi)
 Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir
 Trauma akibat kecelakaan
C. Tanda dan Gejala Dislokasi
Penderita mengalami nyeri hebat dimana akan mencegah pergerakan bagian yang
terpengaruh.
Tanda dan gejala dislokasi traumatik menurut (Brunner&suddarth,2001.Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed-8,vol-3, jakarta : EGC) adalah:
1. Nyeri
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang eksremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi.
D. Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong
kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-
kadang posterolateral kaput hancur. Mensti jarang prosesus akromium dapat
mengungkit kaputr ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta(dengan tangan
mengarah : lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi di bawah
karakoid).

C. Buat Pathway fraktur dan dislokasi sampai menemukan masalah keperawatan ?


1. (PATHWAY FRAKTUR)

Masalah Keperawatan:
a. Nyeri Akut b.d spasme otot
b. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka
c. Risiko Infeksi b.d ketidakadekuatan perthanan primer

2. PATHWAY DISLOKASI
Masalah Kperawatan :
a. Nyeri b.d prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
b. Potensi perubahan perfusi jaringan perifer b.d pembengkakan, alat yang
mengikat, dan gangguan peredaran darah.
c. Perubahan citra diri dan harga diri b.d dampak muskuloskeletal.

D. Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan penunjang dan Penatalaksanaan pasien


fraktur dan dislokas?
(Pemeriksaan Penunjang Fraktur)
Menurut (Doengoes,2000) diantaranya:
1. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi atau luas fraktur
2. Scan tulang, tonogramm, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur , juga dapat di
gunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Hitung darah : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur / organ jauh pada trauma multiple).
5. Kreatinin : trauma otot meningkat beban kreatinini untuk klien ginjal
6. Profil koagulasii ; perubahan dpat terjadi pada kehilangan darah, tranfuse multiple,
atau cedera hati.
(Penatalakasanaan Fraktur)
Prinsip-prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu :
1. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan kemudian
dirumah sakit.
2. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang
patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.
3. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi diatas fraktur dan di bawah fraktur.
4. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (price, 2006).
Penatalaksanaan perawat menurut Manjoer (2003), adalah :
1. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan kesadaran, baru
periksa di Rumah Sakit.
2. Atur posisi tujuannnya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencegah komplikasi.
3. Pemantauan neurocirculatory yang di lakukan setiap jam secara dini, dan pemantauan
neurocirculatory pada daerah cedera:
a) Merabah lokasi apakah masih hangat
b) Observasi warna
c) Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler
d) Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada lokasi
cedera
e) Observasi apakah daerah fraktur bisa digunakan.
4. Pertahankan kekuatan dan pergerakan
5. Memepertahankan keuatan kulit
6. Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat anjurkan intake protein 150-
300 gr/hari
7. Mempertahankan imobilisasi fraktur yang telah di reudksi dengan tujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh.
Tahap – tahap Penyembuhan Fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) :
1. Inflamasi, tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom
2. Proliferasi sel, terbentukya barang-barang fibrin sehingga terjadi revaskularisasi
3. Pembentukan kalus, jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang
4. Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan tulang yang
baru
5. Remodeling, perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan yang mati dan
reorganisasi.

(Pemeriksaan Penunjang Dislokasi)


Pemeriksaan Radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.
Pemeriksaan diagnostik dengan cara pemeriksaan sinar-X (pemeriksaan X-Rays).
(Penatalaksanaan Dislokasi)
1. Lakukan reposisi segera
2. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anastesi, misalnya:
Dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok, sislokasi bahu, siku atau
jari dapat direposisi dengan anestesi local: dan obat penenang misalnya valium.
Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan panggul memerlukan anstesi
umum.
3. Dislokasi reduksi : dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anestesi jika
dislokasi berat.
4. Kaput tulangyang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
5. Sendi kemudian diimobilisaasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisinstabil. Beberapa hari sampai minggu stelah reduksi dilakukan
mobilisasi halus 3-4x sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.
6. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

E. Buat Asuhan keperawatan pasien fraktur dan dislokasi secara singkat (Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Intervensi) ?

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatn.
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Riwayat Penyakit Dahuly
e. Riwayat Psikososial
f. Pola-pola Fungsi Kesehatan
2) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu Pemeriksaan umum 9status generalisa) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini
perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih
mendalam.
3) Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray).
b. Pemeriksaan Laboratorium
(1) Kalsium Serum dan Fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
(2) Alkain fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
(3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolalse hyang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan Lain-lain
(1) Pemeriksaaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas : didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
(2) Biopsi tulang dan oto; pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.
(3) Elektromyografi; terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
(4) Arthroscopy; didapatkan jaringan ikat yang rusak atau diakibatkan
fraktur.
(5) Indium imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
(6) MRI: menggambatrkan semua kerusakan akibat fraktur.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien fraktur sebagai berikut :
d. Nyeri Akut b.d spasme otot, gerakan fragmeen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
e. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen,kawat,sekrup)
f. Risiko Infeksi b.d ketidakadekuatan perthanan primer (kerusakan kulit, trauma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d spasme otot, gerakan fragmeen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan : klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukan
tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan
tepat, dll.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Patahkan imobilisasi bagian 1. Mengurangi nyeri dan mencegah
yang sakit dengan tirah baring, malformasi.
gips, bebat atau traksi. 2. Meningkatkan aliran balik vena,
2. Tingkatkan posisi ekstremitas mengurangi edema/nyeri.
yang terkena. 3. Mempertahankan kekuatan otot
3. Lakukan dan awasi latihan dan meningkatkan sirkulasi
gerak pasif/aktif. vaskuler.
4. Lakukan tindakan untuk 4. Meningkatkan sirkulasi umum,
meningkatkan kenyamanan menurunkan area tekanan lokal
(masase, perubahan posisi) dan kelelahan otot.
5. Ajarkan penggunaan teknik 5. Mengalihkan perhatian terhadap
manajemen nyeri (latihan naps nyeri, meningkatkan kontrol
dalam, imajinasi visual, terhadap nyeri yang mungkin
aktivitas dipersional). berlangsung lama.
6. Lakukan kompres dingin 6. Menurunkan edema dan
selama fase akut (24-48jam) mengurangi rasa nyeri.
pertama, sesuai indikasi. 7. Menurunkan nyeri melalui
7. Kolaborasu pemberian analgetik mekanisme penghambatan
sesuai indikasi. rangsang nyeri baik secara sentral
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, maupun perifer.
petunjuk verbal dan non verbL, 8. Menilai perkembangan masalah
perubahan tanda-tanda vital). klien.
b. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen,kawat,sekrup)
Tujuan : klien mengatakan ketidaknyaman hilang, menunjukan perilaku tekhnik
untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi,
mencapai penyembuhan luka sesuai waktu penyembuhan lesi terjadi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan tempat tidur yang 1. Menurunkan risiko
nyaman dan aman kerusakan/abrasi kulit yang
(kering,bersih,alat tenun lebih halus.
kencang,bantalan bawah siku, 2. Meningkatkan kelemasan
tumit) kulit dan otot terhadap
2. Masase kulit terutama daerah tekanan yang relatif konstan
penonjolan tulang dan area sital pada imobilisasi.
bebat/gips. 3. Mencegah gangguan
3. Lindungi kulit dan gips pada integritas kulit dan jaringann
perianal. akibat kontaminasi fekal.
4. Observasi keadaan kulit, 4. Menilai perkembangan
penekanan gips/bebat terhadap masalah klien.
kulit, insersi pen/traksi.
d. Risiko Infeksi b.d ketidakadekuatan perthanan primer (kerusakan kulit,
trauma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang.
Tujuan : klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen
atau eritema dan demam.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Lakukan perawatan pen steril 1. Mencegah infeksi sekunder dan
dan perawatan luka sesai mempercepat penyembuhan
protokol. luka.
2. Ajarkan klien untuk 2. Meminimalkan kontaminasi
mempertahankan sterilitas 3. Antibiotika spektrum luas atau
insersi pen. spesifik dapat digunakan secara
3. Kolaborasi pemberian profilaksis, mencegah atau
antibiotika dan toksoid tetanus mengatasi ineksi. Toksoid
sesuai indikasi. tetanus untuk mencegah infeksi
4. Analisa hasil pemeriksaan tetanus.
laboratorium (hitung darah 4. Leukositosis biasanya terjadi
lengkap, LED, kultur dan pada proses infeksi, anemia dan
sensivitas luka/serum/tulang). peningkatan LED dapat terjadi
5. Observasi tanda-tanda vital dan pada osteomielitis. Kultur untuk
tanda-tanda peradangan lokal mengidentifikasi organisme
pada luka. penyebab infeksi.
5. Mengevaluasi perkembangan
masalah klien.

ASUHAN KEPERAWATAN DISLOKASI


1. Pengkajian
Menurut hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga
akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada pasien
post operasi menurut Suratun (2008:66) adalah :
a. Lanjutkan perawatan pra operatif
b. Kaji ulang kebutuhan pasien berkaitan dengan kebutuhan ras nyeri, perfusi
jaringan, promosi kesehatan, mobilitas dan konsep diri.
c. Kaji dan pantau potensial masalah yang berkaitan denganpembedahan: tanda
vital, derajat kesadaran, cairan yang keluar dari luka, suara nafas, bising usus,
keseimbangan cairan, dan nyeri.
d. Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah akibat
pembedahan mayor (frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun, konfusi
dan gelisah).
e. Kaji peningkatan komplikasi paru dan jantung: observasi perubahan frekuensi
nadi, pernafasan, warna kulit, suhu tubuh, riwayat penyakit paru, dan jantung
sebelumnya.
f. Sistem perkemihan : pantau pengeluaran urin, apakah terjadi retensi urin,
retensi dapat disebabkan oleh posisi berkemih tidak alamiah, pembesaran
prostat, dan adanya infeksi saluran kemih.
g. Observasi tanda infeksi (infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebis biasanya timbul
selama minggu kedua), dan tanda vital.
h. Kaji komplikasi tromboembolik : kaji tungkai untuk tanda nyeri tekan, panas,
kemerahan, dan edema pada betis.
2. Diagnosis Keperawatan
d. Nyeri b.d prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
e. Potensi perubahan perfusi jaringan perifer b.d pembengkakan, alat yang
mengikat, dan gangguan peredaran darah.
f. Perubahan citra diri dan harga diri b.d dampak muskuloskeletal.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
(1) Nyeri berukurang/hilang
(2) Klien tampak tenang
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri pasien 1. Mengetahui skala nyeri pada
2. Tinggikan ekstremitas yang pasien.
dioperasi 2. Membantu mengontrol edema
3. Kompres dingin bila perlu agar nyeri berkurang.
4. Ajarkan tekhnik relaksasi dan 3. Untuk mengontrol nyeri dan
distraksi edema
5. Kolaborasidalam pemberian 4. Hal ini dapat mengurangi dan
obat analgesik mengontrol nyeri
b. Potensi perubahan perfusi jaringan perifer b.d pembengkakan, alat yang
mengikat, dan gangguan peredaran darah.
Tujuan : memlihara perfusi jaringan adekuat
Kriteria Hasil : Tidak ada sianosis
INTERVENSI RASIONAL
1. Rencana pra operatif 1. Meneruksan tindakan
dilanjutkan keperawatan
2. Pantau status neurovaskular, 2. Parastesi pada bagian yang
warna kulit, denyut nadi, nyeri, dioperasi, dan laporkan segera
edema. pada dokter bila ada temuan
3. Anjurkan latihan otot yang mengaruh pada gangguan.
4. Anjurkan latihan pergelangan 3. Untuk mencegah atrofi oto.
kaki dan otot betis setiap jam 4. Untuk memperbaiki peredaran
darah.
c. Perubahan citra diri dan harga diri b.d dampak muskuloskeletal.
Tujuan : terjadi peningkatan konsep diri.
Kriteria Hasil : klien dapat bersosialisasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Rencana perawatan pra operatif 1. Melanjutkan rencana tindakan
dilanjutkan. keperawatan.
2. Libatkan pasien dalam 2. Mempercepat rencana tindakan
menyusun rencana kegiatan keperawatan,
yang dilakukan. 3. Stres, dan menarik diri akan
3. Bantu pasien menerima citra mengurangi motivasi untuk
dirinya, serta beri dukungan, proses penyembuhan.
baik dari perawat, keluarga
maupun teman dekat.

Anda mungkin juga menyukai