Anda di halaman 1dari 46

S ke n a r i o 1

MODUL MUSKULOSKELETAL

SGD KELOMPOK 32
Skenario
Akibat Jatuh
Seorang laki-laki usia 50 tahun
sedang berjalan menuruni tangga dan tiba-
tiba terjatuh karena tersandung . Hasil
pemeriksaan radiologi dijumpau colles
fracture dextra. Hasil pemeriksaan dokter
juga dijumpai memar pada daerah cruris
dextra.
Te r m i n o l o g i
 Radiologi : cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif dan
energi pancaran serta dengan diagnosis dan pengobatan penyakit dengan
memakai radiasi pengion (cth: sinar-X) maupun bukan pengion (cth: ultrasound).
 Colles fracture dextra : patah/kerusakan tulang pada ujung bawah radius
dengan potongan bawah tergeser ke posterior, bagian sebelah kanan.
 Memar (hematoma) : pengumpulan darah yang terlokalisasi, umumnya
menggumpal, pada organ, rongga atau jaringan,akibat pecahnya dinding
pembuluh darah.
 Cruris dextra : bagian anggota gerak bawah mulai dari lutut hingga pergelangan
kaki sebelah kanan.
Identifikasi Masalah

 Tiba-tiba terjatuh karena tersandung .


 Pemeriksaan fisik : memar daerah cruris
dextra.
 Pemeriksaan radiologi : dijumpai colles
fracture dextra.
Analisa Masalah
1. Mekanisme fraktur pada skenario?
Jawab : pada orang tua, fraktur radius distal sering timbul dari mekanisme energi
yang rendah, seperti terjatuh pada saat berjalan, ataupun terpeleset. Mekanisme
cedera yang paling umum terjadi adalah jatuh ke tangan terulur dengan
pergelangan tangan dalam dorsofleksi

2. Anggota gerak apa saja yang terkena saat OS terjatuh?


Jawab :
- Anggota gerak atas  tulang yang menyusun colles ; radius, ulna, os.
metacarpal, os. phalanges.
- Anggota gerak bawah  tulang yang menyusun cruris ; os. femur, os. patella,
os. tibia, os. fibula, os. tarsal, os . metatarsal, os. phalanges.
3. Apa yang menyebabkan memar di daerah
cruris dextra?
Jawab : terjatuh yang menyebabkan trauma/fraktur 
pecahnya pembuluh darah  memar.

4. Bagian tulang apa yang terkena pada saat OS


terjatuh, aksial atau apendikular?
Jawab : apendikular (tulang ekstremitas).
Mapping Concept
OS Laki-laki
50 tahun

Terjatuh

Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan radiologi :


Memar daerah cruris Dijumpai colles fracture
dextra dextra

Jenis-jenis
Anatomi Fisiologi
tulang, sendi
Muskuloskeletal Muskuloskeletal
dan otot
Learning Objective
Mahasiswa/i mampu mengetahui, memahami
dan menjelaskan tentang :
 Anatomi muskuloskeletal (tulang, otot dan sendi).
 Fisiologi muskuloskeletal (tulang, otot dan sendi).
 Jenis-jenis tulang, sendi dan otot.
 Patofisiologi fraktur.
Belajar Mandiri
A N ATO M I
S I S T E M M U S K U L O S K E L E TA L

• Muskuloskeletal terdiri dari kata :


– Muskulo : otot
– Skeletal : tulang
• Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot
tubuh (ilmu = Myologi).
• Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh
(ilmu = Osteologi ).
• Muskuloskeletal disebut juga “Lokomotor”
Sistem Muskuloskeletal
• Otot (muscle)
• Tulang (skeletal)
• Sendi
• Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot dan
tulang.
• Ligamen : jaringan ikat yang mempertemukan kedua
ujung tulang.
• Bursae : kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang
dan kulit, antara tulang dan tendon atau diantara otot
• Fascia : jaringan penyambung longgar di bawah kulit
atau pembungkus otot, saraf dan pembuluh darah.
S I S T E M S K E L E TA L
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang, yang
terbagi dalam 2 bagian besar :
Axial dan appendicular
1. Axial skeletal :
– Tulang Kepala
• Tengkorak otak = 8 buah
• Tengkorak wajah = 14 buah
• Tulang telinga = 6 buah
• Tulang Hyoid (tulang lidah di pangkal leher) = 1 buah
– Tulang Belakang dan pinggul = 26 buah
– Kerangka dada = 25 buah
2. Appendicular skeletal/rangka pendukung gerak :
– Ekstremitas atas, tulang yang membentuk anggota
gerak atas = 64 buah
– Ekstremitas bawah, tulang yang membentuk anggota
gerak bawah = 62 buah
TENGKORAK
Dibagi menjadi 2 :
• 8 tulang kranium
• 14 tulang wajah

Tulang Kranium :
– 1 tulang oksipital ( tulang kepala belakang)
– 2 tulang parietal (tulang ubun-ubun)
– 1 tulang frontal (tulang dahi)
– 2 tulang temporal (tulang pelipis)
– 1 tulang etmoid (tulang tapis)
– 1 tulang sfenoid (tulang baji)
Tulang Wajah
Bagian rahang :
– 2 Os maksila (tulang rahang atas)
– 1 Os mandibula (tulang rahang
bawah)
– 2 Os zigomatikum (tulang pipi)
– 2 Os palatum (tulang langit-langit)

Bagian Hidung :
– 2 Os nasale (tulang hidung)
– 1 Os vomer (sekat rongga hidung)
– 2 Os lakrimalis (tulang mata)
– 2 Os konka nasal (tulang karang
hidung)
Tu l a n g w a j a h
Tulang-Tulang Batang Tubuh (Rangka Dada) :
– Sternum (tulang dada) = 1 buah
– Iga (costae) = 12 pasang
– Kolumna Vertebralis = 12 ruas

 Tulang-Tulang Iga :
• 7 pasang iga sejati (I-VII), karena melekat pada
sternum melalui tulang rawan.
• 5 pasang iga palsu (VIII-XII), karena iga VIII – X
melekat pada tulang rawan iga di atasnya & XI – XII
melayang bebas pada ujung anteriornya.
Vertebra :
– 7 vertebra servikalis
– 12 vertebra torakalis
– 5 vertebra lumbalis
– 5 vertebra sakralis
– 4 vertebra koksigis
Tulang Extremitas Atas
– Tulang gelang bahu :
• Skapula 2 buah
• Klavikula 2 buah
– Humerus 2 buah
– Lengan bawah
• Radius 2 buah
• Ulna 2 buah
– Tangan
• 8 pasang tulang karpal
• 5 pasang tulang metakarpal
• 14 pasang tulang falange
Tulang Panggul (Pelvis)
– Tulang sakrum : gabungan
dari 5 vetebra sakralis.
– Tulang koksigis :
gabungan dari 3 vetebra
koksigis.
– Tulang coxae : illium
(tulang usus), pubis
(tulang kemaluan), iskhium
(tulang duduk).
Tulang Ekstremitas Bawah
– Tulang pangkal paha (Os.
Coxae)
• Ilium (tulang usus)
• Pubis (tulang kemaluan)
• Iskhium (tulang duduk)
– Femur : 2 buah
– Patela : 2 buah
– Tungkai bawah
• Fibula : 2 buah
• Tibia : 2 buah
– Tulang-tulang kaki :
• Tarsal : 14 buah
• Metatarsal : 10 buah
• Falangus : 28 buah
JENIS-JENIS TULANG

Tulang menurut bentuknya ;


– Ossa longa (tulang panjang) : tulang yang ukuran
panjangnya terbesar, contohnya os. humerus
– Ossa brevia (tulang pendek) : tulang yang ketiga ukurannya
kira-kira sama besar, contohnya ossa carpi
– Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yang ukuran
lebarnya terbesar, contohnya os. parietale
– Ossa irregular (tulang tak beraturan), contohnya os.
sphenoidale
– Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contohnya os.
maxilla
Sel Penyusun Tulang
• Osteoblast : sel tulang yang bertanggung jawab terhadap
proses formasi tulang, yaitu berfungsi dalam sintetis matriks
tulang yang disebut osteoid, yaitu komponen protein dari
jaringan tulang.
• Osteosit : sel tulang yang terbenam di dalam matriks tulang.
Sel ini berasal dari osteoblast, memiliki juluran sitoplasma yang
menghubungkan antara satu osteosit dengan osteosit lainnya
dan juga dengan bone linning cells di permukaan tulang.
• Osteoclast : sel tulang yang bertanggung jawab terhadap
proses reasorpsi tulang. Osteoclast merupakan sel raksasa yg
berinti banyak, tetapi berasal dari sel hemopoetik mononuklear.
3 JENIS OTOT

• Otot rangka/otot skelet : otot ini sebagian besar menempel ke


tulang. Otot ini disebut juga otot lurik.
• Otot jantung : dikontrol oleh sistem saraf otonom. Otot ini
bereaksi secara sinkron, dimana sel otot jantung ini mengalami
kontraksi dan relaksasi dalam waktu yang hampir sama
• Otot polos : sering disebut otot tak sadar. Otot ini terdapat pada
saluran cerna dan pembuluh darah, dan diatur oleh sistem saraf
otonom.
3 Tipe Jaringan Otot
JENIS-JENIS SENDI

• Synarthrosis : sendi yang tidak dapat digerakkan, karena sendi


saling berimpit. Hanya dihubungkan oleh jaringan ikat atau
cartilago hyalin.
• Amphiarthrosis : sendi yang memungkinkan tulang-tulang yang
saling berhubungan dapat bergerak secara terbatas, misalnya
sendi sakroiliaka dan sendi-sendi antara korpus vertebra.
• Diarthrosis : sambungan antara 2 tulang atau lebih yang
memungkinkan tulang-tulang tersebut bergerak satu sama lain.
Diarthrosis disebut juga sendi sinovial. Berdasarkan bentuknya,
diarthrosis dibagi dalam beberapa sendi; sendi engsel, sendi kisar,
sendi telur, sendi peluru dan sendi buah pala.
FISIOLOGI
S I S T E M M U S K U L O S K E L E TA L
Fungsi tulang secara umum :
– Formasi kerangka (penentu bentuk dan ukuran tubuh)
– Formasi sendi (penggerak)
– Perlengketan otot
– Pengungkit
– Menyokong berat badan
– Proteksi (membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak,
seperti otak, jantung dan paru)
– Haemopoesis (pembentukan sel darah (red marrow)
– Fungsi Imunologi : RES sumsum tulang membentuk limfosit B dan
makrofag
– Penyimpanan Mineral (kalsium & fosfat) dan lipid (yellow marrow)
Fungsi tulang secara khusus:
– Sinus-sinus paranasalis : menimbulkan nada pada
suara
– Email gigi : memotong, menggigit dan menggilas
makanan
– Tulang kecil telinga : mengkonduksi gelombang suara
– Panggul wanita : memudahkan proses partus
Fisiologi otot :
Fungsi sistem otot rangka :
a. Menghasilkan gerakan rangka
b. Mempertahankan sikap dan posisi tubuh
c. Menyokong jaringan lunak
d. Menunjukkan pintu masuk dan keluar saluran dalam sistem
tubuh
e. Mempertahankan suhu tubuh, kontraksi otot : energi  panas
Fisiologi sendi :
1. Gerakan lurus 2. Gerakan sudut (angular motion)
 Fleksi - ekstensi –
(linear motion) – hiperekstensi
gliding  Abduksi – adduksi
 Sirkumduksi

3. Gerakan putar (rotation) 4. Gerakan khusus


 Rotasi kanan – kiri  Inversi – eversi
 Dorsofleksi – plantarfleksi
 Rotasi medial – lateral  Opposisi
 Pronasi – supinasi  Protraksi – retraksi
 Elevasi – depresi
 Fleksi lateral
Mekanisme kontraksi otot

Rangsangan  asetilkolin  terurai menjadi asetil

dan kolin miogen  merangsang aktin dan miosin

bergeser  otot akan berkontraksi atau memendek.


Mekanisme gerakan otot :
• Otot yang dapat menggerakkan rangka adalah otot
yang melekat pada rangka.
• Garis-garis gelap dan terang pada otot rangka
adalah miofibril yang merupakan sumber kekuatan
otot dalam melakukan gerakan kontraksi, karena
massa utamanya adalah serabut.
• Setiap miofibril tersusun atas satuan-satuan kontraktil
yang disebut sarkomer. Garis gelap disebut zona Z
sedangkan garis terang disebut zona H.

• Zona Z merupakan bagian tumpang tindih dua molekul


protein filamen otot, yaitu aktin dan miosin. Protein otot
yang tersusun atas aktin dan miosin disebut
aktomiosin. Protein kompleks inilah yang merupakan
komponen terbesar dari bahan penyusun otot.
Pada saat serabut otot berkontraksi terjadilah
perubahan panjang zona Z dan zona H. jika otot
berkontraksi maksimum, ukuran otot dapat 20 % lebih
pendek dari ukuran saat berelaksasi.
FRAKTUR
DEFINISI
 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsi.

KLASIFIKASI
• Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia,
clavicula, dan cruris dst).

• Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari:

– Fraktur komplit

– Fraktur tidak komplit


• Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
:
1. Fraktur transversal

Suatu fraktur komplit yang garis patahnya tegak lurus


terhadap sumbu tulang.

2. Fraktur oblik

Fraktur komplit yang melalui korteks secara diagonal.

3. Fraktur spiral

Bila garis patah terdapat mengelilingi sepanjang korteks.

4. Fraktur komunitif

Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

5. Fraktur segmental

Garis patah lebih dari satu, tetapi tidak berhubungan


• Berdasarkan posisi fragmen :

– Undisplaced (tidak bergeser)

– Displaced (bergeser)

• Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :

– Tertutup

– Terbuka
Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo
Tipe I lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm.
Tipe II panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak
yang luas.

Tipe IIIa luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari
10 cm dan mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai
kemungkinan komplikasi. Contohnya : luka tembak.

Tipe IIIb luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat.

Tipe IIIc fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan penanganan


terhadap vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat normal
kembali.
ETIOLOGI

Trauma terjadi
secara tiba-tiba • Fraktur Traumatik

Trauma terjadi terus


menerus pada
suatu tempat • Fraktur Stress
tertentu
Terjadi karena
kelemahan tulang
sebelumnya akibat
kelainan patologis
• Fraktur Patologis
pada tulang
Patofisiologi terjadinya fraktur :

Etiologi fraktur (cedera, tumor tulang,


infeksi, rakhitis, secara spontan)  tulang
mengalami fraktur  kerusakan jaringan
disekitarnya (ligamen, otot tendon, persyarafan
dan pembuluh darah)  nyeri hebat ditempat
f r a k t u r, t i d a k m a m p u m e n g g e r a k k a n e k s t r e m i t a s
y a n g m e n g a l a m i f r a k t u r, f u n g s i b e r u b a h ,
bengkak, sepsis (fraktur terbuka) dan deformitas.
M A N I F E S TA S I K L I N I K

• Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang


diimobilisasi, hematoma, dan edema.

• Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.

• Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot


yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.

• Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

• Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat


trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur untuk menentukan
lokasi, luasnya.

 Pemeriksaan jumlah darah lengkap.

 Arteriografi dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan


vaskuler.
PENATALAKSANAAN

Non Operatif Operatif

Reduksi Indikasi

Immobilisasi
ABSOLUT RELATIF

Pemeriksaan 1. Fraktur terbuka 1. Pemendekan


2. Cedera vaskular 2. Fraktur tibia+fibula intak
dalam proses 3. Fraktur dengan sindroma 3. Fraktur tibia dan fibula
penyembuhan kompartemen dengan level yang sama
4. Cedera Multiple
Referensi
Dorland, W.A.N. 2014. Kamus Kedokteran Dorland Ed: 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sudoyo, W. Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing.
Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Penerbit Yarsif
Watampone.
Sjamsuhidajat, Wimde Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Cetakan I Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Paulsen, F., Waschke, J. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Diana, D. 2011. Patofisiologi Fraktur in BAB II. FK Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id (Diunduh 18 Oktober 2016 Pukul 22.30 WIB)
Harahap, M. 2015. Mekanisme Cedera in BAB II. FK Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id (Diunduh 18 Oktober 2016 Pukul 22.35 WIB)

Anda mungkin juga menyukai