Anda di halaman 1dari 31

Skenario 4

MODUL MUSKULOSKELETAL
SGD 32
Skenario
Seorang pria usia 40 tahun datang ke RS
dengan keluhan nyeri pinggang dan terasa sakit.
Diketahui riwayat penyakit terdahulu berupa TBC
paru. Pada inspeksi dan palpasi tampak
pembesaran KGB colli dan axilla bilateral. Oleh
dokter dilakukan foto thorakolumbal AP LAT
didapatkan hasil ekspertise kompresi fraktur V.TH
12, L1, L2, dan L3. Pedikel masih tampak baik,
disertai pengaburan Psoas Line Bilateral. Riwayat
tambahan pada pasien tersebut, berat badan
diketahui semakin menurun dan pasien tampak
batuk.
Terminologi
 KGB colli : Kelenjar getah bening pada leher.
 Thorakolumbal : bagian-bagian torakal dan
lumbal tulang belakang.
 Kompresi fraktur : diskontuinitas dari jaringan
tulang akibat dari suatu tekanan atau tindihan
yang melebihi kemampuan tulang itu sendiri.
 Ekspertise : gambaran deskripsi dari foto di
radiologi.
 Pedikel : struktur/bagian dasar yang sempit atau
mirip-tangkai/mirip-kaki, yang memberikan suplai
darah pada jaringan flap.
Identifikasi Masalah
 Nyeri pinggang dan terasa sakit.
 RPT TBC paru.
 Pada inspeksi dan palpasi tampak pembesaran
KGB colli dan axilla bilateral.
 Foto thorakolumbal AP LAT didapatkan hasil
ekspertise kompresi fraktur V.TH 12, L1, L2,
dan L3.
Analisa Masalah
1. Apa yang menyebabkan nyeri pinggang dan terasa sakit?
Jawab : disebabkan karena adanya kompresi fraktur V.TH 12, L1,
L2 dan L3  oedema/hematoma  nyeri.

2. Apakah ada hubungan penyakit sekarang dengan TBC paru?


Jawab : ada, karena dari penyakit terdahulu yaitu TBC paru dapat
menjalar ke bagian tulang.

3. Apakah ada hubungan pembesaran KGB colli dan axilla


bilateral dengan TBC paru?
Jawab : terjadinya infeksi dari Mycobacterium tuberculosis yang
menyebar ke KGB colli sehingga terjadi peradangan 
pembesaran.
4. Apakah ada hubungan ekspertise kompresi fraktur V.TH 12, L1, L2, dan
L3 dengan TBC paru?
Jawab : ada, karena akibat penyebaran sekunder dari penyakit TBC paru,
mengenai tulang cancellous dari vertebra. Paling sering mengenai
vertebra T8-L3. Infeksi dimulai dari corpus vertebra dibagian sentral sisi
intervertebra (paradiskus)  destruksi akibat perkijuan menimbulkan
fraktur kompresi.

5. Apa yang menyebabkan BB pasien menurun ?


Jawab : akibat dari infeksi Mycobacterium tuberculosis  aktifasi
makrofag oleh IFN-γ produksi pirogen endogen IL-1, IL-4, IL-6, TNF-α 
pirogen endogen bersirkulasi sistemik & menembus masuk
hematoenchepalic barrier bereaksi terhadap hipotalamus  efek sitokin
pirogen endogen pada hipotalamus menyebabkan produksi prostaglandin
 prostaglandin merangsang cerebral cortex (respon behavioral)  nafsu
makan menurun & leptin meningkat menyebabkan stimulasi dari
hipotalamus  nafsu makan disupresi  pada saat yang sama terjadi ↑
metabolisme tubuh pada pasien TB karena ↑ penggunaan energi
metabolik  penurunan BB.
Mapping Concept
BB menurun dan
pasien tampak batuk
Pria 40 thn RPT TBC paru

Pembesaran KGB
Nyeri pinggang dan
colli dan axilla
terasa sakit
bilateral

Foto thorakolumbal ekspertise


kompresi fraktur V.TH 12, L1, L2,
dan L3
Learning Objective
Mahasiswa/i mampu:
1. Menjelaskan definisi radiologi muskuloskeletal.
2. Menjelaskan tujuan dan manfaat radiologi
muskuloskletal.
3. Menjelaskan syarat-syarat foto layak baca pada radiologi
muskuloskletal.
4. Menjelaskan teknik dasar membaca foto radiologi
muskuloskletal.
5. Menjelaskan penilaian terhadap alignment, soft tissue
pada radiologi muskuloskletal.
6. Menjelaskan kesimpulan dari gambaran radiologi
muskuloskletal.
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang lainnya.
8. Menjelaskan farmakologi obat-obatan dalam sistem
muskuloskletal.
Belajar Mandiri
Radiologi muskuloskeletal : pemeriksaan yang
menghasilkan gambar tubuh manusia untuk tujuan
diagnostik yang dinamakan pencitraan diagnostik
(diagnostik imaging).

Merupakan pemeriksaan khusus


Pemeriksaan
untuk pemeriksaan penunjang
radiologi
muskuloskeletal

Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan


antara lain; foto polos tulang, foto polos dengan
media kontras. Serta pemeriksaan radiologis
khusus seperti CT-scan, MRI, pindai radioisotop
dan ultrasonografi.
Tujuan Radiologi Muskuloskeletal
Pencitraan memungkinkan kita untuk
menganalisis anatomi, mendeteksi patologi,
memantau penyembuhan penyakit dan
memantau perkembangan penyakit.
Dalam sistem muskuloskeletal, pencitraan
sangat berguna untuk mendeteksi cedera dan
patologi lainnya.
Manfaat Radiologi Muskuloskeletal
1. Manfaat X-ray
 Modalitas pencitraan paling spesifik.
 Memberikan evaluasi awal yang sangat baik dari detail tulang dan
hubungan anatominya.

2. Manfaat CT-Scanning
 Sangat baik dalam perincian anatomi.
 Mendeteksi hampir semua patologi yang berhubungan dengan cedera
tulang kortikal.
 Baik untuk melihat perpindahan sendi.

3. Manfaat MRI
 Tidak ada radiasi.
 Dapat melihat ke dalam tulang  evaluasi sumsum.
 Sangat baik untuk melihat jaringan lunak (otot, ligamen, tendon dan
kartilage).
 MRI sangat sensitif dalam mendeteksi air (benda asing).
Syarat Foto layak baca Foto Tulang:
1. Lihat Identitas foto rontgennya.
2. Pastikan dulu, foto tersebut Layak baca atau tidak.
3. Tentukan posisi foto terlebih dahulu.
4. Mari lakukan tekhnik ABCS.

Adapun tekhnik membaca Foto Rontgen adalah


dengan tekhnik ABCS :
1. Alignment
2. Bone
3. Cartillage
4. Soft Tissue
Alignment ( Garis Lurus )
Membandingkan keadaan dextra dan sinistra.
Jadi jika kita melihat suatu keadaan pada bagian dextra maka
bandingkan dengan bagian sinistranya.

Bone (Tulang)
Perhatikan kondisi tulang, perhatikan bentuk dan ukurannya.
Apakah terjadi kelainan, fraktur, destruksi, dan lainnya.

Cartilage (tulang rawan)


Cartilage tidak terlihat dalam foto rontgen. Jadi, yang dilihat adalah celah
sendinya.
• Jika lebar → anak-anak
• Jika sempit → dewasa

Soft Tissue (jaringan lunak sekitar tulang)


Perhatikan kondisi jaringannya, apakah terdapat soft tissue swelling
atau tidak. Soft tissue swelling bisa terjadi misalnya pada trauma,
tumor, dll.
KESIMPULAN PEMERIKSAAN RADIOLOGIS MUSKULOSKELETAL

1. Rontgen Foto  sinar X penting untuk menevaluasi pasien dengan kelainan


muskuloskeletal.S inar X pada tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,
erosi, dan perubahan hubungan tulang.

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)  teknik pencitraan khusus, noninvasif


yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,dan komputer untuk
memperlihatkan abnormalitas (misalnya : tumor atau penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang) jaringan lunak seperti otot, tendon dan tulang rawan. Oleh
karena yang digunakan adalah elektromagnet, pasien yang mengenakan implan
logam, braces, atau pacemaker tidak bisa menjalani pengkajian ini. Perhiasan harus
dilepas. Pasien yang menderita klaustrofobia biasanya tak mampu menghadapi
peralatan MRI tanpa penenang.

3. Computed Tomography Scan  Computed tomography (CT) Scan menunjukkan


rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi
lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi seperti fraktur
asetabulum atau fraktur badan vertebra. Pengkajian bisa dilakukan bisa dengan
atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar 1 jam.
3. Angiografi  Pengkajian struktur vaskular (sistem arteri).Suatu bahan
kontras radiopaque diinjeksikan kedalam arteri tertentu,dan diambil foto
sinar X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut.Prosedur ini
sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi arteri Dn bisa digunakan untuk
tingkat amputasi yang akan dilakukan.Setelah dilakukan prosedur ini,pasien
dibiarkan berbaring selama 12 sampai 2 jam untuk mencegah perdarahan
pada tempat penusukan arteri.Pengkaji perlu memantau tanda vital,tempat
penusukan untuk (untuk melihat adanya pembengkakan,perdarahan dan
hematoma),dan ekstremitas pada bavian distalnya untuk menilai apakah
sirkulasinya adekuat.
4. Venogram Pengkajian sistem vena yang sering digunakan untuk
mendeteksi trombosis vena.
5. Mielografi Penyuntikan bahan kontras kedalam ronga subarakhnoid
spinalis lumbal,dilakukan untuk melihat adanya herniasi ulkus,stenosis spinal
(penyempitan kanalis spinalis),atau tempat adanya tumor.
6. Artografi Penyuntikan bahan radiopauqe atau udara kedalam rongga
sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi.Sendi diletakkan
dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar snar X
serial.Artrogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya sobekan akut
atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut,bahu,tumit,pinggul
dan peregelangan tangan.(Bila trdapat sobekan,bahan kontras akan
mengalami kebocoran keluar dari sendi dan akan terlihat dengan sinar
X).Setelah dilakukan artogram,biasanya sendi diimobilasi selama 12-24 jam
dan diberi balut tekan elastis.Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa
nyaman sesuai kebutuhan.
7. Isotop  Kandungan senyawa technetium -99m.fosfonat terakumulasi
pada tulang beberapa jam setelah penyuntikan istotop secara intravena,
pada prinsipnya pemeriksaan ini dilakukan untuk :
• Deteksi osteomielitis dan proses peradangan lain pada jaringan lunak
muskuloskletal.
• Lesi-lesi metastatik pada tulang,perubahan terlihat awal dibandingkan
pada film polos.
• Staging tumor seperti karsinoma payudara atau karsinoma bronkus.
• Kelainan fungsional,penyakit paget.
Interpretasi Foto Rontgen
Parameter Hasil foto Keterangan gambar

Densitas tinggi. Osteopetrosis (marble bone).


Peningkatan densitas secara Terlihat pengecilan leher
klinik dapat ditemukan pada femur dan kontur yang
pasien dengan osteopetrosis. abnormal pada batang femur.

Densitas menurun. Penurunan densitas pada


pasien dengan osteogenesis
imperfecta.

Hubungan antara dua tulang, Gambar kiri dengan dislokasi


seperti pada kondisi dislokasi sendi lutut.
atau sublukasi. Gambar kanan dengan
luksasi sendi lutut.
Kontuinuitas tulang, Fraktur femur dengan
misalnya fraktur hilangnya kontuinuitas
batang femur disertai
perubahan posisi pada
batang femur akibat dari
spasme otot paha.

Kontur umum dari tulang Fraktur femur memberikan


misalnya fraktur manifestasi deformitas yang
jelas

Kontur lokal tulang, untuk Gambar kiri dengan


menilai adanya perubahan kontur internal
osteomeilitis, atau adanya tulang lokal pada
tumor tulang. osteomielitis femur.
Gambar kanan : perubahan
kontur eksternal pada
osteokondroma femur

Penipisan tulang rawan Penipisan kartilago pada hip


kartilago yang mengalami artritis
sepsis.
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
1. Atroskopi : prosedur endoskopis 2. Atrosentesis (aspirasi sendi) :
yang memungkinkan pandangan dilakukan untuk memperoleh cairan
sinovia untuk keperluan
langsung ke dalam sendi.
pengkajian/untuk menghilangkan nyeri
 Prosedur ini dilakukan dalam akibat efusi.
kamar operasi dalam kondisi steril.  Dengan menggunakan teknik
 Perlu dilakukan injeksi anestesi asepsis, masukkan jarum ke dalam
lokal/umum. sendi dan melakukan aspirasi cairan.
 Kemudian pasang balutan steril
 Jarum bor besar dimasukkan dan
setelah dilakukan aspirasi.
sendi diregangkan dengan salin.  Normalnya : cairan sinovia jernih,
 Atroskop kemudian dimasukkan pucat, berwarna seperti jerami dan
dan struktur sendi, sinovium dan volumenya sedikit.
permukaan sendi dapat dilihat.  Diperiksa secara makroskopis 
volume, warna, kejernihan dan
 Setelah prosedur tersebut, luka
adanya bekuan musin.
ditutup dengan balutan steril.
 Diperiksa secara mikroskopis 
jumlah, identifikasi sel, pewarnaan
gram dan elemen penyusun.
3. Biopsi : dilakukan untuk menentukan struktur dan
komposisi tulang, otot dan sinovia untuk membantu
menentukan penyakit.
 Tempat biopsi harus dipantau mengenai adanya
edema, perdarahan dan nyeri.

4. Laboratorium  pengkajian darah dan urine


dapat memberikan informasi mengenai masalah
muskuloskeletal primer atau komplikasi yang
terjadi, misalnya infeksi, sebagai dasar acuan
pemberian terapi.
TERAPI Terapi obat-obatan yang lazim digunakan untuk gangguan muskuloskletal,
OBAT meliputi: analgesik, obat antiinflamasi nonsteroid, agen kemoterapi,
kortikosteroid, vitamin, dan obat-obat khusus.

Pemberian salisilat atau beberapa obat analgesik ringan efektifdiberikan pada


keluhan nyeri sedang. Pemberian narkotik harus dipertimbangkan, terutama
pada nyeri kronik yang akan mendapat terapi lama karena dapat memberikan
A manifestasi adiksi iatrogenik.
N
A
L Pertimbangan lainnya dalam memberikan analgesik adalah faktor usia.
Penyebab nyeri pada lansia adalah artritis ( termasuk nyeri punggung bawah),
G
polimialgia, paget’s disease, neuropati, penyakit pembuluh darah perifer dan
E jantung, serta proses keganasan.
S
I Opiat merupakan analgesik sentral menghambat transduksi saraf didalam
K medulla spinalis. Analgesik non-opiat merupakan analgesik perifer
menghambat aktivitas siskooksigenase dalam pembentukan prostaglandin
sehingga sistem nosiseptor perifer tidak teraktivasi
ANTIINFLAMASI NON-STEROID ( AINS)

Penurunan protein plasma akan berakibat meningkatnya kadar obat bentuk bebas,
terutama analgesik AINS. Obat yang paling banyak sebagai penyebab adalah obat
antiinflamasi nonsteroid (AINS), psikotropika, kardiotonika digoksin, dan insulin.

Sediaan ini bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim


siklooksigenase(siklooksigenase-COX), baik isoenzimCOX-1 atau COX-2 atau keduanya,
dalam pembentukan prostanoid prostaglandin (PG), prostacyclin,dan tromboxan. Tiap
sediaan OAINS akan memberikan efek analgesik anti-inflamasi yang sepadan apabila
digunakan dosis yang sepadan. Adakalanya dibutuhkan kombinasi parasetamol
dengan AINS untuk meningkatkan khasiat analgesiknya.

Breivik dkk.(1999), mendemonstrasikan bahwa khasiat analgesik parasetamol akan


makin meningkat bila ditambahkan OAINS diclofenac dan atau kodein.
Nyeri muskuloskletal dapat juga terjadi bukan sebagai akibat reaksi
inflamasi. Satu sampai dua bulan setelah penggunaan
antihiperlipidemia statin dapat terjadi gangguan muskuloskletal
berupa nyeri otot, nyeri sendi, kelemahan otot, dan sebagainya. Statin
menghambat enzim HMG CoA reduktase sehingga kolesterol tidak
terbentuk yang pada gilirannya akan diikuti dengan gangguan hormon
dan fungsi sel-sel tubuh. Penanggulangannya yang terbaik adalah
dengan penghentian sediaan statin.

Nyeri pada lansia selalu berlangsung kronik sehingga menuntut


pemberian AINS untuk jangka panjang. Timbulnya efek samping AINS
selalu menjadi penyebab untuk tidak meneruskan penggunaan AINS.
Lansia sendiri sudah menjadi faktor resiko untuk terjadinya efek
samping AINS. Masalah penggunaan AINS pada lansia antara lain
adalah efek samping AINS, sebagai sediaan penyebab kaskade
peresapan, serta memberikan interaksi yang tak menguntungkan
dengan obat lain.
AGEN KEMOTERAPI

Pemberian agen antibiotik bisa menjadi obat-obat penting untuk


infeksi muskuloskletal. Meskipun begitu, pemberian harus
dilaksanakan secara rasional, spesifik terhadap pemberian kultur,
dan sesuai dengan uji resistensi-sensitivitas. Obat kemoterapi juga
memberikan dampak yang baik untuk memperpanjang masa hidup
beberapa pasien yang mengalami kanker.

KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang


berperan banyak pada sistem fisiologis tubuh , misalnya tanggapan
terhadap stress,tanggapan sistem kekebalan tubuh, serta
pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan
protein,dan kadar elektrolit darah.
VITAMIN

Pemberian vitamin C secara khusus untuk mengatasi masalah


pada penyakit Scurvy yang memberikan dampak pada
penurunan kolagenase. Pemberian vitamin D diberikan pada
pasien yang mengalami defisiensi vitamin D seperti pada riketsia.

OBAT KHUSUS

Kolkisin adalah salah satu contoh dari obat khusus. Kolkisin adalah
pengobatan tradisional untuk gout atau asam urat. Biasanya nyeri
sendi mulai berkurang dalam waktu 12-24 jam setelah pemberian
kolkisin dan akan menghilang dalam waktu 48-72 jam. Kolkisin
diberikan dalam bentuk tablet, tetapi jika menyebabkan gangguan
pencernaan dapat diberikan secara intravena. Obat ini sering kali
menyebabkan diare dan dapat menyebabkan efek samping yang lebih
serius ( termasuk kerusakan sumsum tulang).
KORTIKOSTEROID

Glukokortikosteroid yang berperan


Mineralokortikoid yang
mengendalikan metabolisme
karbohidrat, lemak, protein berfungsi mengatur kadar
bersifat antiinflamasi dengan cara elektrolit dan air dengan
menghambat pelepasan fosfolipid,
cara penahanan garam di
serta dapat pula menurunkan
kinerja eosinofil. ginjal.

Deksametason dan turunannya tergolong glukokortikoid,


sedangkan prednison dan turunannya memiliki kerja
mineralokortikoid disamping kerja glukokortikoid.
Kortikosteroid mempunyai peran penting dalam
penatalaksanaan gangguan muskuloskletal untuk menurunkan
inflamasi, seperti pada kondisi bursitis atau rematoid artritis.
Referensi
1. Dorland, W.A.N. 2014. Kamus Kedokteran Dorland Ed: 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
2. Noor, Zairin. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Ed: 2. Jakarta: Salemba
Medika.
3. Patel, R. 2006. Lecture Notes Radiologi Edisi: Kedua.Jakarta: Erlangga Medical Series.
4. Davidson, Lindsay., Fenton, Paul., Goldie, Craig. Imaging of the Musculoskeletal
System. Queen’s University Kingston. Available:
https://meds.queensu.ca/central/assets/modules/msk_imaging/attach/imaging_slides.p
df.[Accessed 8 November 2016].
5. Sulek, Richard L. 2011. Imaging the Musculoskeletal System. Available:
http://www.ohio.edu/people/witmerl/Downloads/2011-08-
16_Sulek_Imaging_the_musculoskeletal_system.pdf.[Accessed 8 November 2016].
6. Rozetti. 2010. Radiologi Muskuloskeletal. Bagian Radiologi FK Universitas Andalas
Padang. Available: https://fkunand2010.files.wordpress.com.[Accessed 8 November
2016].

Anda mungkin juga menyukai