Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHI DENGAN KASUS

FRAKTUR DI INSTALASI RADIOLOGI


RSUD KABUPATEN BULELENG

OLEH :

TRESIA TOULASIK (022205003)

SARJANA TERAPAN

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK RADIOTERAPI BALI


2022
PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat bagian tubuh
manusia yang menggunakan pancaran atau radiasi gelombang elektromagnetik maupun
gelombang mekanik (Patel, 2005:2). Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari
radiologi berupa tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion sinar-X untuk
melakukan diagnosis tanpa pembedahan, melalui pembuatan gambar yang disebut raadiograf.
Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik sejenis dengan gelombang radio, panas,
cahaya dan sinar ultraviolet yang mempunyai panjang gelombang sangat pendek ( 1 Ȧ =
10− 10 m), sehingga mempunyai daya tembus tinggi. Sinar-X pertama kali ditemukan pada
tahun 1895 oleh seorang sarjana fisika yaitu Wilhelm Conrad Rontgen. Sinar-X tidak terlihat,
tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet, tidak dapat difokuskan dengan lensa, hanya dapat
dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat, mempunyai frekuensi yang tinggi,
dan dapat bereaksi dengan film sehingga menghasilkan gambar atau citra ketika paparan
terjadi.

Radiografi konvensional adalah suatu pemeriksaan radiografi sederhana yang biasa


dilakukan sehari-hari. Radiografi konvensional merupakan pemeriksaan radiografi kontras
dan non kontras. Kelebihan ini adalah cepat, mudah dan murah sedangkan kerugiannya
adalah gambar yang dihasilkan sering kurang jelas karena superposisi dengan obyek lain.
Beberapa pemeriksaan radiografi konvensional non kontras antara lain adalah pemeriksaan
kepala, thorak, vertebra, pelvis, ekstremitas, abdomen, dan lain-lain (Bontrager, 2001).

Pemeriksaan antebrachia adalah salah satu pemeriksaaan radiologi tanpa


menggunakan kontras. Indikasi pada antebrachia, biasanya terjadi akibat trauma antebrachia
yaitu benturan benda tumpul yang mengakibatkan cidera seperti fraktur dan dislokasi
ataupun karena kelainan patologi seperti osteomyelitis.(Bontrager, 2010). Fraktur adalah
kerusakan sebagian atau menyeluruh pada kontinuitas dari struktur tulang dan dibagi menurut
tipe dan luasnya (Brunner &Suddarth, 2010).

Berdasarkan sumber data yang penulis peroleh, antebrachia mempunyai Teknik radiografi
sendiri dan dua jenis proyeksi pemotretan dasar yaitu AP dan Lateral (Bontrager, 2010).
Teknik pemeriksaan antebrachi yang sering digunakan dalam permeriksaan ossa antebrachi
di RSUD Kabupaten Buleleng adalah proyeksi AP dan Lateral. RSUD Kabupaten Buleleng
tidak memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) khusus tentang kriteria gambar pada
kasus fraktur antebrachia yang harus dipenuhi. Pada makalah , penulis ingin mengetahui
kelebihan dan kekurangan pemeriksaan ossa antebrachi dengan proyeksi AP dan Lateral di
Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng untuk mendukung diagnosa pada kasus
fraktur. Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk
laporan kasus dengan judul “Kelebihan dan kekurangan pemeriksaan radiografi ossa
antebrachi dengan kasus fraktur di instalasi radiologi Kabupaten Buleleng”

 Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang penulis angkat adalah sebagai berikut :

 Bagaimana teknik pemeriksaan radiologi antebrachi dengan kasus fraktur di


Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng?
 Apa saja kelebihan serta kekurangan teknik pemeriksaan radiologi antebrachi
dengan kasus fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng?

 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mengetahui Teknik pemeriksaan radiologi antebrachia dengan kasus fraktur di


Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng

1.3.2 Mengetahui kelebihan dan kekurangan Teknik pemeriksaan antebrachia dengan kasus
fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng.

2
 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi penulis terutama tentang teknik


pemeriksaan antebrachi dengan tetap mengoptimalkan proteksi radiasi.

1.4.2 Bagi Pembaca

Dapat menjadi sumber referensi dan informasi bagi pembaca agar lebih mengetahui
tentang teknik pemeriksaan antebrachi dengan tetap mengoptimalkan proteksi radiasi.

TINJAUAN TEORI
 Anatomi os. Antebrachia

Anterior view Lateral view

Gambar 2.1 Anatomi os. antebrahi


(Sumber : Merrill’s Atlas of Radiographic, 2016)

Os. Antebrachia terdiri dari dua tulang yang saling sejajar yaitu radius dan ulna.
Seperti tulang panjang lainnya, kedua tulang ini memiliki batang tubuh dan dua sendi. Radius
terletak di bagian luar dari tubuh dan ulna terletak di bagian dalam dari tubuh.
a. Radius
Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek dari dari dua tulang
di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput pendek, collum, dan tuberositas yang
menghadap ke medial. Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara bertahap membesar saat ke
distal. Processus styloideus radii lebih besar daripada processus styloideus ulnae dan
memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut memiliki kepentingan klinis ketika ulna
dan/atau radius mengalami fraktur (Hartanto, 2013).

Gambar 2.2 Anatomi Radius


(Putz & Pabst, 2007)

b. Ulna
Menurut Hartanto (2013) ulna adalah tulang stabilisator pada lengan bawah, terletak
medial dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan bawah. Ulna adalah
tulang medial antebrachium. Ujung proksimal ulna besar dan disebut olecranon, struktur ini
membentuk tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas ke bawah.

Gambar 2.3 Anatomi ulna


(Putz & Pabst, 2007)

 Indikasi Pemeriksaaan

Indikasi pemeriksaan pada os. Antebrachi adalah sebagai berikut :

a. Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur
tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

Adapun jenis-jenis fraktur yaitu :

Fraktur transversal

Fraktur transversal adalah fraktur yang patahannya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen itu akan stabil dan
biasanya mudah di kontrol dengan bidai gips.

Fraktur Oblique

Fraktur Oblique adalah fraktur yang garis patahannya membentuk sudut terhadap
tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki
a. Fraktur Spiral
Fraktur spiral adalah fraktur yang timbul akibat torsi pada ekstremitas.
Fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan mobilisasi luar.

b. Fraktur Multiple
Keadaan ini disebut multiple, apabila terdapat lebih dari satu fraktur
lengkap pada suatu tulang panjang.

Dislokasi
Dislokasi merupakan keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.
Dislokasi ini dapat terjadi hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi). Berikut adalah jenis-jenis dislokasi yaitu :
1) Dislokasi congential
2) Dislokasi patologik
3) Dislokasi traumatic

c. Osteomyelitis

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau
kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257).
Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff,
2002:571)

 Proteksi Radiasi

a. Asas Justifikasi

Asas justifikasi menghendaki agar setiap kegiatan yang berkaitan dengan

akibat paparan radiasi yang hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukannya

pengkajian yang cukup mendalam dan diketahui manfaat nya lebih besar dari pada

kerugian yang ditimbulkan.

b. Asas Limitasi
Asas limitasi menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang

dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi batas yang telah menjadi

ketetapan instasi berwenang.

c. Asas optimitasi

Asas optimisasi, menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu

kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor

ekonomi dan sosial. Asas ini juga dikenal dengan sebutan ALARA (As Low As Reasonably
Achieveble).

HASIL

 Hasil Penelitian
3.1.1 Paparan Kasus
3.1.1.1 Identitas Pasien
Pasien yang diangkat sebagai sampel dalam penyusunan laporan ini
memiliki identitas sebagai berikut :
No. Foto : R 54
Nama Pasien : Mr. X
Umur : 12 Tahun
No. RM : 31-8386
Jenis Kelamin : Laki-laki
Klinis : Fraktur Radius Ulna 1/3 distal
Tanggal Pemeriksaan : 8 Desember 2016
Jenis Pemeriksaan : Antebrachi Dekstra AP/Lat

3. 1.1.2 Riwayat Penyakit


Pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng
pada tanggal 8 Desember 2016 diantar oleh keluarga pasien. Pasien
datang dengan kesadaran yang baik, tetapi merasa kesakitan yang cukup
parah di tangan bawah kanan (diatas peergelangan tangan). Karena
sebelumnya pasien mengalami kecelakaan lalulintas saat pulang dari
sekolah tiba-tiba terserempet oleh kendaraan beroda dua sehingga
terjatuh.
Setelah selesai mengisi buku registrasi, pasien langsung di bawa
ke ruang pemeriksaan untuk melakukan pemeriksaan radiologi

3.1.2 Persiapan Alat


1. Pesawat X-ray

Gambar 3.1 : Pesawat Shimadzu

Merk : SHIMADZU
Serial No : CM6F47827009
Aktivitas Maksimun : 150 Kv, 630 mA
2. Kaset ukuran 24cmx30cm

Gambar 3.2 : Kaset ukuran 24x30cm

3. Film
Gambar 3.3 : Film Radiograf

14
4. Marker

Gambar 3.4 : Marker


5. Load Pembagi

Gambar 3.4 : Load Pembagi


6. Alat Processing
Gambar 3.5 : Automatic Processing

15
7. Apron

Gambar 3.6 : Apron

 Teknik Pemeriksaan
Proyeksi yang digunakan pada Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Buleleng adalah Teknik Pemeriksaan Antebrachi Proyeksi AP dan Lateral.

1. Proyeksi AP (Antero-Posterior)
Posisi Pasien : Pasien duduk menghadap meja pemeriksaan.
Posisi Objek : Antebrachi diatur sedemikian rupa agar true AP pada pertengahan
kaset.
Central ray : Vertical tegak lurus kaset.
Central Point : Pertengahan ossa antebrachi
FFD : 100 cm.
Faktor Eksposi : Kv = 46
mAs = 3,20
Gambar 3.7 : Proyeksi AP

Gambar 3.8 : Radiograf Proyeksi AP


17
Kriteria Gambar :
- Radiograf tampak posisi AP
- Tampak ossa antebrachi (radius dan ulna) 1/3 distal mengalami
fraktur.
- Tampak wrist joint.
2. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : Pasien duduk menghadap meja pemeriksaan.
Posisi Objek : Posisikan Antebrachi true lateral pada pertengahan kaset.
Central Ray : Vertical tegak lurus kaset.
Central Point : Pertengahan ossa antebrachi.
FFD : 100 cm.
Faktor Eksposi : Kv = 48
mAs = 3,20
Gambar 3.9 : Proyeksi Lateral

Gambar 3.10 : Radiograf Proyeksi Lateral


18
Kriteria Gambar :
- Tampak 1/3 distal antebrachi
- Radius dan ulna superimposisi.
- Fraktur tampak pada 1/3 distal antebrachi.
- Tampak posisi lateral wrist joint.

PEMBAHASAN

4.1 Teknik Pemeriksaan Antebrachi pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi


RSUD Kabupaten Buleleng
Sesuai dengan observasi yang penulis lakukan, pemeriksaan antebrachi
di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng, tidak memerlukan persiapan
khusus, pasien hanya melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu
hasil radiograf.
Pemeriksaan radiologi yang dilakukan di sesuaikan dengan permintaan
dokter pengirim. Pada kasus fraktur, sesuai dengan rujukan dokter maka
dilakukan pemeriksaan radiologi antebrachi dengan proyeksi AP dan Lateral.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa antebrachi pasien terdapat fraktur pada
bagian 1/3 distal.

4.2 Kelebihan Serta Kekurangan Teknik Pemeriksaan Radiografi Antebrachi


pada kasus fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng
` Adapun kelebihan serta kekurangan Teknik Pemeriksaan radiografi
Antebrachi sinistra pada kasus fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Buleleng adalah sebagai berikut :
4.2.1. Kelebihan
- Pemosisian pasien relative mudah sehingga pasien tidak merasa
kesakitan.
- Dapat memperlihatkan fraktur dari 2 sisi yang berbeda yaitu
dengan posisi AP dan Lateral.
- Lebih efisiensi dalam penggunaan film dengan satu film dibagi
menjadi 2 kali ekspose.

20

4.2.2. Kekurangan

- Dosis radiasi yang diterima pasien cukup besar dengan kasus


fraktur 1/3 distal antebrachia, terlihat dari luas lapangan kolimasi
yang melebihi luas kaset. Seharusnya luas kolimasi lebih terfocus
pada posisi fraktur di bagian distal saja. Sehingga dapat
mengurangi dosis yang diterima oleh pasien.
- Pada Jurnal, posisi objek pada proyeksi AP tidak diatur dalam
keadaan true AP, sehingga radiograf yang dihasilkan tampak
objek dalam posisi oblique.
- Untuk posisi lateral pada jurnal, tidak diletakkan marker.
- Pada posisi lateral kolimasi berlebih ke arah distal sehingga
tampak manus
- Pemosisian objek yang kurang tepat sehingga objek tertutup ID

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada kasus Fraktur, di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng


dilakukan pemeriksaan radiografi dengan proyeksi AP dan Lateral.
Hasil pemeriksaan menunjukan adanya fraktur, dengan jenis fraktur oblique
pada 1/3 distal antebrachia.
Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng memiliki prosedur dalam
melaksanakan pemeriksaan radiologi yang diatur secara sistematis untuk
mempermudah jalannya pemeriksaan.
Teknik pemeriksaan radiografi antebrachi pada kasus fraktur di Instalasi
Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng memiliki kelebihan yaitu posisioning yang
lebih mudah, tingkat efisiensi dan kecepatan pemeriksaan karena tidak memerlukan
posisi khusus dan pasien relative nyaman.
Teknik pemeriksaan radiografi antebrachi pada kasus fraktur di Instalasi
Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng memiliki beberapa kekurangan diantaranya,
pengaturan luas lapangan penyinaran yang tidak dioptimalkan, pemosisian objek pada
proyeksi pemeriksaan AP (Antero posterior) yang tidak true AP, tidak diletakkannya
marker sebagai penanda, dan pemosisian objek yang kurang tepat sehingga objek
tertutup ID.

5.1 Saran

Luas lapangan penyinaran atau luas lapangan kolimasi dapat dioptimalkan pada
pemeriksaan radiografi dengan menggunakan sinar-x untuk mengurangi dosis radiasi
yang diterima pasien dan jumlah sinar hamburan yang dihasilkan.
Pemosisian objek dalam pemeriksaan perlu diperhatikan agar radiograf yang
dihasilkan sesuai dan memenuhi kriteria radiograf.

Peletakkan marker tidak boleh diabaikan karena marker memiliki peranan penting
sebagai penanda objek, kiri atau kanan.

22

DAFTAR PUSTAKA

Patel, Pradip R.Lectrurer notes: Radiologi, second edition.2005.

Bontrager, Kenneth L.Textbook of radiographic positioning and Related Anatomy, Fifth


Edition.St,Louis.2001.

Putz, R.Pabst. Sobotta Atlas Anatomi Manusia; jilid Kedua, Edisi 22. 2007

Bontrager, Kenneth L. and John P.Textbook of radiographic positioning and Related


Anatomy, Ninth Edition.St.Louis.Elseiver.2010.

Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2002.
Syaifuddin. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran. 1987.

Brunner and Suddarth. Text Book Of Medical Surgical Nursing , Twelfth Edition. China :
LWW.2010.

Reeves, Charlene J. Keperawatan Medikal Bedah. 2001.

Merrill's Atlas of Radiographic Positioning & Procedures. Thirteenth edition. St. Louis:


Elsevier Mosby. Madan Rachna, Bair RJ, Chick JFB. 2015.
Overdoff, D., Kapita Selekta Kedokteran, Edisi revisi, Hendarto.2002.

23

Anda mungkin juga menyukai