PENDAHULUAN
1
Tujuan penulisan laporan praktek kerja lapangan I ini yaitu untuk mengetahui
maksud, tujuan serta hasil dari teknik pemeriksaan shoulder joint dengan kasus
fracture os claviculadi instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi shoulder joint
Dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalis yang
dangkal.termasuk sendi ball and socket joint, tetapi merupakan sendi yang paling
bebas pada tubuh manusia.Fossa glenoidalis diperkuat oleh sebuah bibir / Labrum
Fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa, disebut dengan”Labrum Glenoidalis”.
Labrum ini dapat membantu menambah stabilitas glenohumeral joint.Bagian atas
kapsul diperkuat oleh ligament coracohumeral dan bagian anterior kapsula yang
diperkuat oleh 3 serabut ligament glenuhomeral yang lemah (Ligamen
glenohumeral superior, middle dan inferior). Ada 4 tendon otot yang memperkuat
kapsula sendi yaitu subscapularis, supaspinatus, infrapinatus dan teresminor, yang
dikena ldengan “rotatorcuff”. Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling
mobile karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (Fleksi-Ekstensi, Abduksi-
AdduksiEndorotasi-Eksorotasi) dan sirkumdaksi.
3
terjadi diskontinuitas tulang.
1. Fraktur Tranversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen–segmen tulang yang patah
direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu
akan stabil,dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
2. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur
ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
3. Fraktur Spira
Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur
rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan
fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
4. Fraktur Multiple
Keadaan ini dinamakan suatu multiple apabila terdapat lebih dari satu fraktur
komplit pada satu tulang panjang.
5. Fraktur Avulasi
Fraktur avulasi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon
maupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang di perlukan.
Namun, bila diduga akan terjadi ke tidak stabilan sendi atau hal–hal lain
menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang
atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.
6. Fraktur Chip
Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya sedikit fragmen dari
sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada phalang.
b. Inkomplit Fraktur
Dinamakan suatu inkomplit fraktur bila tidak semua struktur tulang terputus. Ini
hanya dapat di ketahui dengan pemeriksaan radiologis.
1. Green Stick Fracture
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya
sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan
4
segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi
normal.
2. Impacted Fraktur
Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke bagian fragmen lainnya.
Garis fraktur terlihat sebagai garis radiolucent dan disertai terjadinya
pemendekan tulang.
3. Fraktur Kompresi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang
berada diantaranya, seperti pada fraktur kompresi dapat disertai perdarahan
retroperitoneal yang cukup berat.
4. Fraktur Patologi
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali
menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-
fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.
5. Fraktur Traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan
menyebabkan suatu fraktur.
6. Fraktur Beban Lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat
aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul, radiografi mungkin tidak
menunjukkan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah 2 minggu, timbul garis-
garis radioopak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang. Fraktur
semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi selama
beberapa minggu. Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat
bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya.
2. Fraktur pada os clavicula
Fraktur os clavikula dapat terjadi pada beberapa tempat bila bagian kaput,
kolum, atau trokhanterik clavikula yang terkena, terjadilah fraktur bahu. Fraktur juga
Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak
dan dewasa muda. Jatuh dan cedera olah raga adalah penyebab umum fraktur
5
traumatic. Pada anak, penganiayaan harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi
fraktur, terutama apabila terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau apabila riwayat
fraktur saat ini tidak meyakinkan.
Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan
apabila tulang lemah. Hal ini disebut fraktur patologis, fraktur patologis sering terjadi
pada lansia yang mengalami osteoporosis, atau individu yang mengalami tumor tulang,
infeksi, atau penyakit lain.
Fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang. Fraktur stres, yang juga disebut fraktur keletihan
(fatingue fracture), biasanya menyertai peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet,
atau permulaan aktifitas fisik yang baru. Karena kekuatan otot meningkat lebih cepat
dari pada kekuatan tulang, individu dapat merasa mampu melakukan aktivitas melebihi
tingkat sebelumnya walaupun tulang mungkin tidak mampu menunjang peningkatan
tekanan. Fraktur stres paling sering terjadi pada individu yang melakukan olah raga
daya tahan seperti pelari jarak jauh. Faktor stres dapat terjadi pada tulang yang lemah
sebagai respons terhadap peningkatan level aktivitas yang hanya sedikit. Individu yang
mengalami fraktur stress harus didorong untuk mengikuti diet-sehat tulang dan
diskrining untuk mengetahui adanya penurunan densitas tulang (Corwin, E.J. 2008.
Hal 336).
Pencucian Film Radiografi
2.2.1 Manual Processing
Dengan Menggunakan Tenaga Manusia Yang Melalui Beberapa Proses Yaitu :
1. Developer (Pembangkit)
2. Rinsing (Pembilasan),
3. Fixing (Penetapan),
4. Washing (Pencucian),
5. Dan Drying (Pengeringan).
6. Developer (Pembangkit)
SIFAT DASAR
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini
perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan
Adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat
6
Penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
Bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran
tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam
penghitaman bargian-bagian yang terkena cahaya sinar-x sesuai dengan intensitas
cahaya yang diterima oleh Film.
Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan
butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.
7
C.Fixing (Penetapan)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen
dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-x. Tanpa mengubah
gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi
perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan
dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang
dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga
diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan
untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
D.Washing (Pencucian)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek
dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air.
Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu
dalam keadaan bersih.
E.Drying (Pengeringan)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah
untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film
adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan
artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah
dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara,
kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.
Automatic Processing
Automatic processing merupakan pengolahan film radiografi dengan
menggunakan mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film
yang sebelumnya dilakukan dengan cara manual yang dilakukan oleh manusia.
8
A,Sistem Transportasi Roler
Sistem roler transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah rolern
penggerak film pada tangki cairan.
C.Sistem Replenishera
9
(2.2 Sistem Replenishera)
Setiap film melewati prosesing otomatis, akan merubah bahan kimia darideveloper dan
fixer. Untuk mengimbangi kekurangan yang dihasilkan, cairandeveloper baru dan fixer
dalam jumlah tertentu yang diukur memompa cairanke dalam tangki.
Ada dua tangki, yang disebut replenisher tangki, di mana fixer dan developerdisimpan.
Tank-tank dilindungi dengan penutup debu dan untuk mengurangi oksidasi.
Ketika film ini awalnya dimasukkan ke dalam processing, maka akanmengaktifkan
tombol mikro, tombol mikro menyalakan pompa replenisherdan cairan baru dipompa
ke dalam system tambahan.d. Tangki pengisian harus diperiksa mingguan dan diisi
ulang secara berkala.perawatan harus dilakukan untuk memastikan bahwa cairan yang
tidak terkontaminasi.
10
Image Plate Yang Telah Dieksposi Selanjutnya Dimasukan Dalam Reader Unit, Dengan
Laser Scanner Hasil Eksposi Pada Image Plate Dibaca Dan Diubah Menjadi Signal
Digital Yang Selanjutnya Ditampilkan Pada Monitor Komputer.
D.Reader Unit
Gambar ditampilkan dengan monitor komputer yang didukung oleh software khusus
untuk medical imaging sehingga gambar bisa diperbaiki pada tampilannya yang
bertujuan untuk memudahkan menegakkan diagnosa suatu penyakit.
E.Monitor Komputer
Gambar Dapat Disimpan Dalam Bentuk Hasil Cetak Seperti Halnya X-Ray Film, Juga
Memungkinkan Untuk Disimpan Dalam Hard Disk, Compact Disk, Floppy Disk Atau
Media Penyimpanan Digital Lainnya.
11
Hasil Radiografi Cr
1. Tatalaksana Pemeriksaan Oss sholder joint
a. Persiapan Pasien
Pasien melepas semua benda yang bisa mengganggu proses pemotretan.
Petugas mengecek kembali identitas pasien
Petugas memposisikan pasien
Selain itu sebelum pemeriksaan petugas memberitahu prosedur
pemeriksaan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dari pasien.
b. Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan antara lain:
a. Pesawat X – Ray
b. Kaset dan film ukuran 24 x 30cm
c. Lembar timbal sebagai pembatas atau load pembagi.
d. Marker R dan L
e. CR dan Apron
12
CP : Pertengahan os Clavicula dengan batas atas servical 3 dan batas bawah os
torakal 7
Posisi pasien :
- Posisikan supine diatas meja pemeriksaan.
- Atur tubuh pasien sehingga bahu tidak rotasi.
- Fleksikan pergelangan tangan
Kriteria gambaran
- Persendian tidak mengalami rotasi - Detail dan softissue baik ( gambaran
organ baik )
- Tampak marker R atau L pada sisi bawah film sebagai penanda objek sebelah
kiri atau kanan
- Tampak label sebagai penanda identitas pasien
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
13
Alamat : Purwaharja, Banjar
No. CM : 311500
Berat badan : 58 kg
Status Pasien : Rawat Inap
Ruangan : R. Anggrek
Permintaan : Shoulder joint dexstra
Klinis : Suspt. Fracture shoulder dexstra
14
- Model : BLM – 100 L
- Tahun Pembuatan : 2002
- Tahun Pembelian : 2011
- Daya Maximum : 18 kW
- Jenis Tabung : DRX 1603B
- Max Tube Voltage : 125 kV
- Min Filtration : 1,8 mm Al
15
(3.3 Kaset Ukuran 24 cm x 30 cm)
3.5 Pembahasan
Dari hasil pengamatan penulisan mengenai pemeriksaan shoulder joint pada pasien
dengan indikasi fracture os.clavicula di instalasi radiologi RSUD Banjar adalah
menggunakan proyeksi yang biasa di gunakan yakni AP. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan penggunakan proykesi tersebut dan dapat menampakan struktur tulang-
tulang shoulder joint dengan baik, mengetahui letak fracture clavicula serta
immobilitas atau kenyamanan bagi pasien juga.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian studi kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Radiografi shoulder
joint Dengan Kasus fracture clavikula Di Instalasi Radiologi BLUD Rumah Sakit
Umum Kota Banjar“ dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada pemeriksaan os.shoulder joint di instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit
Umum Kota Banjar menggunakan proyeksi antero-posterior dengan posisi
pasien supine.
b. Rentang waktu pemeriksaan shoulder joint pada kasus fracture clavikula di
instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar adalah. Proteksi
radiasi perlu diperhatikan agar memperkecil bahaya radiasi yang ditimbulkan
dari pemeriksaan tersebut.
c. Permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim yaitu frakture, dan setelah
dilakukan pemeriksaan dan hasil dari pemeriksaan telah dibaca oleh dokter
radiologi maka dinyatakan fracture pada os.clavikula.
d. Yang sesuai dengan shoulder joint
4.2 SARAN
1. Perlunya penjelasan tentang pemeriksaan pada pasien agar penderita paham
maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi yang
di terima pasien, petugas, dan masyarakat umum.
17
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
18
LAMPIRAN
19