Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penemuan sinar-X oleh Wilhem Conrad Rontgen, seorang ahli fisika
berkebangsaan Jerman melalui percobaan sinar katoda pada tanggal 8 November
1895, maka pelayanan kesehatan pun semakin meningkat pula. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya sarana penunjang untuk menegakkan diagnosa terutama
dibidang radiologi.
Pemeriksaan Shoulder joint adalah teknik pemeriksaan menggunakan sinar x untuk
melihat struktur anatomi dari sendi bahu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
beberapa proyeksi, yaitu proyeksi Antero Posterior (AP) external, neutral dan
internal rotation humerus. transthoracic lateral, Antero Posterior (AP) axial,
Antero Posterior (AP) oblique, Superoinferior Axial, Skapula Y atau Proyeksi
Posterior Anterior (PA) Oblique, Inferosuperior Axial (West Point Method),
Inferosuperior axial (Clement Method), dan Inferosuperior axial (Lawrence
Method dan Rafert Modifikasi).kasus fracture di BLUD Rumah Sakit Umum Kota
Banjar. Pada praktek Kerja Lapangan I ini penulis membuat laporan kasus dengan
judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi Shoulder joint dengan kasus fracture
os.clavicula Di Instalasi Radiologi BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar“.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tata laksana pada pemeriksaan radiografi Shoulder joint dengan
kasus fracture os clavicula di instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit Umum
Kota Banjar?
2. Bagaimana hasil pemeriksaan radiografi shoulder joint dengan kasus fracture os
clavicula di instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar?

1.3 Tujuan Penulisan

1
Tujuan penulisan laporan praktek kerja lapangan I ini yaitu untuk mengetahui
maksud, tujuan serta hasil dari teknik pemeriksaan shoulder joint dengan kasus
fracture os claviculadi instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat teori
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan
informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan radiografi Shoulderjoint.
2. Manfaat Institusi
a) Sebagai bahan referensi dan pustaka di kampus STIKes Cirebon terutama
pada program studi D3 Radiologi.
b) Sebagai acuan yang dapat digunakan dalam melakukan pemeriksaan
radiografi shoulder joint dengan kasus fracture di instalasi radiologi BLUD
Rumah Sakit Umum Kota Banjar sehingga mampu memberikan pelayanan
yang prima, dapat meningkatkan mutu, dan kualitas dari gambaran serta
mampu memberikan diagnosa yang akurat.
3. Manfaat Penulis
Menambah ilmu pengetahuan yang mengenai proses pencitraan radiogrfi
dengan kasus fracture os clavicula.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI berisi tentang anatomi fisiologi, patologi, prosedur dan
persiapan pasien, indikasi dan kontra indikasi dan teknik pemeriksaan.
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN berisi tentang metode
penelitian, analisa data konsep pemikiran.
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Anatomi shoulder joint
Dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalis yang
dangkal.termasuk sendi ball and socket joint, tetapi merupakan sendi yang paling
bebas pada tubuh manusia.Fossa glenoidalis diperkuat oleh sebuah bibir / Labrum
Fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa, disebut dengan”Labrum Glenoidalis”.
Labrum ini dapat membantu menambah stabilitas glenohumeral joint.Bagian atas
kapsul diperkuat oleh ligament coracohumeral dan bagian anterior kapsula yang
diperkuat oleh 3 serabut ligament glenuhomeral yang lemah (Ligamen
glenohumeral superior, middle dan inferior). Ada 4 tendon otot yang memperkuat
kapsula sendi yaitu subscapularis, supaspinatus, infrapinatus dan teresminor, yang
dikena ldengan “rotatorcuff”. Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling
mobile karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (Fleksi-Ekstensi, Abduksi-
AdduksiEndorotasi-Eksorotasi) dan sirkumdaksi.

(2.1 Gambar Anatomi Shoulder joint)

2.2 Patologi shoulder joint


1. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tekanan
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri,dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur
tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Beberapa jenis fraktur antara lain :
a. Complete Noncominuted Fracture
Secara radiologis akan terlihat sebagai garis radiolucent di tempat fraktur dimana

3
terjadi diskontinuitas tulang.
1. Fraktur Tranversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen–segmen tulang yang patah
direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen itu
akan stabil,dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
2. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur
ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
3. Fraktur Spira
Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur
rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan
fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
4. Fraktur Multiple
Keadaan ini dinamakan suatu multiple apabila terdapat lebih dari satu fraktur
komplit pada satu tulang panjang.
5. Fraktur Avulasi
Fraktur avulasi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon
maupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang di perlukan.
Namun, bila diduga akan terjadi ke tidak stabilan sendi atau hal–hal lain
menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang
atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.
6. Fraktur Chip
Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya sedikit fragmen dari
sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada phalang.

b. Inkomplit Fraktur
Dinamakan suatu inkomplit fraktur bila tidak semua struktur tulang terputus. Ini
hanya dapat di ketahui dengan pemeriksaan radiologis.
1. Green Stick Fracture
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya
sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan

4
segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi
normal.
2. Impacted Fraktur
Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke bagian fragmen lainnya.
Garis fraktur terlihat sebagai garis radiolucent dan disertai terjadinya
pemendekan tulang.
3. Fraktur Kompresi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang
berada diantaranya, seperti pada fraktur kompresi dapat disertai perdarahan
retroperitoneal yang cukup berat.
4. Fraktur Patologi
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali
menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-
fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.
5. Fraktur Traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan
menyebabkan suatu fraktur.
6. Fraktur Beban Lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat
aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul, radiografi mungkin tidak
menunjukkan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah 2 minggu, timbul garis-
garis radioopak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang. Fraktur
semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi selama
beberapa minggu. Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat
bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya.
2. Fraktur pada os clavicula

(Gambar 2.2 Fraktur Os.clavicula)

Fraktur os clavikula dapat terjadi pada beberapa tempat bila bagian kaput,
kolum, atau trokhanterik clavikula yang terkena, terjadilah fraktur bahu. Fraktur juga
Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak
dan dewasa muda. Jatuh dan cedera olah raga adalah penyebab umum fraktur

5
traumatic. Pada anak, penganiayaan harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi
fraktur, terutama apabila terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau apabila riwayat
fraktur saat ini tidak meyakinkan.
Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan
apabila tulang lemah. Hal ini disebut fraktur patologis, fraktur patologis sering terjadi
pada lansia yang mengalami osteoporosis, atau individu yang mengalami tumor tulang,
infeksi, atau penyakit lain.
Fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang. Fraktur stres, yang juga disebut fraktur keletihan
(fatingue fracture), biasanya menyertai peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet,
atau permulaan aktifitas fisik yang baru. Karena kekuatan otot meningkat lebih cepat
dari pada kekuatan tulang, individu dapat merasa mampu melakukan aktivitas melebihi
tingkat sebelumnya walaupun tulang mungkin tidak mampu menunjang peningkatan
tekanan. Fraktur stres paling sering terjadi pada individu yang melakukan olah raga
daya tahan seperti pelari jarak jauh. Faktor stres dapat terjadi pada tulang yang lemah
sebagai respons terhadap peningkatan level aktivitas yang hanya sedikit. Individu yang
mengalami fraktur stress harus didorong untuk mengikuti diet-sehat tulang dan
diskrining untuk mengetahui adanya penurunan densitas tulang (Corwin, E.J. 2008.
Hal 336).
Pencucian Film Radiografi
2.2.1 Manual Processing
Dengan Menggunakan Tenaga Manusia Yang Melalui Beberapa Proses Yaitu :
1. Developer (Pembangkit)
2. Rinsing (Pembilasan),
3. Fixing (Penetapan),
4. Washing (Pencucian),
5. Dan Drying (Pengeringan).
6. Developer (Pembangkit)

SIFAT DASAR
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini
perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan
Adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat

6
Penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
Bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran
tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam
penghitaman bargian-bagian yang terkena cahaya sinar-x sesuai dengan intensitas
cahaya yang diterima oleh Film.
Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan
butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.

A.Bayangan Laten (Latent Image)


Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative
(agbr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film
mendapatkan eksposi sinar-x maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang
menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat
kemudian akan tersimpan di dalam bintik kepekaan (Sensitivity Speck) sehingga
bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang
bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi
perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang
gambarannya bersifat tidak tampak.
B.Rinsing (Pembilasan)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film
dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa
pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan
membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses
selanjutnya.
Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses
pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila
pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut
dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan.
Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi
pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara
merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir
selama 5 detik.

7
C.Fixing (Penetapan)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen
dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-x. Tanpa mengubah
gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi
perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan
dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang
dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga
diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan
untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.

D.Washing (Pencucian)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek
dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air.
Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu
dalam keadaan bersih.

E.Drying (Pengeringan)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah
untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film
adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan
artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah
dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara,
kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

Automatic Processing
Automatic processing merupakan pengolahan film radiografi dengan
menggunakan mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film
yang sebelumnya dilakukan dengan cara manual yang dilakukan oleh manusia.

8
A,Sistem Transportasi Roler
Sistem roler transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah rolern
penggerak film pada tangki cairan.

(2.1 Sistem Transportasi Roler)


Ketika film ini ditempatkan di baki dua roler menarik film tersebut ke dalam
mesin. Sebuah tombol mikro biasanya digunakan sebagai alat pengaman untuk
memperingatkan operator ketika lebih dari satu film ditempatkan dalam mesinpada saat
yang sama. Juga, saklar mikro akan aktif ketika sistem sedang beroperasi.
Film ini bergerak sirkuler melalui jalurnya dan vertikal ke bawah masuk
kedalam cairan developer melalui serangkaian roler menyusun susunan roler lalu
bergerak vertikal ke atas, melewati rol yang lain. Bergerak dengan cara yang sama
melalui bahan kimia.
Roler bergerak melewati rangkaian roler melalui poros penggerak utama
dijalankan oleh motor penggerak. Melaluiserangkaian roda gigi, gir, gerakan mekanik
yang diberikan kepada rol dari penggerak utama.

B.Sistem Sirkulasi Penyaringan


Pergerakan sistem roller menekan emulsi film masuk dan keluar darideveloper,
fixer dan air, memberikan proses untuk membangkitkan danmeningkatkan kecepatan
reaksi. sistem ini digunakan untuk meningkatkanreaksi. pompa sirkulasi untuk
menyaring cairan melalui filter untuk menjagabahan kimia bercampur dan juga
menjaga tetap bersih dalam keadaanagitasi. nilai batas penyaringan air penyaring air :
filter 50 µm, tiap 3 bulan diganti, water flux : 0,95 - 5,71/min.

C.Sistem Replenishera

9
(2.2 Sistem Replenishera)

Setiap film melewati prosesing otomatis, akan merubah bahan kimia darideveloper dan
fixer. Untuk mengimbangi kekurangan yang dihasilkan, cairandeveloper baru dan fixer
dalam jumlah tertentu yang diukur memompa cairanke dalam tangki.
Ada dua tangki, yang disebut replenisher tangki, di mana fixer dan developerdisimpan.
Tank-tank dilindungi dengan penutup debu dan untuk mengurangi oksidasi.
Ketika film ini awalnya dimasukkan ke dalam processing, maka akanmengaktifkan
tombol mikro, tombol mikro menyalakan pompa replenisherdan cairan baru dipompa
ke dalam system tambahan.d. Tangki pengisian harus diperiksa mingguan dan diisi
ulang secara berkala.perawatan harus dilakukan untuk memastikan bahwa cairan yang
tidak terkontaminasi.

D.Computed Radiografi (Cr)


Computed Radiography Menggunakan Imaging Plate (Ip) Terbuat Dari Phosphor
Sebagai Media Pengumpul Gambar Pengganti X-Ray Film, Diletakan Dalam Imaging
Plate Cassette (Ip Cassette).

(2.3. Imaging Plates)

10
Image Plate Yang Telah Dieksposi Selanjutnya Dimasukan Dalam Reader Unit, Dengan
Laser Scanner Hasil Eksposi Pada Image Plate Dibaca Dan Diubah Menjadi Signal
Digital Yang Selanjutnya Ditampilkan Pada Monitor Komputer.

D.Reader Unit
Gambar ditampilkan dengan monitor komputer yang didukung oleh software khusus
untuk medical imaging sehingga gambar bisa diperbaiki pada tampilannya yang
bertujuan untuk memudahkan menegakkan diagnosa suatu penyakit.

E.Monitor Komputer
Gambar Dapat Disimpan Dalam Bentuk Hasil Cetak Seperti Halnya X-Ray Film, Juga
Memungkinkan Untuk Disimpan Dalam Hard Disk, Compact Disk, Floppy Disk Atau
Media Penyimpanan Digital Lainnya.

11
Hasil Radiografi Cr
1. Tatalaksana Pemeriksaan Oss sholder joint
a. Persiapan Pasien
 Pasien melepas semua benda yang bisa mengganggu proses pemotretan.
 Petugas mengecek kembali identitas pasien
 Petugas memposisikan pasien
 Selain itu sebelum pemeriksaan petugas memberitahu prosedur
pemeriksaan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dari pasien.
b. Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan antara lain:
a. Pesawat X – Ray
b. Kaset dan film ukuran 24 x 30cm
c. Lembar timbal sebagai pembatas atau load pembagi.
d. Marker R dan L
e. CR dan Apron

2.3 Teknik pemeriksaan Shoulder joint


Teknik pemeriksaan shoulder joint dengan fracture os clavicula di Instalasi
Radiologi BLUD Banjar hanya menggunakan proyeksi PA
Teknik pemeriksaan Shoulderjoint adalah sebagai berikut :
Posterior Anterior (PA)
Proyeksi AP
Ukuran kaset : 24 x 30 cm memanjang Proyeksi AP
FFD : 90 cm
CR : Tegak lurus bidang kaset

12
CP : Pertengahan os Clavicula dengan batas atas servical 3 dan batas bawah os
torakal 7
Posisi pasien :
- Posisikan supine diatas meja pemeriksaan.
- Atur tubuh pasien sehingga bahu tidak rotasi.
- Fleksikan pergelangan tangan

Kriteria gambaran
- Persendian tidak mengalami rotasi - Detail dan softissue baik ( gambaran
organ baik )
- Tampak marker R atau L pada sisi bawah film sebagai penanda objek sebelah
kiri atau kanan
- Tampak label sebagai penanda identitas pasien

BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus


Pada hari jum’at, tanggal 11 desember 2017 pasien bernama Tn. Jaya, umur 39
tahun mendaftar ke instalasi Radiologi BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar untuk
pemeriksaan shoulder joint dengan klinis frakture. Persiapan pemeriksaan shoulder
joint dilakukan di rumah sakit, karena pasien berstatus sebagai pasien rawat inap.
Dengan data sebagai berikut:

Nama Pasien : Tn. Jaya


Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

13
Alamat : Purwaharja, Banjar
No. CM : 311500
Berat badan : 58 kg
Status Pasien : Rawat Inap
Ruangan : R. Anggrek
Permintaan : Shoulder joint dexstra
Klinis : Suspt. Fracture shoulder dexstra

Pada hari Jum’at, tanggal 11 Desember 2017 penderita datang ke instalasi


radiologi BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar untuk dilakukan pemeriksaan
dengan sinar-x.

3.2 Pelaksanaan Pemeriksaan


3.2.1 Persiapan pasien
Pasien yang diperiksa di instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit Umum
Kota Banjar merupakan penderita rawat inap.

3.2.2 Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dipersiapkan untuk pemeriksaan radiografi shoulder
joint ini antara lain:
a. Pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan bucky table dan memiliki
kapasitas yang tinggi.

(3.1 Pesawat X-Ray BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar)


- Merek : TOSHIBA

14
- Model : BLM – 100 L
- Tahun Pembuatan : 2002
- Tahun Pembelian : 2011
- Daya Maximum : 18 kW
- Jenis Tabung : DRX 1603B
- Max Tube Voltage : 125 kV
- Min Filtration : 1,8 mm Al

b. Computer Radiografi lengkap dengan printer film radiografi yang


digunakan untuk kebutuhan memproses dan mencetak film.

(3.2 Computed Radiography BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar)

c. Kaset dan film dengan ukuran 24 cm x 30 cm yang jumlahnya


disesuaikan dengan kebutuhan.

15
(3.3 Kaset Ukuran 24 cm x 30 cm)

3.3 Prosedur Pemeriksaan


Penderita datang ke bagian radiologi kemudian penderita dipersilahkan untuk tidur
terlentang di atas meja pemeriksaan,setelah itu pasien diposisikan agar batas-batas
shoulder joint bisa terfoto ke dalam kaset.

3.4 Proteksi Radiasi


a. Pembatasan luas penyinaran
b. Tidak mengarahkan sinar ke ruang operator atau ruang tunggu pasien
c. Gunakan apron bila di perlukan

3.5 Pembahasan
Dari hasil pengamatan penulisan mengenai pemeriksaan shoulder joint pada pasien
dengan indikasi fracture os.clavicula di instalasi radiologi RSUD Banjar adalah
menggunakan proyeksi yang biasa di gunakan yakni AP. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan penggunakan proykesi tersebut dan dapat menampakan struktur tulang-
tulang shoulder joint dengan baik, mengetahui letak fracture clavicula serta
immobilitas atau kenyamanan bagi pasien juga.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari uraian studi kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Radiografi shoulder
joint Dengan Kasus fracture clavikula Di Instalasi Radiologi BLUD Rumah Sakit
Umum Kota Banjar“ dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada pemeriksaan os.shoulder joint di instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit
Umum Kota Banjar menggunakan proyeksi antero-posterior dengan posisi
pasien supine.
b. Rentang waktu pemeriksaan shoulder joint pada kasus fracture clavikula di
instalasi radiologi BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar adalah. Proteksi
radiasi perlu diperhatikan agar memperkecil bahaya radiasi yang ditimbulkan
dari pemeriksaan tersebut.
c. Permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim yaitu frakture, dan setelah
dilakukan pemeriksaan dan hasil dari pemeriksaan telah dibaca oleh dokter
radiologi maka dinyatakan fracture pada os.clavikula.
d. Yang sesuai dengan shoulder joint
4.2 SARAN
1. Perlunya penjelasan tentang pemeriksaan pada pasien agar penderita paham
maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi yang
di terima pasien, petugas, dan masyarakat umum.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, Philip W. 1995. Merril of Atlas Radiographic Positioning and Radiologic


Procedures, Eight Edition Vol. II. Missouri : Mosby, Inc.

Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy. Missouri : Mosby, Inc.

Pearce, evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

Corwin.2008. Patofisiologi 2 – hal 336. Jakarta : EGC

18
LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai