Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi Fraktur Klavikula

Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat
jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada
sepertiga tengah atau proksimal klavikula.

B. Etiologi Faktur Klavikula


Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat
kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun
kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik (Sarwono
Prawirohardjo, 2005).
Berikut beberapa penyebab pada fraktur clavicula yaitu:

1. Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis
pubis selama proses melahirkan.
2. Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor,
jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.
3. Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya
pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.
4. Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi,
keganasan clan lain-lain.
C. Patofisiologi Fraktur Klavikula
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan selama
perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang humerus bagian
proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang klavikula juga
membentuk hubungan antara anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini membantu
mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian proksimal
tulang clavikula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan
sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula bergabung dengan acromion dari
skapula membentuk sambungan acromioclavicular (AC).
Patah tulang clavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan
tulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawak kulit (subcutaneus) dan
tempatnya relatif di depan. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit maka tulang
ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat dari tekanan
yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu
ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.

D. Klasifikasi Fraktur Klavikula


Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman
tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
klavikula menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi


kejadian 75-80%).
a. Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
b. Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni
(yakni, conoid dan trapezoid).

a. Tipe 1 Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan
tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b. Tipe 2 A Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
c. Tipe 2 B Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-
duanya.
d. Tipe 3 Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC
joint.
e. Tipe 4 Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
f. Tipe 5 Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.

3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%)


Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

E. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Diagnostic Fraktur Klavikula

Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang


dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah
dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan
pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat
juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang.
Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai
akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan
menegakkan diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
2. Scan tulang, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak.

F. Cara Penanganan Fraktur Klavikula


Pada prinsipnya penangan patah tulang clavikula adalah untuk mencapai
penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa
kelainan bentuk.
Kebanyakan patah tulang clavikula telah berhasil ditangani dengan metode
tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah
patah tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya
dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi.
Modifikasi spika bahu (gips Clavikula) atau balutan berbentuk angka delapan
atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke
belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula,
ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap
pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus
dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen
dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal
disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang
harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi
harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan
pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala
klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis.
Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik
dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu
ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan
tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit
hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembalin normal.

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut:

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).

Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi
rasa nyeri. Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik
antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs
seperti ibuprofen. G. Prognosis Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan
tindakan operative.
G. Komplikasi
1. Komplikasi akut:
a. Cedera pembuluh darah
b. Pneumouthorax
c. Haemothorax
2. Komplikasi lambat :
a. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

Anda mungkin juga menyukai