Anda di halaman 1dari 51

BAB II

TINJAUAN MATERI
A. PENGERTIAN

Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadiakibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah
atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada
tubuh. Tanpa tulang, tubuh tidak akan tegak berdiri.
Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek
fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan
sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek fisiologikal tulang
melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga
menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat
penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif
rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan
gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan
hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat
terjadi karena:
1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh
kekuatan yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran
ataupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang. Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan
keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami
retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal
dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu,
misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi dan berbeda-beda pada
daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas mengenai patah tulang bagian
klavikula

B. ETIOLOGI

3
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat
jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) dimana trauma
dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah
diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah
hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau
terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan
Peterson. Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma
bahu.Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma
darikecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang palingsering
dijumpai. Pada anak-anak sekitar 10±16 % dari semua kejadian patah tulang, sedangkan
pada orang dewasa sekitar 2,6±5 %.
C. PATOFISIOLOGI

Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan selama


perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulanghumerus bagian
proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang klavikula juga
membentuk hubungan antara anggota badan atas danThorax. Tulang ini membantu
mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan kebelakang thorax. Pada bagian proksimal tulang
clavikula bergabung dengansternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC).
Pada bagian distalklavikula bergabung dengan acromion dari skapula membentuk
sambungan acromioclavicular (AC). Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk
dikenali dikarenakan tulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawah kulit
(subcutaneus) dan tempatnya relatif di depan. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit
maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat dari
tekanan yang kuat atau hantaman yang keras kebahu. Energi tinggi yang menekan bahu
ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :

4
a. Fraktur lengkap Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang
luassehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patah nyamenyeberang
dari satu sisi ke sisi lain.
b. Fraktur tidak lengkap Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada
korteks yang utuh). Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur
berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:
1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol melalui kulit.
2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi. Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr.FL
Allmantahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang
membagi patahtulang klavikula menjadi 3 kelompok:
a) Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula
(insidensikejadian 75-80%).
- Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
- Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
b) Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular
yakni(yakni, conoid dan trapezoid).
o Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
o Tipe 2 A.
Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
o Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak
ataupun kedua-duanya.
o Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang
melibatkan AC joint.

5
o Tipe 4. Ligament tetap untuk melekat pata
perioteum, sedangkan fragmenproksimal berpindah keatas.
o Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah
menjadi beberapa fragmen.
c) Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%)Pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

E. PENATALAKSANAAN

Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan
tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dansisa kelainan bentuk.
Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditanganidengan metode tanpa operasi.
Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah tulang. Tujuan
penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup
dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan
atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini,menarik bahu ke belakang,
dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi
bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan
arteri aksilaris.Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.
Fraktur 1/3 distalklavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat
ditangani dengansling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan
terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan
reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan
latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yangberat. Tindak lanjut perawatan
dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk
menilai gejala klinis dan kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala
klinis. Pemeriksaan fotorontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik
dilakukanpada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke4
sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhantulang). Tanda
klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasasakit hilang, dapat
melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatankembali normal. Tidakan pembedahan
dapat dilakukan apabila terjadi hal-halberikut :

6
- Fraktur terbuka.
- Terdapat cedera neurovaskuler.
- Fraktur comminuted.
- Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
- Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
- Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
Melakukan dengan cara terapi :
a. Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesikantiinflamasi seperti
acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen.
b. Sling atau slempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah clavikula patah dari
kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk
kenyamanan dan keamanan
c. Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada clavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak
dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk membawa
kembali kekuatan bahu dan lengan.
F. PROGNOSIS
Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.
G. KOMPLIKASI

Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis,cedera vena
atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion(penyimpangan penyatuan).
Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasienmemakai baju dengan leher
rendah.Komplikasi akut:
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
-Haemothorax
Komplikasi lambat :

7
- Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat
didalam darah.
Radiologi :X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
Scan tulang, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan
jaringan lunak.
I. ASKEP TEORI
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantung pada proses ini. Tahap ini terbagi atas:
a.Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
no.register, tanggal MRS, diagnosamedis.
b) Keluhan Utama

8
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktorpresipitasinyeri.
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjala atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4) Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh
rasas akit mempengaruhi kemampuanfungsinya.
(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari. (Ignatavicius, DonnaD, 1995)
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap
klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius,
DonnaD,1995).
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s
yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D,1995).

9
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker
tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, DonnaD,
1995).
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius,DonnaD,1995).
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga
atau tidak. (Ignatavicius,DonnaD,1995).
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi
klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain
itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitasklien.
(3) Pola Eliminasi

10
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini
juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat,BudiAnna,1991).
(4) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos.
MarilynnE,1999).
(5) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius,
DonnaD,1995).
(6) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius,DonnaD,1995).
(7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan Body image) (Ignatavicius, DonnaD ,1995).
(8) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. Begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa

11
nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, DonnaD, 1995).
(9) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
(Ignatavicius,DonnaD,1995).
(10) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius,
DonnaD,1995).
(11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan
karena nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius,DonnaD,1995).
2) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis).
Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada
kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang
lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti:
(a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung padakeadaan klien.
(b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan
pada kasus fraktur biasanya akut.

12
(c)Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupunbentuk.
(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
(a) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeritekan.
(b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak adanya erikepala.
(c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
(d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupunbentuk.Takadalesi, simetris, takoedema.
(e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
(f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeritekan.
(g) Hidung
Tidak ada deformitas,tak ada pernafasan cuping hidung.
(h) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
(i) Thoraks
Tak ada pergerakan ototintercostae, gerakan dada simetris.
(j) Paru
(1) Inspeksi

13
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
(2) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitusraba sama.
(3) Perkusi
Suara ketoks onor,tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(4) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridordanronchi.
(k) Jantung
(1)Inspeksi:Tidaktampakiktusjantung.
(2) Palpasi:Nadimeningkat,iktustidakteraba.
(3) Auskultasi:SuaraS1danS2tunggal,takadamur-mur.
(l) Abdomen
(1) Inspeksi:Bentukdatar,simetris,tidakadahernia.
(2) Palpasi :Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
(3) Perkusi:Suarathympani,adapantulangelombangcairan.
(4) Auskultasi:Peristaltikususnormal 4-8x/menit.
(m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
b) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neuro vaskuler. Pemeriksaan pada sistem
muskuloskeletal adalah:
(1) Look(inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas
operasi).
(b) Capeaulaitspot(birthmark).
(c) Fistulae.
(d) Warna kemerahan atau kebiruan(livide)atau hyperpigmentasi.

14
(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak
biasa(abnormal).
(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
(g) Posisi jalan (gait,waktu masuk kekamar periksa)
(2) Feel(palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai
dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa
maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
(a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
(b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema
terutama disekitar persendian.
(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,
tengah, atau distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat
di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu
dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar
atau permukaannya, nyeriatautidak,danukurannya.
(3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi
keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau
dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif
dan pasif.(Reksoprodjo, Soelarto, 1995).

15
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan frag
mentulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi,
stress, ansietas Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea,
kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan
gangguan pola tidur.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan
statusmetabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan
olehterdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor
kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak
nyamanan,kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan
penurunankekuatan/tahanan.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons
inflamasitertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan,
luka/kerusakan kulit,insisi pembedahan.
5) Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpaja
n/mengingat,salah interpretasi informasi.

3. Intervensi
1) Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan
dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau
potensial,digambarkan dalam istilah seperti kerusakan; awitan yang
tiba-tiba atauperlahan dari intensitas ringan
samapai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang

16
- Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluargaR/ hubungan yang baik
membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeriR/ tingkat intensitas nyeri dan
frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeriR/ memberikan penjelasan akan
menambah pengetahuan klien tentangnyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital.R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesicR/
merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk
memblok stimulasi nyeri.
2) Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang
tidakcukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan
ataumemenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil :
- Perilaku menampakan kemampuan untukmemenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas
tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi dan Implementasi :
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.R/ mengurangi aktivitas yang
tidak diperlukan, dan energi terkumpuldapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secar optimal.
b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap. R/ tahapan-tahapan yang berikan
membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat
tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.R/
mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

17
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.R/ menjaga kemungkinan
adanya respons abnormal dari tubuh sebagaiakibat dari latihan.
3) Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang
mengalami perubahan secara tidak diinginkan.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yangsesuai.
Kriteria Hasil :
- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
-luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
-Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapatditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui
sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalammelakukan
tindakan yang tepat.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/
c. Mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudahintervensi.
d. Pantau peningkatan suhu tubuh.R/ suhu tubuh yang meningkat dapat
diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
e. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan
kasakering dan steril, gunakan plester kertas.R/ tehnik aseptik membantu
mempercepat penyembuhan luka danmencegah terjadinya infeksi.
f. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnyadebridement.R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi
tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
g. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.R/ balutan dapat
diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka,
agar tidak terjadi infeksi.
h. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.R / antibiotik berguna
untuk mematikan mikroorganisme pathogen padadaerah yang berisiko
terjadi infeksi.

18
4) Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam
kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstr
eas ataulebih.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitasoptimal.
Kriteria hasil :
- penampilan yang seimbang.
- melakukan pergerakkan dan perpindahan.
-mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi, dengan
karakteristik :
0 = mandiri penuh
1=memerlukanalatBantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
3= membutuhkan bantuan dari orang lain dan alatBantu.
4= ketergantungan; tidak berpartisipasi dalamaktivitas.
Intervensi dan Implementasi :
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.R/
mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakahkarena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.R/ menilai
batasan kemampuan aktivitas optimal.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/
mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.R/ sebagai suaatu sumber
untuk mengembangkan perencanaan danmempertahankan/meningkatkan
mobilitas pasien.
5) Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif
dankerusakan kulit.

19
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapatditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan
terutama bila suhu tubuhmeningkat.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.R/ mengendalikan
penyebaran mikroorganisme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,
kateter,drainase luka, dll.R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
sepertiHb dan leukosit.R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit
dari normal bisaterjadi akibat terjadinya proses infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.R/ antibiotik mencegah
perkembangan mikroorganisme patogen.
6) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/
mengingat,salah interpretasi informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi,efek prosedur
dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil :
- melakukan prosedur yang diperlukan danmenjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukandan ikut serta dalam
regimen perawatan.
Intervensi dan Implementasi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.R/
mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dankeluarga
tentang penyakitnya.

20
b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan
kondisinyasekarang.R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya
sekarang, klien dankeluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa
cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.R/
diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telahdiberikan.R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga sertamenilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Oleh : Zariba Salsabila
Ruang : Rawat Inap kamar 205

21
Tanggal : 18 Aguatus 2018
B. BIODATA
IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn.J
No.RM : 499102
Diagnosa medis : CF Clavikula dextra
Tanggal masuk : 18 Aguatus 2018
Umur : 26 th
Jenis klamin : Perempuan
Alamat : DK.Lekong RT03RW01 Adinuso Subah Batang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirausaha
Suku bangsa : Jawa
Bahasa : Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.S
Umur : 50 th
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Ibu
Alamat : DK.Lekong RT03 RW01 Adinuso Subah Batang
NO.Hp :-

22
C. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke Rumah sakit Karomah Holistic Pekalongan dengan
keluhan nyeri pada bahu kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Rumah sakit Karomah Holistic Pekalongan pada
tanggal 18 Agustus 2018 dengan keluhan nyeri pada bahu kanan dan
terasa sakit saat di gerakan.
Saat pengkajian di dapat data TD: 115/26 mmHg, RR: 24x/menit, S:
36,2 C, N: 79x/menit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakn keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
serupa.

23
D. GENOGRAM

Keterangan :

= Meninggal
= Laki-laki

= Perempuan =Tinggal satu rumah

= Pasien

24
Kesimpulan genogram:
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dan hidup satu rumah
dengan saudara dan ibunya.
E. POLA KESEHATAN DAN FUNGSIONAL GORDON
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Seblum sakit : Menurut pasien kesehatan adalah ketika tubuhnya tidak
ada keluhan apapun dan merupakan sesuatu yang dianggap kurang
penting.
Selama sakit : Pasien sadar bahwa kesehatan adalah suatu hal yang
sangat penting dan harus diperhatiakn.
2. Pola nutrisi dan metabolaik :
Sebelum sakit : Makan 2x sehari dengan menu makanan seperti
nasi,telur,tempe dengan minuman air putih
Selama sakit : Makan 3x sehari dengan menu makanan diet Rumah
sakit,seperti bubu,sayur,telur,tempe dengan minuman air putih
hangat,teh manis,susu.
3. Pola eliminasi
BAB
Sebelum sakit : Frekuensi 1x sehari,lunak,kuning kecoklatan.
Selama sakit : Frekuensi 1x sehari,lunak kuning
BAK
Sebelum sakit : Frekuensi 1x4 jam kurang lebih 6x dalam sehari
Bau khas urin,warna kuning jernih.
Selama sakit : Frekuensi 1x3 jam kurang lebih 8x atau 1600 ml
dalam sehari
Bau khas urin,warna kuning jernih.
4. Pola aktual dan latihan
a. Sebelum sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

25
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 

Keterangan :
0 : Tidak tergantung orang lain
1 : Tergantung dengan orang lain
2 : Tergantung dengan alat
3 : Tergantung orang lain dan alat
4 : Tergantung total
b. Selama sakit

Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi di tempat 
tidur
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
Keterangan :
0 : Tidak tergantung orang lain
1 : Tergantung dengan orang lain
2 : Tergantung dengan alat
3 : Tergantung orang lain dan alat

26
4 : Tergantung total
5. Pola kognitif
a. Sebelum sakit
1) Pendengaran : Pasien bisa mendengar dengan baik
2) Penglihatan : Pasien dapat melihat dengan jelas
3) Pengecapan : Pasien dapat menegecap dengan baik
4) Bahasa : Pasien dapat berbahasa jawa dan berbahasa indonesia
dengan baik
5) Perabaan : Pasien dapat meraba dengan baik
6) Memori : Pasien dapat mengingat dengan baik
b. Selama sakit
1) Pendengaran : Pasien mendengar dengan baik
2) Penglihatan : Pasien dapat melihat dengan jelas
3) Pengecapan : Pasien dapat mengecap dengan baik
4) Bahasa : Pasien dapat berbahasa jawa dan berbahasa indonesia
dengan baik
5) Perabaan : Pasien dapat meraba dengan baik
6) Memori : Pasien dapat meningat dengan baik
6. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur 6 jam pada malam hari dan 2 jam pada
siang hari
Selama sakit : Pasien tidur 3 jam pada malm hari dan susah tidur pada
siang hari
7. Pola konsep dan persepsi diri
Sebelum sakit : Pasien dapat bekerja dan memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan baik
Selama sakit : Pasien tidak dapat bekerja sehingga kebutuhan hidupnya
kurang terpenuhi
8. Pola peran dan hubungan
Sebelum sakit : Hubungan dengan keluarga pasien sangat baik

27
Selama sakit : Hubungan dengan keluarga pasien baik. Pasien
mendapat dukungan untuk sembuh
9. Pola reproduksi seksual :
Pasien berjenis klamin perempuan,belum menikah
Pasien tidak mempunyai gangguan pada sistem reproduksinya
10. Pola koping
Pasien mengatakan kesuliatan untuk beraktivitas. Jika merasa
nyeri,pasien mencoba mencari posisi yang nyaman untuk mengurangi
nyeri dan selalu ber Do’a agar cepat sembuh
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien dapat melaksanakan kewajibannya dengan
sholat 5 waktu
Selama sakit : Pasien melaksanakan kewajibannya di tempat tidur
dengan posisi berbaring

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum (Lemah)
-Kesadaran: Compas mentis GCS : 15 (M=6,E=4,V=5)
-TD: 115/26 mmHg
-RR: 24x/menit
-N : 79x/menit
-S : 36 C

2. Kepala (mesosephal)
-Rambut tidak lengket,berwarna hitam
-Kulit kepala tidak terdapat nyeri tekan dan massa

3. Mata
-Kedua mata Simetris
-Tidak ada lesi
-Pupil bulat

28
-Konjungtiva ananemis
-Sklera nonikterik
-Pergerakan bola mata baik

4. Telinga
-Kedua telinga simetris
-Tidak ada massa dan nyeri tekan
-Serumen dalam batas normal

5. Hidung
-Tidak nyeri tekan dan massa
-Tidak ada pembengkakan
-Kedua hidung simetris

6. Mulut
-Bibir tidak kering
-Keadaan gigi ada yang berlubang
-Warna lidah putih dan bersih
-Tidak ada pembengkakan pada gusi

7. Leher
-Tidak ada lesi dan tidak bengkak
-Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

8. Paru
-I : Tampak RR: 24x/menit, Retraksi dinding dada normal
-P : Tidak ada pembengkakan paru,tidak ada nyeri tekan
-P : Sonor
-A : Tidak ada suara tambahan

9. Jantung

29
-I : Tidak ada pembengkakan,bentuk dada simetris
-P : Iktus cordis terapa
-P : Redup
-A : Suara jantung redup
10. Abdomen
-I : Tidak ada lesi
-P : Tidak ada nyeri tekan
-P : Timpani,pekak (pada daerah hati)
-A : Bunyi bising usus normal 5x/ menit tiap 5-10 detik
11. Ekstremitas atas dan bawah
-I : -Di ekstremitas atas sinistra terpasang infus Nacl 30 tpm
-Tampak luka insisi pada ekstremitas atas dextra
-Tidak ada massa
-P : -Tonus otot cukup
-Ada nyeri tekan
P : Fraktur clavikula
Q: Seperti ditekan
R: Ekstremitas atas dextra
S: 9
T: Saat ditekan dan digerakan
12. Genetalia : Pasien terpasang kateter
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal Laboratorium Normal dan satuan
18/08/18 HB: 15,3 L 14-18 / P 12-16 g/dl
Leukosit: 10.190 4.800-10.800/dl
Hematokrit: 42 L 40-48 / P: 37-43 %
Trombosit: 254.000 150.000-450.000
b. Pemeriksaan Radiologi

30
Pasien Nn.J datang ke Rumah sakit Karomah Holistic pada tanggal 18
Agustus 2018 dan di rontgen pada tanggal 18 Agustus 2018 dengan
hasil rontgen :
-Tampak Close Fraktur sepertiga tengah clavikula dextra
H. TERAPI
 Infuse RL 30 tpm
 Injeksi ketorolac 1 Ampul
 Injeksi Ranitidin /8 jam
 Injeksi Ceftriaxone 2.1
 Peroral :
-Cefixime 2.1

PENGELOMPOKAN DATA

Ds :

- Pasien mengatakan nyeri pada bahu kanan


P : Fraktur clavikula
Q : Seperti ditekan
R : Ekstremitas atas dextra
S: 9
T: Saat digerakan
- Pasien mengatakan tidak nyaman
- Pasien mengatakan susah tidur
- Pasien mengatakn susah untuk menggerakan tangan kanannya
Do :

- Pasien tampak meringis kesakitan


- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak kesulitan untuk menggerakan tangannya
- Pasien tampak gelisah

31
- Tampak luka insisi
- TD : 115/26 mmHg
- Rr : 24x/menit
- Nadi : 79x/menit
- Suhu : 36 C
I. ANALISA DATA

NO Data Problem Etiologi


1. DS: -Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen cidera fisik
pada bahu kanan
P : CF Clavikula dextra
Q : Seperti ditekan
R : Clavikula dextra
S:9
T : Saat digerakan
DO: -Pasien tampak meringis
kesakitan
-TD 115/26 mmHg

2. DS: -Pasien mengatakan Hambatan mobilitas Kerusakan


tangannya susah untuk bergerak fisik integritas struktus
DO: -Pasien tampak susah dan tulang
kesulitan merubah posisi
-Pasien tamapk susah untuk
bergerak
3. DS: -Pasien mengatakan tidak Kerusakan Faktor eksternal
nyaman intergritas kulit (Luka insisi)
DO: -Tampak luka insisi
-Pasien tampak meringis
kesakitan

32
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan integritas
struktus tulang
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor eksternal (luka
insisi)
K. INTERVENSI

NO NO.dx Hari/tanggal Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi


kriteria hasil keperawatan
1. I Sabtu,18 Setelah 1.Lakukan 1.Nyeri pada
Agustus dilakukan observasi pada pasien
2018 tindakan nyeri secara berkurang
keperawatan komperhensi 2.Pasien
selama 2x24 jam f merasa
diharapkan 2.Gunakan nyaman
pasien dapat teknik 3.Pasien
mengatasi nyeri komunikasi dapat
dengan kriteria terapetik menggerakan
hasil: Untuk tangan kanan
1.Mampu mengetahui nya dengan
mengontrol keadaan atau pelan-pelan
nyeri,mampu kenyamanan 4.Nyeri
menggunakan pasien berkurang
teknik 3.Ajarkan setelah
nonfarmakologi tentang diberikan
untuk teknik obat untuk
mengurangi nyeri nonfarmakol meredakan
2.Melaporkan ogi distraksi nyeri
bahwa nyeri seperti
berkurang menonton

33
3.Menyatakan TV untuk
rasa nyaman mengurangi
setelah nyeri nyeri
berkurang 4.Kolaborasi
kan dengan
dokter jika
ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil

2. II Sabtu,18 Setelah 1.Monitorin 1.TTV dalam


Agustus dilakukan g vital sign batas normal
2018 tindakan sebelum/ses 2.Pasien
keperawatan udah latihan dapat
selama 2x24 jam dan lihat melakukan
diharapkan respon mobilisasi
pasien dapat pasien saat 3.Pasien
memperbaiki latihan dapat
mobilisasinya 2.Dampingi merubah
dengan kriteria pasien saat posisi sendiri
hasil: mobilisasi 4.Pasien
1.Pasien dan bantu dapat
meningkat dalam pemenuhan melakukan
aktivitas fisik kebutuhan ambulasi
2.Bantu untuk ADLs ps. seperti
mobilisasi 3.Ajarkan bangun,
3.Mengerti pasien duduk atau
tujuan dalam bagaimana turun dari
peningkatan merubah tempat tidur
mobilitas posisi dan dan sampai

34
berikan berjalan
bantuan jika
diperlukan
4.Konsultasi
kan dengan
terapi
fisik tentang
rencana
ambulasi
sesuai
dangan
kebutuhan.
3. III Sabtu, 18 Setelah 1.M 1.Tidak ada
agustus dilakukan onit tanda gejala
2018 tindakan or infeksi pada
keperawatan tand area insisi
selama 2x24 jam a pasien
diharapkan dan 2.Luka dalam
integritas gejal keadaan
jaringan pada a bersih
pasien dapat infe 3.Pasien
lebih baik dengan ksi dapat merasa
kriteria hasil : pada lebih nyaman
1.Intekgr area 4.Tidak
itas kulit insis terdapat
yang i kuman atau
baik bisa 2.Be bakteri pada
dipertaha rsihk luka insisi
nkan an
(sensasi, area
elastisita sekit

35
s, ar
temperat jahit
ur, an
hidrasi, atau
pigmenta stapl
si) Tidak es,m
ada luka engg
atau lesi unak
pada an
kulit. tekni
2.Perfusi k
jaringan steril
baik isasi
deng
an
lidi
kapa
s
steril
3.An
jurk
an
pasi
en
untu
k
men
ggun
akan
paka
ian

36
yang
long
gar
4.Gu
naka
n
prep
arat
antis
eptic
,
sesu
ai
prog
ram

L. Implementasi

No. Hari/Tanggal/Jam No. Implementasi Respon Paraf


Dx
1. Sabtu, 18 agustus II Memonitor vital sign S:Pasien
2018 sebelum/sesudah mengatakan mau
07:00WI latihan dan lihat dilakukan
B respom pasien saat tindakan TTV
latihan O:hasil
pengkajian
TD:115/60
mmHg

37
S: 36,1 C
N: 82x/ mnt
Rr: 24x/ mnt

I Melakukan pengkajian S:pasien


2. Sabtu, 18 nyerisecara mengatakan
agustus komperhensif mera sanyeri
2018 dengan skala 6
07:10 O:pasien tampak
WIB meringis
kesakitan

III Menganjurkan pasien S:pasien


untuk menggunakan mengatakan
3.
pakaian yang longgar terasan lebih
Sabtu, 18 nyaman
agustus O:Pasien tampak
2018 lebih nyaman
07:15
WIB
S:pasien
mengatakan
I, II Mengajarkan teknik belumbisa untuk
nonfarmakologi merubah posisi
seperti merubah posisi O:pasien tampak
4.
masih kesulitan
dengan teknik
Sabtu, 18 yang diajarkan
agustus

38
2018
07:35WI
B S:Pasien
mengatakan
III Memonitor tanda dan tidak merasa
gejala infeksi pada sedikit panas
area insisi pada area luka
5. insisi
O:Sedikit
tampak tanda
gejala infeksi
Sabtu,18 Agustus
2018
07:40 S:Pasien
WIB I Menggunakan mengatakan
teknik merasa lebih
komunikasi nyaman
terapetik O:Pasien tampak
6.
untuk lebih tenang
mengetahui
keadaan dan S:Pasien
tingkat mengatakan area
Sabtu, 18 III kenyamanan lukanya mau
Agustus pasien dibersihkan
2018 O: Luka tampak
07:45 sedikit kotor
WIB
7.
Memberihkan
area sekitar
jahitan atau
staples, S:Pasien

39
menggunakan mengatakan mau
Sabtu, 18 I teknik di beri obat
Agustus sterilisasi untuk
2018 dengan lidi mengurangi
08:00 kapas steril nyeri
WIB O:Pasien tampak
8. meminum obat

Mengkolabora
sikan dengan
dokter jika
ada keluhan
Sabtu, 18 dan tindakan
Agustus nyeri tidak
2018 berhasil
11:30
WIB
1. Minggu,19 II Memonitor vital sign S:pasien
agustus 2018 sebelum/sesudah mengatakan mau
11:35 WIB latihan dan lihat di TTV
respon pasien saat O:hasil
latihan pengkajian
TD:120/70
mmHg
S: 36 C
N: 92x/ mnt
Rr: 22x/ mnt
2. Minggu, 19 I Melakukan pengkajian S: pasien
agustus 2018 nyeri secara mengatakan
11:40 WIB komprehensif nyeri berkurang

40
skala 3
O : pasien
tampak lebih
tenang dan
rileks

3. Minggu, 19 III Menganjurkan S: pasien


agustus 2018 pasien untuk mengatakan
11:45WIB menggunakan tampak lebih
pakaian yang nyaman
longgar O: Pasien
tampak lebih
nyaman

4. Minggu, I, S:
19 II, Pasien
Agustus III Mengganti mengata
2018 cairan infus kan
12:00 sudah
WIB sedikit
tidak
lemas
5. O: Nampak
I, infus Nacl pada
II Mengajarkan ekstremitas atas
Minggu, teknik sisnistra 30 tpm
19 nonfarmakolo S: pasien
Agustus gi seperti mengatakan
2018 merubah sudah sedikit
12:05 posisis bisa merubah

41
WIB posisi
O: pasien
tampak sedikit
6. bisamelakukan
teknik yang
I diajarkan

Menggunakan S: Pasien
teknik mengatakan
Minggu, komunikasi merasa lebih
19 terapetik tenang
Agustus untuk O: Pasien
2018 mengetahui tampak lebih
12:10 keadaan dan rileks
WIB tingkat
kenyamanan
pasien

1. Senin, 20 Agustus I Melakukan S:


2018 pengkajian Pasien
14:10 WIB nyeri secara mengata
komperhensif kan
nyeri
sudah
berkura
ng
Skala 3

42
2. Senin, 20 Agustus II O:
2018 Mengajarkan Pasien
14:20 WIB pasien tampak
bagaimana lebioh
merubah tenang
posisi dan
berikan S:
bantuan jika Pasien
diperlukan mengata
kan mau
3. Senin, 20 Agustus I, II, dibantu
2018 III untuk
15:00 WIB merubah
posisi
Mengganti O:
cairan infus Pasien
tampak
sudah
sedikit
4. Senin, 20 Agustus III bisa
2018 merubah
15:30 WIB posisi

Membersihka
n area sekitar S:
jahitan atau Pasien
Senin, 20 I staples, mengata
5. Agustus menggunakan kan
2018 teknik sudah
16:00 sterilisasi sedikit
WIB dengan lidi tidak

43
kapas steril lemas
O:
Menggunakan Nampak
teknik infus
komunikasi Nacl
6. I, terapetik pada
II, untuk ekstremi
Senin, 20 III mengetahui tas atas
Agustus keadaan atau sisnistra
2018 kenyamanan 30 tpm
17:30 pasien
WIB S: Pasien
mengatakan area
lukanya mau
dibersihkan
O: Luka tampak
7. Memonitor tidak terlalu
III vital sign koto
sebelum/sesud S:
ah latihan dan Pasien
Senin, 20 lihat respon mengata
Agustus pasien saat kan
2018 latihan merasa
17:35 lebih
WIB nyaman
O:
Pasien
tampak
tenang
Memonitor tanda dan dan
gejala infeksi pada rileks

44
area insisi

S:
Pasien
mengata
kan mau
di TTV
O: Hasil
pengkaji
an
TD:
120/80
mmHg
S: 36 C
N:
94x/men
it
Rr:
24x/men
it

S:Pasien
mengatakan
sudah tidak
merasa sedikit
panas pada area
luka insisi
O:Sedikit
tampak tanda
gejala infeksi

45
M. EVALUASI

No Hari/Tanggal/Jam No.dx Evaluasi hasil S, O,A, P Paraf


Sabtu, 18 Agustus 2018 I S: Pasien mengatakan
12:00 WIB masih terasa nyeri pada
bahu kanan dengan
skala 3
O: Pasien tampak
meringis kesakitan
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjut intervensi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
- Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil

Sabtu, 18 Agustua 2018 II


12:05 WIB S: Pasien
mengatakan
masih susah
untuk
memposisikan
diri dengan
posisi yang

46
nyaman atau
mobilisasi
O: Pasien
tampak
kesulitan untuk
mobilisasi
A: Masalah
belum teratasi
P: Lanjut
intervensi
- Dampingi pasien
saat mobilisasi
dan bantu
pemenuhan
kebutuhan ADLs
ps.
Sabtu, 18 Agustus 2018 III - Ajarkan pasien
12:15 WIB bagaimana
merubah posisi
yang nyaman

S: Pasien
mengatakan
merasa tidak
nyaman pada
luka insisi
O: Pasien
tampak masih
gelisah
A: Masalah

47
belum teratasi
P: Lanjut
intervensi
- Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
- Gunakan
pendekatan yang
menenangkan

Minggu, 19 Agustus I S: Pasien mengatakan


2018 nyeri berkurang dengan
12:25 WIB skala 2
O: Pasien tampak lebih
rileks
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjut intervensi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
- Gunakan teknik
komunikasi
terapetik

Minggu, 19 Agustus II
2018 S: Pasien

12:30 WIB mengatakan


sudah bisa
memposisikan

48
dirinya dengan
nyaman dan
pelan-pelan
O: Pasien
tampak sudah
sedikit bisa
melakukan
mobilisasi
A: Masalah
belum teratasi
P: Lanjut
intervensi
- Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
yang nyaman
- Dampingi pasien
saat mobilisasi
dan bantu
Minggu, 19 Agustus III pemenuhan
2018 kebutuhan ADLs
12:45 WIB ps.

S: Pasien
mengatakan
merasa lebih
nyaman
O: Pasien
tampak leboh

49
tenang dan
rileks
A: Masalah
belum teratasi
P: Lanjut
intervensi
- Gunakan
pendekatan yang
menenangkan

Senin, 20 Agustus 2018 I S: Pasien mengatakan


17:45 WIB sudah tidak merasa nyeri
O: Pasien tampak
nyaman
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai

Senin, 20 Agustus 2018 II S: Pasien mengatakan


18:00 WIB sudah bisa melakukan
mobilisasi dan
memposisikan dirinya
dengan nyaman
O: Pasien tampak sudah
bisa melakukan
mobilisasi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai

Senin. 20 Agustus 2018 III S: Pasien mengatakan


18:15 WIB sudah merasa nyaman

50
O: Pasie tampak lebih
rileks
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai

BAB IV
PENUTP
A. Kesimpulan
Fraktur ckavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang
sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu.

51
Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau
proksimal clavikula. Ckalvikula membantu mengangkat bahu
ke atas, ke luar, dan ke belakang thorak. Maka bila clavikula
patah, pasien akan terlihat dalam posisi melindungi-bahu
jatuh ke bawah dan mengimobilisasi lengan untuk
menghindari gerakan bahu. Penanganan fraktur clavikula
dapat berupa konsevarif dan operasi. Namun untuk poerasi
memiliki resiko dan komplikasi.
B. Saran
Untuk mencegah terjadinya fraktuk clavikula,harus selalu
berhati-hati dalam melakukan suatu kegiatan dan sebaiknya
sesuai dengan prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

AGraham Appley, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan


Fraktur Sistem Applay Edisi 7,Widya Medika, Jakarta.

52
Chairuddin Rasjad, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif Watampone,Jakarta.
Richard S. Snell, 2006, Anatomi Klinik Edisi 6, E
GC, Jakarta.
L Joseph Rubino, 2006, Clavicle
Fractures,http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm.
Kevin J Eerkes, 2008, Clavicle
Injuries,http://www.emedicine.com/sports/TOPIC25.HTM6. Jeffrey A. Housner, John
E. Kuhn, 2003, Clavicle
Fractures,http://www.physsportsmed.com/issues/2003/1203/housner.

53

Anda mungkin juga menyukai