Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTURE CLAVIKULA

A. Pengertian
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua
sisi di bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia,
tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan
menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan
perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan
saraf.
Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan,
sehingga jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan beban tulang
clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas
tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).
Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah
terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada
tulang yang berlebihan. Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap
retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur clavikula merupakan
cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu.
Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal
clavikula (Putra, 2013).
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga
tidak jarang terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di
bidang olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap
motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung. Tidak
menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan
trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap
kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical.
Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari
mekanisme terjadinya (Dokter bujang, 2012).

B. Klasifikasi

Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :

1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang


yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis
patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan
tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak
mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).
3. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan
hubungan dengan dunia luar, meliputi:

1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih


utuh, tulang tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena
adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka
potensial terjadi infeksi

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL


Allman tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968,
yang membagi patah tulang klavikula menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang


klavikula (insidensi kejadian 75 - 80%).
 Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
 Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 -


25%). Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament
coracoclavicular (conoid dan trapezoid).
 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa
adanya perpindahan tulang maupun ganguan ligament
coracoclevicular.
 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang,
dan ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
 Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak
ataupun kedua - duanya.
 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang
melibatkan AC joint.
 Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan
fragmen proksimal berpindah keatas.
 Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa
fragmen.

3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal


(5%) Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera
neurovaskuler.

C. Etiologi

Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena


kecelakaan kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa
langsung/ tidak langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan). Fraktur
klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang
tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung.
Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban
digunakan untuk immobilisasi yang komplit, walaupun tidak umum,
mungkin menggunakan ORIF.

Faktur Klavikula, menurut sejarah fraktur pada klavikula


merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi
lengan terputar/ tertarik keluar (outstreched hand) dimana trauma
dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru -
baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara
umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau
adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan
benda keras. Data ini dikemukankan oleh (Nowak et a,l Nordqvist dan
Peterson).

Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik


keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan
yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan
sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus
patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai.
Pada anak - anak sekitar 10 – 16% dari semua kejadian patah tulang,
sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6 – 5 %.

D. Manifestasi Klinis

Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan,


memar, atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat
menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa
terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan
juga akan terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk membantu
pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa
sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).

Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita


datang dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit
bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan
fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang -
kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat
kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang.
Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal
pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang
mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

E. Patofisiologi
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan
oleh cedera atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh
sementara posisi tangan ketika terbentur terentang atau mendarat di
bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat menyebabkan
patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi
selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti
sepak bola dan gulat.

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma


gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
(Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem
lokal maka penumpukan di dalam tubuh.

Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang


dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi
itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan
terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan
untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan
site, 2013.
F. Pathway

PATHWAYS

FRAKTUR CLAVIKULA

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi Patologis

FRAKTUR

Diskointunitas tulang pergeseran fragmen tulang Nyeri

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan


fragmen tulang

Pergeseran fragmen tulang Tekanan sumsum tulang


tinggi dari kapiler

Deformitas

Gangguan fungsi Reaksi stres klien

Gg mobilitas fisik Melepaskan


katekolamin

Metabolisme asam
lemak

Laserasi kulit Bergabung dengan


trombosit

Gg integritas kulit Emboli

Putus Vena/ laserasi menyumbat


pembuluh darah

perdarahan spasme otot

kehilangan volume cairan peningkatan tekanan kapiler

syok hipovolemik pelepasan histamin

protein plasma hilang

edema
penekanan pembuluh darah

penurunan perfusi jaringan

Gg perfusi jaringan
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di
dalam darah.
2. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil
gambar dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum
gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien
(Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih
baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau
udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika
Pasien alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka/ klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar
diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring
diam selama MRI.
4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.

H. Penatalaksaan Medis

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu


dengantindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif
tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,
apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan
gangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol
kadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang
dengan proses pemugaran. yang penting pada penggunaan mitela ialah letak
tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan
tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)

Melakukan dengan cara terapi :

 Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga
mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di
kulit.
 Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula
patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan
ke leher untuk kenyamanan dan keamanan.
 Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan
gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk
membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.
I. Komplikasi

Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus


brakhialis, cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan mal
union (penyimpangan penyatuan). Mal union merupakan masalah kosmetik
bila pasienmemakai baju dengan leher rendah. Komplikasi akut meliputi
cedera pembuluh darah, pneumouthorax, haemothorax. Komplikasi lambat
dapat meliputi, mal union adalah proses penyembuhan tulang berjalan normal
terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau
abnormal. Sedangkan Non union adalah kegagalan penyambungan tulang
setelah 4 sampai 6 bulan.

J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal dan neuromuskuler
K. Tujuan/ Rencana Tindakan (NOC/ NIC)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Kolaborasi Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: v Pain Level, 1. 1. Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,
v Pain Control, secara komprehensif termasuk
fisik, psikologis), kerusakan
v Comfort Level lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan faktor
DS: tindakan presipitasi
· Laporan secara verbal keperawatan selama ….
2. 2. Observasi reaksi nonverbal
DO: Pasien tidak mengalami dari ketidaknyamanan
· Posisi untuk menahan nyeri, dengan kriteria
3. 3. Bantu pasien dan keluarga
nyeri hasil: untuk mencari dan menemukan
· Tingkah laku berhati-hati 1. 1. Mampu mengontrol dukungan
· Gangguan tidur nyeri (tahu penyebab
4. 4. Kontrol lingkungan yang
· Terfokus pada diri sendiri nyeri, mampu dapat mempengaruhi nyeri
· Fokus menyempit menggunakan tehnik seperti suhu ruangan,
· Tingkah laku distraksi, nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
· Respon autonom mengurangi nyeri, 5. 5. Kurangi faktor presipitasi
· Perubahan autonomic mencari bantuan) nyeri
dalam tonus otot 2. 2. Melaporkan bahwa
6. 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
· Tingkah laku ekspresif nyeri berkurang dengan untuk menentukan intervensi
· Perubahan dalam nafsu menggunakan 7. 7. Ajarkan tentang teknik non
makan dan minum manajemen nyeri farmakologi: napas dala,
3. 3. Mampu mengenali relaksasi, distraksi, kompres
nyeri (skala, intensitas, hangat/ dingin
frekuensi dan tanda
8. 8. Berikan analgetik untuk
nyeri) mengurangi nyeri: ……...
4. 4. Menyatakan rasa
9. 9. Tingkatkan istirahat
nyaman setelah nyeri
10. Berikan informasi tentang nyeri
berkurang Tanda vital seperti penyebab nyeri, berapa
dalam rentang normal lama nyeri akan berkurang dan
5. 5. Tidak mengalami antisipasi ketidaknyamanan dari
gangguan tidur prosedur
11. 10. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
Berhubungan dengan: v Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
· Gangguan metabolisme sel
v Mobility Level 1. 1. Monitoring vital sign
Keterlembatan v Self Care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
perkembangan v Transfer Performance respon pasien saat latihan
· Pengobatan Setelah dilakukan 2. 2. Konsultasikan dengan terapi
· Keterbatasan ketahan tindakan fisik tentang rencana ambulasi
kardiovaskuler Keperawatan selama…. sesuai dengan kebutuhan
· Kehilangan integritas Gangguan mobilitas 3. 3. Bantu klien untuk
struktur tulang fisik teratasi dengan menggunakan tongkat saat
· Kurang pengetahuan tentang kriteria hasil: berjalan dan cegah terhadap
kegunaan 1. 1. Klien meningkat cedera
pergerakan fisik dalam aktivitas fisik 4. 4. Ajarkan pasien atau tenaga
· Kerusakan persepsi sensori 2. 2. Mengerti tujuan dari kesehatan lain tentang teknik
· Tidak nyaman, nyeri peningkatan mobilitas ambulasi
· Kerusakan muskuloskeletal
3. 3. Memverbalisasika
5. 5. Kaji kemampuan pasien
dan neuromuskuler perasaan dalam dalam mobilisasi
· Intoleransi aktivitas/ meningkatkan kekuatan
6. 6. Latih pasien dalam
penurunan kekuatan dan dan kemampuan pemenuhan
stamina berpindah kebutuhan ADLs secara mandiri
· Depresi mood atau cemas 4. 4. Memperagakan sesuai kemampuan
· Penurunan kekuatan otot, penggunaan alat Bantu
7. 7. Dampingi dan Bantu pasien
kontrol dan atau masa untuk mobilisasi saat mobilisasi dan bantu penuhi
DO: (walker) kebutuhan ADLs ps.
· Kesulitan merubah posisi 8. 8. Berikan alat Bantu jika klien
· Perubahan gerakan memerlukan.
(penurunan untuk berjalan, 9. 9. Ajarkan pasien bagaimana
kecepatan, kesulitan merubah posisi dan berikan
memulai langkah pendek) bantuan jika diperlukan

· Keterbatasan motorik kasar


dan halus
· Keterbatasan ROM
· Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
· Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
· Gerakan sangat lambat dan
tidak terkoordinasi
BAB IV

A.HASIL

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 juli 2016 pada
Ny.T dengan fraktur clavikula sinistra pre op hari ke 2 di ruang melati RSUD
panembahan senopati bantul maka di dapatkan 2 masalah keperawatan yang
muncul yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pre op fraktur


clavikula)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskletal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut
teratasi dengan skla nyeri 3 (ringan), hambatan mobilitas fisik teratasi
dengan kriteria hasil klien dapat mobilisasi di tempat tidur seperti
miring kiri dan miring kanan.

B. PEMBAHASAN
1. Nyeri akut
Implementasi :
1. Mengobservasi nyeri
DS:
O: klien mengatakan nyeri saat digerakan
P: fraktur clavikula sinistra
Q : seperti ditusuk-tusuk
R: clavikula sinistra
S: 8
T: ketika bergerak atau mobilisasi fisik
U: Klien tidak ada pengalaman nyeri yang sebelumnya
V: klien berharap nyeri yang dirasakan berkurang
2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan
3. Menggunakan komunikasi terapeuntuk untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
4. Mengajarkan pada klien teknik non faramakologi untuk
mengurangi rasa nyeri ( teknik nafas dalam)
5. Berkolaborasi dengan tenaga medis lain untuk pemberian
analgetik
DO:
- TD: 120/70 mmhg
- N : 80 X /menit
- RR: 20x/menit
- S :36,5oc
- klien terlihat menahan nyeri
- Ekspresi wajah meringis menahan nyeri.
-

Evaluasi:

S:

- Klien mengtakan nyeri sudah berkurang


- P: fraktur clavikula sinistra
- Q: Cenut-cenut
- R: Clavikula sinistra
- S:4
- T: saat untu mobilisasi

O:

- Klien terlihat lebih relex dan nyaman


- A: Masalah belum teratasi
- P: pertahankan intervensi

1. Gunakan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri


2. Kolaborasikan pemberian analgetik.
3. Hambatan mobilitas fisik
Implementasi
1. Membantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu klien lakukan
2. Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktifitas yang di inginkan
3. Membantu jlien untuk mengembangakan motivasi diri dan penguatan
4. Monitor respon fisik, emosi sosial dan spiritual
5. Memonitor tanda-tanda vital klien

Evaluasi :
S:

- Klien mengatakan saat ini sudah mampu makan dan minum sendiri
walau pelan-pelan
- Klien mengatakan masih belum melakuakn ibadah karena masih sakit
O:

- Klien terlihat lebih tenang


- Klien sudah dapat makan dan minum sendiri
- Ttv
- TD: 110/70 mmhg
- HR: 84 x/menit
- RR: 18x/menit
- S: 36,5OC
A: Masalah teratasi sebagian

P: Pertahankan Intervensi

1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu


dilakuakan
2. Monitor respon fisik emosi, sosial dan spiritual
BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 20 juli 2016
pada Ny.T dengan fraktur clavikula sinistra pre Op di ruang Melati RSUD
Panembahan Senopati Bantul maka di dapatkan 2 masalah keperawatan yang
muncul yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik fraktur clavikula


sinistra
2. Hambatan mobilitas fisik berhungan dengan gangguan muskuloskeletal

B. SARAN
1. Bagi tenaga medis
Bagi tenaga medis diharapkan selalu memberikan dukungan ,motivasi
serta perhatian kepada klien agar tercapainya derajat yang optimal baik
lahir maupun batin
2. Bagi RSUD Panembahan senopati bantul
Bagi RSUD panembahan senopati bantul diharapkan lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga kebutuhan pasien
baik bio-psiko-sosial-spiritual dapat terpenuhi optimal.
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Bagi mahasiswa diharapkan bisa mengembangkan kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komperhensif khususnya
dalam keperawatan medikal bedah.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I,


EGC: Jakarta.

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume
2. Edisi 6. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8.
EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai