Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CLOSE

FRAKTUR CLAVIKULA DI RUANG CAMAR

RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO

Disusun Oleh :

Nama : ANI MULYASUSANTI


NIM : 04184685

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN


STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2021
A. Pengertian
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian
depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula
adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang
tubuh. serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh
darah dan saraf.
Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias
menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).
Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang
terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni
bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun
tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai
dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian
fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat
terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokter bujang, 2012).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (De Jong, 2010).

B. Etiologi
Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak langsung (kontraksi otot,
fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan
yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi
yang komplit, walaupun tidakumum, mungkin menggunakan ORIF.

Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. (De Jong,
2010)

1) Trauma langsung : Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada


tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur
yang terjadi biasanya bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan

2) Trauma tak langsung : Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya
jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada
keadaan ini jaringan lunak tetap utuh.

3) Fraktur yang terjadi : ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang lebih
besar dari pada daya tahan tulang.

4) Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang

5) Usia penderita

6) Kelenturan tulang dan jenis tulang

C. Manifestasi Klinis
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak
terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan.
Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk
membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit
atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada
daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga
terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan
lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan
diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.
D. PATHWAYS FRAKTUR CLAVIKULA

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi Patologis

FRAKTUR

Diskointunitas tulang pergeseran fragmen


tulang Nyeri

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen


tulang

Pergeseran fragmen tulang Tekanan sumsum tulang tinggi


dari kapiler

Deformitas

Gangguan fungsi Reaksi stres klien

Gg mobilitas fisik Melepaskan katekolamin

Metabolisme asam
lemak

Laserasi kulit Bergabung dengan trombosit

Gg integritas kulit Emboli

Putus Vena/ laserasi menyumbat


pembuluh darah

perdarahan spasme otot

kehilangan volume cairan peningkatan tekanan kapiler

syok hipovolemik pelepasan histamin

protein plasma hilang

edema

penekanan pembuluh darah

penurunan perfusi jaringan

Gg perfusi jaringan
E. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :

1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang
dari satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada
korteks yang utuh).

Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan


hubungan dengan dunia luar, meliputi:
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun
1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
klavikula menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi


kejadian 75 - 80%).
• Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
• Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%). Terbagi
menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan
trapezoid).
• Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
• Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.

• Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun


kedua - duanya.
• Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan
AC joint.
• Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
• Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

F. Patofisiologi
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera
atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat
menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama
perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau.
Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka
maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan
fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
(Sylvia,1995:1183,dalamkeperawatansite,2013.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut De Jong (2010) yaitu
1) Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui, Hemoglobin, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, Laju endap darah (LED) meningkat
2) Radiologi
X Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
3) Venogram (anterogram) mengambarkan arus vaskularisasi
4) CT Scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
5) Rontgen yaitu untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
6) Scan tulang atau MRI yaitu memperlihatkan fraktur dan menidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
H. Penatalaksaan Medis

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan bedah
atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4.Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya(malunion)

Melakukan dengan cara terapi :


• Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga mungkin
perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
• Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah
dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher
untuk kenyamanan dan keamanan.
• Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan
gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk
membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.

I. Komplikasi

Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus


brakhialis, cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan mal
union (penyimpangan penyatuan). Mal union merupakan masalah kosmetik bila
pasienmemakai baju dengan leher rendah. Komplikasi akut meliputi cedera
pembuluh darah, pneumouthorax, haemothorax. Komplikasi lambat dapat
meliputi, mal union adalah proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi
dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Sedangkan Non union adalah kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai
6 bulan.
1. Pengkajian

A. Anamnesis

Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,


riwayat psikososial spiritual, pola hubungan dan peran, pola persepsi dan konsep diri,
pola sensori dan kognitif

B. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

2) B1 (Breathing)

Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa klien fraktur clavicula


tidak mengalami kelainan pernapasan.

3) B2 (Blood)

Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus teraba, auskultasi
suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.

4) B3 (Brain)

Kepala, leher, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan faring

5) B4 (Bladder)

Kaji urine yang meliputi warna, jumah dan karakteristik urine, termasuk berat
jenis urine. Tetapi biasanya tidak mengalami gangguan.

6) B5 (Bowel)

Inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi turgor kulit
baik, tidak ada defans muskular dan hepar teraba. Perkusi suara timpani ada
pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik usus normal kurang lebih
20x/menit.

7) B6 (Bone)

Adanya fraktur kruris akan mengalami secara lokal, baik fungsi motorik, sensorik
maupun peredaran darah

8) Look

Perhatikan adanya pembengkakan yang abnormal dan deformitas.

9) Feel : Kaji adanya nyeri tekan dan krepitasi pada daerah patah.

10) Move : Karena timbul nyeri, gerak menjadi terbatas. Semua bentuk
aktivitas klien menjadi berkurang dan klien memerlukan bantuan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler
3. Tujuan/ Rencana Tindakan (NOC/ NIC)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Kolaborasi Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, Pain Control, secara komprehensif termasuk
fisik, psikologis), kerusakan Comfort Level lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan faktor
DS: tindakan presipitasi
Laporan secara verbal keperawatan selama …. 2. Observasi reaksi nonverbal
DO: Pasien tidak mengalami dari ketidaknyamanan
Posisi untuk menahan nyeri nyeri, dengan kriteria 3. Bantu pasien dan keluarga
Tingkah laku berhati-hati hasil: untuk mencari dan menemukan
Gangguan tidur 1. Mampu mengontrol dukungan
Terfokus pada diri sendiri nyeri (tahu penyebab 4. Kontrol lingkungan yang
Fokus menyempit nyeri, mampu dapat mempengaruhi nyeri
Tingkah laku distraksi, menggunakan tehnik seperti suhu ruangan,
Respon autonom nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
Perubahan autonomic mengurangi nyeri, 5. Kurangi faktor presipitasi
dalam tonus otot mencari bantuan) nyeri
Tingkah laku ekspresif 2. Melaporkan bahwa 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
Perubahan dalam nafsu nyeri berkurang dengan untuk menentukan intervensi
makan dan minum menggunakan 7. Ajarkan tentang teknik non
manajemen nyeri farmakologi: napas dala,
3. Mampu mengenali relaksasi, distraksi, kompres
nyeri (skala, intensitas, hangat/ dingin
frekuensi dan tanda 8. Berikan analgetik untuk
nyeri) mengurangi nyeri: ……...
4. Menyatakan rasa 9. Tingkatkan istirahat
nyaman setelah nyeri
berkurang Tanda vital . Berikan informasi tentang nyeri
dalam rentang normal seperti penyebab nyeri, berapa
5. Tidak mengalami lama nyeri akan berkurang dan
gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
. 10. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Gangguan mobilitas NOC : NIC :
fisik Berhubungan Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
dengan: Gangguan Mobility Level 1. Monitoring vital sign
metabolisme sel Self Care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
Keterlembatan Transfer Performance respon pasien saat latihan
perkembangan Setelah dilakukan 2. Konsultasikan dengan terapi
Pengobatan tindakan fisik tentang rencana ambulasi
Keterbatasan ketahan Keperawatan selama…. sesuai dengan kebutuhan
kardiovaskuler Gangguan mobilitas 3. Bantu klien untuk
Kehilangan integritas fisik teratasi dengan menggunakan tongkat saat
struktur tulang kriteria hasil: berjalan dan cegah terhadap
Kurang pengetahuan 1. Klien meningkat cedera
tentangkegunaan dalam aktivitas fisik 4. Ajarkan pasien atau tenaga
pergerakan fisik 2. Mengerti tujuan dari kesehatan lain tentang teknik
Kerusakan persepsi peningkatan mobilitas ambulasi
sensoriTidak nyaman, 3. Memverbalisasika 5. Kaji kemampuan pasien
nyeri perasaan dalam dalam mobilisasi
Kerusakan muskuloskeletal meningkatkan kekuatan 6. Latih pasien dalam
dan neuromuskuler dan kemampuan pemenuhan
Intoleransi aktivitas/ berpindah kebutuhan ADLs secara mandiri
penurunan kekuatan dan 4. Memperagakan sesuai kemampuan
stamina penggunaan alat Bantu
Depresi mood atau cemas
Penurunan kekuatan otot,
kontrol dan atau masa
DO: untuk mobilisasi 7. Dampingi dan Bantu pasien
Kesulitan merubah posisi (walker) saat mobilisasi dan bantu penuhi
Perubahan gerakan kebutuhan ADLs ps.
(penurunan untuk berjalan, 8. Berikan alat Bantu jika klien
kecepatan, kesulitan memerlukan.
memulai langkah pendek) 9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Keterbatasan motorik kasar
dan halus
Keterbatasan ROM
Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
Gerakan sangat lambat dan
tidak terkoordinasi

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014). Implementasi atau tindakan adalah
pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian atau evaluasi
adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I, EGC:


Jakarta.

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius:Jakarta


De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa : TIM Penerbit Ilmu Kedokteran,
editor : Sjamsuhidajat, R, 2, EGC : Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume
2. Edisi 6. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta Smeltzer &

Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai