1. DEFINISI
Terdapat beberapa pengertian tentang fraktur, sebagaimana yang dikemukakan
para ahli melalui berbagai literatur (Musliha, 2010) :
1
Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya
disebabkan olehtekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena:
Selangka juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada yang beradadi antara
tulang dada (sternum) dan tulang belikat (scapula). Sangat mudah untuk merasakan
klavikula, karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus dengan otot tapi tulang ini
hanya tertutup oleh kulit yang mencakup sebagian besar tulang Klavikula.
Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada bayi
(biasanya pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula tidak
sepenuhnya mengeras atau mengembang sampai akhir remaja), atlet (karena risiko
dipukul atau jatuh) atau diakibatkan oleh kecelakaan dan jatuh.
2
yang lainnya karena trauma bahu.Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70%
adalah hasil dari trauma darikecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula
termasuk kasus yang palingsering dijumpai.
Fraktur klavikula terjadi 30-60 kasus per 100.000 per tahun ataurata-rata 2,6-5%
dari semua kasus patah tulang. Fraktur terjadi dua kali lebih banyak pada laki-laki
daripada perempuan. Sekitar setengah dari semua patah tulang klavikula terjadi pada
anak di bawah usia 7 tahun. (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture)
3. PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh
darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi perdarahan, kerusakan
tulang dan jaringan disekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal
medulla antara tepi tulang di bawah periostium dengan jaringan tulang yang
mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik
adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi
kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki
cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang
terbentuk dapat menyebabkan edema yang dapat menekan ujung syaraf yang bila
berlangsung lama dapa menyebabkan Syndroma Kompartement.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada
daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat
juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang.
Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai
akibat trauma dan gangguan sirkulasi yangmengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan
menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.
3
5. PATHWAY
Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
4
1) Grade I : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot.
2) Garade II: seperti grade I dengan memar kulit dan otor.
3) Grade III : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,
syaraf otot dan kulit.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr.FL Allmantahun 1967
dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patahtulang klavikula menjadi 3
kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensikejadian 75-80%).
- Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
- Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%).Terbagi menjadi 3 tipe
berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni, conoid dan trapezoid
a) Tipe 1.
Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanyaperpindahan tulang maupun
ganguan ligament coracoclevicular.
b) Tipe 2A.
Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligamentcoracoclavicular masih
melekat pada fragmen.
c) Tipe 2 B.
Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupunkedua-duanya.
d) Tipe 3.
Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
e) Tipe 4.
Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmenproksimal berpindah
keatas.
f) Tipe 5.
Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%).Pada kejadian ini biasanya
berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
5
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative
treatment.
6
Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan
atau strapklavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu
ke belakang, danmempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap
klavikula, ketiak harus diberibantalan yang memadai untuk mencegah cedera
kompresi terhadap pleksus brakhialis danarteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf
kedua lengan harus dipantau.
2. Penarikan(traksi) :menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak
padatempatnya.
3. Fikasasi :
a. Fiksasi internal :dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan
(plate) atau batanglogam pada pecahan-pecahan tulang atau sering
disebutopen reduction with internal fixation(ORIF).
b. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai dapat menyebabkan otot
menjadi lemah dan menciut. Karena itusebagian besar penderita perlu
menjalani terapi fisik
Pada prinsipnya penanganan patah tulang klavikula adalah untuk
mencapaipenyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya
fungsi, dansisa kelainan bentuk.Fraktur 1/3 distalklavikula tanpa pergeseran
dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengansling dan pembatasan gerakan
lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai denganterputusnya ligamen
korakoklavikular, akan terjadi pergeseran yang harusditangani dengan reduksi
terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasiendiperkenankan melakukan
latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yangberat. Tindak lanjut
perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan1 hingga 2 minggu
setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu
sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan fotorontgen tidak perlu selama
proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukanpada saat proses penyatuan
tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke - 4 sampai minggu ke 6 (pada
saat fase remodeling pada proses penyembuhantulang). Tanda klinis penyatuan
tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasasakit hilang, dapat melakukan
gerakan bahu secara penuh, dan kekuatankembali normal.
7
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa
nyeri. Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori
analgesikantiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat
golonganNSAIDs seperti ibuprofen.
PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada
berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan
usia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan
sangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari
penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir. Fraktur
klavikula disertai multiple trauma memberi prognosis yang lebih buruk daripada
prognosis fraktur klavikula murni.
Fraktur klavikula bisa sembuh sepenuhnya dalam waktu 12 minggu, tapi rasa
sakit biasanya berkurang dalam beberapa minggu. Seringkali pasien kembali ke
aktivitas penuh sebelum 12 minggu, terutama pada pasien yang lebih
muda(http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture).
Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis,cedera
vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion(penyimpangan
penyatuan). Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasienmemakai baju
dengan leher rendah.
Komplikasi akut :
Komplikasi lambat :
7. DATA PENUNJANG:
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit seringrendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat didalam darah.
8
Radiologi:
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untukmendeteksi struktur fraktur yang
kompleks.Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
Scan tulang, CT-scan/ MRI:
Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikankerusakan jaringan lunak.
8. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera akibat
langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.
2) Sirkulasi:
Tanda:
a. Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap
nyeri/ansietas,
sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah bila terjadi perdarahan.
b. Takikardia
c. Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera, pengisian kapiler
lambat, pucat pada area fraktur.
d. Hematoma area fraktur.
3) Neurosensori:
Gejala:
a. Hilang gerakan/sensasi
b. Kesemutan (parestesia)
Tanda:
a. Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot,
kelemahan/kehilangan fungsi.
b. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera akibat
langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.
c. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain.
4) Nyeri/Kenyamanan:
Gejala:
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area fraktur,
berkurang pada imobilisasi.
b. Spasme/kram otot setelah imobilisasi.
5) Keamanan:
Tanda:
a. Laserasi kulit, perdarahan
b. Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)
9
6) Penyuluhan/Pembelajaran:
a. Imobilisasi
b. Bantuan aktivitas perawatan diri
c. Prosedur terapi medis dan keperawatan
b. Pengkajian Diagnostik:
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:
1) X-ray:
menentukan lokasi/luasnya fraktur
2) Scan tulang:
memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3) Arteriogram
dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4) Hitung Darah Lengkap
hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan; peningkatan
lekosit sebagai respon terhadap peradangan.
5) Kretinin
trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6) Profil koagulasi
perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera hati.
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya gangguan
muskuloskeletal
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur).
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun,
prosedur invasive.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
terhadap informasi, terbatasnya kognitif.
C. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1.Pantau pola
efektif berhubungan tindakan pernafasan
dengan adanya keperawatan, 2. Kaji tanda-tanda vital
gangguan klien akan 3. Atur posisi klien
muskuloskeletal menunjukkan senyaman mungkin
pola pernafasan yang 4. Kolaborasikan
teratur dan reguler pemberian
Kriteria Hasil : Therapy.
- Klien akan
mengatakan sesak
10
berkurang.
- Klien tampak
Tenang.
- RR dalam batas
Normal.
2. Nyeri akut b.d agen Klien dapat1. Kaji tingkat nyeri
injuri fisik. mengontrol Nyeri
dengan
setelah diberikan analog visual scale.
perawatan dengan2. Atur posisi sesuai
krieria hasil: dengan
- ekspresi wajah posisi kesegarisan.
anak tampak rileks. 3. Hindari getaran pada
- pasien dapat tempat tidur.
istirahat dan tidur. 4. Gunakan terapi
- pasien tidak distraksi dan
tampak gelisah. sentuhan terapeutik
5. Berikan analgetik
sesuai
dengan program.
3. Gangguan mobilitas Setelah perawatan 1. Monitor dan catat
fisik b.d kerusakan tingkat kemampuan aktivitas
musculoskeletal. mobilitas meningkat yang
dan bias dilakukan klien.
pergerakan sendi aktif 2. Kaji kekuatan otot
dengan kriteria hasil: dan
- Anggota badan kemampuan sendi.
yang sehat dapat 3. Latih ROM 2 kali
bergerak optimal sehari
- Mengatakan (jika klien dapat
mampu untuk bergerak)
bergerak. 4. Konsultasi dengan
fisioterapi untuk latihan.
5. Gunakan stocking
elastis
untuk mencegah
trombo
emboli
6. Berikan nutrisi yang
mendukung
kesembuhan
tulang: tinggi protein
11
dan
tinggi kalsium.
4. Resiko infeksi b.d Selama perawatan 1. Observasi tandatanda
trauma, imunitas resiko infeksi pada luka.
tubuh primer infeksi dapat dikontrol 2. Kaji suhu tubuh
menurun, prosedur dengan kriteria hasil: setiap 4 jam sekali
invasive. - Tidak terdapat 3. laporkan bila
tanda-tanda infeksi. terjadi peningkatan
- Angka lab dalam suhu
batas normal. diatas 38,5 °. Selama 24
jam.
4. Catat dan
laporkan hasil
pemeriksaan
laboratorium
(leukosit,protein
serum,albumin serum
dancultur).
5. Kaji warna,
kelembaban,warna,teks
tur
dan turgor kulit sekitar
luka.
6. Pertahankan diet
seimbang: Tinggi
protein
dan Tinggi kalori.
7. Pertahankan
intake cairan yang
adekuat
8. Ikuti standar
precaution ketika
melakukan prosedur.
9. Cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan perawatan.
10. Pertahankan
balutan tetap bersih
dan
kering.
11. Rawat luka secara
12
teratur denga
memperhatrikan teknik
aseptic dan anti septic.
12. Berikan antibiotik
sesuai program.
5. Kurang pengetahuan Pengetahuan pasien 1. Jelaskan pada pasien
keluarga b.d kurang dan dan
informasi tentang keluarga meningkat keluarga tentang
perawatan dan dengan kriteria hasil: kondisi
kondisi fraktur. - pasien dan pasien.
keluarga dapat 2. Jelaskan semua
memahami perawatan prosedur
yang dibutuhkan yang akan dilakukan
pasien. dan
- keluarga dapat alasannya.
berpartisipasi dalam 3. Ajarkan pasien dan
perawatan. keluiarga cara
pencegahan
infeksi.
4. Jelaskan
pentingnyanutrisi yang
adekuat
terutama intake
Protein,
kalori dan kalsium yang
tinggi pada pasien dan
keluarga.
13
DAFTAR PUSTAKA
Price, S.A.,dkk,. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2,2006, EGC, Jakarta
Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesi, Diagnosis
Keperawatan Defini dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta
Wilkinson J M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC
Edisi Bahasa Indonesia, 2006, EGC, Jakarta
Basic trauma Life support, Pro Emergency (Bab XII) Wikipedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture
L Joseph Rubino, 2006, Clavicle Fractures,
http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm.
Mardhink Zhadja, ml.scribd.com/doc/89379199/fraktur-klavikula
14